Tumesen Dr. Edwin (Bedah)
Tumesen Dr. Edwin (Bedah)
Ide untuk mengambil lemak yang berlebihan pada bagian tubuh bukanlah hal baru. Pada
tahun 1921, Charles Dujarrier dari Perancis, berusaha mengerok lemak betis dan lutut seorang
penari wanita dengan menggunakan kuret uterus. Tindakan tersebut mengakibatkan komplikasi
serius karena trauma pada arteri femoralis, sehingga kaki sang penari harus diamputasi. 1
Tahun 1964, Schrudde mengambil lemak betis dengan melakukan insisi kecil dan kuretase
mengakibatkan hematoma dan seroma. Pitanguy menyukai sayatan en bloc lemak dan kulit
untuk mengurangi timbunan lemak, tetapi jaringan parut bekas luka yang panjang membuat
teknik ini tidak popular.1
Era sedot lemak modern dimulai setelah ayah dan anak, Arpad dan Giorgio Fischer dari
Roma membuat kanula tumpul berlubang yang dilengkapi dengan alat penyedot. Beberapa
kanula awalnya juga dilengkapi dengan pisau tajam. Publikasi Fischer dilakukan pada tahun
1976. Mereka juga mengembangkan metode kris-kros pada penyedotan. Teknik ini memberikan
hasil yang baik.1
Pierre Fournier dari Paris, menunjukkan minat yang besar terhadap teknik sedot lemak
dari Fischer. Fournier merupakan pelopor teknik kering (dry technique) , yaitu cairan yang
disuntikkan ke jaringan lemak. Fournier menjadi pemimpin sedot lemak dan lipoinjection (injeksi
lemak) di dunia, mempraktekkan teknik tumesen (tumescent technique), dan berkeliling dunia
mengajarkan dan mempopulerkan bedah lemak. Di pihak lain, Illouz juga dari Paris, lebih
menyukai teknik basah (wet technique) dengan menggunakan saline hipotonik dan enzim
hialuronidase yang dianggap berfungsi sebagai “hydrodissecting”: untuk mempermudah
penyedotan lemak, mengurangi trauma dan perdarahan. Illouz banyak melakukan publikasi
ilmiah ke seluruh dunia.1
Di Amerika Serikat, Lawrence Field (1977) merupakan dokter kulit pertama yang
melakukan sedot lemak setelah belajar pada Illouz dan Fournier.1 Tahun 1987, Jeffery Klein juga
seorang dokter kulit melaporkan penemuannya mengenai teknik anestesi tumesen (tumescent
anesthesia). Teknik baru ini dilakukan dengan cara infiltrasi lidokain encer ditambah epinefrin
sehingga sangat mengurangi perdarahan dan sedot lemak dapat dilakukan hanya dengan
anestesi lokal saja. Penemuan ini membuat revolusi liposuction di dalam setiap bidang
spesialisasi dan komplikasi sedot lemak, terutama perdarahan menjadi sangat minimal.2
Sebelum penemuan Klein, keharusan transfusi darah bagi pasien yang menjalani sedot lemak
merupakan anggapan umum di seluruh dunia.
Di Indonesia, sedot lemak dilakukan sejak tahun 1980-an, tetapi dengan terjadinya 1
kasus kematian akibat tindakan tersebut, sedot lemak menjadi menakutkan dan sangat tidak
popular.
Bulan November tahun 1990, PERDOSKI PUSAT mengadakan kursus pertama, yaitu
Kursus bedah kulit nasional di RSPAD Gatot Subroto dengan pengajar antara lain Dr. Lawrence
Field, Prof. Marwali Harahap, Sp.KK, dr. IGAK Rata, Sp.KK, dr. Sjarif M.Wasitaatmadja, Sp.KK,
dan dr. Edwin Djuanda, Sp.KK (yang baru mengikuti Kursus Liposuction di Graduate Hospital,
Philadelphia). Dalam kursus tersebut sedot lemak termasuk dalam salah satu topik yang
diajarkan, baik teori maupun praktek. Pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990, reaksi dunia
medis Indonesia terhadap sedot lemak umumnya cenderung melarang dan mencegah agar
sedot lemak tidak dilakukan lagi karena membahayakan jiwa pasien. Hal ini tidak
mengherankan, karena dunia medis Indonesia belum mendapat informasi dan belum percaya
bahwa sedot lemak dapat dilakukan dengan hanya anestesi lokal. Saat ini anestesi tumesen
dilakukan oleh hampir seluruh dokter sedot lemak di seluruh dunia.
Di antara tahun1990-2000 beberapa kali Marwali Harahap mendatangkan para ahli
bedah kulit dunia untuk mengajarkan bedah kulit di Solo (Jawa Tengah) dan Jakarta (RS
Persahabatan). Bulan Maret 2000, Pierre Fournier memberikan kursus sedot lemak di RS
Persahabatan Jakarta. Bulan Maret 2002, kembali Lawrence Field datang ke Indonesia untuk
memberikan kursus sedot lemak di Cimahi/Bandung, Padang dan Medan .
