Anda di halaman 1dari 100

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN DIABETES MELITUS TIFE II


DI PUSKESMAS BETUNG KOTA
TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

DESVANITA IRISANTI
142011814010P

I
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN DIABETES MELITUS TIFE II
DI PUSKESMAS BETUNG KOTA
TAHUN 2020

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Derajat


Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:
II
DESVANITA IRISANTI
142011814010P
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIABETES MELITUS TIFE II
DI PUSKESMAS BETUNG KOTA
TAHUN 2020

Telah disetujui pada tanggal:

….…………………………….

Oleh :

DESVANITA IRISANTI
142011814010P

III
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Dedi Pahrul, S.Kep,M.Bmd Ns.M Ramadhani Firmansyah,M.Kep


NIK. NIK

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIK Siti Khadijah Palembang

Ns. Asih Fatriansari, M.Kep.


NIK. 088545

IV
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertandantangan dibawah ini:

Nama : Desvanita Irisanti


NIM : 142011814010P
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tife II di
Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Skripsi ini

tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis

juga tidak terdapat karya pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut

dalam daftar pustaka, apabila ternyata kelak terbukti ada ketidak benaran

dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab

sepenuhnya.

Palembang Agustus 2020


Yang Membuat Pernyataan

V Desvanita Irisanti
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan nikmat sehat dan kurnia-Nya serta sholawat dan salam kepada
Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan sepanjang hayat, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi dengan judul Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tife 2 di Puskesmas Betung
Kota tahun 2020
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Keperawatan di STIK Siti Khadijah Palembang. Dalam
menyalesaikan skripsi ini banyak sekali kesulitan dan hambatan yang terjadi.
Namun, berkat bantuan beberapa pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
juga. Untuk itu pada kesempatan ini tak lupa penulis ingin mengucapkan
terimakasih terutama kepada:

1. DR. dr. H. Ibrahim Edy Sapada, M.Kes selaku ketua STIK Siti Khadijah
Palembang yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
2. Ns.Asih Fatriansari,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIK Siti Khadijah Palembang. Terimakasih atas masukan dan semua ilmu
yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu keperawatan.
3. Apriani,S. Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan kritikkan yang membangun dalam menyelesaikan skripsi.
4. Ns. Dedi Pahrul,S.Kep,M.Bmd dan Ns.M Ramadhani Firmansyah,M.Kep
selaku dosen pembimbing dan pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan arahan dan masukan
dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Teman-teman yang VItak bisa kusebut satu persatu di semua angkatan dan
khususnya Program S1 Keperawatan STIK Siti Khdijah Palembang tahun
2020
6. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis, terima kasih semuanya.
Penulis menyadari sangat jauh dari kesempurnaan serta masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu diharapkan saran dan kritik
agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di
bidang Ilmu Keperawatan.

Billahi fii sabilil haq wa fastabiqul khoirot ....


La ‘izzata illa bil islam ...

Palembang, Agustus 2020


Penulis

Desvanita Irisanti

VII
FORMULIR PENGAJUAN JUDUL

Nama : Desvanita Irisanti


NIM : 142011814010P
Usulan Judul : Medikal Beda
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tife II di

Puskesmas Betung Kota Tahun 2020


Prioritas Pertama

Permohonan Nama Pembimbing


Pembimbing I : Ns. Dedi Pahrul, S.Kep,M.Bmd
Pembimbing II : Ns.M Ramadhani Firmansyah,M.Kep
Usulan Judul Cadangan
1. Hubungan Antara Nyeri Fraktur Dengan Kualitas Tidur Pasien Diruang Rawat

Inap Puskesmas Betung Kota Tahun 2020


2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Penerapan Menejeman Nyeri

Pada Pasien Frkatur Di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Palembang Agustus 2020


Mahasiswa Yang Menyatakan

DESVANITA IRISANTI
142011814010P

LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Desvanita Irisanti


NIM : 142011814010P
Judul : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
VIII Kejadian Diabetes Melitus Tife II di
Puskesmas Betung Kota Tahun 2020
Pembimbing I : Ns. Dedi Pahrul, S.Kep,M.Bmd
Pembimbing II : Ns.M Ramadhani Firmansyah,M.Kep

NO TANGGAL PEMBIMBING I/II MASUKAN TANDA

PEMBIMBING TANGAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati


orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di
samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan
Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
IX
mengetahui lagi Maha Bijaksana

(QS. Al Fath :4)


“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan
berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri?". (QS. Fushilat:33)

Dengan mengucapkan syukur yang tak terterhingga kepada Allah Ta’ala


serta

sholawat dan salam bagi Baginda


Rasulullah SAW Karya
sederhana ini kupersembahkan
untuk:

Allah Rabbul’alamin ... Rasululloh Muhammad SAW

Suami, Anak dan Ortu yang ananda cintai

Terimakasih untuk setiap do’a,


kasih sayang dan pengorbanan
yang diberikan untukku

Syukron wa jazzakumullohu khoiron kastiron …

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data

dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun

2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Tujuan penelitian ini
X
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes

Melitus Tipe 2 di Puskesmas Betung Kota Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin.


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional.

Sampel penelitian ini sebanyak 41 responden pasien DM yang berobat di Puskesmas

Betung Kota Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin, didapatkan 41 sampel. Hasil

penelitian menunjukkan Tingkat Pendidikan, riwayat keluarga, umur dan kadar

Obesitas berhubungan dengan kejaidan DM Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki

hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa Tubuh (p 0,006 OR

0,14; 95% CI 0,037-0,524). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali

untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL..........................................................................................................
XI
i

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME....................................... iv

ABSTRAK......................................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iix

DAFTAR TABEL............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN…......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalahan ................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 6

1.3.1. Tujuan Umum................................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................. 6

1.4 Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 6

1.5 Manfaat Penelitian…………..................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 9

2.1 Tinjauan Teori…….................................................................. 9

2.1.1 Defenisi Diabetes Melitus.............................................. 9

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus.......................................... 10

2.1.3 Etiologi
XII Diabetes Melitus ............................................. 11

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus.............................. 18


2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus........................................ 19

2.2 Konsep Kadar Gula Darah......................................................... 21

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe II

Yang diteliti ............................................................................... 22

2.4 Hipotesa Penelitian................................................................... 26

2.5 Puskesmas................................................................................. 26

2.5.1 Pengertian Puskesmas ..................................................... 26

2.5.2 Profil Puskesmas Betung Kota........................................ 27

BAB III METODELOGI PENELITIAN..................................................... 31

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 31

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 31

3.3 Populasi Sampel........................................................................ 31

3.2.1 Populasi ........................................................................ 31

3.2.1 Sampel ........................................................................ 32

3.4 Etika Penelitian………………………………………………. 33

3.4.1 Etika Penelitian ............................................................ 33

3.4.2 Prinsip Menghargai Hak Azazi Manusia .................. 34

3.4.3 Prinsip Keadilan......................................................... 34

3.5 Pengukuran data Pengamatan Variabel Penelitian…………… 35

3.5.1 Data Primer…………………………………………….. 35

3.5.2 Data sekunder


XIII ..............................................................… 36

3.6 Pengolan dan Pengolaan Data……………………….............. 37


3.6.1 Variabel Independen…………………………………. 38

3.6.2 Variabel Dependen…………………………………… 38

3.7 Analisa Data……………………….......................................... 39

3.7.1 Analisa Univariat....................................................... 39

3.7.2 Analisa Bipariat......................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 41

4.1 Hasil Penelitian………………………...................... 41

5.3.1 Analisa Univariat ................................................ 41

5.3.2 Analisa Bivariat .................................................. 43

4.2 Hasil Penelitian………………………......................... 47

4.2.1 Keterbatasan Penelitian…….......................... 47

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian........................................ 48

4.3.1 Hasil Analisa Univariat....................................... 48

4.4.1 Hasil Analisa Bivariat....................................... 50

Bab V PENUTUP…………………............................................................ 56

5.1 Kesimpulan……....................................................................... 56

5.2 Saran…………......................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA XIV

LAMPIRAN
XV
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

besar. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas

tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization, 2016).

Menurut WHO (2016), Diabetes Mellitus adalah salah satu dari empat

prioritas Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyebab utama terjadinya

kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal jantung dan amputasi kaki. Estimasi

jumlah pasien diabetes di dunia pada tahun 2015 sejumlah 415 juta jiwa,

tahun 2040 menjadi 642 juta jiwa (WHO, 2016).

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan kasus yang sering ditemukan dan

terhitung sekitar 90% kasus dari semua Diabetes Mellitus yang ada didunia,

laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2017 menyebutkan

sebanyak 303 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami Diabetes Mellitus

Laporan dari International Diabetes Federation (IDF) 2017, memprediksi adanya

kenaikan jumlah penderita DM di dunia dari 425 juta jiwa pada tahun 2017,

menjadi 629 juta jiwa pada tahun 2045.


Indonesia merupakan negara ke-7 dari 10 besar negara yang diperkirakan

memiliki jumlah penderita DM sebesar 5,4 juta pada tahun 2045 serta memiliki

angka kendali kadar gula darah yang rendah. Diabetes Mellitus biasa disebut

dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh

dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Kemenkes, 2011).

Produksi insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-

dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan ketidak mampuan tubuh

menggunakan insulin secara efektif yang kemudian mengakibatkan kelebihan

berat badan dan kurang aktivitas fisik.

“Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat dilakukan karena

menurut ilmu kedokteran bahwa penderita Diabetes Melitus tidak akan

pernah sembuh dari penyakitnya dan penyakit Diabetes Melitus merupakan

penyakit yang dibawa seumur hidup” (Pratita, 2012).

Dari hasil analisis Riskesdas 2007, terlihat bahwa semakin tua usia maka

makin tinggi risiko untuk menderita Diabetes Melitus. Orang yang berusia 45-59

tahun berisiko 2,32 kali, sedangkan usia 60-95 tahun berisiko 6,88 kali, dan usia

lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan

dengan usia 15-25 tahun (Irawan,2010).

Resistensi insulin meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia, dan

kejadian diabetes mellitus meningkat tajam pada lansia (Bowman & Russel,

2011).
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan

menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya

jenis kelamin, umur, pendidikan dan faktor genetik riwayat keluarga Diabetes

Mellitus. Yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya obesitas

kebiasaan merokok (Bustan, 2010).

Obesitas sentral merupakan contoh penimbunan lemak tubuh yang

berbahaya karena adiposit di daerah ini sangat efisien dan lebih resisten terhadap

efek insulin dibandingkan adiposit didaerah lain. Pada orang dewasa, obesitas akan

memiliki risiko timbulnya Diabetes Mellitus tipe 2 empat kali lebih besar

dibandingkan dengan orang dengan status gizi normal.

Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring denga, umur, khususnya pada

usia lebih dari 45-60 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi

peningkatan intoleransi glukosa.

Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30%

dan memicu terjadinya resistensi terhadap insulin. Analisis data Riskesdas 2007

yang dilakukan oleh irawan bahwa orang yang mengalami obesitas sentral beresiko

2,63 kali untuk menderita Diabetes Mellitus 2 kali dibandingkan orang normal

(irawan 2010)

Faktor genetik turut menyumbang berkembangnya diabetes dalam tubuh

seseorang, seperti pada kelainan pancreas yang tidak dapat menghasilkan insulin.

Riwayat keluarga lebih sering dikaitkan dengan Diabetes Mellitus tipe 2


dibandingkan dengan tipe riwayat keluarga Diabetes Mellitus, seorang yang

menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.

Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif hanya orang yang

bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes

Mellitus. Risiko seorang anak mendapat DM Tipe 2 adalah 15% bila salah satu

orang tuanya menderita DM. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk

menderita DM adalah 75%.

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit Diabetes

Melitus Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki

banyak pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut oarang

akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010).

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakitan

Diabetes Melitus tipe 2. orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan

memiliki tingkat pengetahuan yang lebih banyak tentang kesehatan dengan

adanya tingkat pengetahuanya tersebut orang akan memilikikesadaran dalam

menjaga kesehatan (irawan 2010)

Faktor pendidikan juga menjadi kaitan pada penyakit DM Pendidikan

rendah yaitu bila responden berpendidikan antara tidak pernah sekolah sampai

tamat SMP. Sementara itu, pendidikan tinggi yaitu bila responden berpendidikan

antara tamat SMA sampai dengan tamat perguruan tinggi.


Dengan mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan

Diabetes Melitus tipe 2 diperlukan penelitian. Selama ini belum pernah

dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Betung

Kota.

Dalam penelitian ini dianalisis hubungan faktor risiko yang tidak

dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah yang dianggap relevan

ditempat penelitian. Total kasus DM di Puskesmas Betung Kota meningkat ditahun

2019 adalah 1356 orang ditahun 2018 jumlah kasus DM 879 jiwa. Ditahun 2019

penyakit DM mendapat peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbanyak di

Puskesmas Betung Kota.

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di

Puskesmas Betung Kota Yang diteliti faktor risiko yang tidak dapat dirubah

adalah umur, pendidikan, riwayat keluarga. sedangkan paktor resiko yang dapat

dirubah yang penulis teliti adalah obesitas berdasarkan IMT dan lingkar

pinggang.

Penulis Tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Betung Kota.

Karena angka Diabetes Melitus cukup tinggi persentasenya peneliti ingin dilakukan

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 di


Puskesmas Betung Kota sehingga seseorang dengan resiko Diabetes Melitus tipe 2

dapat mendeteksi secara dini penyakit Diabetes Melitus.

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit diabetes melitus adalah suatu penyakit menahun, tidak dapat

disembuhkan, bermasalah karena penyakit ini tidak dirasakan oleh seseorang pada

stadium awal sehingga tidak diketahui lebih dini dan baru terdiagnosa setelah

timbul komplikasi.

Prevalensi nasional penyakit diabetes melitus di sumatra selatan pada tahun

2018 adalah 10,9%, pada kelompok ≥15 tahun Tetapi pada faktanya prevalensi

Diabetes Melitus daerah perkotaan melebihi prevalensi nasional yaitu sebesar 4,7%.

Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyakit DM Tipe 2 di Puskesmas Betung Kota diharapkan dapat menurunkan

bahkan mencegah peningkatan kasus melalui interversi terhadap faktor risiko

Dibetes Melitus di Sumatra Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang

berhubungan dengan kejadian penyakit DM diabetes melitus pada pasien

Diabetes Mellitus di Puskesmas Betung Kota tahun 2020.


1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah :

a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat Obesitas terhadap terjadinya

Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota tahun 2020.

b. Diketahui distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan terhadap kejadian

Diabetes Mellitus di Puskesmas Betung Kota tahun 2020.

c. Diketahui distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga terhadap terjadinya

terhadap terjadinya Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota tahun

2020.

d. Diketahui distribusi frekuensi umur terhadap terjadinya Diabetes Mellitus

di Puskesmas Betung Kota tahun 2020.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian keperawatan pada spesifikasi mata ajar

keperawatan medikal bedah pada pasien DM. Penelitian ini telah dilakukan tanggal

2 Mei 2020 – 30 Mei 2020. Populasi penelitian ini diambil di Poli PTM Puskesmas

Betung Kota Tahun 2020 yang berusia 15 tahun keatas untuk mengetahui faktor

yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe II.

Data primer untuk mengetahui faktor-faktor risiko dengan menggunakan

kuesioner dengan melakukan wawancara. Penelitian merupakan Survey Analitik

dengan cara pendekatan Cross Sectional. Berdasarkan rata rata kunjungan tiga

bulan terakhir pada pasien Dm di Puskesmas Betung Kota dari bulan januari,
februari dan maret 2020 (berjumlah 76 pasien bulan januari 2020 73 pasien dibulan

februari 2020 dan 58 pasien dibulan maret).

secara rata-rata berjumlah 69 orang pasien perbulan (populasi) sampel

penelitian menggunakan Accidental Sampling, dengan jumlah sampel 41 orang data

yang digunakan data primer yaitu melalui wawancara dan kuestioner dan data

sekunder yaitu catatan medis responden dan profil Puskesmas Betung Kota.

1.5 Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Mahasiswa

Menambah pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan mengembangkan

wawasan, khususnya hal – hal yang berhubungan dengan risiko terjadinya pada

penderita DM. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk

pengembangan penelitian yang lebih spesifik, khususnya tentang penyakit DM.

b. Bagi Instansi Pelayana Kesehatan (Puskesmas Betung Kota)

Menjadi bahan masukan bagi pengelola program DM di Puskesmas Betung Kota

untuk mengetahui tentang faktor risiko pada penderita DM, dapat melakukan

tindakan pencegahan terhadap faktor -faktor resiko yang dapat dikontrol sebelum

terjadi komplikasi.

c. Bagi Instansi Pendidik (STIK Siti Khadijah)

Diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian dan menambah

kepustakaan untuk referensi bagi peneliti lain sebagai bahan pembanding.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori.

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolik menahun akibat

pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang di produksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur

keseimbangan kadar gula darah.

Akibat terjadinya peningkatan Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis

progresif, jumlah penyandang Diabetes Melitus semakin meningkat dan banyak

menimbulkan dampak negatif dari segi fisik, sosial, ekonomi maupun psikososial,

(Aknani 2012).

Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia beranjak naik dari tahun ke

tahun. Penderita yang terkena bukan hanya lanjut usia, namun banyak pula yang

masih berusia produktif. Prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya

umur, namun pada lanjut usia dengan umur ≥ 65 tahun cenderung menurun.
Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki

dan prevalensi DM diperkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta

cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dari pada

masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah (Kemenkes, 2013).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

American Diabetes Association / Word Health Organization, 2010

mengklasikasikan 4 macam penyakit Diabetes Mellitus berdasarkan

penyebabnya, yaitu :

1. Diabetes Melitus tipe 1 atau insulin dependent diabetes melitus (IDDM).

DM tipe ini terjadi karena adanya detraksi sel beta pankreas karena sebab

autoimun pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi

insulin.

2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau insulin non-dependent diabetes melitus.

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulin terapi insulin tidak bisa

membawa glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin

yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.

3. Diabetes Melitus Tipe lain.

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain misalnya pada efek genetik fungsi

sel beta, efek genetik kerja insulin.


4. Diabetes Gastasional selama masa kehamilan.

DM tipe ini terjadi dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali

pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga.

Tabel 2.1 Perbedaan DM Tipe 1 dan DM Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 1 Diabetes Mellitus Tipe 2


Penderita menghasilkan sedikit insulin Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang
atau sama sekali tidak menghasilkan kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi
insulin tubuh membentuk kekebalan terhadap
efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin
relatif
Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa,
yaitu anak-anak dan remaja tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun

Para ilmuwan percaya bahwa faktor Faktor risiko untuk diabetes tipe 2 adalah
lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor obesitas di mana sekitar 80-90% penderita
gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa mengalami obesitas
awal) menyebabkan sitem kekebalan
menghancurkan sel penghasil insulin di
pankreas.
90% sel penghasil insulin (sel beta) Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung
mengalami kerusakan permanen. Terjadi diturunkan secara genetik dalam keluarga
kekurangan insulin yang berat dan
penderita harus mendapatkan suntikan
insulin secara teratur
Sumber : Maulana Mirza ( 2012)

2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus

Faktor risiko diabetes mellitus bisa dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu

faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah

(Kemenkes.2013)

1. Diabetes Melitus Tergantung Insulin ( DMTI )

a. Faktor genetik
Pada penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes

melitus tipe I.

b. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terbukti adanya suatu respon autoimun, ini merupakan

respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal dengan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing.

2. Diabetes Melitus tak Tergantung pada Insulin

A. Faktor Risiko DM

a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi, antara lain :

1. Ras dan etnik

ras didefinisikan sebagai teori atau falsafah yang menyatakan

seseorang mewarisi ciri-ciri seperti warna kulit, rupa bentuk, warna

rambut, tingkat laku, kelakuan atau tahap intelektual.

Etnik adalah sekelompok besar orang yang diidentifikasi

memiliki kesamaan biologis dan tradisi (Webster, 2011).

bangsa atau etnik adalah kumpulan besar ras, agama, serta kebudayaan.

Mereka yang terkumpul karena persamaan biologis ataupun budaya

dikatakan sebagai sebuah etnik.


2. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang di dapat sejak lahir

yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Baik perempuan

maupun laki-laki memiliki risiko yang sama untuk mengidap Diabetes

Mellitus sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita

memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan laki – laki (Riskesdas,

2017).

Perempuan lebih berisiko mengidap diabetes mellitus karena

secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa

tubuh yang lebih besar, pasca-menapause yang membuat distribusi

lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal

tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe 2

(Wahyuni, 2010).

3. Umur

Penderita DM maka dapat diketahui bahwa semakin

meningkatnya umur seseorang maka semakin besar kejadian DM tipe

dua (Brunner and Suddarth, 2013). Umumnya manusia mengalami

perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat setelah usia setelah

40 tahun.

DM tipe 2 sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah

berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih,

sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin. Proses menua yang


berlangsung setelah 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis,

fisiologis dan biokimia. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring

dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 45-59 tahun,

disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan

intoleransi glukosa. Perubahan dimuai dari tingkat sel, berlanjut

pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat

mempengaruhi fungsi homeostasis. Haryati,(2011)

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan terhadap pola fikir individu berpengaruh

terhadap perilaku seseorang dengan kata lain pola pikir seseorang yang

berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang yang

berpendidikan tinggi (Asmadi, 2016)

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian

penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya

tinggi biasanya akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan.

