Anda di halaman 1dari 14

BAB 12 TERMODINAMIKA

Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Dalam termodinamika
kamu akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang
sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di luar) sistem
disebut lingkungan.

Usaha Luar
Usaha luar dilakukan oleh sistem, jika kalor ditambahkan (dipanaskan) atau kalor dikurangi
(didinginkan) terhadap sistem. Jika kalor diterapkan kepada gas yang menyebabkan perubahan
volume gas, usaha luar akan dilakukan oleh gas tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gas ketika
volume berubah dari volume awal V1 menjadi volume akhir V2 pada tekanan p konstan
dinyatakan sebagai hasil kali tekanan dengan perubahan volumenya.

W = p∆V= p(V2 – V1)

Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang
ditulis sebagai

pers01Tekanan dan volume dapat diplot dalam grafik p – V. jika perubahan tekanan dan volume
gas dinyatakan dalam bentuk grafik p – V, usaha yang dilakukan gas merupakan luas daerah di
bawah grafik p – V. hal ini sesuai dengan operasi integral yang ekuivalen dengan luas daerah di
bawah grafik.

fig2004Gas dikatakan melakukan usaha apabila volume gas bertambah besar (atau mengembang)
dan V2 > V1. sebaliknya, gas dikatakan menerima usaha (atau usaha dilakukan terhadap gas)
apabila volume gas mengecil atau V2 < V1 dan usaha gas bernilai negatif.

Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi dalam gas
berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas
tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak
tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.

Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam keadaan gerak
yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari seluruh partikel yang
bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau
sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh
partikel-partikel di dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas
sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan
perubahan energi dalam gas. Secara matematis, perubahan energi dalam gas dinyatakan sebagai

untuk gas monoatomik


pers02

untuk gas diatomik

pers03

Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah konstanta
umum gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan suhu gas (dalam kelvin).

Hukum I Termodinamika
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat
mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu
sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan
hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.

Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami
perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada
sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam.
Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I
termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara
sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.

Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q,
benda (krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W
dan benda (krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti
mengalami perubahan energi dalam ∆U.

Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di
dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini
dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan
energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama
dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan
sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai
pers04Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

isothermal_process

Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak
melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.
Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.

QV = ∆U

Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan
melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W
= p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan
hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku

pers05Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang
diserap gas pada volume konstan

QV =∆U

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

W = Qp − QV

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang
diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume
konstan (QV).

diag11

Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh
sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi
dalamnya (W = ∆U).

Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing p1
dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi p2 dan
V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
pers06Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada
tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1).

Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk kurva yang mirip dengan
grafik p – V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.
Diposting oleh Ogi Wahyudi di 23.46
Pengertian Kapasitas Kalor Gas
Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan "banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat sebesar 1 kelvin". Pernyataan ini dapat dituliskan secara matematis sebagai

C = Q/ΔT atau Q = CΔT\


keterangan:

C= Kapasitas Kalor

Q = Qalor

∆T = Kenaikan Suhu

Kapasitas gas kalor adalah kalor yang diberikan kepada gas untuk menaikan suhunya
dapat dilakukan pada tekanan tetap (proses isobarik) atau volum tetap (proses isokhorik). Karena
itu, ada dua jenis kapasitas gas kalor yaitu:

1. Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap

2. Kapasitas kalor pada volum tetap.

Uraikan Konsep Kapasitas kalor Gas


Kapasitas kalor gas diperoleh dari fungsi empirik temperatur, dan biasanya dalam bentuk
yang sama. Kapasitas kalor gas sangat dipengaruhi oleh tekanan, namun pengaruh tekanan pada
sifat termodinamika tidak digunakan dalam. Karena gas pada tekanan rendah biasanya mendekati
ideal, kapasitas kalor gas ideal bisa digunakan untuk hampir semua perhitungan gas real pada
tekanan atmosfir.
1. kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (Cp)

Kapasitas kalor gas adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat satu Kelvin
pada tekanan tetap. tekanan system dijaga selalu konstan. Karena yang konstan adalah tekanan,
maka perubahan energi dalam, kalor, dan kerja pada proses ini tidak ada yang bernilai nol.

Maka secara matematis :

Cp = Q/ΔT = ((5/2PΔV)/(ΔT)) = ((5/2nRΔV)/(ΔT)


Cp = 5/2nR
2. Kapasitas kalor gas pada volum tetap (Cv)

Kapasitas kalor pada volum tetap artinya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat
satu kelvin pada volum tetap. Artinya kalor yang diberikan dijaga selalu konstan.

 Karena volume system selalu konstan, maka system tidak bisa melakukan kerja pada
lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada system. Jadi
kalor yang ditambahkan pada system digunakan untuk menaikan energi dalam sistem.

