Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


KONSEP GANGGUAN BERBAHASA

Dosen pembimbing:
Syiddatul Budury, S.Kep.Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelas 5C/Kelompok 1

Nurul Putri Istikomah (1130018074)


Imas Amelia Putri (1130018083)
Arum Rahmawati (1130018120)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TA. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada klien konsep gangguan
berbahasa.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini bisa teratasi. Oleh karna itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kami menyadari bahwa makalah yang telah
kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan baik dari segi
teknis maupun non-teknis. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Terutama bagi teman-teman yang ingin meneruskan makalah ini sehingga menjadi
lebih baik lagi.

Surabaya, 20 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Konsep Gangguan Berbahasa..........................................................................6
2.2 Etiologi Konsep Gangguan Berbahasa..........................................................................10
2.3 Klasifikasi Konsep Gangguan Berbahasa......................................................................12
2.4 Tanda dan Gejala Konsep Gangguan Berbahasa...........................................................13
2.5 Manifestasi Konsep Gangguan Berbahasa....................................................................14
2.6 Penatalaksanaan Konsep Gangguan Berbahasa.............................................................15
2.7 Patofisologi Konsep Gangguan Berbahasa....................................................................15
2.8 Jurnal Konsep Gangguan Berbahasa.............................................................................17
2.9 Askep Jiwa Teori Pada Klien dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan Bahasa........21
BAB 3 APLIKASI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Aplikasi Kasus...............................................................................................................40
3.2 asuhan keperawatan.......................................................................................................41
BAB 4 DIALOG ROLEPLAY..........................................................................................58
BAB 5 PENUTUP.............................................................................................................60
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................60
5.2 Saran..............................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................61

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan berbahasa merupakan prasyarat untuk memenuhi salah satu kebutuhan


manusia sebagai makhluk sosial. Kemampuan ini terbentuk melalui proses sejak dini.
Dengan menguasai bahasa sebagai salah satu alat komunikasi, anak akan belajar untuk
dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan
meningkatkan kemampuan intelektual.

Keterlambatan bicara dan bahasa pada anak diasosiasikan dengan kesulitan


membaca, menulis, memperhatikan, dan berinteraksi sosial. Pada abak yang tidak
memenuhi milestone bicara dan bahasa sesuai dengan usianya, evaluasi perkembangan
komprehensif penting karena perkembangan bicara dan bahasa yang atipikal dapat
merupakan karakteristik sekunder gangguan fisik dan perkembangan lain, yang mungkin
bermanifestasi awal sebagai gangguan bahasa. Deteksi dan intervensi awal dapat
memperbaiki aspek emosi, sosial, dan kognisi, sehingga memperbaiki outcome. Jika
dicurigai ada keterlambatan bicara pada anak, orang tua perlu diberi penjelasan dan anak
segera dirujuk ke ahli gangguan bahasa dan audiolog.

Gangguan Bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor Bahasa yang dialami


oleh seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator seluruh
perkembangan anak. Jika sesorang anak tidak mampu berbicara maka dapat
menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya kelak.
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang
dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif,
fungsi saraf, emosi, psikologi, dan lain sebagainya.
Gangguan bicara dan Bahasa adalah suatu penyebab gangguan perkembangan yang
paling sering ditemukan. Pada anak gangguan ini semakin hari semakin meningkat
pesat, beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan Bahasa
berkisar 5- 10 % pada anak sekolah

4
Prevenlensi gangguan Bahasa ekspresif terentang 3-10 % dari semua anak sekolah,
yang Sebagian besar diperkirakan adalah antara 3 dan 5%, pada gangguan Bahasa
ekspretif anak-anak berada dibawah kemampuan yang diharapakan dalam hal
pembedaharan kata, pemakaian keterangan waktu (tense) yang tepat, produksi kalimat
yang kompleks, mengingat kata – kata.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi konsep gangguan berbahasa?
2. Bagaimana etiologi konsep gangguan berbahasa?
3. Bagaimana tanda dan gejala konsep gangguan berbahasa?
4. Bagaimana klasifikasi konsep gangguan berbahasa?
5. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien konsep gangguan berbahasa?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Jiwa diharapkan
mahasiswa agar mengerti dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah psikologis konsep gangguan berbahasa:
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam makalah ini dapat sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi konsep gangguan berbahasa.
2. Mengetahui etiologi konsep gangguan berbahasa.
3. Mengetahui tanda dan gejala konsep gangguan berbahasa
4. Mengetahui klasifikasi konsep gangguan berbahasa
5. Mengetahui asuhan keperwatan jiwa pada pasien konsep gangguan berbahasa
1.4 Manfaat Penulisan
Sebagai bahan belajar memperoleh wawasan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien masalah psikososial konsep gangguan bahasa serta
meningkatkan keterampilan dan wawasan. Bagi calon perawat dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan asuhan keperawatan pada pasien masalah psikososial

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Konsep Gangguan Berbahasa

Kemampuan berbahasa membedakan manusia dengan binatang. Orang tua dengan antusias
menunggu awal perkembangan bicara anak mereka. Bila anak tidak dapat bicara normal, maka
mereka mengira bahwa anak mereka bodoh atau retardasi. Sering orang tua memperkirakan
bahwa perkembangan bicara anak diluar normal merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan,
sehingga membawanya ke dokter.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena
kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya,sebab
melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan lingkungan disekitar
anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Mereka
harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun
pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya, membagi
pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya (Andika, 2014).
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering terdapat pada anak anak.
Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orang tua (diluar gangguan pendengaran serta celah
pada palatum), maka angka kejadiannya adalah 0,9% pada anak dibawah umur 5 tahun dan
1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi langsung terhadap anak usia
sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang berdasarkan hasil wawancara.
Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak adalah sekitar 4-5%
(Sutoyo, 2015).
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan
serta pemulihannya dapat dilakukan seawal mungkin. Contohnya, pada seorang anak yang tuli
konduksi tetapi cerdas yang terlambat mendapat alat bantu dengar dan terapi wicara, serta tidak
diberi kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non verbal oleh dirinya sendiri sebelum
usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya agar mampu berbicara yang dapat
dimengerti, jelas dan terang telah hilang (Sutoyo, 2015).

6
PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL
Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 9,49% orang dewasa kinan dan
lebih dari 75% pada orang dewasa kidal. Khusus hemisfer untuk fungsi bahasa sudah dimulai
sejak didalam kandungan, tetapi berfungsi secara sempurna setelah beberapa tahun kemudian.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kerusakan otak unilateral sebelum maupun
sesudah lahir, diperkirakan fungsi berbahasa dapat diprogram oleh hemisfer lainnya, walaupun
kelainan yang khusus masih dapat diketemukan dengan tes yang teliti. Kelenturan perkembangan
otak seperti ini menyebabkan macam perkembangan bahasa pada anak sukar ditentukan.
Seperti pada orang dewasa terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak khususuntuk
berbahasa, yaitu dibagian anterior (area Broca dan korteks motorik) dan di bagian posterior (area
Wernicke). Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan sekunder, diteruskan ke
bagian kortecks temporoparietal posterior (area Wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan
yang sudah disimpan. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus arcuata
ke bagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada
salah satu dari jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian
posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan dibagian anterior
akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.
Periode kritis bagi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa adalah periode antara
9-24 bulan awal kehidupan. Pengamatan langsung terhadap perilaku komunikasi selama
pemeriksaan rutin dapat diambil dari laporan orang tua. Anak yang sedang belajar berbicara,
akan mengamati dengan seksama wajah lawan bicaranya dan gerakan-gerakan yang
dilakukannya sampai pada saat dimana petunjuk visual menjadi tidak penting. yang menandakan
peningkatan dalam memahami sinyal lisan pendengaran.
Dengan berkembangnya ketrampilan ekspresif anak, kemampuan yang meningkat dalam
berbicara dan berbahasa menjadi lebih mudah diamati. Periode 2-4 tahun pertama menunjukkan
peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan
perbendaharaan kata dan kontrol neuromotorik. Modulasi suara mungkin masih berlebihan,
pengendalian intensitas suara masih terbatas, demikian pula dengan pengendalian artikulasi dan
ritme berbicara. Selama periode inilah gangguan dalam kelancaran berbicara dapat lebih

7
kelihatan, seperti gagap atau cara bicara seperti bayi. Pengetahuan bahwa ketidak lancaran adalah
merupakan bagian dari perkembangan normal atas pengendalian berbicara, akan meredakan
kecemasan orang tua.
Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang pertama
muncul adalah suara.yang paling mudah dan paling gampang. yaitu suara bibir (dinyatakan
dalam huruf m. p, b, f, v, o). Berikutnya yang terdengar adalah suara sederhana yang dihasilkan
oleh lidah dan gusi (d, n, t). Ketika anak mulai menguasai kontak lidah-palatum (g. k, ng). sering
mereka bingung antara d dan g serta t dan k terutama bila keduanya muncul dalam satu kata
(misalnya dagu diucapkan dadu atau gagu). Jenis duplikasi fonetik ini sering terjadi pada umur 2
tahun, dan dapat pada umur 3 tahun.Ketika anak belajar membuat pembedaan suara, mereka juga
belajar mengendalikan motorik untuk pola bicara yang lebih kompleks dan dapat mengucapkan
huruf f, v, s dan Z. Karena suara-suara itu mirip, anak umur 3 tahun dapat keliru menyebut f
untuk s atau V untuk z.
Pengendalian dari berbagai bunyi ucapan biasanya dikuasai lebih dulu pada awal kala-
kata. Anak umur 2 tahun mungkin menghilangkan suara pada akhir kata; anak umur 3 tahun
dapat terpeleset pada bunyi ditengah kata, dan anak umur 4-5 tahun dapat mengalami kesulitan
dengan kata yang lebih kompleks. Kesalahan artikulasi dapat ter jadi sampai batas umur 7 tahun.
Anak umur 4 tahun adalah penerima bahasa ibu yang baik. Dapat saja terjadi kesalahan
artikulasi, tetapi ucapannya cukup dapat dimengerti dan telah menguasai dasar sintaks, fonetik
dan semantik.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa gangguan berbahasa berdampak
pada dua hal:
1) Lambat dalam pemerolehan bahasa dimana sebagai contoh, anak berusia lima tahun
memiliki kompetensi bahasa setara dengan anak usia dua tahun atau
2) Menyimpang dari bentuk baku-dimana anak memperoleh bahasa dengan urutan yang
berbeda dari kebanyakan anak, atau anak tersebut memiliki kemampuan yang sangat
berbeda dari penutur asli bahasanya sendiri.
3) Adapun jika ditinjau dari asalnya, gangguan berbahasa dapat dikategorikan kedalam dua
kelompok:

8
4) Gangguan berbahasa yang berkembang, artinya gangguan akibat kelainan yang dibawa
sejak lahir. Pada sebagian anak, terjadi kesulitan dalam pemerolehan bahasa akibat
kelainan tumbuh kembang.
5) Gangguan berbahasa yang diperoleh, artinya gangguan akibat operasi, stroke, kecelakaan
atau penuaan.
A. Gangguan Berbahasa secara Biologis
Gangguan bahasa secara biologis disebabkan ketidaksempurnaan organ. Contohnya yaitu
yang dialami tunarungu, tunanetra dan penyandang gangguan mekanisme berbicara.
1. Gangguan akibat ketidaksempurnaan organ
Pada penderita tunarungu, pendekatan modern yang digunakan untuk mendidik tunarungu
memprioritaskan pada pengajaran bahasa isyarat. Dengan menggunakan bahasa isyarat sebagai
bahasa ibu, tunarungu kemudian memahami bahasa lisan dan tulis sebagai bahasa kedua. Dewasa
ini mengajarkan pemahaman membaca gerak bibir lebih ditekankan. Namun demikian bagi
penderita tunarungu dengan kerusakan pendengaran yang sangat parah hanya dapat diajari
dengan bahasa isyarat.
Kemampuan anak tunarungu memahami bahasa isyarat sama cepatnya dengan kemampuan
anak normal belajar bahasa. Bahkan, kemampuan memproduksi ujaran pada anak tunarungu
justru lebih cepat dibandingkan dengan anak normal. Mengapa demikian? Bahasa isyarat tidak
membutuhkan jeda nafas untuk berpikir, dan tidak membutuhkan pembedaan mekanisme
artikulasi organ wicara sebagaimana bahasa lisa.
2. Gangguan pada mekanisme bicara
Ketidaksempurnaan organ bicara menghambat kemampuan seseorang memproduksi ucapan
(perkataan) yang sejatinya terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut
serta kerongkongan dan paru-paru. Hal ini disebut gangguan mekanisme berbicara. Menurut
Kelvin (2016) berdasarkan mekanismenya, gangguan berbicara dapat terjadi akibat kelainan pada
paru-paru (pulmonal), pada pita suara (laringal), pada lidah (lingual), serta pada rongga mulut
dan kerongkongan (resonmental).
I. Gangguan akibat faktor pulmonal
Gangguan berbicara ini dialami oleh para penderita penyakit paru-paru. Pada penderita
penyakit paru-paru ini kekuatan bernafasnya sangat berkurang, sehingga cara berbicaranya

9
diwarnai oleh nada yang menonton, volume suara yang kecil sekali, dan teroutus-putus,
meskipun dari segi semantic dan sintaksis tidak ada masalah.

II. Gangguan akibat faktor laringal


Gangguan pada pita suara menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi serak atau hilang
sama sekali. Gangguan berbicara akibat faktor laringal ini ditandai oleh suara yang serak atau
hilang, tanpa kelainan semantic dan sinataksis. Artinya, dilihat dari segi semantic dan sintaksis
ucapannya bisa diterima.
III. Gangguan akibat faktor lingual
Lidah yang sariawan atau terluka akan terasa pedih jika digerakkan. Untuk mencegah rasa
sakit itulah cara berbicara diatur dengan gerak lidah yang dibatasi. Dalam keadaan seperti ini
maka pengucapan sejumlah fonem menjadi tidak sempurna. Misalnya kalimat “Jangan ragu-ragu
silahkan ambil saja” menjadi “Hangan agu-agu siakang ambiy aja”.
Pada orang yang terkena stroke dan badannya lumpuh sebelah, maka lidahnya pun lumpuh
sebelah. Berbicaranya menjadi pelo atau cadel yang dalam istilah medis disebut disatria
(terganggunya artikulasi).
2.2 Etiologi Konsep Gangguan Berbahasa
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang
dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitit, fungsi
saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Seorang anak mungkin kehilangan pendengaran
sensoneural dari sedang sampai berat. Sedangkan yang lain mungkin kehilangan pendengaran
konduksi berulang, sehingga kemampuan bicara keseluruhannya menurun. Demikian pula suatu
gangguan bicara (disfasia) dapat terjadi tanpa adanya cedera otak atau keadaan lainnya. Blager
BF (1981)
Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus dicari
dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Disamping itu
kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini karena pada
perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri lebih baik. Sedangkan pada
laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik, yaitu untuk tugas yang abstrak dan

10
memerlukan keterampilan.Sedangkan Aram DM (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara
pada anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini:

1. Lingkungan sosial anak.


Antarpersonal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa.
Linggkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input.
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak dengan otitis
media kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan
menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli oleh karena
kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial (infeksi intra uterin: sifilis,
rubella. toksoplasmosis. sitomegalovirus), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar,
tuli sentral (sama sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan
integrasi arti bicara yang didengar menjadí suatu pengertian yang menyeluruh). dantuli psikis
seperti pada skizofrenia, autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya.Pola
bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat, demikian pula
dengan anak dengan defisit taktil-kinestetik akan terjadi gangguan artikulasi.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa.
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi
dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak.Gangguan
komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada sindrom Down.
4. Sistem produksi.
Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut, dan mekanisne
neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring,
pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring. faring, dan rongga
mulut.

11
2.3 Klasifikasi Konsep Gangguan Berbahasa

Ada beberapa gangguan yang perlu diperhatikan orangtua:


1) Disfasia
Gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak
seharusnya. Diketahui gangguan ini muncul karena adanya ketidaknormalan pada pusat bicara
yang ada di otak. Anak dengan otak gangguan ini pada usia setahun belum bisa mengucapkan
kata spontan yang bermakna, misalnya mama atau papa. Kemampuan bicara reseptif (menangkap
pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuan bicara ekspresif (menyampaikan suatu
maksud) mengalami keterlambatan. Karena organ bicara sama dengan organ makan, maka
biasanya anak ini mempunyai masalah dengan makan atau menyedot susu dari botol.
2) Gangguan disintegrative kanan-kanak (Childhood Diintegrative Disorder/CDD)
Pada usia 1-2 tahun, anak tumbuh dan berkembang dengan normal, kemudian kehilangan
kemampuan yang telah dikuasainya dengan baik. Anak berkembang normal pada usia 2 tahun
pertama seperti kemampuan komunikasi, sosial, bermain dan perilaku. Namun kemampuan itu
terganggu sebelum usia 10 tahun, yang terganggu diantaranya adalah kemampuan bahasa, sosial,
dan motoric.
3) Sindrom Asperger
Gejala khas yang timbul adalah gangguan interaksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan
pengulangan perilaku, ketertarikan, dan aktivitas. Anak dengan gangguan ini mempunyai
gangguan kualitatif dalam interaksi sosial. Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa
komunikasi nonverval (mata, pandangan, ekspresi wajah, sikap badan), tidak bisa bermain
dengan anak sebaya, kurang menguasai hubungan sosial dan emosional.
4) Gangguan multisystem development disorder (MSDD)
MSDD digambarkan dengan ciri-ciri mengalami problem komunikasi, sosial, dan proses
sensorik (proses penerimaan rangsang indrawi). Ciri-cirinya yang jelas adalah reaksi abnormal,
bisa kurang sensitive atau hipersensitif terhadap suara, aroma, tekstur, gerakan, suhu, dan sensasi
indra lainnya. Sulit berpartisipasi dalam kegiatan dengan baik, tetapi bukan karena tertarik
namun minat berkomunikasi dan interaksi tetap normal tetapi tidak bereaksi secara optimal
dalam interaksinya. Ada masalah yang terkait dengan keteraturan tidur, selera makan, dan
aktivitas rutin lainnya.