Dengan adanya pengetahuan tersebut oarang akan memiliki kesadaran

dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010).

Kategori pendidikan menurut Badan Pusat Statistik.(2017)

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan merekayang meninggalkan

sekolah setelah mengikuti pada kelas tertinggi pada suatu tingkat

sekolah sampai akhir mendapatkan tanda tamat/ijaza baik sekolah

swasta/negeri:
1) Pendidikan rendah SD dan SMP

2) Pendidkan tinggi SMA dan Perguruan Tinggi

Tingkat pendidikan menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003

adalah :

1) Pendidikan rendah SD dan SMP/MTS

2) Pendidikan menenggah SMA/SMK

3) Pendidikan Perguruan Tinggi D3/S1

5. Riwayat keluarga dengan DM

Timbulnya penyakit diabetes mellitus tipe 2 sangat

dipengaruhi oleh faktor genetik. Risiko seorang anak mendapat

DM tipe 2 adalah 15% bila salah satu orang tua menderita DM. Jika

kedua orang tua memiliki DM maka risiko menderita DM adalah 75%.

Orang yang memiliki ibu dengan DM memiliki risiko 10-30% lebih

besar dari pada orang yang memiliki ayah dengan DM.

Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan

lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko

untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah

saudara kembar identik (DiabetesUK, 2011).

Keluarga keturunan DM berisiko terkena di usia lanjut,

karena para ahli percaya bahwa peluang terkena penyakit DM akan


lebih besar jika orang tuanyamenderita penyakit Diabetes Mellitus

(ADA, 2012).

b) Faktor yang dapat diubah

Faktor risiko diabetes mellitus yang dapat diubah meliputi, antara lain :

1. Gaya hidup yang tidak sehat.

Gaya hidup juga kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang

tidak seimbang dengan kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol,

asupan gula yang berlebihan, minimnya olah raga dan porsi istirahat

sampai stres dapat berpengaruh terhadap diabetes mellitus.

2. Berat badan lebih (Obesitas)

Obesitas merupakan faktor risiko yang berperan penting

terhadap penyakit Diabetes Melitus, Melitus (Suyono, 2012). Apabila

anda gemuk tubuh anda lebih sulit dalam menggunakan insulin yang

dihasilkan hal ini dinamakan keadaan resistensi insulin.

Obesitas juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang dapat

mengontrol kadar gula darah, glukosa akan diubah menjadi energi pada

saat beraktivitas fisik sehingga mengakibatkan insulin semakin

meningkat sehingga kadar gula darah akan berkurang. Pola makan yang

salah kurang mengkonsumsi buah dan sayur dan cenderung berlebih

menyebabkan timbulnya obesitas (Hutagaol, 2014).


Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa

darah pada derajat kegemukan dengan IMT>23 dapat menyebabkan

peningkatan kadar glukosa menjadi 200mg% (Bennet dalam

Beruerah,2010) Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang

sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat < 17, 0


Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17, 0 – 18,5

Normal > 18,5- 25,0

Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0-27,0


Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan(m) X Tinggi badan(m)

Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Sumber: Depkes RI (2010).

Untuk menentukan seseorang obesitas atau normal dilakukan dengan cara

menghitung IMT, seseorang disebut normal jika IMT < 25 dan disebut obesitas jika

IMT ≥ 25. obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin tidak

dapat bekerja dengan baik dan kadar gula darah bisa naik.
Indeks masa tubuh secara bersama-sama dengan variable lainnya

mempunyai hubungan yang signifikan dengan diabetes mellitus. Hasil perhitungan

OR menunjukan seseorang yang obesitas mempunyai risiko untuk menderita

diabetes. Kelompok dengan risiko diabetes terbesar adalah kelompok obesitas,

dengan odds 7,14 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok IMT normal.

Penelitian menurut Sunjaya (2011) menemukan bahwa individu yang mengalami

obesitas mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes mellitus

dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas.

Adanya pengaruh indek masa tubuh terhadap diabetes mellitus ini

disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat,

protein dan lemak yang merupakan factor risiko dari obesitas.

Hal tersebut menyebabkan meningkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid

(FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan translokasi transporter

glukosa ke membrane plasma, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulinpada

jaringan otot dan adipose (Teixeria-Lemos dkk,2011).

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association / Word Health Organization, 2012

Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:

1. Banyak kencing ( Poliuria ).


Karena sifatnya kadar glukosa darah yang tinggi akan menghabiskan

banyak kencing terutama pada waktu malam hari.

2. Banyak minum (polidipsia ).

Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang

keluar melalui kencing.

3. Banyak makan ( polifagia ).

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes

Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif.

4. Penurunan berat badan dan rasa lemah.

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat. Hal ini

dapat disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel

2. Gangguan syaraf tepi dan kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu

malam hari.

3. Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes sering juga di jumpai gangguan penglihatan berupa

pandangan kabur.

4. Gatal- gatal dan bisul

Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi pada daerah kemaluan dan

daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara.

5. Gangguan fungsi seksual.


Dapat berupa gangguan ereksi, inponten yang disebabkan gangguan pada

syaraf bukan karena kekurangan hormone testosterone.

6. Keputihan

Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering dirasakan, hal ini

disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun.

2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus

Beberapa komplikasi dari Diabetes Melitus adalah:

1. Komplikasi Akut

a. Hipoglikemia yaitu gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar

didalm darah berada di bawah kadar normal.

b. Hiperglikemia yaitu istilah medis untuk keadaan dimana kadar gula

dalam darah lebih tinggi dari nilai normal.

c. Penyakit makrovaskuler: penyakit jantung koroner

d. Penyakit mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati

dan nefropati.

2. Komplikasi menahun DM.

a. Neuropatik diabetikum merupakan kerusakan syaraf di kaki yang

meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan keharusan untuk

amputasi.
b. Retinopati diabetikum merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,

terjadi akibat kerusakan pembuluh darah.

c. Nefropatik diabetikum merupakan penyakit ginjal dibetes yang

mengkibatkan kegagalan fungsi ginjal.

d. Proteinuria merupakan faktor resiko penurunn faal ginjal.

e. Kelainan koroner. merupakan suatu keadan akibat terjdinya

penyempitan, kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan dapat

menghentikan aliran darah ke otot yang di tandai dengan rasa nyeri.

f. Ulkus/ gangren diabetikum adalah kematian yang di sebabkan oleh

penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adnya

mikroemboli retrombosis akibat penyakit vaskular perifir oklusi yang

penyertai penderita dibetes sebagai kompliksi menahun dari dibetes itu

sendiri.

g. Aktivitas fisik pada diabetes

Saat berolah raga otot otot mengisi kekosongan dengan mengambil

glukosa dari darah ini akan mengakibatkan menurunya glukosa darah

sehingga memperbaiki glukosa darah (Burnes,2012).

2.2 KONSEP KADAR GULA DARAH.

Banyaknya zat gula didalam darah meskipun senantiasa mengalami

perubahan kadar gula darah perlu dijaga agar tingkat gula darah dalam

batas normal agar tidak terjadi gangguan didalm tubuh, pada batas-batas

sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkatkan setelah


makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum

orang makan (Henrikson & Nielsen, 2010).

1. Definisi kadar gula darah

Glukosa adalah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak

sebagai bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai

perkursor untuk sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa,

ribosa, dan deoksiribosa. Glukosa merupakan produk akhir terbanyak dari

metabolisme karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat diabsorbsi kedalam

darah dalam bentuk glukosa, sedangkan monosakarida lain seperti fruktosa

dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam hati. Karena itu,

glukosa merupakan monosakarida terbanyak didalam darah

( Murry,Granner, dan Rodwell,2010).

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah

Ada berbagai cara yang biasanya dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa

darah diantaranya.

a. Tes Gula Darah Sewaktu.

Kadar gula darah sewaktu disebut juga kadar gula darah acak atau tes

gula darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja.

Tabel 2.3 Tes Gulah Darah

Hasil Kadar Sewaktu


Normal 180 mg/dl
Tinggi >200 mg/dl
Rendah <70 mg/dl
Tabel 2.4 Kadar HbAIc

Hasil Kadar HbAIc


Normal Kurang dari 5,7%
Prediabetes 5,7-6,4%
Diabetes Sama atau lebih 6,5 %
2.3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DIABETES MELITUS TIFE II YANG DITELITI

Dalam penelitian ini, berdasrakan teori dan uraian dan hasil Penelitian

sebelumnya dari penelitian lain, maka peneliti menetapkan Faktor-faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tife II di Puskesmas Betung

Kota tahun 2020 yang akan diteliti adalah :

1) Tingkat Pendidikan

a. Pendidikan rendah : SD-SMP

b. Pendidikan tinggi : SMU-Perguruan Tinggi

2) Obesitas/Berat Badan Lebih

a. Tidak Obesitas : Berat Badan dengan IMT ≤23 kg/m2

b. Obesitas : Berat Badan dengan IMT≥23 kg/m2

3) Riwayat Keluarga

c. Riwayat Keluarga Diabetes Melitus : Ada

d. Riwayat Keluarga Diabetes Melitus : Tidak Ada

4) Umur
a. Umur ≤ 45-59 Tahun : Ada/Tidak Ada

b. Umur ≥60-70 Tahun : Ada/Tidak Ada

2.1 KERANGKA TEORI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

Terjadinya diabetes melitus disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor.