Pada tanggal 20 April 2002 di FKUI ,dalam rangka Temu Akbar FKUI, bertempat di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto
Mangunkusumo, dilakukan lokakarya sedot lemak yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin bekerjasama dengan Departemen Bedah Plastik FKUI-RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo.3
Dirintis dan di kembangkan oleh para ahli bedah kulit, antara lain untuk terapi lipoma,
angiolipoma, hiperhidrosis aksilaris, hematoma, dan lymphedema. 1
Selain itu sedot lemak digunakan juga sebagai terapi anti- kanker dan anestesi tumesen dapat
digunakan sebagai cara untuk menyebarkan obat anti-kanker. 6
SAFETY WARNING
DOSIS MAKSIMUM LIDOKAIN (2,7)
7mg/kgBB MAXIMUM SAFE DOSE untuk preparat komersial campuran LIDOKAIN+ADRENALIN
35mg/kgBB TUMESCENT LIDOKAIN : MAXIMUM SAFE DOSE untuk BIUS LOKAL NON LIPOSUCTION
50mg/kgBB TUMESCENT LIDOKAIN: MAXIMUM SAFE DOSE untuk BIUS LOKAL LIPOSUCTION
1.Penggunaan tumesen
a. DRY Technique: tidak mengunakan tumesen, tetapi anestesi umum (general
anesthesia). Komplikasi banyak, yaitu perdarahan, tidak rata, nyeri, dan sebagainya.
Saat ini hampir tidak digunakan lagi.5
b. Wet Technique: menggunakan tumesen. Paling baik menggunakan cairan formula Dr.
Klein atau Dr Lillis: umumnya dilakukan dalam anestesi lokal, komplikasi rendah, hasil
lebih rata, lebih aman dan lebih baik.5,7
2. Kanula
a. Tajam, seperti kuret: tidak digunakan lagi7,10
b. Tumpul: aman, beberapa tipe lubang/ ujung opening7,10
3.Tenaga Sedot
a. Menggunakan mesin vakum5,7
b. Menggunakan spuit (syringe, semperit) 60cc5,7
c. Menggunakan mesin resiprokal
Saat ini sedot lemak teraman adalah menggunakan anestesi lokal tumesen dan kanula
tumpul, dengan tenaga sedot mesin ataupun semperit (syringe).
Guna mengurangi komplikasi, cairan tumesen tetap harus diberikan, walaupun pasien dalam
anestesi umum.
Hal yang perlu diperhatikan adalah
tidak melebihi dosis maksimal lidokain, karena akan menyebabkan toksisitas 7, serta
batasi volume aspirat (cairan + lemak) yang dikeluarkan dari tubuh, yaitu tidak lebih dari
2000 cc per prosedur.3
Daerah yang akan disedot ditandai batasnya dengan spidol, daerah untuk tempat masuk
jarum anestesi yang juga merupakan tempat keluar-masuk kanula dicari dan ditentukan. 3
Tindakan antiseptik: seluruh bagian kulit dicuci dengan betadine ®/hibiclens®/dsb. Duk
linen steril digunakan untuk alas dan membatasi daerah steril. Sterilitas harus dijaga sepanjang
prosedur sedot lemak.3
Yang penting diingat adalah luka sedot lemak di kulit kecil, tetapi luka di subkutis besar.
Sangat berbahaya bila mengabaikan proses sterilitas pembedahan sedot lemak. 5
Dari 708 kasus (378 pasien) sedot lemak di Jakarta Skin Center (November 1993-1999)
terdiri atas wanita 359, pria 19, usia 14 – 85 tahun. Pada sebagian besar pasien dilakukan sedot
lemak 2 kali atau lebih (190/ 378) . Satu pasien dilakukan sedot lemak 11 kali. Bagian tubuh yang
paling sering disedot pada wanita adalah: abdomen (242/708), paha lateral (saddlebag)
(91/708), paha dalam (74/708), lengan atas (72/708), dan punggung (57/708); sedangkan pada
pria: pinggang/love handle (12/19),dan dagu (6/19).3
Keuntungan teknik tumesen
PENUTUP
Sedot lemak (liposuction) dan injeksi lemak (lipoinjection) adalah tindakan kosmetis yang
cukup aman bila dokter memahami dengan benar, melakukan dengan teknik aman,
memperhitungkan dosis dan mencegah segala kemungkinan komplikasi yang mungkin timbul.
Hasil sedot lemak adalah efektif, dengan derajat kepuasan pasien yang tinggi.
Teknik anestesi tumesen memberikan andil yang sangat besar untuk keamanan sedot
lemak, dan dapat digunakan untuk kasus bedah kulit lain.
Dokter bedah kulit berperan besar dalam evolusi sedot lemak di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Flynn TC, Coleman III WP, Field LM, Klein JA, Hanke CW. History of Liposuction. Dermatol Surg, 2000; 26(6):
515-20.
2. Klein JA. Tumescent technique for local anesthesia improves safety in large-volume liposuction. Plast Reconstr Surg
1993; 92(6):1085-98.
3. Djuanda E. Teknik Bedah sedot lemak yang aman, Lokakarya Liposuction FKUI, 20 April 2002.
4. Djuanda E. Liposuction Membentuk Tubuh Dengan Sedot Lemak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1996.
5. Fournier P. Liposculpture: The Syringe Technique. Paris: Arnette Blackwell, 1991: 243–8.
6. Horn LCE, Fischer U, Hockel M. Occult tumor cells in surgical specimens from cases of early cervical cancer treated
by liposuction-assisted nerve-sparing radical hysterectomy Int J of Gynecol Cancer 11 (2), 159-160.
7. Klein JA. Tumescent Technique, tumescent anesthesia & microcannular liposuction. St Louis: Mosby, 2000.
8. Shiffman MA. Liposuction Disasters. 3rd World Congress of International Congress of Aesthetic Surgery, Tokyo 8-10
April 2000.
9. NEWSLINE American Academy of Cosmetic Surgery, July/August 2000: vol.14 number 4
10. Djuanda E. Liposuction surgery in Indonesia:my technique. Int J of Aesth Surg, 2000; 37(supl): 69
11. Shelton R, Rokhser CK. Tumescent liposuction, http://www.emedicine.com/derm/topic526.htm March, 10, 2006
***