12
5) Gangguan Afasia
Afasia adalah gangguan bahasa yang mempengaruhi produksi atau pemahaman ucapan dan
kemampuan membaca dan menulis. Afasia selalu disebabkan oleh adanya luka pada otak,
sebagaian besar terjadi karena stroke terutama pada orang yang lebih tua. Selain itu, luka pada
otak juga dapat terjadi akibat adanya trauma kepala, tumor otak, atau infeksi otak lainnya. Afasia
dapat mempengaruhi sebagian besar aspek penggunaan bahasa dan mengganggu berbagai aspek
komunikasi. Meski begitu, beberapa saluran komunikasi masih dapat diakses untuk pertukaran
informasi secara terbatas. Ada beberapa tipe afasia berdasarkan lokasi yang terdapat dalam otak,
yaitu afasia global, afasia Broca, afasia mixed-transcortical, afasia terancortial motor, afasia
anomic, afasia terancortical motr, afasia anomic, afasia Wernicke, afasia transcortical sensori,
dan afasia conduction.
6) Gangguan Bahasa Lisan
Gangguan bahasa lisan atau kelainan bahasa lisan adalah gangguan bahasa dalam hal
memperoleh dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi melalui berbagai moda seperti
pidato, bahasa isyarat, atau keduanya. Gangguan bahasa lisan terjadi karena adanya penurunan
dalam pemahaman atau produksi salah satu dari lima domain bahasa yaitu fonologi, morfologi,
sintaktis, semantic, dan pragmatic. Gangguan bahasa lisan dapat berlangsung sepanjang hidup
dengan gejala yang berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
7) Gangguan bahasa ekspresif
Gangguan bahasa ekspresif terjadi ketika seseorang memiliki masalah dalam berbicara dan
menulis. Gangguan ini biasanya ditandai dengan berbagai permasalahan dalam memberikan
pertanyaan, memberi nama obyek, menempatkan kata-kata secara bersamaan dalam kalimat,
mempelajari lagu dan irama, menggunakan ejaan yang tepat, mengetahui bagaiamana memulai
percakapan dan mempertahankannya, menceritakan kisah berurutan dari awal, tengah, dan akhir.
2.4 Tanda Dan Gejala Konsep Gangguan Berbahasa

Afasia (aphasia) adalah sebuah sindrom pada sistem saraf (neurologis) yang merusak
kemampuan bahasa. Memori otak mereka mengalami kecacatan. Orang yang menderita penyakit
ini akan mengalamu kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan sulit memahami serta
menenukan kata-kata saat berkomunikasi. Tentunya, hal ini akan menimbulkan masalah pada
hidup penderitanya. Sebab, komunikasi adalah salah satu hal penting dalam kehidupan.
Afasia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

13
1. Nonfluent aphasia
Jenis aphasia ini akan terjadi bila ada kerusakan pada jaringan bahasa yang letaknya di
dekat daerah frontal otak bagian kiri. Ketika berkomunikasi, orang yang mengalami penyakit ini
akan menggunakan kalimat yang tidak lengkap. Namun, biasanya pendengar masih bisa
memahami maksud dari pesan yang disampaikan olehnya. Pengidap jenis aphasia ini juga
mampu memahami apa yang orang lain katakana, namun tidak sempurna seperti orang pada
umumnya. Selain itu, pengidapnya juga mungkin akan mengalami kelumpuhan pada tubuh,
khususnya tubuh sisi kanan.
2. Fluent aphasia
Jenis penyakit ini disebut juga dengan istilah Wernicke aphasia. Hal ini dapat terjadi
akibat jaringan bahasa yang terletak akibat jaringan bahasa yang terletak di sisi kiri tengah otak
mengalami kerusakan. Namun, orang yang mengalami jenis aphasia ini dapat berbicara dengan
lancar. Umumnya, penderita akan menggunakan kalimat yang panjang, kompleks, dan seringkali
tidak masuk akal. Sebab, kata-kata yang digunakan kurang dapat dipahami oleh orang lain.
Pengidap biasanya juga tidak dapat memahami bahasa lisan dengan baik.
3. Global aphasia
Jenis aphasia ini akan terjadi bila jaringan bahasa pada otak sudah mengalami kerusakan
yang parah dan meluas. Para penderitanya akan mengalami kecacatan yang tergolong dalam hal
memahami dan berekspresi.
Tanda dan Gejala umum yang dapat ditimbulkan dari penyakit aphasia adalah:
a. Sering mengucapkan kata-kata yang tidak dikenali
b. Sulit memahami pembicaraan orang lain
c. Sering menafsirkan bahasa kiasan harafiah
d. Hanya mengucapkan kalimat pendek dan tidak lengkap ketika berbicara
e. Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak masuk akal ketika berbicara ataupun
menulis.
2.5 Manifestasi Klinis Konsep Gangguan Berbahasa
a. Usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan bahkan untuk
kata tunggal
b. Sebelum usia 3 tahun bentuk kurang berat tidak terjadi sampai remaja awal, tetap
menunjukan keinginan berkomunikasi

14
c. Saat mulai bicara, defisit bahasa menjadi jelas, artikulasi immature
d. Usia 4 tahun, berbicara dengan frase pendek, biasanya meluapkan kata yang lama saat
mereka mempelajari kata yang baru
e. Bahasa verbal atau isyarat di bawah tingkat usianya
f. Skor rendah pada tes verbal, ekspresif yang baku Bahasa, tata Bahasa sederhana dan
sangat terbatas
2.6 Penatalaksanaan Konsep Gangguan Berbahasa
Gangguan bicara biasanya pertama kali dikenal pasti oleh orang tua pasien atau pengasuh
anak. Jika dicurigai gangguan bicara perlu dilakukan tes pendengaran oleh ahli bicara dan
Bahasa sebagai Langkah pertama. Jika memang gangguan bicara disebabkan oleh gangguan
pendegaran , dapat dipasang alat bantu dengar.
Pemeriksaan Penunjang gangguan Bahasa
1. Pemeriksaan Labotorium

Semua anak dengan gangguan Bahasa harus dilakukan tes pendengaran .jika anak tidak
kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan “auditory brainstem responses”.

2. Terapi

Terapi harus dimulai segera setelah di diagnosa gangguan Bahasa. Terapi tersebut terdiri
dari Latihan pendorong perilaku dan praktek denga fonem (unit suara). Tujuannya adalah
untuk meningkatkan gaya berbahasa menggunakan terapi bicara konfensional.

2.7 Patofisiologi

15
16
Pohon Masalah Gangguan Komunikasi Verbal

Hambatan Perkembangan / Resiko tinggi mencederai


maturasi diri,orang lain dan
lingkungan

Gangguan Interaksi Sosial

Gangguan Memory

2.8 JURNAL

Jurnal 1
GANGGUAN BERBAHASA PADA PENDERITA STROKE SUATU KAJIAN:
NEUROLINGUISTIK
Mhd Johan
Alpino Susanto
Universitas Putera Batam
Bahasa adalah suatu alat yang dipakai dalam berkomunikasi satu sama lainnya, karena
bahasa, satu negara dapat bersatu dalam mengusir penjajah dari bumi Indonesia ini. Hal itu
terdapat sumpah pemuda, oleh karena itu dapat dikatakan, bahasa sangat besar jasanya di negara
kita ini. Bahasa tidak dapat disampaikan jika salah satu artikulasimanusia tidak berfungsi dan
makna bahasa itu dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Penulis sengajamengambil judul
ini yang bertujuan untuk bagaimana seseorang untuk memahami ujaran-ujaran dari penderita
stroke. Perlu diketahui bahwa penderita stroke diperhatikan apalagi yang menderita itu salah satu
dari anggota keluarga kita. Jadi disini penulis berusaha untuk menjembatani komunikasi antara
penderita stroke dengan yang tidak menderita.
Penyakit stroke biasanya menyerang penderita yang berumur di atas empat puluh ke atas.
Banyak faktor yang menyebabkan penderita mengalami stroke. Bisa saja akibat makan yang di

17
makan dan faktor pikiran. Biasanya penderita stroke yang tidak dapat bicara berarti otak sebelah
kiri penderita mengalami gangguan. Menurut New et al (2016) mengatakan bahwa gangguan
bicara pada motoric termasuk juga pada apraksia. Gangguan bicara biasanya terjadi gangguan
pada hemisfer kiri penderita. Gangguan dalam bicara itu menandakan bahwa gangguan motoric
bicara penutur sedang mengalami gangguan, gangguan itu disebut dengan afasia broca atau
disartria.
Hemisfer sebelah kiri adalah dimana otak bicara kita berada. Jadi apabila terjadi
gangguan saraf kiri terganggu secara otomatis penderita mengalami gangguan dalam bicara.
Gangguan itu dapat berupa pelafalan morfern. Dalam melafalkan morfem itu pasti terganggu
pada pelafalan fonem. Iterjadinya gangguan dalam melafalkan fonem dapat terjaid pada daerah-
daerah yang berbeda.
Pada umumnya gangguan dalam memproduksi fonem, dapat terjadi berbagai peristiwa:
peristiwa ini meliputi, antara lain peristiwa penghilangan, peristiwa ganti dan peristiwa
penambahan.
Adapun contoh dari peristiwa itu adalah: peristiwa ganti, /lari/menjadi /lali, Peristiwa
penambahan, /anak/ menjadi /annak/.
Dengan adanya peristiwa diatas pemahaman pendengar menjadi terganggu, makna yang
ditangkap oleh pendengaran menjadi tidak jelas. Sehingga respon atau tindakan yang akan
dilakukan pendengar tersebut sulit dipahami.
Penelitian pertama dilakukan oleh Barker Young dan Robinson (2017). Teori produksi
bahasa lisan dan studi lesi menyoroti beberapa proses persiapan konseptual prasatuistik penting
yang terlibat dalam produksi ujaran terpadu yang koheren. Kohesi dan koherensi secara luas
menghubungkan kalimat dengan gagasan sebelumnya dan keseluruhan topic. Mekanisme
kognitif yang lebih luas dapat mengetahui apakah pasien stroke tanpa afasia menunjukkan
gangguan pada kohesi dan koherensi dalam kalian yang terhubung dan peran fungsi perhatian
yang eksekutif dalam produksi ucapan yang terhubung. Pada keseluruhan kelompok stroke,
kinerja yang lebih baik pada tes. Fungsi eksekutif hayling, yang memanfaatkan
inisiasi/penekanan spontan, terkait dengan pengulangan proposisi dan kesalahan kohenrensi yang
lebih sedikit.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Galluzzia, Burecaa, Guangliaa, Romanic (2015)
mengatakan dalam penelitiannya adalah membuat kesalahan bunyi yang mempermudah target

18
fonologi. Selain itu, penyederhanaan sangat terkait dengan variabel lain seperti dominasi
kesalahan pada konsonan, bukan vocal namun tidak dengan tindakan lain seperti tingkat
kesalahan leksikal hasil ini menunjukkan bahwa kesalahan bunyi tidak dapat muncul pada
tingkat fonologis tunggal karena berbeda pada pasien.
Stroke adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kematian pada saraf penderita
sehingga penderita tidak dapat bergerak. Stroke itu terbagi menjadi dua bagian, pada bagian
pertama penderita mengalami penyumbatan jalan darah ke otak dan yang kedua terjadi pecahnya
pembuluh darah.
Salah satu bagian itu dapat mengakibatkan gangguan berbicara pada penderita stroke.
Gangguan itu terdapat pada otak belahan kiri penderita atau terjadi pada hemisfer kiri dimana
tempat saraf berbicara berada. Gangguan berbicara yang dialami oleh penderita seperti pelafalan
morfem dengan menggunakan fonem yang tidak tepat.