Faktor-faktor tersebut dikelompokan berdasarkan faktor risiko yang tidak

dapat dirubah, dan faktor risiko yang bisa dirubah, Berdasarkan uraian

diatas dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:

Faktor risiko yang tidak


Diabetes Mellitus Tipe 1
dapat dirubah :

1. Umur DIABETES
2. Ras/Etnik Diabetes Gestasional
MELLITUS
3. Jenis kelamnin
4. Riwayat Keluarga
5. Riwayat Lahir BBLR
Diabetes Mellitus Tipe 2
6. Pendidikan

Lama Diabetes Mellitus

Komplikasi Diabetes mellitus :


Faktor resiko yang dapat Neuropatik
dirubah Retinopati
1. Kebiasaan Merokok Nefropatik/gagal ginjal.
2. Obesitas Penyakit jantung koroner
3. Kontrol Gulah Darah Ulkus/gangren
4. Kurang aktifitas fisik
5. setres
2.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan sumber-sumber yang didapat dari kerangka teori,

didapatkan beberapa variabel independen yang akan diteliti sebagai berikut:

Variabel Independen

Riwayat Melahirkan bayi


BB >4000gr

Exercaise

(olah raga)

Tingkat
pendapatan
Diabetes Melitus di
Puskesmas Betung Kota
Kebiasaan tahun 2020
merokok

Obesitas

Tingkat Pendidikan

Riwayat Keluarga

Umur
Tidak diteliti :

Diteliti :
Kerangka Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab terjadinya DM

di puskesmas betung kota. Notoatmojo (2010)

2.5 TABEL VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Dependen
Diabetes Merupakan Pemeriksaa Gluko 1. DM Ordinal
mellitus penyakit n gula test (GDP >126
kelebihan glukosa darah mg/dl
dalam plasma. puasa dan atau
Kadar glukosa tidak
plasma puasa > mempunya
126mg/dl. Puasa i riwayat
diartikan pasien pribadi DM)
tidak 2. Tidak
mendapatkan DM
kalori tambahan (GDP<126
sedikitnya 8 jam. mg/dl
dan atau
ada
riwayat
pribadi DM)
Independen
Obesitas Indeks masa Wawancara Kuesioner 1. TIDAK Ordinal
tubuh yaitu Obesitas
perbandingan Jika IMT
antara berat ≤23kg/m2
1. badan dengan 1. Obesitas
tinggi badan yang Jika≥23kg/
telah dikuadratkan m2
pada individu
Tingkat Tingkat Wawancara Kuesioner 1. Rendah Ordinal
Pendidikan pendidikan formal jika <SMA
terakhir yang 2. Tinggi
ditamatkan jika≥SMA
responden.
Tingkat
pendidikan
diketegorikan
menjadi :
2. Rendah : tidak
sekolah atau
tidak tamat
/tamat SD /
Tamat SLTP
Tinggi : tamat
SMA/Tamat
Diploma atau
Tamat perguruan
tinggi
Riwayat Ada atau tidak Wawancara Kuesioner 1. Ada Ordinal
Keluarga adanya keluarga keluarga
kandung yang
responden yang menderita
Menderita DM. penyakit
DM
sebelumnya
2. Tidak
ada
keluarga
yang
menderitap
enyakit DM
sebelumny
a
umur Lama waktu hidup Wawancara Kuesioner 1. Elderly Ordinal
responden 60-74
dihitung dalam 2. Middle
tahun sejak lahir age 45-59
sampai ulang
tahun teakhir pada
saat penelitian
berlangsung.
Umur
dikelompokan
menjadi 2
kategori.

2.4 HIPOTESA PENELITIAN


Hipotesa Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara Obesitas dengan terjadinya Diabetes Melitus di

Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

b. Ada hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan terjadinya Diabetes

Melitus di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

c. Ada hubungan Riwayat Keluarga dengan terjadinya Diabetes Melitus di

Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

d. Ada hubungan Umur dengan terjadinya Diabetes Melitus di

Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

2.5 PUSKESMAS

2.5.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan salah satu organisasi yang sangat dirasakan

oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi

daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor

kesehatan, yaitu terjadinya perubahan Paradigma Pembangunan

Kesehatan menjadi “Paradigma Sehat” dengan paradigma baru ini

mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar dalam

pembangunan kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang

selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif di wilayah kerjanya (Profil Puskesmas Betung kota

2019).

2.5.2 Profil Puskesmas Betung Kota

1) Identitas Puskesmas Betung Kota

Puskesmas Betung Kota berdiri sejak tahun 1989 dengan

namaPuskesmas Betung Kota. Wilayah kerja Puskesmas Betung Kota

terletak pada ketinggian ± 100 meter diatas permukaan laut dengan luas

wilayah ± 272,2 km2 terdiri dari daratan tinggi (perbukitan) 75% dan

lebak 25% dan dikelilingi oleh areal perkebunan milik swasta maupun

pemerintah dan sebagian kecil persawahan.

Gambar 2.1. Gedung Puskesmas Betung Kota


Puskesmas Betung Kota merupakan puskesmas rawat inap dengan

2 Puskesmas Pembantu (PUSTU) dan 7 Pos Kesehatan Desa

(POSKESDES). Sebagai pelaksana program pelayanan kesehatan

masyarakat ditingkat kecamatan Puskesmas Betung Kota memiliki

tenaga pelaksana berjumlah 74 orang dengan rincian PNS 31 orangdan

Non PNS 43 orang. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia

fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas Betung Kota mempunyai

Dokter umum 2 orang, Dokter gigi 1 orang, Sarjana kesehatan

masyarakat 5 orang, Perawat 7 orang, Analis kesehatan lingkungan 1

orang, Perawat gigi 1 orang, Sanitarian 1 orang, Bidan 23 orang,

Farmasi 1 orang, Analis Kesehatan 1 orang, SLTA 1 orang.

Puskesmas Betung Kota merupakan puskesmas kedua yang telah

dilakukan penilaian akreditasi dan telah dinyatakan lulus dengan status

akreditasi “MADYA” pada tanggal 21 Februari 2018. Dalam

menjalankan fungsi pelayanan kesehatan Puskesmas Betung Kota

mempunyai visi, misi, motto, kebijakan mutu dan tata nilai.

2) Visi Puskesmas Betung Kota

Menjadi pilihan utama masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang terpadu menuju betung sehat dan mandiri

tahun 2023.

3) Misi Puskesmas Betung Kota


1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.kesehatan guna

mewujudkan tenaga kesehatan yang profesional.

3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat.

4. Menggalang dan meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor untuk

mempercepat pembangunan kesehatan.

Selain Visi dan misi, Puskesmas juga memiliki motto adalah “Melayani

Dengan Sepenuh Hati”

4) Kebijakan Mutu

Puskesmas Betung Kota bertekad memberikan pelayanan yang

bermutu, profesional dan terpadu, serta bermitra dengan semua

pihak demi tercapainya masyarakat sehat. Tata nilai yang dipedomi

oleh Puskesmas Betung Kota adalah “SEHAT”.

“SEHAT”
S : Santun

E : Empati

H : Handal

A : Adil

T : Transparan

Profil Puskesmas Betung Kota(2019)

5) Keadaan Kependudukan
Pada tahun 2019 jumlah penduduk diwilayah kerja di

Puskesmas Betung Kota 43.754 jiwa.Jumlah kunjungan pelayanan

kesehatan dasar di Puskesmas Betung Kota tahun 2019 adalah

kunjungan BPJS 28.776 kunjungan, kunjungan jamsoskes 8900

kunjungan. Profil Puskesmas Betung Kota (2019)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan metode kuantitatif dengan cara menyebarkan kuesioner

ke 41 responden untuk melihat hubungan sosiodemografi, riwayat kesehatan, pola

hidup, kondisi klinis dan mental sebagai faktor risiko kejadian penyakit diabetes

melitus tipe 2 metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran deskipsi tentang suatu keadaan secara obyektif .

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pada penelitian ini, penulis memfokuskan waktu penelitian dilakukan pada

tanggal 2 Mei 2020 sampai dengan 30 Mei 2020. Sementara untuk tempat

penelitian dilakukan di Puskesmas Betung Kota Kabupaten Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan.

Alasan Penelitian memilih lokasi ini karena belum perna dilakukan

penelitian tentang penyakit DM, terutama tentang Faktor Resiko yang Berhubungan

Dengan Kejadian Diabetes Melitu Tife 2 di Puskesmas Betung Kota tahun 2020.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2010)

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 41 orang. Jumlah ini didapat

dari rata-rata kunjungan pasien Diabetes Melitus pada tiga bulan terakhir di

Puskesmas Betung Kota tahun 2020.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau

diukur. Unit sampel dan dapat sama dengan populasi tetapi dapat juga

berbeda(Sugiyono, 2010). Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Setiawan 2011)

n = N

1 +(N.e2)

n = 69

1 +(69 x 0,12)

n = 69

1,69

= 40,8

n = 41
Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 41 orang
Keterangan : N = Jumlah Populasi

n = Sampel

e = Tingkat Ketepatan/presis = 0,1

3.4 Etika Penelitian

Menurut Hidayat dikutip Mirza (2012), dari segi etika penelitian yakni

peneliti perlu membawa rekomendasi dari institusinya untuk pihak lain dengan

cara mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian

yang dituju oleh peneliti. Setelah mendapat persetujuan, barulah peneliti dapat

melakukan penelitian

3.4.1 Etika Penelitian yang meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti.

Responden harus mempunyai kriteria inklusi. Lembar informed

consent harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa

dan harus tetap menghormati hak-hak pasien.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, peneliti tidak

akan mencantumkan nama dari responden pada lembar pengumpul

data, tetapi dengan memberikan inisial pada masing-masing lembar


yang dilakukan peneliti sebelum lembar pengumpul data diberikan

kepada responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti

dengan cara bahwa informasi tersebut hanya diketahui oleh peneliti

dan pembimbing. Dan hanya kelompok data tertentu yang disajikan

sebagai hasil penelitian.

3.4.2 Prinsif menghargai hak azazi manusia

a. Responden diberikan kebebasan untuk ikut atau tidak berpartisipasi

dalam penelitian. Responden diperlakukan secara manusiawi dan tidak

ada paksaan dalam bentuk apapun

b. Penelitian memberikan penjelasan secara rinci dan tanggung jawab

menjelaskan tentang prosedur penelitian sebelum melakukan

penelitian, pemilihan responden sesuai dengan kriteria yang sudah

ditentukan tidak ada diskriminasi.

c. Informed Consent subyek mendapatkan informasi secara lengkap

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada inform consent

juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya untuk

dipergunakan untuk pengembangan ilmu. Setelah penjelasan dan


responden menyetujui, maka responden menandatangani lembaran

persetujuan.

3.4.3 Prinsip keadilan

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil

Responden diperlakukan secara adil baik sebelum maupun sesudah

keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyatamereka tidak bersedia atau droop out sebagai responden

b. Hak dijaga kerahasiaannya

Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan. Peneliti tidak menampilkan identitas responden

selama penelitian dengan caramemberikan kode inisial nama saja dan

setelah digunakan akan dimusnakan dengan cara dibakar.

3.5 Pengukuran Data Pengamatan Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder

3.5.1 Data Primer :

Yaitu data yang diambil oleh penelitian secara langsung dari sumbernya

responden yang didiagnosa medis Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota yang

diperoleh melalui kuestioner, wawancara, dan observasi.

a. Pengukuran data karakteristik responden

Data responden merupakan instrumen untuk mendapatkan gambaran

faktor-faktor resiko responden yaitu tingkat pendidikan,


obesitas,aktifitas fisik. Pengambilanan data ini menggunakan

kuestioner yang berisi pertanyaan dengan cara penelitian mengajukan

pertanyaan yang ada pada kuistioner kepada responden secara langsung

b. Pengukuran Diabetes

Lembaran observasi B yang terdiri dari pertanyaan yang diajukan

peneliti secara terbuka yang terdiri dari status Diabetes Melitus faktor

pendidikan, obesitas dan aktifitas fisik.

