Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN

FARMASI KLINIS
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh :
1. Sukma Elenia (170500100)
2. Titan Rama Praditya (170500101)
3. Revalina Riswan (170500091)
4. Vibriani Amrin (170500104)
5. Ranti Pebri Anggraini (170500109)
6. Maria Yuni Kartika Wati (170500075)

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
2020/2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN FARMASI


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Tanggal januari 2021

Periode II (11-16 januari 2021)

Disusun oleh:
1. Sukma Elenia (170500100)
2. Titan Rama Praditya (170500101)
3. Revalina Riswan (170500091)
4. Vibriani Amrin (170500104)
5. Ranti Pebri Anggraini (170500109)
6. Maria Yuni Kartika Wati (170500075)

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

apt. Farida Munawaroh M.Sc apt. Eva Nurinda, M.Sc

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN FARMASI


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun oleh:
1. Sukma Elenia (170500100)
2. Titan Rama Praditya (170500101)
3. Revalina Riswan (170500091)
4. Vibriani Amrin (170500104)
5. Ranti Pebri Anggraini (170500109)
6. Maria Yuni Kartika Wati (170500075)

Telah diseminarkan di depan penguji Pada tanggal 16 Januari 2021

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

apt. Farida Munawaroh M.Sc apt. Eva Nurinda, M.Sc.

Ketua Prodi S1 Farmasi


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Alma Ata Yogyakarta

apt. Eva Nurinda, M.Sc.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kegiatan Praktik Lapangan (PL) di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kegiatan Praktek Lapangan (PL) ini merupakan salah satu syarat
pada program pendidikan mahasiswa Farmasi Universitas Alma Ata Yogyakarta.
Kegiatan Praktik Lapangan ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kegiatan Farmasi Klinis di Rumah Sakit yang berlangsung di RSUD Panembahan
Senopati Bantul sehingga dapat memberikan wawasan bagi penulis dalam memahami
tugas system serta kegiatan dan tanggungjawab seorang Farmasi Klinis di Rumah
Sakit. Sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis, maka disusunlah suatu laporan
kegiatan Praktek Lapangan di RSUD Panembahan Senopati Bantul ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan moral, material
maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih dan mendalam kepada:
1. Dr. Hamam Hadi,MS, Sc.D, Sp.GK selaku rektor Universitas Alma Ata
Yogyakarta
2. Esti Nurwanti, S.Gz., Diestisien., M.P.H., Ph.D selaku dekan fakultas ilmu-
ilmu kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta
3. Apt., Eva Nurinda.M,Sc selaku ketua program studi sarjana Farmasi sekaligus
dosen pembimbing praktek lapangan di Universitas Alma Ata Yogyakarta.
4. apt. Farida Munawaroh M.Sc selaku pembimbing lahan praktek RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kegiatan Praktik Lapangan
di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini masih banyak
kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat

iv
kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga laporan ini dapat
digunakan dan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dan bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 18 Januari 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Pratikum Lapangan............................................................................. 2
C. Manfaat Pratikum Lapangan ........................................................................... 3
D. Pengertian dan Fungsi Rumah Sakit ............................................................... 3
BAB II PELAKSANAAN PELAYANAN FARMASI KLINIS ............................. 6
A. Pengertian Umum Farmasi Klinis ................................................................... 6
B. Standar Pelayanan Kefarmasian Dirumah Sakit .............................................. 7
C. Pelayana Farmasi Klinis di Rumah Sakit Lahan Praktik ................................. 8
BAB III PEMBAHASAN KASUS ........................................................................ 14
KASUS I ........................................................................................................... 14
A. Deskripsi Kasus I ...................................................................................... 14
B. Data Lengkap Identitas Pasien I ................................................................ 14
C. Data Riwayat Penyakit Pasien I ................................................................ 14
D. Data Pengobatan Pasien I .......................................................................... 14
E. Asuhan Kefarmasian Kasus I .................................................................... 18
KASUS II ........................................................................................................... 23
A. Deskripsi Kasus II..................................................................................... 23
B. Data Lengkap Identitas Pasien II ............................................................... 23
C. Data Riwayat Penyakit Pasien II ............................................................... 23
D. Data Pengobatan Pasien II ........................................................................ 23
E. Asuhan Kefarmasian Kasus II .................................................................... 28
KASUS III ......................................................................................................... 35
A. Deskripsi Kasus III ................................................................................... 35
B. Data Lengkap Identitas Pasien III ............................................................. 35

vi
C. Data Riwayat Penyakit Pasien III : -.......................................................... 35
D. Data Pengobatan Pasien III ....................................................................... 35
E. Asuhan Kefarmasian Kasus III .................................................................. 39
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 43
A. Kesimpulan .................................................................................................. 43
B. Saran ............................................................................................................ 43
C. Daftar Pustaka .............................................................................................. 43
D. Lampiran Evidence Based Medicine (EBM) yang digunakan atau artikel
pendukung lainnya. ............................................................................................. 45

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran-Lampiran Kasus 1 ..........................................................45