Jurnal 2
ANALISIS RIWAYAT PENGGUNAAN BAHASA BILINGUAL DENGAN ANAK
KETERLAMBATAN BICARA DI RS IMANUEL BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019
Festy ladyani
Astri Pinilih
Muhammad faqih
Universitas Malayati
Berdasarkan skringing perkembangan yang dilakukan depkes RI tahun 2003 pada
30 provinsi di Indonesia didapatkan bayi yang mengalami keterlambatan perkembangan adalah
45,12% (christiari,2013). Pada tahun 2016 di puskesmas kedaton tercatat terdapat sebelas balita
yang mengalami tumbuh kembang , dua balita mengalami gangguan perkembangan motorik,
delapan balita mengalami gangguan berbahasa dan satu balita mengalami gangguan tumbuh
kembang.Dwibahasa (bilingualism)adalah kemampuan menggunakan dua bahasa .kemampuan
ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang
dikomunikasikan orang lain secara lisan maaupun tertulis
Rancangan penelitihan ini menggunakan desain penelitihan deskriptif dengan
pendekatan kualitif .pengolahan dan analisis data menggunakan teknik trianggulasi data berati
teknik teknik pengumpulan data dari tiga sudut yang berbeda . trianggulasi adalah teknik

19
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap data itu (notoatmojo,2002)
Hasil focus 1 gambaran tentang riwayat penggunaan bahasa bilingual terhadap anak
dengan speech delay
1. riwayat kelahiran sebagai faktor resiko
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informasi 1 menyatakan bahwa :”untuk anak
saya lahirnya section Caesar tidak mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) juga, karena
lahirnnya sekitar 2700 gram selama kehamilan juga saya tidak pernah ada masalah seperti
anemia ,dll.semuanya berjalan normal kecuali pada saat lahirnya saja “
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informasi 2 menyatakan bahwa : saya dapat
melahirkan anak saya melalui persalinan normal, anak saya juga tidak memiliki masalah berat
badan pada saat lahirnya berat badanya pada saat lahir 2900 gram .untuk riwayat kehamilan saya
tidak ada masalah ,tidak ada mengalami anemia selama kehamilan dan Nampak baik baik saja
2.riwayat speech delay
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan informasi 1 menyatakan bahwa : pada saat itu
anak saya baru berusia 1,5 tahun dan cumin bisa manggil maa.. paa… dan kalau meminta sesuatu
hanya bersuar tanpa tanpa arti sambil menunjukan sesuatu yang dia mau dan tidak bisa
mengambil benda kecil seperti kacang ,kismis,dll. Namun sampai umur 2 tahun anak sayapun
masi sama tidak ada perkembangan yang saya lihat,sejak dari itu baru saya ajak ke dokter lalu
dokter bilang bahwa ank saya mengalami speech delay
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan informasi 2 menyatakan bahwa : anak saya
pada saat itu bersama pengasuh ,karena saya dan sumi kerja .tapi saya mulai tahu itu mulai
sekitar 2 tahun 2 bulan krena saya lihat anak saya banyak diam memang kebutulan waktu itu
saya juga masi banyak diam begitu juga suami saya . jadi anak anak saya hanya bisa bilang pa
ma dan juga mengingikan sesuatu tidak bisa berkata,lebih ke bahasa isyarat,seperti itu .saya
menyadari bahwa ini kelainan jadi waktu itu saya bahwa ke dokter dan dokter bilang speech
delay

Jurnal 3
FENOMENA GANGGUAN BERBAHASA PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DALAM
LINGKUNGAN MASYARAKAT DIDAERAH CISAUK TANGGERANG

20
Laeli Hidayanti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bahasa merupakan medium bagi manusia untuk saling berinteraksi dengan manusia
lainnya , dimana interaksi antar sesama manusia merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah
kelangsungan hidup manusia . selain itu berfungsi sebagai medium untuk saling berinteraksi,
berbahasa juga berfungsi sebagai medium untuk mengekspresikan budaya dan apa yang sedang
dirasakan oleh pengguna bahasa tersebut .maka dar itu bahasa memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya
Menurut Harimurti kridalaksana dalam (kushartani ,yunowo,& lauder ,2009:3-6)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepkati
untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama
,berkomunikasi dan mengindentifikasi diri seperti yang dijelaskan pada uraian berikut :pertama ,
bahasa adalah sebuah sistem artinya bahasa itu bukanlah sejumlah unsure yang terkumpul secara
tak beraturan . kedua, bahasa adalah sebuah sistem tanda .tanda adalah hal atau benda yang
mewakili sesuatu,atau hal yang menimbulkan reaksi yang sama apabila orang yang menanggapi
(melihat , mendengar,dan sebagainya )apa yang diwakilkan itu .ketiga bahasa adalah sistem
bunyi . pada dasarnya bahasa adalah sebuah bunyi
Metode penelitihan ini menggunakan penelitihan deskriptif kualitif .penelitihan deskriptif
adalah metode penlitihan yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa
adanya .tujuan penelitihan deskriptif menggambarkan secara sistematis fakta , objek, atau subyek
apa adanya dengan tujuan menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti
secara tepat.

2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis Konsep Gangguan Berbahasa

1) Pengkajian
I Identitas
1. Perawat yang merawat klien melakukan Perkenalan dan kontrak dengan klien dan
berisi: nama perawat, nama klien, panggilan perawat, Panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2. Usia dan NO RM —?

21
3. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat dari keluhan pasien.
I. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien/keluarga:
. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
3. Bagaimana hasilnya atau tindakan yang dilakukan dirumah sakit dan dirumah?
II Faktor Predisposisi
. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan
berbahasa atau tidak bisa bicara bila ya beri tanda “✓”pada tanda kotak “Tidak”.
2. Apabila pada poin 1 “Ya” maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apabila dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala
gangguan jiwa maka beri tanda “✓” pada kotak “berhasil”, apabila dia dapat
beradaptasi tetapi masih ada gejala-gejala sisa maka beri tanda “✓” pada kotak
kurang berhasil” apabila tidak ada kemajuan atau gejala-gejala bertambah atau
menetap maka beri tanda “✓” pada kotak “Tidak berhasil”.
3. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami
gangguan berbahasa, tidak lancar berkomunikasi dengan teman sebaya,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan kekerasan dalam keluarga
dan tindakan kriminal, lalu beri tanda“✓” sesuai dengan penjelasan
klien/keluarga. Apakah klien sebagai pelaku dan atau korban, dan atau saksi,
maka beri tanda “✓” pada kotak pertama, isi usia saat kejadian pada kotak ke
dua. Jika klien pernah sebagai pelaku dan korban dan saksi (2 atau lebih) tuliskan
pada penjelasan.
. Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang kejadian yang dialami klien
terkait No. 1, 2, 3.
b. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya yang
mengalami gangguan jiwa atau keturunan tidak bisa berbicara atau bahasa kurang
lancar jika ada beri tanda “YP” pada kotak “Ya” dan jika tidak beri tanda “Y”
pada kotak “Tidak”. Apabila ada anggota keluarga lama yang mengalami
gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana hubungan klien dengan anggota

22
keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat pengobatan dan
perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut.
5. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak menyenangkan
(kegagalan, kehilangan/perpisahan/kematian, trauma selama tumbuh kembang
anak) yang pernah dialami klien pada masa lalu. Apakah anak mengalami afasia
atau disartria.

IV. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ:
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
klien.
2. Perempuan laki-laki cerai/putus hubungan meninggal orang yang tinggal
serumah orang yang terdekat klien umur klien
3. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
4. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh
klien, bila ada beri tanda “✓” ya dan bila tidak ada beri tanda “✓”pada kotak
"Tidak”.
5. Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai keluhan yang ada.
6. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.

V. Psikososial
a. Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga, contoh:

23
= perempuan = Orang yang Terdekat

= Klien

= laki-laki

= Umur Klien
47
=cerai/putus

= Hamil

= meninggal

= meninggal =orang yang tinggal serumah

a. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan


dan pola asuh.