3.5.2 Data sekunder yaitu :

Data yang diperoleh dari catatan status Rekam Medis berupa data

demograpi responden dan didiagnosa medis, data yang diperoleh dari

pemegang program Diabetes Melitus serta dokumen lain yang diperlukan.

3.6 Pengumpulan dan Pengelolaan Data Penelitian

3.6.1 Pengumpulan Data Penelitian

Menurut Fatimah dikutip Mirza (2012), instrumen pengumpulan data

adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang

digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

format atau lembar observasi kuesioner dan observasi

Adapun cara yang dilakukan penelitian dalam mengumpulkan data dari

responden adalah:

1. Penelitian menetapkan responden sesuai dengan kriteria yang


ditetapkan

2. Penelitian menjelaskan kepada responden mengenai maksud dan tujuan

penelitian, dengan harapan terjalinya hubungan kerjasama yang baik,

sehingga responden dapat memberikan jawaban yang jujur secara

sukarela menandatangani inform consent.

3. Penelitian memberikan kuistioner kepada responden untuk diisi seluruh

jawaban yang tersediah

4. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian

kuistioner

5. Meminta kepad responden untuk mengumpulkan kuestioner yang telah

diisi secara lengkap kepada peneliti.

6. Peneliti melakukan observasi terhadap responden dengan

menggunakan lembar observasi

7. Penelitian mengumpulkan kuestioner dan lembaran observasi yang

telah terisi lengkap

3.6 Pengolaan Data Penelitian

Notoatmojo (2010) menerapkan bahwa pengelolaan data merupakan salah

satu bagian rangkaian kegiatan setelah pengumpulan data. Agar analisis

penelitian menghasil informasi yang benar, paling tidak ada 4 tahap dalam

pengelolaan data yang harus dilalui peneliti, yaitu:


a. Memeriksa (Editing)

Peneliti meneliti kembali lembar chek list yang telah dikumpulkan sehingga

bisa diproses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan ditempat pengumpulan

data, apabila terjadi kesalahan dapat segera dilakukan upaya perbaikan dan

jika ada lembar chek list yang belum diisi maka peneliti bisa segera

memperbaiki lembar chek list agar terisi semua.

b. Memberi Tanda Kode (Coding)

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam

kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau

kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Pemberian coding

dilakukan untuk mempermudah tabulasi data dan juga mempercepat entry

data sebagi berikut :

3.6.1 Variabel Independen

1) Obesitas/Berat Badan Lebih

 Tidak Obesitas : BB dengan IMT ≤23 kg/m2

 Obesitas : BB dengan IMT≥23 kg/m2

2) Tingkat Pendidikan

 Pendidikan rendah : SD-SMP

 Pendidikan tinggi : SMU-Perguruan Tinggi


3) Riwayat Keluarga

 Riwayat Keluarga Diabetes Melitus : Ada

 Riwayat Keluarga Diabetes Melitus : Tidak Ada

4) Umur

 Umur ≤ 45-59 Tahun : Ada/Tidak Ada

 Umur ≥60-70 Tahun : Ada/Tidak Ada

3.6.2 Variabel Dependen

Status Diabetes Melitus

Pengkodean 1 = Ya, jika dengan Diabetes Melitus Tipe 2

Pengkodean 2 = Tidak, jika dengan Diabetes Melitus Tipe lain

a. Entry data

Peneliti memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data

dilakukan peneliti dengan cara meng-entry data dari program

MS.Excel 2007 kemudian ke paket program komputer. Salah satu

paket program yang sudah umum digunakan untuk “entry data”

penelitian adalah paket program software komputer. Data yang akan

dimasukkan ke komputer adalah tingkat pendidikan, obesitas, dan

aktivitas fisik penyebab terjadinya DM.


b. Cleaning

Pembersihan data dengan cara memeriksa kembali data yang sudah

di entry yang mungkin terdapat kesalahan pada saat penelitian dan

memasukkan data ke komputer. Setelah memasukkan data ke

komputer selanjutnya peneliti melakukan cleaning data. Data yang

dimasukkan ke komputer harus sesuai dengan data yang diperoleh

selama penelitian. Peneliti melakukan cleaning data untuk

memastikan data yang telah masuk sudah benar atau belum.

3.7 Analisa Data

Setelah semua data diolah maka langkah selanjutnya adalah menganalisis

data, sehingga data dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan

dalam penanggulangan masalah. Data dianalisis dengan mengunakan bantuan

program komputer. Dan data yang disajikan dengan mendistribusikan melalui

analisis data univariat dan bivariat (Notoatmodjo, 2010).

3.7.1 Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan dengan menghitung

distribusi frekuensi agar dapat diketahui karakteristik dan subyek penelitian.

Faktor-faktor resiko responden yang dilakukan analisis kategorik yaitu

tingkat pendidikan, obesitas dan aktifitas fisik.

3.7.2.Analisis bivariat
Adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu variabel dependen dengan variabel independen. Dalam hal ini

untuk melihat hubungan antara dua variabel tersebut dilakukan uji statistik

Chi Square. Bila hasil uji statistic menunjukan nilai p<0.05 menunjukan

dua variabel tersebut berhubungan, bila nilai p>0,05 menunjukan dua

variabel tersebut tidak ada hubungan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Betung Kota Pada

tanggal 2 Mei 2020 sampai dengan 30 Mei 2020 data yang terkumpul sebanyak

41 responden. Penelitian ini menggunakan uji analisis Univariat dan Bivariat

menggunakan uji Chi-Square dengan menggunakan batasan kemaknaan α 0.05

dan tingkat kepercayaan C1 95%

4.1.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi

tentang tingkat pendidikan, obesitas, aktifitas fisik dan status Diabetes

Melitus. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan teks

sebagi berikut:

1. Obesitas

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Obesitas Rsiko Penyebab Diabetes Melitus

di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Obesitas Frekuensi Persentase (%)

Tidak Obesitas 9 21,9

Obesitas 32 78,1

Jumah 41 100
Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukan bahwa distribusi frekuensi

Obesitas responden terbesar adalah Obesitas ( IMT ≤23kg/m2) yaitu berjumlah 32

responden (78,1%) lebih banyak dari pada tidak obesitas responden rendah

(IMT≥23kg/m2) berjumlah 9 responden (78,1%)

2. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Tigkat Pendidikan Resiko penyebab

Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 11 26,8

Rendah 30 73,2

Jumah 41 100

Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukan bahwa distribusi

frekuensi tingkat pendidikan yang rendah (SD/SMP) berjumlah 30 responden

(73,2%) lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan tinggi (≥SMU) responden

berjumlah 11 responden (26,8%)

3. Riwayat Keluarga

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Riwayat Keluarga Resiko penyebab

Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Ada Tidak Ada Keluarga Yang Terkena DM 26 63,4

Keluarga Yang Terkena DM 15 36,6

Jumah 41 100
Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukan bahwa distribusi frekuensi

Riwayat Keluarga terkena DM tipe 2 responden adalah berjumlah 26 responden

(63,4%) lebih banyak dari pada Riwayat Keluarga yang tidak ada keluarga yang

terkena DM responden rendah berjumlah 15 responden (36,6%)

4. Umur

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Umur Rsiko Penyebab Diabetes Melitus

di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Umur Frekuensi Persentase (%)

Old 32 78,1

Middle age 9 21,9

Jumah 41 100

Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukan bahwa distribusi frekuensi

Umur responden terbesar adalah Umur tua yaitu berjumlah 32 responden

(78,1%) lebih banyak dari padaUmur mudah berjumlah 9 responden (21,9%)

4.1.2 Analisa Bivariata


Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen

(karakteristik responden) dengan variabel Dependen Diabetes Melitus uji

statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan menggunakan batas

kemaknaan α0.05 dan tingkat kepercayaan CL 95%) Bila hasil uji statistik

menunjukkan nilai ƿ value >0,05 menunjukan dua variabel tersebut tidak ada

hubungan bermakna. Adapun hasil Analisa Bivariat yang didapatkan adalah

sebagai berikut :

1. Obesitas

Tabel 4.5 Hubungan Obesitas Dengan Terjadinya Diabetes Melitus di


Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Diabetes Melitus
Jumlah
Obesitas YA TIDAK P Valupe OR

N % N % n %

Obesitas 19 59,3 13 40,7 32 100

Tidak
1 11,1 8 88,9 9 100 0,020 11,692
Obesitas

Jumlah 20 21 41 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang Obesitas yang terkena

Diabetes Melitus ada 19 responden (59,3%) lebih besar dibandingkan responden

yang tidak obesitas yaitu sebanyak 1 responden (11,1%).

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,020) <α(0,05) berarti Ha

diterima yaitu ada hubungan bermakna antara Obesitas dengan terjadinya

Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020.

Nilai Odd Ratio yang didapatkan adalah 11.692 ini berarti bahwa responden

yang Obesitas memiliki peluang 11.692 kali untuk menigkatkan resiko Diabetes

Melitus dibandingkan dengan responden yang tidak Obesitas. Menyatakan ada

hubungan antara Obesitas terjadinya Diabetes Melitus terbukti secara statistik.

2. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Terjadinya Diabetes Melitus


Di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Diabetes Melitus
Tingkat Jumlah
YA TIDAK P Valupe OR
Pendidikan
N % N % n %

Rendah 9 81,8 2 18,2 11 100

Tinggi 11 36,6 19 63,4 30 100 0,027 7,773

Jumlah 20 21 41 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang tingkat pendidikan rendah

yang terkena Diabetes Melitus ada 9 responden (81,8%) lebih besar dari pada

tingkat pendidikan tinggi yang terkena Diabetes Melitus sebanyak 11 responden

(36,6%)

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,027) <α(0,05) berarti Ha

diterima yaitu ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan

terjadinya Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Nilai Odd Ratio yang didapatkan adalah 7.773 ini berarti bahwa responden

yang memiliki pendidikan rendah memiliki peluang 7.773 kali untuk terjadinya

Diabetes Melitus dibandingkan dengan responden yang memiliki pendidikan

tinggi. Menyatakan ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya Diabetes

Melitus terbukti secara statistik.

3. Riwayat keluarga

Tabel 4.7 Hubungan Riwayat keluarga Dengan Terjadinya Diabetes Melitus Di


Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Diabetes Melitus
Jumlah P Valupe Or
Umur Ya Tidak

N % N % n %

Riwayat
17 65,3 9 34,6 26 100
Keluarga DM

Riwayat
0,013 7,556
Keluarga tidak 3 20 12 80 15 100
ada DM

Jumlah 20 21 41 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui responden Riwayat Keluarga dengan Ada

keturunan Diabetes Melitus ada 17 responden (65,3%) lebih besar dibandingkan

Riwayat Keluarga tidak ada penyakit DM yaitu sebanyak 3 responden (20%)

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,013) <α(0,05)

berarti Ha diterima yaitu ada hubungan bermakna antara Riwayat Keluarga

dengan Ada keturunan Diabetes Melitus dengan terjadinya Diabetes Melitus di

Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Nilai Odd Ratio yang didapatkan adalah 7.556 ini berarti bahwa

responden yang Riwayat Keluarga dengan Ada keturunan Diabetes Melitus

memiliki peluang 7.556 kali untuk menigkatkan resiko Diabetes Melitus

dibandingkan dengan responden yang Tidak Ada Riwayat Keluarga dengan

Diabetes Melitus Menyatakan ada hubungan antara Riwayat Keluarga dengan

Penyakit Diabetes Melitus dengan terjadinya Diabetes Melitus terbukti secara

statistik.