Lampiran 2. Lampiran-Lampiran Kasus 2 .........................................................47
Lampiran 3. Lampiran-Lampiran Kasus 3 .........................................................50

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Permenkes RI No. 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasri untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Menurut PP No. 51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasian
dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, dan perlindunganserta keselamatan pasien atau masyarakat
yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standard an persyaratan
kemanan, mutum dam kemanfaatan.
Pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan. Menurut Permenkes RI no 9 tahun 2017
fasilitas kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga
teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasia, yang tediri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi
dan Analisis Farrmasi.
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung
jawab profesi dari apoteker dalam mengoptimakan terapi dengan cara
mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related problem).
Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non corcondance)
pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan
terapi. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. Untuk
mencegah penggunaan obat yang salah (drug misuse). untuk menciptakan

1
2

pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan


berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses
penyembuhan maka sangat diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien
dan keluarga melalui konseling obat. Pasien yang mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang obat akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen
obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan meningkat pula.
Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara
tatap muka atau wawancara, merupakan salaj satu bentuk pelayanan
kefarmasian dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pasien dalam penggunaan obat. Konseling obat diharapkan tidak hanya
memberikan informasi tentang obat tetapi sekaligus memberikan pendidikan
dan pemahaman tentang pengobatannya dan memastikan bahwa pasien dapat
menggunakan obat yang benar.

B. Tujuan Pratikum Lapangan


1. Mahasiswa mampu membaca rekam medis dan terminologi medis.
2. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis secara umum dan khusus
tentang physical examination.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan permasalahan dalam
pengobatan.
4. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis secara umum dan khusus
tentang Monitoring Efek Samping obat (MESO).
5. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis secara umum dan khusus
tentang pharmacist history taking (wawancara kepada pasien).
6. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis secara umum dan khusus
tentang problem oriented medical record.
7. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan proses kegiatan Farmasi
Klinis dalam studi kasus.
3

C. Manfaat Pratikum Lapangan


Praktek lapangan yang dilaksankan harapnya dapat memberikan manfaat
bagi Lembaga pihak antaralain:
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Mengaplikasikan dan mempraktekan ilmu dan teori yang diperoleh
selama masa kuliah langsung pada dunia kerja.
b. Mahasiswa dapat mengukur kemampuan ilmu dan teori yang diperoleh
dalam perkuliahan,untuk melihat kesiapan mahasiswa sebelum terjun
didunia kerja.
c. Memperdalam dan meningkatkan keterampilan serta kreativitas diri
dalam lingkungan yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki.
d. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman, bagi mahasiswa.
2. Manfaat bagi Universitas:
a. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk melatih dan mendidik
mahasiswa agar dapat menjadi pribadi yang Tangguh dan dapat
bersaing di dunia kerja.
b. Kegiatan ini dijadikan sebagai sarana untuk melihat kesiapan
mahasiswa sebagai anak didik yang akan memasuki dunia kerja.

D. Pengertian dan Fungsi Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
4

gawat darurat. Sedangkan menurut RI nomor 9 Tahun 2008 adalah sarana


kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi
pelayanan promotif, prementif, curative, dan rehabilitativ yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 Instalasi Farmasi adalah
unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit .Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi
Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen
atau unit atau bagian dari suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan farmasi/sediaan
farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat dan rawat jalan,
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan dirumah sakit. Didalam Permenkes Nomor 72 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal rumah sakit, yang menyebutkan
bahwa Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Tujuan dari Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yaitu untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien(patient safety). Dan
sebagai tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (permekes
2016).
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
5

Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi


rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai


dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian
teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
BAB II
PELAKSANAAN PELAYANAN FARMASI KLINIS

A. Pengertian Umum Farmasi Klinis


Definisi Farmasi Klinik
Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group (1996)
diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan keahlian
kefarmasian untuk membantu memaksimalkan efikasi obat dan meminimalkan
toksisitas obat pada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang
dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang ahli dalam memberikan pelayanan pada pasien. Farmasi klinik membawa
orientasi drug oriented dan patient oriented sehingga sangat erat kaitannya
dengan filosofi pharmaceutical care. Konsep adanya pharmaceutical care
dengan latar belakang adanya ledakan obat antara tahun1960-1990.
Pada tahun 1961 ada 656 jenis obat dan pada tahun 1999 ada 8000 jenis
obat. Pada tahun 1971 sekitar 140.000 kematian dan 1 juta dirawat dengan 20%
perawatan disebabkan karena kecelakaan obat dan 45-65% pasien memakai
obat tidak sesuai anjuran. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian adalah
bentuk optimalisasi dari peran seorang apoteker dalam pengobatan yang
berinteraksi langsung dengan pasien guna meningkatakan pelayanan kesehatan
dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker mempunyai peranan penting
dalam memberikan konsultasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait dengan
pengobatan yang sedang dijalani dan melakukan 8 monitoring hasil terapi
pengobatan pasien serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (ISFI, 2000).
Perluasan orientasi dari drug oriented dan patient oriented menuntut
para apoteker untuk aktif dalam interaksi langsung dengan pasien. Oleh karena
itu, apoteker harus meningkatkan kompetensinya baik dalam aspek

6
7

pengetahuan, keterampilan dan perilaku sehingga dapat meningkatkan kualitas


hidup pasien (Depkes RI, 2008).