Maka secara matematis :

Cv = Q/ΔT = (3/2nRΔT)/ΔT

Cv = 3/2nR

Berdasarkan persamaan di atas dapat diperoleh bahwa:

Cp – Cv = 5/2nR – 3/2nR

Cp – Cv = nR

Kapasitas yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah untuk gas monoatomik.
Sedangkan untuk gas diatomik dan poliatomik tergantung pada derajat kebebasan gas. Dapat
digunakan pembagian suhu sebagai berikut:

 Pada suhu rendah (± 250 K): Cv = 3/2nR dan Cp = 5/2nR

 Pada suhu sedang (± 500 K): Cv = 5/2nR dan Cp = 7/2nR

 Pada suhu tinggi (± 1000 K): Cv = 7/2nR dan Cp = 9/2nR

Oleh karena itu, konstanta Laplace γ dapat dihitung secara teoretis sesuai persamaan sebagai
berikut:

 Gas monoatomik: γ = Cp/Cv = ((5/2nR)/(3/2nR)) = 5/3 = 1,67

 Gas diatomik pada suhu kamar: γ = Cp/Cv = ((7/2nR)/(5/2nR)) = 7/5 = 1,4

Dengan memasukan nilai Qp danQc sertqa W diperoleh :

C  p∆T – Cv∆T = p∆V
(C  p – Cv  ) = p∆V

C  p – Cv= p∆V / ∆T

Akhirnya kita mendapatkan rumus lengkap usaha yang dilakukan oleh gas seperti dibawah ini :

 W = p∆V = p (V2- V1)

 W = nR∆V = nR(T2- T1)

 W = Qp - Qv = (Cp – Cv)∆T


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Hukum II Termodinamika
College Loan Consolidation Tuesday, November 25th, 2014 - Kelas XI

Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi. Hukum


Kekekalan Energi yang dinyatakan dalam Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa energi
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Misalnya, perubahan usaha (energi potensial)
menjadi energi kalor atau sebaliknya. Akan tetapi, tidak semua perubahan energi yang terjadi di
alam ini prosesnya dapat dibalik seperti pada Hukum I Termodinamika. Contoh, sebuah benda
yang jatuh dari ketinggian h sehingga menumbuk lantai. Pada peristiwa ini terjadi perubahan
energi kinetik menjadi energi kalor (panas) dan sebagian kecil menjadi energi bunyi.
Mungkinkah energi-energi kalor dapat berubah menjadi energi kinetik dan menggerakkan benda
setinggi h? Jelas bahwa hal ini akan terjadi, meskipun benda kita panaskan terus-menerus.

Advertisment

Bagan transfer kalor pada mesin pemanas

Hukum II Termodinamika

Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang


mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.

1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah
reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah
reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari
luar (Clausius).
3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi
proses irreversibel (Clausius).
Bunyi Hukum II Termodinamika

Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas para ilmuwan merumuskan prinsip baru, yaitu
Hukum II Termodinamika, dengan pernyataan : “kalor mengalir secara alami dari benda yang
panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke
benda panas”.

Pengertian Entropi

Termodinamika menyatakan bahwa proses alami cenderung bergerak menuju ke keadaan


ketidakteraturan yang lebih besar. Ukuran ketidakteraturan ini dikenal dengan sistem entropi.
Entropi merupakan besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap keadaan, dari
keadaan awal hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi entropi suatu sistem menunjukkan
sistem semakin tidak teratur. Entropi sama seperti halnya tekanan dan temperatur, yang
merupakan salah satu sifat dari sifat fisis yang dapat diukur dari sebuah sistem. Apabila sejumlah
kalor Q diberikan pada suatu sistem dengan proses reversibel pada suhu konstan, maka besarnya
perubahan entropi sistem adalah :

dengan:

ΔS = perubahan entropi ( J/K)


Q = kalor ( J)
T = suhu (K)

Mesin Pendingin

Mesin pendingin merupakan peralatan yang prinsip kerjanya berkebalikan dengan mesin kalor.
Pada mesin pendingin terjadi aliran kalor dari reservoir bersuhu rendah ke reservoir bersuhu
tinggi dengan melakukan usaha pada sistem. Contohnya, pada lemari es (kulkas) dan pendingin
ruangan (AC). Bagan mesin pendingin dapat dilihat pada gambar berikut.
Bagan proses penyerapan kalor pada mesin pendingin

Ukuran kinerja mesin pendingin yang dinyatakan dengan koefisien daya guna merupakan hasil
bagi kalor yang dipindahkan dari reservoir bersuhu rendah Q2 terhadap usaha yang dibutuhkan
W.

dengan:

Kp = koefisien daya guna


W = usaha yang diperlukan ( J)
Q1 = kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi ( J)
Q2 = kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah ( J)
T1 = suhu pada reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 = suhu pada reservoir bersuhu rendah (K)