24
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
 Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai
dan tidak disukai
b. Identitas diri, tanyakan tentang
 Status dan posisi klien sebelum dirawat.
 kepuasan klien terhadap status clan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok).
 Kepuasan klien sebagai laki-Iaki/perempuan.
c. Peran: tanyakan tentang,
 Tugas/peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/masyarakat
 Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut
d. Ideal diri: tanyakan tentang .
 Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.
 Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja,
masyarakat)
 Harapan klien terhadap penyakitnya
. Harga diri: tanyakan tentang
 Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2 a, b, c, d.
 Penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Hubungan sosial; tanyakan pada klien:
a. Siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat
bicara, minta bantuan atau sokongan.
b. Kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat.
c. Sejauh mana ia terlibat dalam kelompok di masyarakat. Masalah keperawatan
ditulis sesuai dengan data
4. Spiritual.
a. Nilai dan keyakinan: tanyakan tentang

25
 Pandangan dan keyakinan; terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang dianut.
 Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa,
b. Kegiatan ibadah: tanyakan tentang
 kegiatan ibadah di rumah secara individu dan kelompok.
 Pendapat klien/keluarga tentang kegiatan ibadah.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
V. Status Mental
Beri tanda “✓”pada kotak sesuai dengan keadaan klien, boleh lebih dari Satu
. Penampilan.
Data ini didapat melalui hasil observasi perawat/keluarga
a. Penampilan tidak rapi jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang
tidak rapi. Mis, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai. mis, pakaian dalam dipakai di luar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika penggunaan pakaian tidal tepat
(Waktu, tempat, identitas, situasi/kondisi).
d. Jelaskan hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,
membisu, apatis dan atau lambat.
b. Bila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain ‘ yang
tak ada kaitannya beri tanda“✓”pada kotak inkoheren.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Aktivitas motorik. Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawad keluarga.
a. Lesu, tegang, gelisah sudah jelas
b. Agitasi: gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan
c. Tik: gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol

26
d. Grimasen: gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol
klien
e. Tremor: jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari
f. Kompulsif kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seperti berulang kali
mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan dan sebagainya
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak
tercantum
h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
4. Alam perasaan.
Data ini didapat melalui basil observasi perawat/keluarga.
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas
b. Ketakutan: objek yang ditakuti sudah jelas.
c. Khawatir: objeknya belum jelas.
d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
5. Afek
Data ini didapat melalui hasil observasi perawat/keluarga.
a. Data: tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul: hanya bemksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
c. Labil: emosi yang cepat berubah-ubah.
d. Tidak sesuai: emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang
ada.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
6. Interaksi selama wawanmra.
Data ini didapat melalui hasil wawancara dan observasi perawat dan keluarga
a. Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas.
b. Kontak mata kurang-tidak mau menatap lawan bicara.
c. Defensif selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.

27
d. Curiga mcnunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada orang Iain
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7. Persepsi.
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali penghidungan sama dengan
penciuman.
b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi dan gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
8. Proses pikir.
Data diperoleh dari observasi dan saat wawancara
a. Sirkumstansial: pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b. Tangensial: pcmbicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak sampai pada tujuan.
c. Kehilangan asosiasi: pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideals: pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dam tidak sampai pada tujuan.
e. Bloking: pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali.
f. Perseverasi: pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data
9. lsi pikir. Data didapat melalui wawancara.
a. Obsesi: pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya.
b. Fobia:ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi tertentu.
c. Hipokondria: keyakinan terhadap. adanya gangguan organ dalam tubuh yang
sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi: perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau
lingkungan.

28
e. Ide yang terkait: keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di lingkungan
yang bermakna dan terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis: keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal :
 Agama: keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
 Somatik: klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan di katakan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
 Kebesaran: klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
 Curiga: klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan
secara berulang tétapi tidak sesuai dengan kenyataan.
 Nihilistik: klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal
dan dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
 Waham yang bizar
 Sisip pikir: klien yakin ada ide pikirin orang lain yang disisipkan di dalam
pikirannya yang disampaikan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
 Sisi pikir: klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang di pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan
secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenayataan.
 Kontrol Pikir: klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
10. Tingkat kesadaran.
Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan observasi,
Stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu, tempat, orang)
diperoleh melalui wawancara
a. Bingung, tampak bingung dan kacau.
b. Sedasi: mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/tidak sadar.

29
c. Stupor: gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan-gerakan yang diulang,
anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap canggung dan dipertahankan
klien, tetapi klien mengerti semua yang terjadi di lingkungan.
d. Orientasi waktu, tempat, dan orang jelas.
e. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal di atas.
f. Masalah keperawatan yang sesuai dengan data.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
h. yang mustahil/di luar kemampuannya.
11. Memori.
Data diperoleh melalui wawancara.
a. Gangguan daya ingat jangka panjang: tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi lebih dari satu bulan.
b. Gangguan daya ingat jangka pendek tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi dalam minggu terakhir.
c. Gangguan daya ingat saat ini: tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
d. Konfabulasi: pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung.
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mudah dialihkan: perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek
Iain.
b. Tidak mampu berkonsentrasi: klien selalu minta agar pertanyaan diulang/tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung: tidak dapat melakukan penambahan/pengurangan
pada benda-benda nyata.
d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
e. Masalah keperawatan sesuai data.
13. Kemampuan penilaian

30
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat mengambil keputusan yang
sederhana dengan bantuan orang lain. Contoh: berikan kesempatan pada klien
untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi.
Jika diberi penjelasan, klien dapat mengambil keputusan.
b. Gangguan kemampuan penilalan bermakna: tidak mampu mengambil
keputusan walaupun dibantu orang lain contoh: berikan kesempatan pada klien
untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi.
Jika diberi penjelasan klien masih tidak mampu mengambil keputusan.
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
14. Daya tilik diri.
Data diperoleh melalui wawancara.
a. Mengingkari Penyakit yang diderita: tidak menyadari gejala Penyakit
(perubahan Fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak Perlu pertolongan
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/Iingkungan yang
menyebabkan kondisi saat ini.
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
VI. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan .
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam
(suka/tidak suka/pantang) dan cara makan
b. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2. Eliminasi.
Observasi kemampuan klien untuk eliminasi.
a. Pergi, menggunakan dan membersihkan WC.
b. Membersihkan diri dan merapikan pakaian.

31
3. Mandi .
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut).
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4. Berpakaian
a. Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian dan alas kaki.
b. Observasi penampilan dandanan klien.
c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian
d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian.
5. lstirahat dan tidur.
Observasi dan tanyakan tentang:
a. Lama dan waktu tidur siang/tidur malam
b. Persiapan sebelum tidur Seperti: menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa.
c. Kegiatan sesudah tidur seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci muka
dan menyikat gigi.
6. Penggunaun obat.
Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
a. Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis. waktu dan cara.
b. Reaksi obat.
7. Pemeliharaan kesehatan. Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
a. Apa, bagaimana, kapan dan kemama, perawatan dan pengobatan berlanjut.
b. Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, tcman, institusi dan
lembaga pelayanan kesehatan) dan cara pemanfaatannya.
8. Kegiatan di dalam rumah. Tanyakan kemampuan klien dalam:
a. Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
b. Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).
c. Mencuci pakaian sendiri.
d. Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari

32
9. Kegiatan di luar rumah. Tanyakan kemampuan klien dalam:
a. Belanja untuk keperluan sehari-hari
b. Melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan
pribadi, kendaraan umum.
c. Kegiatan lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik telepon/air,
kantor pos dan bank).
d. Apakah pasien bisa memahami percakapan dengan orang lain.
VII. Mekanisme Koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda “✓” pada
kotak koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.
VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimiliki klien beri uraian Spesifikasi, singkat dan jelas.
IX. Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang di
miliki oleh klien disimpulkan dalam masalah.
X. Aspek Medis
Tuliskan diagnosis medis klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saat ini. baik obat fisik psikofarmaka dan terapi lain.
XI. Daftar Masalah Keperawatan
1. Tuliskan semua masalah disertai data Pendukung, yaitu data subjektif dan data
objektif.
2. Buat pohon masalah dari data yang telah dirumuskan.
XII. Daftar Diagnosis Keperawatan
1. dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi. berdasarkan pohon
masalah.
2. Urutkan diagnosis sesuai dengan prioritas
Pada akhir pengkajian, tuIis tempat data tanggal pengkajlan serta tanda tangan
dan nama jelas mahasiswa.

33
3. Diagnosa Keperawatan

Gangguan komunikasi verbal: hambatan lingkungan berhubungan dengan isolasi


sosial ditandai dengan ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan.
Gangguan memori: distraksi lingkungan berhubungan dengan gangguan persepsi
sensori ditandai dengan respon tidak sesuai.

4. Intervensi

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


TUM: 1. Klien mau membalas 1. Beri salam/ panggil nama
Klien tidak mampu salam a. Sebutkan nama perawat
berkomunikasi, berbicara. 2. Klien maumenjabat b. Jelaskan maksud hubungan interaksi
TUK: tangan c. Jelaskan akan kontak yang akan
1. Klien dapat membina 3. Klien dibuat
hubungan saling maumenyebutkan d. Beri rasa aman dan sikap empati
percaya nama namun gagap e. Lakukan kontak singkat tapi sering
komunikasi
4. Klien mau tersenyum
5. Klien mau sulit
memahami
komunikasi
6. Klien mau
mengetahui nama
perawat
2. Klien dapat 1. Klien tidak dapat 1. Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan persaannya atau
penyebab sulit perasaanya berkomunikasi
mempertahankan 2. Klien 2. Bantu klien untuk mengungkapkan
komunikasi mengungkapkan komunikasi atau cara menggunakan
tidak mampu ekspresi wajah.
melakukan

34
komunikasi yang
dipelajari
sebelumnya.
3. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien mengungkapkan apa
mengidentifikasi mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat tidak
penyebab tidak dapat perasaan dengan bisa berkomunikasi dengan bahasa
memahami gagap Indonesia
berkomunikasi atau 2. Klien dapat 2. Observasi tanda dan gejala gangguan
berbahasa. menyimpulkan tanda berbahasa pada klien
dan gejala gangguan 3. Simpulkan bersama klien dan tanda
berbahasa gejala tentang gangguan berbahasa
atau gangguan komunikasi verbal
4. Klien dapat 1. Kliendapat 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
mengidentifikasi mengungkapkan dengan menggunakan ekspresi wajah
komunikasi verbal dengan ekspresi wajah atau tubuh
yang biasa dilakukan dan bahasa isyarat 2. Banttu klien bermain peran sesuai
2. Klien dapat bermain dengan bahasa yang biasa dilakukan
peran sesuai bahasa 3. Bicarakan dengan klien, apakah
yang biasa dilakukan dengan cara yang klien lakukan
3. Klien dapat masalahnya selesai
mengetahui cara yang
biasa dilakukan untuk
menyelesaikan
masalah
5. Klien dapat 1. Klien tidak dapat 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara
mengidentifikasi akibat menjelaskan akibat yang digunakan
gangguan komunikasi gangguan komunikasi 2. Bersama klien menyimulkan akibat
verbal atau gangguan dari cara yang dilakukan klien
berbahasa namun ibu 3. Tanyakan kepada klien “apakah ia
klien menyampaikan ingin mempelajari cara baru yang
ke perawat bahwa yang sehat dan dapat berkomunikasi
digunakan ibu klien dengan pelan-pelan”