B. Standar Pelayanan Kefarmasian Dirumah Sakit


Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap
rumah sakit minimal harus melakukan pelayanan medik umum, gawat darurat,
pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan
medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik,
pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pengurusan jenazah, laundry, ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit, dan
pengelolahan limbah (Permenkes, 2010).
15 Klasifikasi Rumah Sakit dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
menurut kepemilikan yang salah satu nya adalah Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) yang dimiliki oleh pemerintah. RSUD diklasifikasikan menjadi
beberapa tipe yaitu tipe A, B, C, dan D.
Menurut Permenkes Nomor 56 pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit umum tipe A, B, C dan D paling sedikit meliputi: 1. pelayanan medik; 2.
pelayanan kefarmasian; 3. pelayanan keperawatan dan kebidanan; 4. pelayanan
penunjang klinik; 5. pelayanan penunjang non klinik; 6. pelayanan rawat
inap.Pelayanan kefarmasian yang dimaksudkan di atas adalah kegiatan
kefarmasian yang meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Semua rumah sakit
wajib menerapkan pelayanan farmasi klinik sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Apoteker adalah orang yang bertanggungjawab atas jalannya kegiatan
pelayanan farmasi klinik sehingga jumlah apoteker dalam suatu rumah sakit
diatur berdasarkan beberapa kegiatan pelayanan yang dilakukan seperti: 1.
8

pelayanan IGD (Instalansi Gawat Darurat); 2. pelayanan rawat inap intensif; 3.


pelayanan rawat inap; 4. pelayanan rawat jalan; 5. penyimpanan dan
pendistribusian; 6. produksi obat.
Berdasarkan peraturan standar pelayanan farmasi klinik menurut
Kepmenkes Nomor 1197 tahun 2014 idealnya 30 tempat tidur = 1 apoteker
(untuk pelayanan kefarmasian). Sesuai dengan klasifikasi rumah sakit memiliki
jumlah tempat tidur yang berbeda sesuai dengan tipenya. Rumah Sakit tipe A
memiliki tempat tidur sebanyak 400, rumah sakit tipe B memiliki tempat tidur
sebanyak 200, rumah sakit tipe C memiliki tempat tidur sebanyak 100, dan
rumah sakit tipe D memiliki tempat tidur sebanyak 50 (Menkes, 2010).

C. Pelayana Farmasi Klinis di Rumah Sakit Lahan Praktik


Pelayanan farmasi klinis di Rumah Sakit diatur dalam PERMENKES
72 Tahun 2016. Pelayanan farmasi klinis diantaranya adalah pengkajian dan
pelayanan resep, penelusuran riwayat obat, rekonsiliasi obat, pelayanan
informasi obat, konseling, visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek
samping obat, evaluasi penggunaan obat, dna dispensing sediaan steril.
Apoteker harus berperan langsung dalam pelayanan kefarmasian klinis
dan berinteraksi secara langsung dengan pasien sehingga tercapainya terapi
pasien secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa peran apoteker
berpengaruh dengan berhasilnya penerapan standar pelayanan kefarmasian.
Pelayanan farmasi klinis farmasi klini di RSUD Penambahan Senopati Bantul
meliputi :
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Pengkajian resep adalah kegiatan dalam pelayanan kefarmasian
yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi,
dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap ataupun rawat jalan
(Anief, 2006)
9

Proses penyerahan obat kepada pasien, selalu disertai dengan


informasi tambahan mengenai peringatan atau pun hal-hal yang harus
disampaikan kepada pasien termasuk pemberian informasi obat pasien.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayan Informasi Obat atau sering disebut dengan PIO yaitu
seorang Apoteker memberikan informasi mengenai obat kepada pasien
ataupun kepada nakes mengenai informasi obat resep, obat herbal, obat
bebas dengan pencarian yang akurat dan obyektif dan dievaluai kembali
sebelum memberikan informasi obat tersebut terhadap pasien maupun
nakes.
3. Konseling
Konseling merupakan aktivitas pemberiaan nasihat atau saran
terkait terapi obat kepada pasien ataupun keluarga pasien. Seperti efek
samping obat yang mungkin terjadi kepada pasien dan cara penggunaan
obat.
4. Ronde/Visite Pasien (Khusus Rawat Inap)
Visite pasien yaitu Apoteker mengunjungi pasien rawat inap untuk
memantau kondisi pasien, memantau efek terapi dan efek samping obat,
dan menilai kemajuan kondisi pasien sekaligus memberi semangat kepada
pasien di semua bangsal rumah sakit dengan memprioritaskan pasien
penyakit tertentu yang membutuhkan terapi segera atau berdasarkan
diagnosa clinical pathway rumah sakit.
5. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Kegiatan ini disebut juga dengan MESO yaitu monitoring efek
samping obat yang dilakukan oleh Apoteker dengan menggunakan
formulir pelaporan ESO. Pasein yang harus diperhatikan yaitu pasien
dengan kondisi khusus, pasien geriatric, pediatric dan pasien yang
menggunakan obat dengan indeks terapi sempit.
6. Pemantauan Terapi Obat
10