Penerapan hukum II termodinamika dapat diamati pada proses mengalirnya kalor pada mesin
pemanas seperti ditunjukan pada gambar berikut.
Bagan penerapan hukum II termodinamika pada mesin pemanas
Siklus carnot merupakan suatu siklus termodinami-ka yang melibatkan proses isotermal,
isobarik, dan isokorik. Siklus adalah suatu rangkaian sedemikian rupa sehingga akhirnya kembali
kepada keadaan semula. Misalnya, terdapat suatu siklus termodinami-ka yang melibatkan proses
isotermal, isobarik, dan isokorik. Sistem menjalani proses isotermal dari keadaan A sampai B,
kemudian menjalani proses isobarik untuk mengubah sistem dari keadaan B ke keadaan C.
Akhirnya proses isokorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya (A). Proses dari A ke
keadaan B, kemudian ke keadaan C, dan akhirnya kembali ke keadaan A, menyatakan suatu
siklus.

Advertisment

Siklus termodinamika

Apabila siklus tersebut berlangsung terus menerus, kalor yang diberikan dapat diubah menjadi
usaha mekanik. Tetapi tidak semua kalor dapat diubah menjadi usaha. Kalor yang dapat diubah
menjadi usaha hanya pada bagian yang diarsir (diraster) saja. Berdasarkan diatas besar usaha
yang bermanfaat adalah luas daerah ABCA. Secara matematis dapat ditulis seperti berikut.

Usaha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran jam, dan bernilai negatif jika
berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan energi dalam ΔU untuk satu siklus sama dengan
nol ( ΔU = 0) karena keadaan awal sama dengan keadaan akhir.

Siklus Carnot

Berdasarkan percobaan joule diketahui bahwa tenaga mekanik dapat seluruhnya diubah menjadi
energi kalor. Namun, apakah energi kalor dapat seluruhnya diubah menjadi energi mekanik?
Adakah mesin yang dapat mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha? Pada tahun 1824, seorang
insinyur berkebangsaan Prancis, Nicolas Leonardi Sadi Carnot, memperkenalkan metode baru
untuk meningkatkan efisiensi suatu mesin berdasarkan siklus usaha. Metode efisiensi Sadi
Carnot ini selanjutnya dikenal sebagai siklus Carnot. Siklus Carnot terdiri atas empat proses,
yaitu dua proses isotermal dan dua proses adiabatik.

Bentuk Siklus Carnot

Proses Pada Siklus Carnot

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan siklus Carnot sebagai berikut.

1. Proses AB adalah pemuaian isotermal pada suhu T 1. Pada proses ini sistem menyerap kalor Q 1
dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan usaha WAB.
2. Proses BC adalah pemuaian adiabatik. Selama proses ini berlangsung suhu sistem turun dari T 1
menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC.
3. Proses CD adalah pemampatan isoternal pada suhu T2. Pada proses ini sistem menerima usaha
WCD dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2.
4. Proses DA adalah pemampatan adiabatik. Selama proses ini suhu sistem naik dari T 2 menjadi T1
akibat menerima usaha WDA.

Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang memiliki efisiensi tertinggi
yang selanjutnya disebut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh sistem untuk satu siklus
sama dengan luas daerah di dalam siklus pada diagram p – V. Mengingat selama proses siklus
Carnot sistem menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melepas kalor Q2 ke
reservoir bersuhu rendah T2, maka usaha yang dilakukan oleh sistem menurut hukum I
termodinamika adalah sebagai berikut.
Dalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang penting. Untuk mesin
kalor, efisiensi mesin (η) ditentukan dari perbandingan usaha yang dilakukan terhadap kalor
masukan yang diberikan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

Untuk siklus Carnot berlaku hubungan , sehingga efisiensi mesin Carnot dapat
dinyatakan sebagai berikut.

Keterangan:

η : efisiensi mesin Carnot


T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)

Efisiensi mesin Carnot merupakan efisiensi yang paling besar karena merupakan mesin ideal
yang hanya ada di dalam teori. Artinya, tidak ada mesin yang mempunyai efisien melebihi
efisiensi mesin kalor Carnot. Berdasarkan persamaan di atas terlihat efisiensi mesin kalor Carnot
hanya tergantung pada suhu kedua tandon atau reservoir. Untuk mendapatkan efisiensi sebesar
100%, suhu tandon T2 harus = 0 K. Hal ini dalam praktik tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu,
mesin kalor Carnot adalah mesin yang sangat ideal. Hal ini disebabkan proses kalor Carnot
merupakan proses reversibel. Sedangkan kebanyakan mesin biasanya mengalami proses
irreversibel (tak terbalikkan) tidak seperti mesin carnot.

Anda mungkin juga menyukai