Anda di halaman 1dari 3

Gaya Indis pada Bangunan Rumah Martha Tilaar

TUGAS MATA KULIAH SEJARAH DESAIN 1

1090

TIARA ALFIYATUN NI’MAH

2012354023

PROGRAM STUDI DESAN INTERIOR

FAKULTAS SENI RUPA

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA


Pengaruh Gaya Indis pada Bangunan Rumah Martha Tilaar
Kebudaayan indis merupakan pencerminan pola gaya hidup yang dianut sebagian kecil masyarakat
nusantara pada masa kolonial Belanda. Gaya ini merupakan perpaduan dari arsitektur barat dengan
arsitektur lokal karena berhubung iklim di Indonesia merupakan iklim tropis. Arsitektur indis ini
mencapai puncak kejayaan hingga abad 20. Arsitektur Indis pada masanya tak hanya berfungsi sebagai
gaya bangunan saja namun sebagai simbol kekuasaan dan status sosial tinggi. Namun lambat laun pada
masa ini, gaya arsitektur indis mulai terkikis oleh zaman. Contohnya di kota Kebumen, sebagian besar
bangunan dengan gaya arsitektur indi sudah di bugar. Beberapa bangunanpun runtuh karena tidak ada
yang merawat dan banyak pula yang terbengkalai sebagai bangunan kosong tak berpenghuni.

Roemah Martha Tilaar dibangun pada tahun


1920an oleh Liem Siauw Lam, seorang peternak
sapi dan pedagang hasil bumi. Kakeknya, Liem
Seng yang berasal dari wilayah Xian Men,
Tiongkok datang ke Gombong pada tahun 1830an
lewat Batavia dan Tegal. Rumah ini sendiri
dibangun dengan menggunakan gaya Indische
Empire, sebuah gaya arsitektur yang ngetrend di
Hindia Belanda saat itu dan diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Rafles.
Gaya ini merupakan modifikasi dari Empire Style Eropa yang disesusaikakan dengan iklim tropis.Rumah
ini juga mendapatkan pengaruh seorang arsitek terkemuka Amerika Frank Lloyd Wright (berkarya tahun
1900an) dalam beberapa elemen arsitekturnya. Hal ini terlihat dari beberapa ornamen pilar, pintu dan
motif kaca patri di gedung ini.

Denah simetris dengan satu lantai, terbuka, pilar di serambi depan dan
belakang (ruang makan), dan didalamnya terdapat serambi tengah
menuju ruang tidur dan kamar-kamar lainnya.

Pilar menjulang ke atas gaya Yunani dan terdapat gevel (mahkota) di


atas serambi depan dan belakang. Menggunakan atap perisai. Bagian
fasad terdapat lengkungan. Langit-langit tinggi, beranda depan dan
belakang dengan bukaan lebar, serta simetrisnya posisi jendela dan
pintu yang memungkinkan terjadi cross ventilation.
Di bagian ruang depan untuk lantainya menggunakan ubin-ubin enkaustik dan
juga menggambarkan iklim tropis.

Untuk bentuk jendelanya pun menjulang tinggi yang menjadi identitas pengaruh gaya
bangunan Kolonial pada masa itu. Lampu-lampunya pun banyak terinspirasi dari motif
art nouveau. Tak hanya lampu, bahkan banyak sekali properti-properti bergaya art
nouveau di dalamnya.

Rumah martha tilaar ini memiliki dua fungsi. Fungsi pertama adalah
sebagai destinasi wisata inspiratif. Wisatawan yang datang dapat
menimba pengetahuan mengenai budaya dan kehidupan masa lalu
sekaligus mereguk inspirasi dari perjalanan hidup seorang Martha
Tilaar. Suasana vintage yang tenteram juga menjadi oase
menyejukkan bagi mereka yang lelah oleh rutinitas kerja harian.
Sedangkan fungsi kedua adalah menjadi wahana pemberdayaan
masyarakat. Semua langkah yang dilakukan bertumpu pada empat
pilar Martha Tilaar Group, yaitu Beauty Green (lingkungan), Beauty
Culture (seni budaya), Beauty Education (pendidikan) dan
Empowering Women (pemberdayaan wanita).

Daftar Pustaka

https:gombongtranswisata.wordpress.com/2018/09/07/sejarah-roemah-martha-tilaar-gombong-dan-ibu-
martha-tilaar/

Anda mungkin juga menyukai