Pemantauan terpi obat (PTO) mencakup pengkajian pilihan obat,


respon terapi, reaksi obat yang tidak diinginkan dan rekomendasi
perubahan atau alternative terpai.
Pemantauan terapi obat ini dikhusus kan kepada pasien yang
menggunakan obat dengan indeks terapi sempit seperti penggunaan
warfarin pasien akan langsung melakukan pemantauannya.
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi penggunaan obat yaitu Apoteker melakukan evaluasi
terhadap obat yang digunakan oleh pasien rawat inap di Rumah Sakit
secara terstuktur, yang ditujukan untuk menjamin obat yang tepat, aman
dan efektif digunakan oleh pasien.

Bagian Farmasi Rumah Sakit melayani untuk kebutuhan pasien rawat


jalan, rawat inap, serta kebutuhan operasi dengan menyediakan obat-obatan
serta alkes dengan mutu berkualitas dan terjamin keasliannya. Layanan farmasi
tidak hanya berbentuk seperti apotek saja, tetapi ada juga yang berbentuk depo-
depo. Depo ialah bagian farmasi dalam bentuk farmasi-farmasi unit kecil yang
hanya melayani kebutuhan bagian tertentu. Selain itu, layanan farmasi juga
menerapkan 5 standar tetap yang terdiri dari tepat pasien, tepat kegunaan, tepat
dosis, tepat waktu, dan tepat obat. Layanan farmasi terdiri dari :

a. Farmasi Rawat Jalan


Farmasi rawat jalan atau disingkat Rajal ialah apotek utama yang
terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. Farmasi
Rajal melakukan peracikan, penimbangan dan pengemasan untuk melayani
resep-resep dari dokter baik resep kontan, resep jaminan perusahaan, resep
karyawan serta melayani penjualan obat-obat bebas dan juga memberikan
pelayanan konseling. Obat untuk pemberian informasi atau penjelasan kepada
pasien tentang informasi atau penjelasan kepada pasien tentang informasi yang
11

berhubungan dengan penggunaan obat-obatan baik aturan pakai, kegunaan,


indikasi, maupun efek samping obat yang akan dikonsumsi oleh pasien.
Farmasi Rawat jalan dibagi menjadi dua yaitu farmasi rawat jalan atas dan
farmasi rawat jalan bawah dan buka selama 24 jam serta terbagi menjadi 3 shift
termasuk pada hari minggu dan pada hari libur.
b. Farmasi Rawat Inap
Farmasi rawat inap atau yang biasa disebut ranap adalah farmasi yang
melayani resep dokter hanya untuk pasien rawat inap dan resep untuk karyawan
saja. Pelayanan resep pun sama dengan depo farmasi lainnya. Perbedaannya
adalah yang mengambil obat tersebut bukan pasien langsung melainkan
perawat yang berada di ruangan-ruangan dimana pasien tersebut di rawat.
Petugas yang bertugas di Farmasi ranap juga bertugas untuk melakukan
kunjungan atau visit di tiap paviliun-paviliun yang ada di RSUD Panembahan
Senopati Bantul untuk mengantarkan obat-obat yang akan diminum pasien
yang di rawat di Rumah Sakit tersebut.
c. Farmasi Depo IGD
Depo IGD adalah farmasi dalam bentuk farmasi-farmasi unit kecil yang
hanya melayani kebutuhan bagian untuk IGD yang memiliki jam kerja 24
jam. Depo IGD memiliki tugas untuk melayani obat dan alkes kebutuhan
pelayanan IGD dan melengkapi trolley emergency sesuai standar yang telah
ditentukan. Terbagi menjadi 3 bagian :
a. trolley emergency IGD
b. trolley emergency ruang observasi
c. trolley emergency ruang bersalin (gold trolley)
Di dalam trolley-trolley emergency tersebut berisi berbagai obat-obat
dan alkes yang penggunaannya adalah untuk pasien yang benar-benar dalam
kondisi darurat dan butuh penanganan yang cepat, sehingga tidak
memungkinkan bagi perawat untuk mengambil obat dan alkes ke depo farmasi
IGD.
12

d. Depo Instalasi Bedah Sentral (IBS)