4. Umur

Tabel 4.8 Hubungan Umur Dengan Terjadinya Diabetes Melitus Di


Puskesmas Betung Kota Tahun 2020
Diabetes Melitus
Jumlah
Umur Ya Tidak P Valupe Or

N % N % n %

old 19 59,3 13 40,7 32 100

Middle age 1 11,1 18 88,9 9 100 0,020 11,692

Jumlah 20 21 41 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang Umur Tua yang terkena

Diabetes Melitus ada 19 responden (59,3%) lebih besar dibandingkan responden

yang muda yaitu sebanyak 1 responden (11,1%)

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,020) <α(0,05) berarti Ha

diterima yaitu ada hubungan bermakna antara Umur dengan terjadinya Diabetes

Melitus di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020

Nilai Odd Ratio yang didapatkan adalah 11.692 ini berarti bahwa

responden yang Umur Tua memiliki peluang 11.692 kali untuk menigkatkan

resiko Diabetes Melitus dibandingkan dengan responden yang Umur Muda.

Menyatakan ada hubungan antara Umur terjadinya Diabetes Melitus terbukti

secara statistik.
4.2 Pembahasan

4.2.1 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih jauh dari sempurna karena

terdapat banyak keterbatasan dalam melakukan penelitian ini yaitu :

1. Terdapat responden yang mempunyai riwayat diabetes melitus tapi sewaktu

datang berobat bukan berobat penyakit tersebut melainkan berobat penyakit

lain sehingga tidak dapat dicek gula darahnya.

2. Terdapat responden yang menderita diabetes melitus tapi karena responden

tersebut rajin kontrol kedokter jadi mempunyai gula darah yang baik sehingga

tidak bisa dijadikan responden.

3. Terdapat responden yang mempunyai keluhan seperti penyakit daibetes

melitus tetapi setelah dicek gula darah masih dalam batas normal ternyata

bukan sakit diabetes melitus ini juga tidak bisa dijadikan responden.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Betung Kota pada tanggal 2 Mei 2020

– 30 Mei 2020. Populasi penelitian ini diambil di Poli PTM, Poli BP, dan Poli

Lansia Puskesmas Betung Kota Tahun 2020 yang berusia 15 tahun keatas untuk

mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe II. Data primer

untuk mengetahui faktor-faktor risiko dengan menggunakan kuesioner dengan

melakukan wawancara.
Penelitian merupakan Survey Analitik dengan cara pendekatan Cross

Sectional. Berdasarkan rata rata kunjungan tiga bulan terakhir pada pasien Dm

di Puskesmas Betung Kota dari bulan januari, februari dan maret 2020

(berjumlah 76 pasien bulan januari 2020 73 pasien dibulan februari 2020 dan

58 pasien dibulan maret).

Secara rata-rata berjumlah 69 orang pasien perbulan (populasi) sampel

penelitian menggunakan Accidental Sampling, dengan jumlah sampel 41 orang

data yang digunakan data primer yaitu melalui wawancara dan kuestioner dan

data sekunder yaitu catatan medis responden dan profil Puskesmas Betung Kota.

4.3.1 Hasil Analisis Univariat

a. Hasil Distribusi Frekuensi Obesitas

Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukan bahwa distribusi

frekuensi Obesitas responden terbesar adalah Obesitas ( IMT ≤23kg/m2) yaitu

berjumlah 32 responden (78,1%) lebih banyak dari pada tidak obesitas

responden rendah (IMT≥23kg/m2) berjumlah 9 responden (78,1%)

b. Hasil Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tabel 5.1 Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi

frekuensi tingkat pendidikan responden terbesar adalah tinggi (≥SMU) yaitu

berjumlah 30 responden (73,2%) lebih banyak dari pada tingkat pendidikan

responden yang rendah (<SMU) berjumlah 11 responden (26,8%)

c. Hasil Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga


Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi frekuensi

Riwayat Keluarga dengan penyakit DM responden terbesar adalah 26

responden (63,4%) lebih banyak dari pada responden dengant Riwayat

Keluarga tidak ada penyakit DM berjumlah 15 responden (36,6%)

d. Hasil Distribusi Frekuensi Umur

Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukan bahwa distribusi

frekuensi Umur muda adalah 9 responden (21,9%) lebih sedikit dari pada

responden yang Umur tua berjumlah 32 responden (78,1%)

4.3.2 Hasil Analisis Bivariat

1. Faktor Yang dapat di Modifikasi

a. Hubungan Antara Obesitas Dengan Terjadinya Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi responden terbesar adalah obesitas

(IMT ≤23 kg/m2) yaitu berjumlah 32 responden (78,1%) dan responden yang

tidak obesitas (IMT ≤23 kg/m2) berjumlah 9 responden (21,9%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang dari 32 responden yang obesitas, yang

terkena diabetes melitus sebanyak 19 responden (59,3%) lebih besar dari pada

9 responden yang tidak obesitas, yang terkena diabetes melitus sebanyak 1

responden (11,1%).
Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,027) <α(0,05) beri Ha

diterima yaitu ada hubungan bermakna antara Obesitas dengan terjadinya

diabetes melitus di puskesmas betung kota tahun 2020.

Perhitungan risk estimasi diperoleh nilai odds ratio 11.692 (OR>) yang

artinya bahwa IMT ≤23kg/m2 merupakan faktor yang dapat mengurangi

risiko terhadap kejadian diabetes melitus.

Menurut Parkeni (2011) berdasarkan IMT berat badan seseorang dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu normal, overweight, dan obesitas. Penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Benner dkk tahun 2008 pada

populasi orang dewasa di Qatar menyatakan bahwa mempunyai hubungan

yang signifikan antara obesitas dengan kejadian diabetes melitus. Adannya

hubungan antara obesitas dengan penyakit diabetes melitus adalah karena

orang yang kegemukan (obesitas) memiliki sel-sel lemak yang lebih besar

pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak

merespon insulin dengan baik.

Prevalensi obesitas (kegemukan) untuk daerah perkotaan adalah

sebesar 23,8% melebihi angka prevalensi nasional sebesar 19,1%, tingginya

obesitas di daerah perkotaan disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat

seperti kurang aktivitas fisik, pola konsumsi dan gaya hidup yang tidak sehat

sebagaimana yang dikatakan oleh Ramiah tahun (2008) bahwa gaya hidup

yang minim gerak pada masyarakat perkotaan dan pasokan energi yang
berlebihan meningkatkan risiko terkena diabetes melitus yang tidak

tergantung pada insulin.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fatmawati (2010)

yang berjudul Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes

Melitus Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga

Demak. Yaitu Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,027)

<α(0,05) ada hubungan antara obesitas dengan kejadian diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian berpendapat dari hasil analisa data bahwa

responden yang mengalami diabetes melitus memiliki kondisi badan yang

tergolonggemuk (IMT≥23 kg/m2) kondis ini dimungkinkan dengan tingkat

konsumsi makanan yang semakin meningkat sehingga cendrung mengalami

obesitas karena semakin tinggi berat badan seseorang artinya simpanan

energinya lebih banyak energi berupa lemak yang pada kondisi tertentu akan

dirubah menjadi gula sehingga terjadilah diabetes melitus.

2.Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

a. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Terjadinya Diabetes

Melitus

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 41

responden didapat 30 responden (73,2%) memiliki pendidikan tinggi (≥SMA)

dan responden dengan tingkat pendidikan yang rendah (<SMA) berjumlah 11

orang (26,8%) Analisa hasil tabulasi silang diketahui 11 responden yang


pendidikan rendah, yang terkena diabetes melitus sebanyak 9 responden

(81,8%) lebih tinggi dari 30 responden yang pendidikan tinggi yang terkena

diabetes melitus sebanyak 11 responden (36,6%).

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,027) <α(0,05) beri

Ha diterima yaitu ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan

terjadinya diabetes melitus di puskesmas betung kota tahun 2020.

Perhitungan risk estimate diperoleh nilai odds ratio 7.773(OR >1) yang

artinya bahwa tingkat pendidikan ≥SMA merupakan faktor mempertinggi

risiko terhadap kejadian diabetes melitus.

Menurut Asmadi (2010) pendidikan berpengaruh terhadap pola fikir

individu. Sedangkan pola fikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang

dengan kata lain pola fikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda

dengan pola pikir seseorang yang berpendidikan tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fatmawati (2010)

yang berjudul Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes

Melitus Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga

Demak. Bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditemui pada penderita

diabetes melitus adalah responden dengan tingkat pendidikan rendah SD dan

SMP, yaitu mencapai 78,4% sebaliknya sebanyak 45,9% responden yang

tidak terkena Diabetes Melitus mempunyai tingkat pendidikan tinggi SMA

dan PT.
Hasil uji statistik menujukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan

dengan kejadian Diabetes Melitus kesimpulan tersebut berdasarkan hasil pada

uji Chi Square yaitu p value = 0,002 (<α 0,05)

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, penelitian

berpendapat tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pola pikir

dari berbagai segi, salah satunya dari segi kesehatan, sehingga jika seseorang

yang mempunyai tingkat pendidikan yang tertinggi akan berkelakuan baik

untuk menjaga kesehatannya.

Mereka juga lebih cepat mencari pertolongan dokter dibanding

masyarakat yang berstatus pendidikan lebih rendah. Data penelitian ini juga

menunjukkan hal serupa, sebagian besar responden yang memeriksa diri ke

Puskesmas Betung Kota berpendidikan ≥SMA.mungkin bagi yang

mempunyai tingkatpendidikan tinggi lebih cepat mengobati dan tau tentang

penyakit dan segera mencari informasi melaui media elektronik.

b. Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Terjadinya Diabetes

Melitus

Dari hasil distribusi frekuensi diketahui responden dengan Riwayat

Keluarga dengan penyakit DM yaitu sebesar 26 responden (63,4%) lebih

banyak dari pada responden Riwayat Keluarga dengan tidak ada penyakit DM

berjumlah 15 responden (36,6)

Berdasarkan hasil tabulasi silang diketahui dari 26 responden Riwayat

Keluarga dengan penyakit DM yaitu sebanyak 17 responden (65,3%) lebih


besar dari pada 15 responden yang Tidak Ada Riwayat Keluarga dengan

penyakit DM sebanyak berjumlah 3 responden (20%)

Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,013) <α(0,05) ada

hubungan Ha antara Riwayat Keluarga dengan penyakit DM dengan kejadian

diabetes melitus di Puskesmas Betung Kota tahun 2020. Perhitungan uji risk

estimasi diperolehnilai odds ratio 7,556 (OR>1) yang artinya bahwa

responden yang rendah memiliki peluang 7,556 kali untuk meningkatkan

resiko diabetes melitus dibandingkan dengan responden Tidak Ada Riwayat

Keluarga dengan penyakit DM.