35
sehari-hari:
a. Akibat pada ibu
klien sendiri tidak
mengajarkan
komunikasi sesuai
dengan umur klien
b. Akibat pada orang
lain
c. Akibat pada
lingkungan
6. Klien dapat 1. Ibu klien dapat 1. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa
mendemonstrasikan menyebutkan contoh dilakukan klien
cara fisik untuk pencegahan gangguan 2. Beri pujian atas kegiatan fisik klien
mencegah gangguan berbahasa secara fisik yang biasa dilakukan
berkomunikasi verbal dengan: 3. Diskusikan dua cara fisik yang paling
a. Bahasa Isyarat mudah dilakukan untuk mencegah
b. Tidak nafsu makan depresi yaitu: bermain, interaksi antar
c. Tidak mempunyai sesama
minat 4. Diskusikan cara melakukan interaksi
d. Disfasia antar sesama
2. Klien dapat 5. Beri contoh klien untuk berinteraksi
mengidentifikasikan antar sesama
cara fisik untuk 6. Minta klien mengikuti contoh yang
mencegah gangguan diberikan sebanyak 5 kali
berkomunikasi 7. Beri pujian positif ats kemampuan
3. Klien mempunyai klien mendemontrasikan interaksi
jadwal untuk melatih antar sesama
cara pencegahan fisik 8. Tanyakan klien setelah selesai
yang telah dipelajari
sebelumnya
4. Klien mengevaluasi

36
kemampuan dalam
melakukan cara fisik
sesuai jadwal yang
telah disusun
7. Klien dapat 1. Ibu klien dapat 1. Diskusikan cara berbicara yang baik
mendemonstrasikan menyebutkan cara dengan klien
cara sosial untuk berbicara (verbal) 2. Beri contoh cara berbicara yang baik
mencegah gangguan yang baik dalam a. Meminta dengan baik
komunikasi verbal mencegah gangguan b. Menolak dengan baik
komunikasi verbal: c. Mengungkapkan perasaan dengan
a. Meminta dengan baik
baik 3. Meminta klien mengikuti contoh cara
b. Menolak dengan bicara yang baik
baik a. Meminta dengan baik “Saya minta
c. Mengungkapkan uang untuk membeli makanan”
perasaan dengan b. Menolak dengan baik “Maaf, saya
baik tidak bisa melakukan karena ada
2. Klien dapat kegiatan lain”
mendemonstrasikan c. Mengungkapkan perasaan dengan
komunikasi cara baik “Saya kesal karena saya tidak
verbal yang baik bisa berkomunikasi dengan nada
3. Klien mempunyai sedikit marah
jadwal untuk melatih 4. Meminta klien untuk mengulang
cara bicara yang baik sendiri
4. Klien melakukan 5. Beri pujian atas keberhasilan klien
evaluasi terhadap 6. Diskusikan dengan klien tentang
kemampuan berbicara waktu dan kondisi cara bicara yang
yang sesuai dengan dapat dilatih di ruangan, Misal:
jadwal yang telah menceritakan kekesalan pada
disusun perawatdan kejaidan tidak bisa
menggunakan berbahasa

37
7. Susun jadwal kegiatan untuk melatih
cara yang telah diajari
8. Klien mengevaluasi pelaksanaan
latihan cara bicara yang baik dengan
mengisi jadwal kegiatan (self-
evaluation)
9. Validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
10. Berikan pujian atas keberhasilan
klien
11. Tanyakan kepada klien “bagaimana
perasaan anda setelah latihan bicara
yang baik? Apakah keinginan merah
berkurang?
8. Klien dapat 1. Klien masih bingung 1. Diskusikan dengan klien tentang jenis
mendemonstrasikan menyebutkan jenis, obat yang diminumnya (nama, wana,
kepatuhan minum obat dosis, dan waktu besarnya); waktu minum obat (jika
untuk mencegah minum obat serta 3kali: pkl (07.00, 13.00, 19.00); cara
gangguan komunikasi manfaat dari obat itu minum obat)
verbal. (5 prinsip benar: benar 2. Diskusikan dengan klien manfaat
orang, dosis, waktu, minum obat secara teratur.
dan cara pemberian) a. Beda perasaan sebelum minum obat
2. Klien dan sesudah minum obat
mendemonstrasikan b. Jelaskan bahwa jenis obat hanya
kepatuhan minum boleh diubah oleh dokter
obat sesuai jadwal c. Jelaskan mengenai akibat minum
yang ditetapkan obat yang tidak teratur, misalnya
3. Klien mengevaluasi penyakitnya kambuh
kemampuannya 3. Diskusikan tentang proses minum
dalam mematuhi obat:
minum obat a. Klien meminta kepada perawat (jika

38
di RS) kepada keluarga (jika
dirumah)
b. Klien memriksa obat sesuai dengan
dosisnya
c. Klien meminum obat pada waktu
yang tepat
4. Susun jadwal minum obat bersama
klien
5. Klien mengevaluasi pelaksanaan
minum obat dengan mengisi jadwal
kegiatan sehari hari
6. Validasi pelksanaan minum obat klien
7. Beri pujian atas keberhasilan klien
8. Tanyakan kepada klien “bagaimana
perasaan anda minum obat secara
teratur? Apakah merasa tenang atau
gelisah?”

5. Implementasi
a. SP 1: Membina Hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab gangguan
komunikasi verbal: penurunan sirkulasi serebral tanda dan gejala yang dirasakan, apa yang
dilakukan, akibat dan cara mengajarkan berbahasa yang diajarkan oleh orangtua.
b. SP 2: Membantu klien latihan menggunakan berkomunikasi sesuai dengan bahasa
kehidupan sehari-hari (evaluasi latihan komunikasi A, B,C, latihan teknik menggunakan
bahasa mamam menjadi makan)
c. SP 3: Membantu klien latihan mengendalikan komunikasi secara verbal (evaluasi jadwal
harian tentang cara fisik, ekspresi wajah). Latihan melakukan sesuai dengan tahap
perkembangan dan perasaan tidak berguna secara verbal (interaksi antar sesama). Susun
jadwal latihan tahap perkembangan dan komunikasi dengan mengungkapkan perasaan
tidak berguna secara verbal

39
d. SP 4: Membantu klien latihan mengendalikan gangguan berkomunikasi secara spiritual dan
sering latihan berkomunikasi dengan satu kata dan buat latihan beribadah dan berdoa.
e. SP 5: Membantu klien latihan mengendalikan gangguan berbahasa dengan obat (bantu
klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar, disertai penjelasan komunikasi
pelan-pelan serta kegunaan obat dan akibat henti obat). Susun jadwal minum obat secara
terat

BAB III
Aplikasi kasus
3.1 APLIKASI KASUS

40
An . Rara berusia 5 tahun , pada tanggal 11 november 2020 dibawah ibunya ke
poli klinik tumbuh kembang ,ketika diperiksa dokter mengatakan An.Rara tidak ada
ganggguan pada pendengaran tetapi saat berkomunikasi dengan orang lain kontak mata
dan pengucapan tidak jelassehingga ada hubungan keterlambatan bicara yang dialami an.
Rara ,dokter menyarankan kepada keluarga untuk membawa ke rs jiwa menur supaya
diberikan edukasi atau dipriksa lebih lanjut .kemudian ibu an.rara mengatakan bahwa
pada usia 5 tahun bicaranya belum lancar dan tidak jelas ,tidak ada kontak mata .an. rara
ketika dipriksa , dokter mengatakan bahwa an. Ara menderita keterlambatan berbicara

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN

41
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Gangguan Berkomunikasi Verbal
FORMULIR PENGKAJIANKEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RUANGAN : Mawar TANGGAL : 18 Oktober 2020
RAWAT DIRAWAT
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial :An R Tanggal Pengkajian : 18 Oktober 2020
Umur : 5 thn No. RM : 773445
Informasi : Anak Kandung
II. ALASAN MASUK
Keluarga mengatakan bahwapx tidak mampu berbicara, tidak bisa menggunakan bahasa
yang benar, disfasia, tidak mampu melakukan kemampuan yang dipelajari, tidak mampu
mengingat informasi faktual, berbicara dengangagap, dan respons tidak sesuai. Kemudian sejak
kecil An R ibu kurang mengetahui tentang menstimulasi belajar berbahasa atau berbicara untuk
anak sehingga sewaktu kecil ada hambatan lingkungan (mis.ketidakcukupan informasi, ketiadaan
orang terdekat)
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil

Kurang berhasil

Tidak berhasil

3. Pengalaman Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : pasien tidak mengalami gangguan jiwa di masa lalu.


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

42
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwaYa Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan


tidak ada _________ tidak ada______________tidak ada
_______________________ _______________
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD :113/63mmHgN : 140x per menitS : 36°C
P :22 x per menit

2. Ukur : TB : 102cm BB : 24kg

3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak

Jelaskan : Pemeriksaan tanda-tanda vital dinyatakan normal


Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawata

V.PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Genogram

43
Keterangan :
: laki-laki : Hubungan Pernikahan

: perempuan : Tinggal bersama


: pasien : Meninggal

Jelaskan : pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara satu rumah dengan tante dan
om
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :bagian tubuh yang disukai adalah mata adik nomer dua karena memiliki
mata sipit.
b. Identitas :pasien perempuan, anak pertama dari tiga bersaudara tidak sekolah
c. Peran : pasien sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dalam
sehari-hariannya suka menyanyi, suka bermain boneka, masak-masakan
d. Ideal diri :pasien ingin menggunakan komunikasi verbal yang baik dan
berbicara dengan lancar.
e. Harga diri : tidak percaya diri karena tidak bisa menggunakan berbahasa yang baik
Masalah Keperawatan : gangguan komunikasi verbal

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Saudara tertua perempuan.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : saat berinteraksi sosial berbicaranya
kurang lancar atau gagap
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : bahasa sulit dimengerti
d. Masalah keperawatan: gangguan isolasi sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : dia beragama islam dan budaya jawa
b. Kegiatan ibadah : pasien tidak menjalankan sholat 5 waktu
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan yang di alami

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak


tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : pasien berpakaian dengan rapi karena masih di asuh oleh orang tuanya.