di depo ini meliputi penyediaan alat-alat kesehatan dan obat yang di
butuhkan oleh dokter yang akan mengoperasi pasien. Pakaian yang di gunakan
di dalam depo IBS menggunakan pakaian yang steril,untuk mecegah terjadinya
kontaminasi alat-alat yang ada di ruang bedah terhadap bakteri, kuman, atau
virus dari pakaian yang dipakai tidak steril. Depo IBS menyediakan paket
umum dan spinal. Untuk paket umum adalah paket untuk anaestesi seluruh
badan, sedangkan paket spinal adalah paket untuk anaestesi bagian perut
sampai atas perut.
e. Depo Onkologi
Merupakan ruang untuk meracik obat-obat kemoterapi untuk selanjutnya
digunakan ke pasien. Petugas yang akan meracik obat kemoterapi harus
menggunakan baju khusus agar terhindar dari paparan obat kemoterapi. Untuk
pasien yang akan di kemoterapi, mendapatkan beberapa tahapan, yaitu :
1) Resep Kemoterapi dilayani di depo farmasi yang dianjurkan.
2) Asisten apoteker menghubungi dokter untuk mengetahui jadwal pasien
yang akan di kemoterapi dan segera memesan obat ke bagian gudang, agar
obat tersebut dikirim.
3) Petugas farmasi mengambil obat dari bagian gudang dan dibawa ke ruang
peracikan obat kemoterapi.
4) Didalam ruang peracikan kemoterapi, petugas farmasi mempersiapkan
obat-obat yang akan dibuat dan menghitung dosis yang di perlukan.
5) Setelah siap, salah seorang petugas farmasi meracik obat kemo di dalam
ruangan khusus dengan menggunakan alat Biologycal Safety Cabinet (BSC)
dan alat pelindung diri yang lengkap. Biologycal Safety Cabinet (BSC), alat
ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk
melindungi petugas, materi yang di kerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip
kerja dari alat ini adalah : Tekanan udara didalam lebih negatif dari tekanan
udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC.
13

Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada
peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini
harus di kalibrasi setiap 6 bulan.
Kelengkapan APD terdiri dari :
a) Baju : Terbuat dari bahan yang tidak mengandung serat harus
menutupi seluruh anggota badan kecuali muka
b) Topi : Harus menutupi kepala sampai leher
c) Masker: Harus mempunyai kaca plastik
d) Sarung Tangan : digunakan rangkap dua dan terbuat dari bahan latex
e) Sepatu : terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam
6) Jika telah selesai,obat tersebut diberikan perawat atau dokter yang akan
melakukan kemoterapi pada pasien.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS I
A. Deskripsi Kasus I
Pasien mengeluhkan tidak bisa berjalan, kaki kanan terlihat kehitaman
dari jempol kaki hingga dibawah lutut.

B. Data Lengkap Identitas Pasien I


Nama : Ny. ML

C. Data Riwayat Penyakit Pasien I


Terjatuh 2x dikamar pada hari senin yang menyebabkan kaki kanan
terkilir,warna kebiruan. Hari selasa mulai naik warna kebiruan hingga betis

D. Data Pengobatan Pasien I

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama : Ny. ML Jenis Kelamin : Pria/Wanita (Coret


yang perlu)

Tanggal lahir / Umur : Berat Badan : ................. kg Tinggi


........................... Badan : .................... cm
Tanggal Masuk RS : 31/12/2020 Tanggal Keluar RS :
.................................................
Alergi :
....................................................................................................................

REKONSILIASI OBAT

Nama Obat, Bentuk Dilanjutk


Sediaan & Kekuatan an pada
No (obat rutin, obat Indikasi Jumlah Obat Aturan Pakai saat
herbal, Supplemen, rawat
OTC, dll) inap ?
1 Inf. Nacl 20 tpm √ Ya

14
15

2 Novorapid 3 3 x 10 IU atau √ Ya
3 x 14 IU

3 Lantus 1 0-0-10 atau 0- √ Ya


0-12

4 Inj. Ceftazidin 1g 2 x sehari √ Ya

5 Inj. Keto IA √ Ya

6 Inj. Ranitidn IA √ Ya

7 Inj. Moxifioxacin 1 x 400 mg √ Tidak

Obat sudah diserahkan kepada farmasi tanggal Paraf ........................


....................................................................
Obat sudah diserahkan kepada pasien tanggal Paraf ........................
......................................................................

Petugas Rekonsiliasi

(.....................................................)
16

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama : Ny. ML Jenis Kelamin : Pria/Wanita


Tgl lahir/Umur : BB : ........... kg; TB : ............. cm; BMI :
......................... ………Bangsal : ……........
Riwayat Penyakit Masuk : ........................................... Riwayat Penyakit
Dahulu : ........................................
Diagnosis : .....................................
Merokok : ....... batang/hr; Kopi : ....... gelas/hr; Lainnya :
.............................................................................
Alergi : ....................................................................................................................

Hasil Pemeriksaan Penunjang:

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT HARIAN

Parameter Nilai Normal 31/12/20 2/1/21 4/1/21 5/1/21


Tanda Vital

Penyakit /
Tanggal
Tekanan 90/60 mmHg 90/60 mmHg 137/69 139/63 160/60
Darah (mm – 120/80 mmHg mmHg mmHg
Hg) mmHg 110/90 mmHg
Nadi (kali per 60- 90x/menit
menit) 100x/menit
Suhu Badan 36,5-37,2 ̊C 36,2 ̊C 37,7 ̊C
(oC)
Respirasi (kali 14-20x/menit 20x/menit
per menit)
KELUHAN

