Anda di halaman 1dari 7

ME184926

PENGENALAN KESELAMATAN KAPAL

TUGAS I
SUMMARY: BWM CONVENTION 2004

MUHAMMAD RIZQI PUTRA AKBAR


DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN (04111640000015) BWM CONVENTION 2004 i
DOSEN PENGAMPU: Dr. Eng. Trika Pitana, S.T., M.Sc.
A. Latar Belakang Dibentuknya Ballast Water Management Convention 2004

Air ballast yang dibawa oleh kapal jumlahnya sangat banyak di dunia ini.
Namun di dalam air ballast tersebut tidak hanya terkandung air saja, di dalam air
ballast yang dibawa oleh kapal juga terkandung berbagai spesies asing yang ikut
terbawa pada saat kapal mengambil air ballast dari suatu perairan. Kemudian ketika
kapal sudah sampai tujuan dan mengisi muatan kembali, maka air ballast tersebut
akan kembali dibuang pada laut yang berbeda wilayah. Yang menjadi masalah
adalah, spesies asing yang terkandung oleh air ballast tersebut akan ikut terbuang ke
laut tempat air ballast dibuang. Umumnya, spesies asing tersebut dapat membentuk
rantai makanan baru dan pada akhirnya dapat mengganggu ekosistem yang sudah ada
dan hal ini sangat berbahaya bagi keseimbangan ekosistem pada laut tertentu. Selain
itu, rusaknya keseimbangan ekosistem tidak hanya berdampak pada kehidupan
organisme yang hidup di laut saja, tetapi dampaknya juga dapat mempengaruhi
kehidupan manusia khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam beberapa kasus
terdapat penurunan spesies yang biasanya diburu oleh nelayan akibat adanya spesies
asing yang berbahaya yang dibawa oleh air ballast dari daerah lain. Sehingga
kesejahteraan nelayan di sekitar itu menjadi menurun. Hal ini memang disebabkan
oleh terbentuknya rantai makanan baru, sehingga spesies asli yang sudah ada di laut
itu menjadi kehilangan sebagian makanannya dan lama kelamaan jumlahnya akan
menurun, dan apabila hal ini tidak segera ditangani dapat menyebabkan kepunahan
spesies tersebut.
Menghadapi hal tersebut, International Maritime Organization (IMO)
membuat guideline untuk mengatasi penyebaran spesies asing dan pengendapan
sedimen akibat air ballast yang dibawa oleh kapal. Pada tahun 1991, IMO
membentuk Guidelines for Preventing the Introduction of Unwanted Organisms and
Pathogens from Ship’s Ballast Waters and Sediment Discharges, yang kemudian
diperbarui pada tahun 1993 dan 1997. Kemudian IMO juga membentuk dan
mempublikasikan Guidelines for Control and Management of Ships’ Ballast Water to
Minimize the Transfer of Harmful Aquatic Organisms and Pathogens (Resolution

BWM CONVENTION 2004 1


A.868(20)). Sehingga kemudian pada tahun 2004 IMO membuat Ballast Water
Management Convention untuk manajemen air ballast kapal dan sedimen. Dimana
regulasi ini diatur untuk mengurangi menyebarnya spesies asing dan menjaga
keseimbangan ekosistem. Pembuatan regulasi ini tidaklah sembarangan, IMO juga
bekerjasama dengan berbagai peneliti dari berbagai negara untuk meneliti dampak
dan bahaya mengenai spesies asing yang dapat terbawa oleh air ballast pada kapal
dan mereka juga meneliti mengenai berbagai solusi dan pemecahan masalahnya yang
kemudian dapat dituliskan dalam bentuk regulasi.

B. Isi Regulasi Ballast Water Management Convention 2004

Regulasi yang terdapat dalam Ballast Water Management Convention 2004


ini, terdiri dari 5 section yang mengatur mengenai bahasan tertentu yang dijelaskan
sebagai berikut:

1. Section A – General Provisoin

Bagian yang pertama section A adalah General Provision dimana


didalamnya dibahas mengenai penerapan regulasi yang tercantum dalam
Ballast Water Management Convention 2004. Regulasi ini berlaku untuk
semua kapal, termasuk submersible, floating craft, floating platform, FSUs,
dan FPSOs. Namun ada beberapa kriteria yang menyebabkan regulasi ini
tidak berlaku yaitu untuk kapal yang tidak membawa air ballast, kapal yang
tidak beroperasi pada perairan internasional artinya kapal itu hanya beroperasi
pada laut yang spesiesnya tidak jauh berbeda, warship, naval auxiliary, kapal
yang dimiliki oleh pemerintah, kapal yang dioperasikan bukan untuk kegiatan
niaga dan kapal yang menggunakan ballast permanen.