Jika saudarah kandung menderita penyakit DM maka resiko untuk

menderita DM 10% dan 90%jika yang menderita adalah kembar identik

(diabetes UK,2010) bagi masyarakat yang keluarga yang menderita DM harus

segera memeriksakan kadar gulah darahnya karena resiko terkena DM lebih

besar.

Hasil penelitian Alfiyah membuktikan bahwa ada hubungan antara

riwayat keluarga dengan DM. Orang yang memiliki riwayat keluarga DM

memiliki risiko sebesar 3 kali untuk menderita DM dibandingkan yang tidak

(Alfiyah, 2010).

c. Hubungan Antara Umur dengan Terjadinya Diabetes Melitus

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang Umur Tua yang

terkena Diabetes Melitus ada 19 responden (59,3%) lebih besar dibandingkan

responden yang muda yaitu sebanyak 1 responden (11,1%)


Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p_value (0,020) <α(0,05)

berarti Ha diterima yaitu ada hubungan bermakna antara Umur dengan

terjadinya Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020. Nilai

Odd Ratio yang didapatkan adalah 11.692 ini berarti bahwa responden yang

Umur Tua memiliki peluang 11.692 kali untuk menigkatkan resiko Diabetes

Melitus dibandingkan dengan responden yang Umur Muda.

Menyatakan ada hubungan antara Umur terjadinya Diabetes Melitus

terbukti secara statistik. Menurut PERKENI, 2010 usia rentan risiko DM

adalah diatas 45 tahun. Kemudian PERKENI juga menambahkan bahwa

intoleransi glukosa bertambah seiring dengan bertambahnya usia.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Creatore et al, pada tahun 2010

menunjukkan bahwa peningkatan risiko DM lebih nyata terlihat pada usia

dini yaitu antara umur 39-49 tahun. Pada penelitian ini lansia yang paling

banyak berumur 63 tahun yaitu sebanyak 9,3% dan merupakan umur

dimana responden paling banyak menderita DM.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Morley

dalam Ronni, 2010 hampir setengan dari penderita DM tipe 2 adalah yang

berusia diatas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1.Distribusi frekuensi Obesitas dari 32 responden (78,1%) terkena obesitas jika

IMT ≥23 kg/m2

2.Distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 41 responden adalah 30 responden

(73,2%) memiliki pendidikan tinggi (≥SMA)

3.Distribusi frekuensi Riwayat Keluarga dengan ada Penyakit DM dari 41

responden adalah 26 responden (63,4%) Riwayat Keluarga dengan ada

Penyakit DM

4.Distribusi frekuensi Umur dari 41 responden adalah 32 (78,1%) Umur Tua

5.Ada hubungan bermakna antara Obesitas dengan terjadinya Diabetes Melitus

di Puskesmas Betung Kota tahun 2020 dengan nilai p_value (0,020)

6.Ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan terjadinya

Diabetes Melitus di Puskesmas Betung Kota tahun 2020 dengan nilai p_value

(0,027)

7.Ada hubungan bermakna Riwayat Keluarga dengan terjadinya Diabetes

Melitus di Puskesmas Betung Kota tahun 2020 dengan nilai p_value (0,013)

8.Ada hubungan bermakna Umur dengan terjadinya Diabetes Melitus di

Puskesmas Betung Kota tahun 2020 dengan nilai p_value (0,020)

5.2 saran

1. Bagi Puskesmas Betung Kota

Perlu diadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

penyakit Diabetes Melitus yang meliputi faktor-faktor resiko yang


berhubungan dengan penyebab terjadinya Diabetes Melitus dan cara

pencegahan Diabetes Melitus pengaktifan posbindu PTM pembuatan Liplet di

Puskesmas Betung Kota.

2. Bagi Institusi Pendidikan STIK Siti Khadijah

Hasil penelitihan ini dapat dijadikan referensi bagi institusi pendidikan dan

bagi mahasiswa dalam kepustakaan, pengajar, maupun peneliti yang

berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab

terjadinya Diabetes Melitus.

3. Bagi Peneliti Lain

Agar pada penelitian diabetes melitus selanjutnya menggunakan disain case

control atau kohort untuk melihat apakah faktor risiko benar-benar memiliki

korelasi dengan faktor efek dan untuk melihat hubungan sebab akibat secara

jelas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Diabetes Melitus *
41 100,0% 0 0,0% 41 100,0%
Obesitas
Diabetes Melitus * Tingkat Pendidikan Cross Tabulation

Obesitas

Tidak
Rendah Jika Total
Obesitas jika
IMT >23
IMT <23
kg/m2
KG/M2

Diabetes Melitus ya Count % 19 1 20


Within Diabetes Melitus 95,0% 5,0% 100,0%

Diabetes Melitus Tidak Count 13 8 21


% Within Diabetes Melitus 61,9% 38,1% 100,0%

Total Count 32 9 41
% Within Diabetes Melitus 78,0% 22,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp, Exact Exact


Value df Sig. (2- Sig,(2- Sig, (1-
sised) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6,549 1 010

Continuity Correction b 4,760 1 029

Likelihood Ratio-By-Linear
7,305 1 007
Association
Fisher"s Exact Test 20 012

Linear-By-Linear Association 6,389 1 011

N 0f Valid Cases 41

a. 2 cells (50,0%) have expected count less 5 The minimum expected count is 4,39
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Edtimate

95% Confidence Interval


Value
Lower Upper

Odds Ratio Diabetes Melitus 11.692 1,302 105,028


(Ya/Tidak) For Cohort Obesitas jika
IMT >23 kg/m2
1,535 1,061 2.178

For Cohort For Cohort Obesitas jika


131 018 957
IMT <23 kg/m2

N OF Valid Cases 41

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Diabetes Melitus *
41 100,0% 0 0,0% 41 100,0%
Tingkat Pendidikan

Diabetes Melitus * Tingkat Pendidikan Cross Tabulation


Tingkat Pendidikan

Rendah Jika Tinggi Jika > Total


< SMA SMA

Diabetes Melitus ya Count % 9 11 20


Within Diabetes Melitus 45,0% 55,0% 100,0%

Diabetes Melitus Tidak Count 2 19 21


% Within Diabetes Melitus 9,5% 90,5% 100,0%

Total Count 11 30 41
% Within Diabetes Melitus 26,8% 73,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp, Exact
Exact Sig,(2-
Value df Sig. (2- Sig, (1-
sided)
sised) sided)

Pearson Chi-Square 6,567 1 10

Continuity Correction b 4,885 1 27

Likelihood Ratio-By-Linear
6,953 1 8
Association

Fisher"s Exact Test 15 12

Linear-By-Linear Association 6,407 1 11

N 0f Valid Cases 41
a. 0 cells (0,0%) have expected count less 5 The minimum expected count is 5,37
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Edtimate

95% Confidence Interval


Value
Lower Upper

Odds Ratio Diabetes Melitus 7,773 1,416 42,660


(Ya/Tidak) For Cohort Tingkat
Pendidikan = Rendah Jika < SMA
4,725 1,160 19,247

For Cohort Tingkat Pendidikan =


606 399 925
Rendah Jika >SMA

N OF Valid Cases 41

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Pendidikan 41 100,0% 0 0,0% 41 100,0%

Diabetes Melitus * Aktifitas Fisik Cross Tabulation

Tingkat Pendidikan
  Total
Rendah Jika
Tidak tamat Tinggi jika
SD/Tamat SMU/PT
SD

Diabetes Melitus ya Count % 17 3 20


Within Diabetes Melitus 85,0% 15,0% 100,0%

Diabetes Melitus Tidak Count 9 8 21


% Within Diabetes Melitus 42,9% 57,1% 100,0%

Total Count 26 15 41
% Within Diabetes Melitus 63,4% 36,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp, Exact
Sig. (2- Exact Sig, Sig, (1-
  Value df sised) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 7,842 1 005    

Continuity Correction b 6,131 1 013    

Likelihood Ratio-By-Linear
Association 8,260 1 004    

Fisher"s Exact Test       009 006

Linear-By-Linear Association 7,651 1 006    

N 0f Valid Cases 41        
a. 0 cells (0,0%) have expected count less 5 The minimum expected count is
7,32
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Edtimate

95% Confidence Interval

  Value Lower Upper

     

7,556 1,684 33,900


Odds Ratio Diabetes Melitus
     
(Ya/Tidak) For Cohort Aktifitas Fisik
= Rendah Jika <3x/minggu 1,983 1,171 3,360

     

263 087 794


For Cohort Aktifitas Fisik = Rendah
Jika >3x/minggu      

N OF Valid Cases 41    

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

  N Percent N Percent N Percent

Diabetes Melitus * Umur  41 100,0%  0   0,0%  41 100,0% 

Diabetes Melitus * Tingkat Pendidikan Cross Tabulation


Umur

  Total
Tua Muda

Diabetes Melitus ya Count % 19 1 20


Within Diabetes Melitus 95,0% 5,0% 100,0%

Diabetes Melitus Tidak Count 13 8 21


% Within Diabetes Melitus 61,9% 38,1% 100,0%

Total Count 32 9 41
% Within Diabetes Melitus 78,0% 22,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp, Exact Exact


Sig. (2- Sig,(2- Sig, (1-
  Value df sised) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6,549 1 010    

Continuity Correction b 4,760 1 029    

Likelihood Ratio-By-Linear
Association 7,305 1 007    

Fisher"s Exact Test       20 012

Linear-By-Linear Association 6,389 1 011    

N 0f Valid Cases 41        

c. 2 cells (50,0%) have expected count less 5 The minimum expected count is 4,39
d. Computed only for a 2x2 table
Risk Edtimate
95% Confidence Interval

  Value Lower Upper

     

11.692 1,302 105,028

     
Odds Ratio Diabetes Melitus (Ya/Tidak) For
Cohort Obesitas jika IMT >23 kg/m2 1,535 1,061 2.178

     

131 018 957


For Cohort For Cohort Obesitas jika IMT
<23 kg/m2      

N OF Valid Cases 41    

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

  N Percent N Percent N Percent

Diabetes Melitus * Umur  41 100,0%  0   0,0%  41 100,0% 

Diabetes Melitus * Tingkat Pendidikan Cross Tabulation

Umur

  Total
Old Middle Age

Diabetes Melitus ya Count % 19 1 20


Within Diabetes Melitus 95,0% 5,0% 100,0%
Diabetes Melitus Tidak Count 13 8 21
% Within Diabetes Melitus 61,9% 38,1% 100,0%

Total Count 32 9 41
% Within Diabetes Melitus 78,0% 22,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp, Exact Exact


Sig. (2- Sig,(2- Sig, (1-
  Value df sised) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6,549 1 010    

Continuity Correction b 4,760 1 029    

Likelihood Ratio-By-Linear
Association 7,305 1 007    

Fisher"s Exact Test       20 012

Linear-By-Linear Association 6,389 1 011    

N 0f Valid Cases 41        

e. 2 cells (50,0%) have expected count less 5 The minimum expected count
is 4,39
f. Computed only for a 2x2 table

Risk Edtimate

  Value 95% Confidence Interval

Lower Upper
     

11.692 1,302 105,028

     

Old 1,535 1,061 2.178

     

131 018 957

Middle Age      

N OF Valid Cases 41    

INFORMEND CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban

atas pertanyaan yang saya ajukan kepada peneliti maka saya mengetahui tujuan dan

manfaat penelitian ini yang nantinya berguna meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan saya.

Saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-

hak saya sebagi responden, saya menyadari bahwa penelitian ini tidak berdampak

negatif terhadap saya.

Dengan menanda tangani persetujuan ini saya telah menyatakan untuk

berpartisifasi dalam penelitian ini tanpa paksaan dan bersikap sukarela dan tanpa

imbalan apapun.
Betung, Mei 2020

……………………….

Nomor Responden :

Setiap jawaban dari kuesioner ini hanya untuk keperluan penelitian dan
tidak akan mempengaruhi penelitian terhadap pelayanan Bapak untuk itu memohon
kiranya untuk menjawab kuesioner ini dengan lengkap dan sejujur-jujurnya.

Petunjuk Pengisian :

Mohon dijawab sesuai dengan pertanyaan yang tersedia

A Identitas Pribadi Kode

1 Nama (Inisial) :      

2 Umur :      

3 Jenis Kelamin :      

Keluhan :

Nilai Gula Darah :

Berat Badan :

4 Tinggi Badan      

       

  Tahun Terkena Diabetes 1. Jika Ya Sudah    


Berapa lama terkena
DM Tipe 2…………
Th
2. Jika tidak, sudah
Melitus berapa lama DM
Tipe lain………..Th
1. SD, SMP (<SMA)
1  Faktor Tingkat Pendidikan 2. SMU Peguruan    
Tinggi(>SMU)
Berapa berat badan anda
sekarang……………..kg

Obesitas dengan
2  Obesitas ditimbang……………kg    

Apakah Anda
berolahraga …………….

Jenis Olahraga………….

Berapa lama anda


berolahraga…………mnt

Berapa kali Olahraga


dalam
3  Exercise (Olahraga) seminggu…………..    

1. Ya (DM Tipe 2)
B Status Diabetes Melitus 2. Tidak (DM Tipe    
Lain)
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Informed Concent

Lembar Persetujuan Informed Concent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………………………………………………

Umur : ………………………………………………

Jenis Kelamin : ………………………………………………

Pendidikan Terakhir : ………………………………………………

Menyatakan bersedia mengisi kuisioner tentang pengetahuan pasien


terhadap efek samping obat TB paru terkait dengan penelitian saudara Elizabet
tentang “Identifikasi Efek Samping Penggunaan Obat Anti Tuberkulosa (Program
DOTS) Pada Pasien Yang Berobat di Puskesmas Betung Kota Tahun 2020”

Adapun kuisioner ini akan kami jawab dengan sebenar-benarnya, dan


jawaban tersebut dapat diambil sebagai data ilmiah.

Ttd,
………………………………..

(Nama Pasien : )

Keterangan:

Penggunaan data lembar informat concent ini dijaga kerahasiaannya.

Lampiran 3. Kuisioner

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS


TIFE II DI PUSKESMAS BETUNG KOTA TAHUN 2020

Tanggal wawancara : / /

A. Karakteristik Responden
No. Karakteristik Responden Coding
A1 Nama
A2 Alamat

A3 No. tlp/hp
A4 Jenis kelamin 1. Laki-laki [ ]

A5 Tempat/tanggal lahir
A6 Umur Tahun [ ]
A7 Pendidikan Terakhir 1. Tidak sekolah [ ]
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tidak tamat SMP
5. Tamat SMP
6. Tidak tamat SMA
7. Tamat SMA
8. Tamat D1
A8 Pekerjaan 1. Pensiunan PNS/ABRI/POLRI [ ]
2. PNS/ABRI/POLRI
3. Jasa (Ojek, bangunan, dll)
4. Swasta
5. Wiraswasta

A9 Pendapatan ……………………../hari, atau [ ]


……………………../mgg

A10 Status Pernikahan 1. Menikah [ ]


2. Belum menikah
3. Lainnya (janda/duda)

B. Antropometri
No Jenis ukuran Hasil Coding
B1 Berat badan (kg)
B2 Tinggi badan (cm)
B3 IMT []
B4 Persen Lemak Tubuh []
B5 Lingkar Pinggang []
B6 Lingkar Pinggul []

C. Tekanan darah

No Jenis Pengukuran Pengukuran


Rata-rata
1 2
C1 Sistolik (mmHg)

C2 Diastolik
(mmHg)

D. Gula Darah Puasa


Hasil Coding

[ ]
E. Riwayat Penyakit (jawaban tidak dibacakan)

No Pertanyaan Jawaban Coding

E1 Apakah Ibu/Bapak menderita 1. Ya, sudah berapa lama ………. [ ]


penyakit gula/kencing manis? 2. Tidak

*Terakhir periksa gula 3. Tidak tahu

darah……………….
E2 Apakah orang tua Ibu/Bapak 1. Ya, sudah berapa lama ……… [ ]
menderita penyakit gula/kencing 2. Tidak
manis? 3. Tidak tahu
E3 Apakah keluarga dari orang tua tua 1. Ya, sudah berapa lama ……… [ ]
Ibu/Bapak menderita penyakit 2. Tidak
gula/kencing manis? 3. Tidak tahu

(misalnya:

E4 Dirumah tinggal dengan siapa? 1. Anak [ ]


2. Suami/istri
3. Sendiri
4. Kakak/adik
E5 Siapa yang biasa menentukan menu 1. Anak [ ]
masakan dirumah? 2. Suami/istri
3. Sendiri
4. Kakak/adik
E6 Makanan sehari-hari dirumah paling 1. Masak sendiri [ ]
sering dibuat sendiri atau dibeli? 2. Dibeli diluar
E7 Apakah tua Ibu/Bapak sering jajan 1. Ya [ ]
keluar? 2. Tidak
E8 Makanan jajanan yang paling sering  ………………………… [ ]
dibeli  …………………………
E9 Minuman jajanan apa yang paling  ………………………… [ ]
sering Ibu/Bapak beli?  …………………………
F. Pengetahuan Gizi (jawaban jangan dibacakan)

PENGETAHUAN KEGEMUKAN
No Pertanyaan Jawaban C
I1 Penyebab kegemukan adalah? o Genetik o[
]
o Makanan yang berlebihan
………………………………………… o Sering mengkonsumsi
I2 Resiko penyakit apa yang ditimbulkan o Hipertensi [
]
dari kegemukan adalah? o PJK

I3 Bagaimana cara menanggulangi o Olahraga teratur [


]
o Konsumsi serat lebih
…………………………………………
banyak
o Kurangi makanan
I4 Menurut Ibu/ Bapak apa gejala berlemak
1. Sering buang air
[
umum dari penyakit kecil ]
gula/kencing manis apa? 2. Sering haus
3. Volume urin
meningkat
4. Penurunan berat
badan
I5 Menurut Ibu/Bapak apa 1. Kegemukan
[
penyebab terjadinya penyakit 2. Sering makan gula ]
gula/kencing manis? 3. Sering makan kue
4. Sering makan
makanan yang
manis-manis
5. Tidak tahu
I6 Apakah penyakit gula/ kencing 1. Tidak dapat
[
manis bisa disembuhkan? 2. Tidak dapat, ]
namun dapat
I7 Menurut Ibu/Bapak bagaimana 1. Mengatur pola
[
cara untuk mengendalikan makan ]
penyakit gula/kencing manis? 2. Memperbanyak
aktivitas fisik
3. Rajin meminum
obat
4. Olahraga secara
teratur
5. Mengkonsumsi
manis
7. Ke dokter
8. Tidak tahu
9. Lupa
I8 Menurut Ibu/Bapak berapa 1. Kurang dari 126
[
kadar gula darah puasa normal? mg/dl ]
2. Tidak tahu
I9 Menurut Ibu/Bapak maksimal 1. 3-4 sdm sehari
[
berapa banyak seharusnya kita 2. Tidak tahu ]
mengkonsumsi gula dalam 3. Lupa
sehari? 4. Lainnya, sebutkan
I10 Menurut Ibu/Bapak makanan 1. Madu
[
dan minuman yang perlu 2. Jus buah ]
dihindari untuk penderita 3. Mie instan
penyakit gula/ kencing manis? 4. Teh manis
5. Kopi manis
6. Roti
I11 Menurut Ibu/Bapak apakah 1. Ya
[
berat badan (jika kegemukan) 2. Tidak tahu ]
berpengaruh terhadap resiko 3. Lupa
terkena penyakit gula/kencing 4. Lainnya, sebutkan
I12 Apakah menurut Ibu/Bapak jika 1. Ya
[
terkena penyakit gula/kencing 2. Tidak ]
manis akan beresiko terkena 3. Tidak tahu
penyakit degeneratif (jantung,
I13 Skor Pengetahuan diabetes mellitus :
[
I14 Apakah Bapak/Ibu suka minum 1. Ya []
]
Kopi/tEH? 2. Tidak (lanjut ke J4)
I15 Berapa rata-rata cangkir kopi yang 1. < 1 cangkir/hari [
. ]
Bapak/Ibu minum dalam sehari? 2. 1-2 cangkir/hari
3. 3-4 cangkir/hari
4. ≥ 5 cangkir/hari

J. Intake Makanan

No Kali/hari Kali/minggu Coding

J1 Dalam sehari berapa kali ibu minum kopi

1 kali minum ____ sdm gula

J2 Dalam sehari berapa kali ibu minum teh

1 kali minum ____ sdm gula

J3 Berapa kali Ibu/Bapak makan makanan


yang
bersantan

J4 Berapa kali Ibu/Bapak makan makanan


yang
ditumis

J5 Berapa kali Ibu/Bapak makan makanan


yang
berminyak/digoreng

Gambar. 2. Foto-Foto Pengisian Kuisioner Penelitian oleh Responden

Anda mungkin juga menyukai