Laboratorium Nilai Normal 31/12/20 1/1/21 4/1/21 6/1/21


Rutin /
Tanggal
SGOT <31 111
SGPT <31 60
UREUM 123
17

CREATININ 2.94
PROTEIN 5.68
TOTAL
ALBUMIN 2,27
GLOBULIN 3.41
LEUKOSIT 4.00-11.00 26.20
ERITROSIT 4.00-5.00 2.94
KALIUM 3.50-5.10 2.99
GDS 438 10.00 : 18
318 8
21.00 :
141
00.45 :
204
09.30 :
230.
Terapi (Nama Aturan Pakai 31/12/20 1/1/21 2/1/21 4/1/21 5/1/21
Obat,
Kekuataan)
Inj. Ceftazidin 1g/8 jam √ √ Stop
1g
RUTE PARENTERAL

Inj. Ketorolac √
Inj. Ranitidin √
Inj. 1 x 400 √ √
Moxifloxacin mg
Novorapid 3 x 10 √ √ 18-18-
IU 18
Lantus 0-0-10 √ 0-0-15 0-0-15 0-0-18
Pletaal XR

Fluconazol tab 2x1


RUTE ORAL

Inf. NaCl 20 tpm


I.V.F.D.

Transfusi PRC 1 kolf


18

E. Asuhan Kefarmasian Kasus I

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama : Ny. ML Bangsal :

Tanggal Lahir : Umur :

Berat Badan (Kg) :


Tinggi Badan BMI :
(cm) :

PEMANTAUAN TERAPI OBAT


Asuhan Kefarmasian Nama
Tanggal &
& Jam Subyektif Obyektif Assesment Planning Paraf
(DRP) Apotek
er
31/12/20 Keluhan : pasien SGOT : 111 -ad - Ada obat - Inj.
20.01 mengeluhkan mg/dl tidak ada Ranitidin
WIB tidak bisa SGPT : 60 indikasi. sebaiknya
berjalan, kaki mg/dl - Ada indikasi tidak
kanan terlihat Ureum : 123 tidak ada obat. diberikan.
kehitaman dari mg/dl -Kadar
jempol kaki Creatinin : SGOT,
hingga dibawah 2,94 mg/dl SGPT,
lutut. GDS : 438 ureum, dan
Riwayat : terjatuh Esinofil : 0 creatinin
2x dikamar pada Limfosit : 7 yang tinggi
hari senin yang Monosit : 1 seharusnya
menyebabkan mendapatkan
kaki kanan terapi.
terkilir,warna
kebiruan. Hari
selasa mulai naik
warna kebiruan
hingga betis.
4/1/21 Keluhan : pasien -Adanya Hiperglikemia, -Monitor
mengalami luka jaringan kerusakan tanda-tanda
dikaki kanan. nekrotik. integritas kulit, hipoglikemi
-GDS siang : PAD Cek GDS
188 pagi dan sore.
-Suhu : 36,4 -Amputasi
-TD : 139/63 bila keluarga
setuju.
-Cek
albumin,
globulin.
5/1/21 -TD : 160/60 -Diabetes -Peningkatan
mmHg melitus dosis insulin.
19

-Sepsis -Pemberian
-PAD albumin 25%
ekstrimitas 1 fals
inferior dextra. -Diet ekstra
putih telur 5
butir/hari.
-Transfusi
PRC 1 kolf
-Meropenem
3x1 g
-Ceftazidime
stop
6/1/21 -TD : 132/10 -Sepsis : DM 2 -Fluconazole
mmHg dan gangren. tab 2 x 1
-Hb : 8,5 -Hipoalbumin
-Leukosit : -Hipokalemia.
26,20 Ada obat tidak
-Eritrosit : ada indikasi.
2,94
-Eusinofil: 0
-Protein total :
5,68
-Albumin :
2,27
-Globulin :
3,41
- Kalium : 2,99
20

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama : Ny.ML Jenis Kelamin : Pria/Wanita


Tgl lahir/Umur : ......................... BB : ........... kg; TB : ............. cm; BMI :
………Bangsal : ……........

Riwayat Penyakit Masuk : Diabetes Melitus Riwayat Penyakit Dahulu :


........................................
Diagnosis : Akut limb iskemia PAD pada DM 2
Merokok : ....... batang/hr; Kopi : ....... gelas/hr; Lainnya :
..................................................................................
Sedang hamil: Ya/Tidak (…….…minggu) Sedang menyusui: Ya/Tidak

Alergi : .................................................................................................

EDUKASI DAN KONSELING FARMASI

Problem
Tgl/Jam Nama Obt Materi Edukasi dan Konseling
Medis
31/12/20 1. Novorapid  Penjelasan Indikasi Obat :
– 6/1/21 2. Inf. NaCl 1. Untuk diabetes mellitus
3. Lantus 2. Sebagai larutan elektrolit tubuh
4. Inj. Ceftazidime
3. Untuk diabetes mellitus
5. Inj. Ranitidin
6. Inj. ketorolac 4. Infeksi bakteri gram positif dan
7. Inj. Moxifloxacin negatif
8. Albumin 25% 5. tukak lambung dan tukak
9. Meropenem duodenum, refluks esofagitis.
10. Fluconazol 6. Penanganan jangka pendek nyeri
11. Pletaal XR pasca bedah
7. Untuk infeksi bakteri
8. digunakan untuk mengatasi volume
darah yang menurun (hipovolemia)
9. infeksi gram positif dan Gram
negatif, aerobik dan anaerobik.
10. Infeksi jamur