2. Section B – Management and Control Requirements for Ships


Dalam section ini membahas mengenai hal-hal yang harus kapal miliki
dalam melakukan proses manajemen air ballast pada kapal. Setiap kapal yang

BWM CONVENTION 2004 2


terkena regulasi ini harus membuat Ballast Water Management Plan yang
kemudian harus disetujui oleh Recognised Organization yaitu kelas sebagai
RO. Ballast Water Management Plan ini berisi mengenai berbagai prosedur
dan sesuatu yang harus dilakukan ketika kapal loading dan unloading air
ballast sehingga terhindar dari penyebaran spesies asing dan kecelakaan
struktur yang mungkin terjadi. Selain itu, kapal juga harus memiliki Ballast
Water Record Book dimana dalam buku ini ditulis semua riwayat loading air
ballast, treatment air ballast, unloading air ballast, dan hingga sesuatu yang
mungkin dapat terjadi yang berkaitan dengan air ballast seperti kecelakaan
dan lainnya. Kemudian setiap kapal yang memiliki air ballast harus mengatur
air ballast sesuai dengan metode dan standar yang telah ditetapkan.
Penentuan standar ini bergantung pada tahun pembuatan kapal dan volume air
ballast yang dimiliki kapal. Kemudian dalam regulasi ini juga diperbolehkan
memakai metode penanganan air ballast sebagai metode alternatif.
Selanjutnya dalam section ini dibahas mengenai wilayah yang diperbolehkan
secara regulasi untuk unloading air ballast. Dalam regulasi ini disebutkan
bahwa pertukaran air ballast dapat dilakukan setidaknya 200 nautical miles
dari daratan terdekat. Lalu apabila ternyata kapal tidak dapat melakukan
pertukaran air ballast pada jarak seperti yang telah disebutkan maka
setidaknya kapal dapat melakukan pertukaran air ballast pada jarak 50
nautical miles dan pada kondisi ketinggian 200 meter dari dasar laut.
Kemudian dalam melakukan pertukaran air ballast, kapal harus mengatur
agar sedimen yang ikut masuk ketika proses loading air ballast tidak terbuang
ketika kapal melakukan unloading air ballast.

3. Section C – Special Requirements in Certain Areas


Pada section C ini dijelaskan tentang wilayah di mana kapal tidak
boleh mengambil air ballast karena kondisi yang diketahui. Pihak terkait
harus memberitahukan kepada pihak pelaut area mana saja yang tidak boleh

BWM CONVENTION 2004 3


diambil air lautnya untuk dijadikan ballast. Area yang tidak diperbolehkan
untuk mengambil air ballast meliputi:
a. Diketahui wilayah tersebut mengandung wabah, infestasi, atau populasi
organisme dan patogen akuatik yang berbahaya (missal: mekar alga
beracun) yang kemungkinan memiliki relevansi dengan penyerapan atau
pembuangan air ballast.
b. Dekat pembuangan limbah
c. Area di mana pasang surut buruk atau waktu di mana aliran pasang surut
diketahui lebih keruh.
Selain memberi tahu pelaut tentang daerah yang tidak boleh diambil
air lautnya untuk dijadikan ballast, suatu pihak terkait juga harus memberi
tahu pada setiap negara pantai yang berpotensi terkena dampak dari daerah
yang dilarang untuk diambil air ballast nya tersebut.