44
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap
√ Inkoheren

Apatis √ Lambat Membisu

Jelaskan :karena pasien tidak pernah diajarkan berkomunikasi dengan benar dan lancar
Masalah Keperawatan:gangguan komunikasi verbal

3. Aktivitas Motorik:
√ Lesu √ Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : karena pasien tidak percaya diri dengan teman-temannya.


Masalah keperawatan : gangguan percaya diri

Alam perasaaan
√ Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : pasien merasa sedih karena tidak mampu mempelajari kemampuan ketrampilan baru
dengan teman sebaya
Masalah Keperawatan : gangguan memori

5. Afek
Datar Tumpul √ Labil √ Tidak sesuai
Jelaskan : pasien afek merasa labil karena keinginanya sering berganti-ganti dan respon tidak
sesuai
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori

6. lnteraksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata (-) √ Defensif Curiga

Jelaskan : pasien tidak kontak mata dan sulit memahami komunikasi
Masalah Keperawatan : gangguan interaksi sosial

7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidung

Jelaskan : pasien normal

45
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan yang di alami

8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking Pengulangan


√ pembicaraan/persevarasi

Jelaskan :karena pasien sulit memahami berbahasa atau pengulangan berbicara


Masalah Keperawatan : gangguan berbahasa

9. Isi Pikir
√ Obsesi Fobia Hipokondria

ide yang terkait pikiran magis


Depersonalisasi

Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan :pasien normal


Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan yang di alami

10. Tingkat kesadaran


√ bingung sedasi stupor
Disorientasi
waktu tempat √ orang
Jelaskan : pasien tingkat kesadaran merasa kebingungan
Masalah Keperawatan : gangguan interaksi sosial

11. Memori
Gangguan daya ingat √gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan :pasien saat di panggil namanya terkadang sulit menyusun kalimat.


Masalah Keperawatan : gangguan komunikasi verbal

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu

berhitung sederhana
Jelaskan : karena pasin kontak mata berkurang, kurang responsif atau tertarik pada orang lain

46
Masalah Keperawatan : gangguan interaksi sosial

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : pasien normal


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


mengingkari penyakit menyalahkan hal-hal
yang diderita diluar dirinya
Jelaskan : pasien normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan yang di alami

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan

√ Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

√ Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : karena untuk kesembuhan minimal klien maka perlu pengawasan oleh orang tua
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatann yang di alami
3. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
√ Bantuan minimal Bantual total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 11.00s/d 15.00
Tidur malam lama : 21.00 s/d 06.00
Kegiatan sebelum / sesudah tidur
.
o.Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantual total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya √ tidak

Perawatan pendukung √ Ya tidak

8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya √ tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya tidak √

47
Mencuci pakaian Ya √ tidak
Pengaturan keuangan Ya √ tidak
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya tidak √

Transportasi Ya tidak√

Lain-lain Ya tidak
Jelaskan : karena semua kebutuhan klien masih di bantu oleh keluarganya dan kadang masih di
bantu perawat.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan yang di alami
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah √ reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif menghindar
Olahraga mencederai diri
Lainnya _______________ lainnya : _____________

Masalah Keperawatan : Pola Pikir Terlambat dan Interaksi sosial

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik tidak dapat berinteraksi sosial karena
√ banyak dibuly
√ Masalah dengan pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Masalah dengan perumahan, spesifik tidak mendapat pengakuan dari orang tua karena dia
merupakan anak yang tidak diharapkan kelahiran
Masalah ekonomi, spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Masalah lainnya, spesifik
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan : Hambatan lingkungan

X. Pengetahuan Kurang Tentang:


Penyakit jiwa √ system pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik
√ Koping obat-obatan
Lainnya :

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan yang di alami

48
XI. Data Lain-Lain
Tidak Ada

XII. Aspek Medik


Diagnosa Medis: Gangguan interaksi sosial
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan yang di alami

XIII. Daftar Masalah Keperawatan


Isolasi sosial (keterlambatan perkembangan dan ketidaksesuaian minat dengan tahap
perkembangan dan tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan)
XIV. Daftar Diagnosa Keperawatan
Gangguan komunikasi verbal

49
ANALISA DATA

Nama Pasien :An R Ruangan: Mawar


Umur : 5 Tahun No.Register: 773445

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. DS:
1. Klien mengatakan tidak Gangguan Interaksi Sosial Gangguan Komunikasi
Verbal.
mampu berbicara, tidak
bisa menggunakan bahasa
yang benar.
2. Klien mengatakan
disfasia, gagap, tidak ada
kontak mata, sulit
memahami komunikasi.
DO:
1. Pasien tampak lemah dan
tidak bersemangat
2. Pasien kurang komunikasi

1. DS:
1. Klien mengatakan tidak Gangguan memori Gangguan persepsi sensori
mampu mempelajari
ketrampilan baru.
2. Klien mengatakan tidak
mampu mengingat
informasi factual

50
DO:
1. Pasien tidak mampu
melakukan kemampuan
yang dipelajari
sebelumnya.
2. Pasien menyendiri karena
tidak bisa berkomunikasi

51
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An R Ruangan: Mawar


Umur : 5Tahun No.Register: 773445

No Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan interaksi sosisal.

52
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An R Ruangan: Mawar


Umur : 5 Tahun No.Register: 773445

Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf


TUM: 1.1 Bina Hubungan saling percaya dengan
Klien tidak mampu berkomunikasi, berbicara.
menggunakan prinsip komunikasi
TUK 1: Klien dapat membina hubungan
terapeutik.
saling percaya
Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah 1.2 Sapa ibu klien dengan ramah baik
atau tubuh, mau berjabat tangan, mau
verbal maupun non verbal
menjawab salam tetapi dengan gagap, klien
mau duduk berdampingan, sulit memahami Perkenalkan diri dengan sopan
komunikasi Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tujukan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
Jangan membantah dan mendukung
waham klien
Katakan perawat menerima keadaan
keyakinan klien. “saya menerima
pendapat dan keyakinan bapak atau
ibu”.
Katakan perawat tidak mendukung.
“kalau ibu tidak bisa mengajarkan
anak menggunakan berbahasa yang
baik maka bisa dibawa ke les
konsultasi”.
Yakinkan klien dalam keadaan aman.
“ibu, kondisi anak bisa berkomunikasi
di tempat yang aman dan terlindung”
Gunakan keterbukaan dan kejujuran,
jangan tinggalkan klien sendiri.

TUK 2:
Klien dapat mengidentifikasi penyebab sulit 2.1 Beri pujian pada penampilan dan
mempertahankan komunikasi. kemapuan klien yang realistis
Kriteria Evaluasi: Diskusikan dengan klien kemampuan
1. Klien mampu mempertahankan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini

53
komunikasi yang realitis. (hari-hari terlibat diskusi
dengan komunikasi verbal)
2. Klien tidak dapat mengungkapkan
perasaanya
3. Klien mengungkapkan tidak mampu
melakukan komunikasi yang dipelajari
sebelumnya.
TUK 3:
Klien dapat mengidentifikasi penyebab tidak
3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari
dapat memahami berkomunikasi atau
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak
berbahasa.
terpenuhi selama di rumah maupun di
Kriteria Evaluasi:
rumah sakit.
1. Kebutuhan klien terpenuhi
Hubungkan kebutuhan yang tidak
2. Klien dapat melakukan aktivitas terpenuhi dengan timbulnya komunikasi
verbal.
secara terarah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat
3. Klien tidak memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga.
menggunakan/membicarakan
Atur situasi agar klien tidak mempunyai
TUK 4: waktu untuk menggunakan komunikasi
Klien dapat mengidentifikasi komunikasi verbal
verbal yang biasa dilakukan
Kriteria Evaluasi:
1. Klien tidak dapat mengungkapkan 4.1 Memberikan edukasi untuk
berinteraksi sosial dengan teman sebaya
dengan ekspresi wajah dan bahasa
Identifikasi prioritas metode komunikasi
isyarat yang digunakan sesuai dengan
kemampuan
2. Keluarga dapat mengajarkan anak
Terapeutik
untuk berkomunikasi yang baik
Dukung pasien dari keluarga
menggunakan komunikasi efektif
TUK 5:
Observasi
Klien dapat dukungan keluarga dan teman
Ajarkan memformulasikan pesan dengan
Kriteria Evaluasi:
tepat.
1. Keluarga dapat membina hubungan
saling percaya 5.1Diskusikan dengan keluarga tentang.
Tanda-tanda tidak mampu berkomunikasi
2. Keluarga dapat menyebutkan
Lingkungn keluarga
pengertian, tanda dan tindakan untuk Gunakan metode komunikasi alternatif
(papan komunikasi dengan gambar dan
merawat klien gangguan komunikasi
huruf)
verbal Anjurkan keluarga melakukan merawat
atau tindakan dengan bantuan perawat

54
TUK 6:
Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik
untuk mencegah gangguan berkomunikasi
1.1 Anjurkan berbicara perlahan
verbal Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
Kriteria Evaluasi:
berhubungan dengan kemampuan
1. Modifikasi lingkungan untuk verbal.
meminimalkan bantuan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An R Ruangan: Mawar