 Penjelasan Aturan Pakai Obat :


1. Disuntikkan 3 x sehari 10 IU
sebelum makan atau jika diperlukan
secepatnya setelah makan, sesuai
kebutuhan.
2. Melalui intravena 20 tpm
3. Lantus tgl 31/12/20 : 0-0-10
21

Lantus tgl 2-4/1/21 : 0-0-15


Lantus tgl 6/1/21 : 0-0-18
4. 1 g/8 jam
5. IA
6. IA
7. 1 x 400 mg
8. 1 fals
9. 3 x 1 g
10. 2 x sehari 1 tab
 Penjelasan Tatacara Penggunaan
Obat Khusus:
Sebelum disuntikkan, insulin yang telah
disimpan dalam refrigerator diputar-
putar terlebih dahulu pada telapak
tangan agar menyesuaikan suhu
tubuh. Setelah itu sesuaikan dosis
yang dianjurkan dengan cara
memutar bagian ujung flexpen
sampai dosis yang sesuai. Suntikkan
insulin dibagian tubuh yang
dianjurkan seperti di perut, lengan,
dan pantat dengan flexpen
menghadap tegak lurus.
 Cara Penyimpanan Obat
Simpan insulin di dalam kulkas jika
sudah digunakan. Kalau belum
pernah digunakan maka insulin di
simpan dalam refrigerator.
 Efek Samping Obat (ESO):
1. Hipoglikemia
2. -
3. Hipoglikemia
4. Diare dan kolitis yang
disebabkan oleh antibiotik
5. Mual muntah, sakit kepala.
6. Gangguan gastrointestinal
7. Gangguan gastrointestinal
8. Demam, urtikaria.
9. Gangguan gastrointestinal
10. Nausea, sakit perut.
 Informasi Non Farmakologi :
o Untuk meminimalisasi
hipoglikemia dilakukan dengan
meminum air madu hangat.
o Diet rendah gula dan natrium.
o Terapi gizi dengan pengaturan
makan yang benar dan tepat.
o Perbanyak minum air putih
untuk meminimalisir terjadinya
hidrasi.
o Selalu menjaga tubuh dalam
keadaan bersih, tidak basah dan
tidak terluka karena dapat
22

menyebabkan infeksi akibat


manifestasi diabetes melitus.

Nama & Paraf Farmasis

1. Monitoring :
a. Monitoring interaksi dan efek samping obat yang tidak diinginkan.
b. Monitoring kerusakan target organ seperti jantung, ginjal, hati, mata, otak
dengan selalu rutin melakukan pemeriksaan darah lengkap.
c. Pasien dimonitoring kepatuhan penggunaan obat.

2. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada Pasien :


a. Edukasikan kepada pasien dan keluarga terkait aturan pakai penggunaan
obat,efek samping obat, serta kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi
obat.
b. Jika sudah keluar dari rumah sakit beritahukan supaya rutin melakukan
kontrol kesehatan pasien.
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk menghindari stress pada
pasien.
d. Memberikan informasi terkait tanda dan gejala DM tipe 2, faktor
pencetus, pencegahan, mengenal komplikasi serta bagaimana cara
mengatasinya.
e. Pasien diberitahu agar rutin mengkonsumsi putih telur untuk terapi
pengembalian albumin dalam keadaan normal.
23

KASUS II
A. Deskripsi Kasus II
Ny. DS datang ke RS pad 06 januari 2021 dengan kelughan nyeri perut
kanan bawah sejak 3 HJMNS. BAK nyeri (+) Batuk (-), Pilek (-), Sesak (-),
ma/ml. Pasien diketahui adalah seorang Ibu rumah tangga, dan suaminya
bekerja di rumah makan bebek. Kemudian pasien diketahui bertempat tinggal
dekat dengan area persawahan. Dokter memberikan diagnosis ISK yang dilihat
dari data laboratotium dan USG pasien.

B. Data Lengkap Identitas Pasien II


Nama : DS
Pekerjaan : IRT
Alamat : Rumah terletak di sekitar area persawahan

C. Data Riwayat Penyakit Pasien II


Pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi (+) dan Diabetes Millitus (+)

D. Data Pengobatan Pasien II

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS UNIVERSITAS


ALMA ATA

Nama : DS Jenis Kelamin : Pria/Wanita (Coret yang


perlu)

Tanggal lahir / Umur : ........................... Berat Badan : .kg Tinggi Badan : .... cm
Tanggal Masuk RS : 06/01/2021 Tanggal Keluar RS :
Alergi :