4. Section D – Standards for Ballast Water Management


Dalam Section D ini, terdapat ketentuan mengenai sistem dan cara
yang harus dilakukan kapal dalam pertukaran air ballast. Kapal yang
melakukan pertukaran air ballast harus melakukannnya dengan efisiensi
paling sedikit 95 percent volumetrik air ballast. Sedangkan kapal yang
melakukan pertukaran air ballast dengan metode pemompaan harus
melakukan pemompaan selama tiga kali volume air ballast. Pemompaan dua
kali dapat diterima asalkan masih sesuai dengan 95 percent volumetrik air
ballast. Dan dalam melakukan pertukran air ballast kapal harus mengeluarkan
paling sedikit 10 organisme per meter kubik lebih besar atau sama dengan 50
mikrometer dalam satuan minimum. Dan dalam unloading air ballast tidak
melebihi indikator yang telah ditentukan. Indikator yang ditentukan dalam
regulasi ini adalah Toxicogenic Vibrio Cholerae dengan kurang dari 1 unit cfu
per 100 mililiter, Escherichia Coli kurang dari 250 cfu per 100 mililiter, dan
Enterococci Intestinal kurang dari 100 cfu per 100 mililiter. Kemudian ballast

BWM CONVENTION 2004 4


water management system yang telah dibuat oleh Ship Owner harus disetujui
oleh Recognise Organization yaitu kelas sebagai RO.

5. Section E – Survey and Certification Requirements for Ballast Water


Management
Negara yang telah meratifikasi hasil konvensi Ballast Water
Management 2004, maka setiap kapal yang mengibarkan benderanya akan
terkena regulasi mengenai Ballast Water Management dan harus mendapatkan
survey secara bertahap untuk memperoleh sertifikat yang dibutuhkan kapal
saat berlayar dan menghadapi survey Port State Control (PSC). Setelah
dilakukan survey oleh Recognised Organization maka Ship Owner akan
mendapatkan sertifikat mengenai Ballast Water Management. Dalam Ballast
Water Management Convention section E telah diatur mengenai survey dan
certification untuk Ballast Water Management Plan. Survey yang pertama kali
dilakukan adalah initial survey. Survey ini dilakukan pada saat kapal belum
dioperasikan dan survey ini harus memastikan bahwa semua peralatan,
struktur dan semua hal yang berkaitan dengan air ballast dapat berfungsi
dengan baik. Kemudian dilakukan juga renewal survey. Survey ini biasanya
tidak dilakukan melebihi lima tahun setelah initial survey dilakukan.
Tujuannya sama, namun sifatnya untuk memperbarui saja. Selain itu juga
dilakukan intermediate survey yang dilakukan dalam waktu 2 tahun setelah
sertifikat mengenai air ballast diterbitkan. Survey ini juga memastikan bahwa
peralatan dan semua hal yang berkaitan dengan air ballast harus masih
mampu beroperasi dengan layak dan sesuai standar. Selain itu dalam
memastikan peralatan dan sistem mengenai air ballast pada kapal dilakukan
juga survey tahunan dan survey tambahan.

BWM CONVENTION 2004 5


C. Manfaat Adanya Ballast Water Management Convention 2004

Regulasi yang telah dibuat oleh International Maritime Organization yang


berkaitan dengan air ballast yaitu Ballast Water Management Convention 2004
memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh semua pihak mulai dari negara yang
meratifikasi hingga Ship Owner yang melakukan bisinis ini. Negara yang meratifikasi
regulasi ini akan memperoleh manfaat yaitu menambah dan memperkuat
perlindungan ekosistem dan perairan dari spesies asing yang berbahaya dan dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem. Sehingga laut dapat terjaga dan lebih aman
dari spesies asing yang dibawa oleh kapal-kapal asing yang masuk ke dalam
perairannya. Selain itu negara yang meratifikasi juga dapat memperoleh manfaat
berupa pertukaran informasi dan teknologi dalam manajemen dan teknologi yang
berkaitan dengan pengaturan air ballast.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh oleh Ship Owner yaitu dapat lebih
mudah dalam membangun kapalnya, karena dengan adanya regulasi ini standard
yang dipakai oleh setiap negara yang meratifikasi regulasi ini adalah sama sehingga
mempermudah bisnis Ship Owner dan meminimalisir adanya penahanan oleh PSC
ketika masuk ke pelabuhan. Kemudian Ship Owner juga dapat memperoleh manfaat
berupa penghematan biaya untuk penelitian teknologi manajemen air ballast
dikarenakan dengan terbitnya regulasi ini akan banyak negara yang meneliti hal ini.
Selain itu, kru dan semua orang yang hidup di kapal akan merasa aman dari spesies
asing yang berbahaya yang terbawa dalam air ballast.

BWM CONVENTION 2004 6

Anda mungkin juga menyukai