Umur : 5Tahun No.Register: 773445

Diagnosa keperawatan:
Waham Kebesaran
Perubahan isi pikir berhubungan dengan harga diri rendah

Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf

Rabu, 18 SP1: S:
Oktober 1. Membina hubungan saling a. Klien dapat menjawab
2020
percaya salam perawat dengan
2. Membantu klien untuk percaya gagap
diri agar supaya dapat belajar b. Klien belum ada kemajuan
komunikasi ditandai dengan kontak
mata saat diajak berbicara
c. Klien mengatakan bahwa
3. Membantu dapat kabarnya baik namun
mengidentifikasikan hanya mengangukkan
kemampuan yang dimiliki kepala

55
4. Mengajarkan klien berinteraksi d. Klien sulit
dengan orang lain mengungkapkan kata-kata
pada orang lain
5. Menjadwalkan kegiatan e. Ibu klien mengajak
aktivitas klien sehari-hari berbicara sesuai dengan
bahasa yang dimengerti
O:
a. Klien menjawab salam
perawat
b. Klien saat berkomunikasi
tidak ada respon
c. Kontak mata sedikit
berkurang, tidak mampu
menggunakan eskpresi
wajah atau tubuh
d. Klien tidak mampu
berkomunikasi
e. Klien sulit menyusun
kalimat
A:
Klien mempraktekan
dengan cara berkenalan
P:

Evaluasi SP1:
a. Jelaskan perlunya
komunikasi efektif
b. .Gunakan metode
komunikasi alternatif
(mis isyarat tangan)

56
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Kamis, 19 SP2: Klien dapat mengidentifikasi S:
Oktober kemampuan yang belum muncul a. Klien mengatakan
2020 1. Mengevaluasi SP1
kabarnya membaik
2. Mengajarkan klien agar
b. Klien mengatakan mau
percaya diri
berkenalan dengan
3. Mengajarkan klien
perawat
berinteraksi dengan perawat
O:
lain c. Klien lebih semangat
4. Menjadwalkan kegiatan klien untuk berinteraksi
sehari-hari d. Klien mulai memahami
kalimat bahasa yang
baik pada orang lain
e. Kontak mata tidak ada
f. Klien tampak
kooperatif
P:
a. Jelaskan perlunya
berkomunikasi efektif
b. Motivasi klien untuk
berinteraksi dan
berkomunikasi dengan
orang lain
c. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari
dirumah maupun

57
dirumah sakit.

Perawat
a. Evaluasi SP1 dan SP2
b. Ajarkan keluarga cara
membantu pasien
berkomunikasi

Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf

Kamis, 20 SP3: Klien dapat mengidentifikasi S:


Maret 2020 kebutuhan yang belum terpenuhi a. Ibu klien mengatakan
belum muncul
bahwa anaknya sudah
1. Mengevaluasi SP 1
berkembang lebih baik
2. Melatih klien agar percaya
dari sebelumnya
diri dan belajar berinteraksi
b. Klien sudah percaya diri
dengan orang lain
untuk berinteraksi
3. Menjadwalkan aktivitas
dengan orang lain
kegiatan klien sehari-hari
O:
a. Klien lebih kooperatif
daripada sebelumnya
b. Kontak mata membaik
c. Klien sudah percaya diri
dan bisa berkomunikasi
dengan lancar.
A:
a. Klien mengulang SP1
dan SP2 yaitu masih
belajar berkomunikasi
dengan orang lain
b. Klien mampu
mengungkapkan isi
perasaannya dengan jelas

58
P:
a. Ajarkan pasien dan
keluarga pasien proses
kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan
berkomunikasi atau
berbahasa,
b. Ajarkan klien agar bisa
bisa melakukan kegiatan
aktivitas sehari-hari.
c. Anjurkan klien berbicara
secara perlahan dengan
baik dan jelas.
Perawat:
a. Sudah mengevaluasi SP1
dan SP2
b. Tidak mengulangi
tindakan untuk SP1, SP2
dan SP3 karena sudah
maksimal.

BAB 4
PEMBAHASAN ROLEPLAY
4.1 DIALOG ROLEPLAY

59
Pada hari minggu yang cerah ibu mengajak berkomunikasi An.Rara yang berusia 5 tahun saat
bermain bonekadan dokter-dokter annamun saatdipanggil namanya anak tersebut tidak merespon
sama sekali.
Mama : “Rara kesini nak”.
An R : “Hanya melihat saja tidak ada respon”.
Mama : “Anakku Rara kalau diajak ngomong itu harus memperhatikan mama”.
An R : “Aiiyaaaa mmam”.
Mama : “Mama ingin bicara sama kamu nak”.
An R : “Aaaammaa?”
Mama : “Bagaimana sekolahnya tadi nak?”.
An R : “Ehmm aaapa”.
Keesokkan harinya ibu mengantarkan An Rara pergi kesekolah dan menanyakan kondisi saat
pembelajaran di sekolah.
Mama : “Mbak wingi iku kelas TKB onok PR ta mbak?”
Ibu Susi : “Iyo mbak wingi onok pr mewarnai karo nulis ABC”.
Mama : “Lhoallah iyo ta mbak? Kok anakku wingi gak ngomong lek onok pr.”
Ibu Susi : “Iyo paling lali anak e sampean, opo gak sampean cek bukune ta mbak?”
Mama : “Oiyo kok gak tak cek, tak kiro gak onok pr soale anakku gak ngomong lek onok pr”.
IbuSusi : “Oalah mbak-mbak ya oposeh?”
Mama : “Mbak anakku lo tak ajak ngomong kok sek angel e gak tahu memperhatikan aku yo,
padahalan umur e wes 5 tahun maringene wes mlebu SD opo’o ngunu iku yo mbak? Bingung
sampekan mbak-mbak?
Ibu Susi : “Aku gak ero mbak, coba sampean priksa no nang poli klinik tumbuh kembangae”.
Mama : “Yoweslah mbak mene ae tak gowo nang dokter, suwon informasi e yo mbak”
IbuSusi :”Iyo podo-podo mbak.”
Beberapa hari kemudian Mama Rara membawa anaknya ke Rumah Sakit Jiwa di ruangan poli
klinik anak untuk memeriksakan kondisi anaknya.
Mama : “Ayo nak ikut mama ikut ke dokter?”
Anak Rara : “Emoh ndak mau atut aku”
Mama : “Loh gak papa gak di suntik kok cuma di periksa aja”
Anak Rara : “Aahh yoweslah”
Pada saat sudah sampai ke Rumah Sakit mama anak rara mengkonsultasikan tentang
perkembangan anaknya.
Perawa tAmel : “Permisi ibu, apa yang bisa saya bantu?”
Mama : “Ini anak saya bernama Rara sudah berumur 5 tahun tapi ngomongnya kok seperti tidak
jelas bahasanya dan sulit dipahami ya sus”
Perawat Amel : “ Oh kasus anak ibu ini keterlambatan berbicara, jadi ibu harus sering
memberikan edukasi”
Mama : “Iya sus edukasi seperti apa ya?”
Perawat Amel : “Edukasi itu seperti melatih anak ibu berbicara ABCD dengan baik dan jelas dan
sering melakukan menyusun kalimat yang benar”
Mama : “Oalah iya sus, berarti melakukan edukasi setiap hari ya sus?”
Perawat Amel : “Iya kalau ada waktu luang, tetapi usahakan setiap hari untuk melakukan edukasi
supaya ada hasil yang maksimal ya bu”
Mama : “Iya sus terimakasih atas bantuannya”
Perawat Amel : “Iya bu sama-sama semoga anaknya cepat bisa sembuh ya”

60
Mama : “Iya amin sus, makasih”
Mama : “Ayo nak pamitan dulu sama susternya bilang yang baik.”
Anak Rara : “Dadahhhhh suster, aci”
Perawat Amel : “Iyaa dek raraa”

BAB 5
PENUTUP

61
5.1 Kesimpulan
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering terdapat pada anak anak.
Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orang tua (diluar gangguan pendengaran serta celah
pada palatum), maka angka kejadiannya adalah 0,9% pada anak dibawah umur 5 tahun dan
1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi langsung terhadap anak usia
sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang berdasarkan hasil wawancara.
Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak adalah sekitar 4-5%
(Sutoyo, 2015).
Gangguan bahasa secara biologis disebabkan ketidaksempurnaan organ. Contohnya yaitu
yang dialami tunarungu, tunanetra dan penyandang gangguan mekanisme berbicara, gangguan
akibat ketidaksempurnaan organ, Ganguan akibat faktor pulmonal, gangguan akibat faktor
laringal
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang
dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitit, fungsi
saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Seorang anak mungkin kehilangan pendengaran
sensoneural dari sedang sampai berat. Sedangkan yang lain mungkin kehilangan pendengaran
konduksi berulang, sehingga kemampuan bicara keseluruhannya menurun.
5.2 Saran
Kedua orangtua dari kedua anak telah memiliki kebiasaan atau rutinitas yang baik di dalam
keluarganya, dimana keteraturan sehari-hari telah terjadi, anak-anaknya diminta untuk menaruh
pakaian kotor di tempatnya, membuka sepatu dan menaruh ditempatnya dan lainnya. Untuk lebih
meningkatkan kemampuan orangtua dan pengetahuan, hendaknya orangtua perlu memiliki
kesadaran bahwa anak-anak harus belajar berkomunikasi dan berbahasa agar motoric dan
sensorik anak berkembang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

62
Persatuan Perawat Nasiona (PPNI). 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1.
Sadock, Benjamin J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J, 2019. Konsep dan praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Pedagogia
https://health.kompas.com/read/2013/10/29/1138488/Bilingual.Sebelum.Usia.2.Tahun.Picu.Gang
guan.Bicara

63

Anda mungkin juga menyukai