REKONSILIASI OBAT

Nama Obat, Dilanj


Bentuk Sediaan Jumlah Aturan utkan
No Indikasi
& Kekuatan Obat Pakai pada
(obat rutin, obat saat
24

herbal, rawat
Supplemen, inap ?
OTC, dll)
Inf. Nacl Mengandung nacl & clorid
1. Ya
untuk mengganti cairan tubuh
yg hilang .mengoreksi ketidak
seimbangan
elektrolit.(PIONAS)
Inj. Ketorolac Ketoeolac parenteral
2. /12jam Ya
diindikasikan untuk
IA
pentalaksanaan jangka
pendek (maksimal 2 hari)
terhadap nyeri atau akut
derajat sedang-berat segera
setelah op (ISO Vol.51 hal
25)
3. Inj. Ranitidin IA Indikasi : Tukak lambung dan Ya
tukak duodenum, refluks,
esofagitis, dispepsia episodik
kronis, tukak akibat AINS,
tukak duodenum karena
H.Pylori, sindrom zollinger-
Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung
akan bermanfaat.
4. Inj. Paracetamol Indikasi : Nyeri ringan sampai /8jam Ya
sedang, nyeri sesudah operasi
500mg
cabut gigi, pireksia(IONI
2017).
Inj. Ceftriaxon Indikasi : pengobatan infeksi
5. /12 jam Ya
20 R saluran napas bawah, saluran drip
kemih sepsis, infeksi tulang,
sendi infeksi pada pasien
gangguan pertahanan tubuh
ESO: Reakshipersensitivitas
(ISO Vol.51 hal 140)
Inj. Esomeprasol Indikasi : Refluks
6. / 8 jam Ya
gastroesfagal
IA
(Gastroesophageal eflux
Disease/Gerd): terapi refluks
esoagal ersif, pengobatan
jangka panjang pada pasien
yang telah sembuh dari
esofagitis untuk mencegah
kekambuhan, terapi
simtomatis GERD; Regimen
terapi kombinasi dengan
antibakteri yang sesuai untuk
eradikasi Helicobacter pylori
dan mengobati H.Pylori.
25

Inj. Ondanserton Indikasi : mencegah mual dan


7. / 8 jam Ya
muntah setelah kemoterapi,
IA
tindakan bedah dan
radioterapi termasuk
pemberian dosis tinggi
sisplatin (ISO Vol.51 hal 427)
Inj. Uretritis dan vaginitis,
8. / 8 jam Ya
amebiasis, pencegahan
Metronidazol
infeksi anaerob pasca operasi,
500 mg giardiasis.(ISO Hal 176
Vol.51)
9. Inj. Amikasin Infeksi kuman gram negatif / 12 jam Ya
pada intra abdominal,
500 mg
jaringan lunak, combustion,
jaringan tulang dan sendi, sal
nafas bawah, sal kemih, paska
operasi. (ISO Hal 103 Vol.51)
10. Novorapid Terapi DM. (ISO Hal 252 3x4 Tidak
Vol.51) UI/ml
11. Valsartan Hipertensi (ISO Hal 304 1 x 80 mg Tidak
Vol.51)
12. Amlodipin Hipertensi, Angina pectoris. 1 x 160 Ya
(ISO Hal 295 Vol.51) mg (pagi)
13. Valsartan Hipertensi (ISO Hal 304 1 x 10 Ya
Vol.51) (malam)
14. Novorapid Terapi DM. (ISO Hal 252 3x6 Ya
Vol.51) UI/ml

Obat sudah diserahkan kepada farmasi tanggal Paraf ........................


....................................................................
Obat sudah diserahkan kepada pasien tanggal Paraf ........................
......................................................................

Petugas Rekonsiliasi

(.....................................................)
26

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS UNIVERSITAS ALMA


ATA

Nama : DS Jenis Kelamin : Pria/Wanita


Tgl lahir/Umur : ......................... BB : ........... kg; TB : ............. cm;
BMI : ………Bangsal : ……........
Riwayat Penyakit Masuk : ........................................... Riwayat Penyakit Dahulu :
........................................
Diagnosis :
.............................................................................................................................................
Merokok : ....... batang/hr; Kopi : ....... gelas/hr; Lainnya :
Alergi :
...................................................................................................................................................

Hasil Pemeriksaan Penunjang:

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT HARIAN

Parameter Nilai 06/01/202 07/01/2021


Tanda Vital

Penyakit / Normal 1
Tanggal
Tekanan Darah (mm 120- 149/92 mmHg 182/102 mmHg
Hg) 139/80mmHg
GDS P < 200 mg/dL 203 mg/dL 230 mg/dL
Nadi (kali per menit) 60-100 x/menit 28 x/menit -
Suhu Badan (oC) 37,5 C
̊ 39 C̊ 37.8 ̊C
Respirasi (kali per 12-20 x/menit 137 x/menit -
menit)
Nyeri perut +
BAK Nyeri +
KELUHAN

Mual +
Ma/Mi berkurang +

Laboratorium Rutin / Nilai 06/01/202 07/01/2021


Tanggal Normal 1
Hemoglobin 12,1 14.0 - 18.0
Lekosit 37,27 4.00 - 11.00
27

Eritrosit 4,33 4.50 - 5.50


Laboratorium Rutin Kekeruhan Agak keruh Jernih
BJ 1.010 1.015-1.025
Darah Samar 2+ Negatif
Protein 1+ Negatif
Leukosit Esterase 3+ Negatif

Terapi (Nama Obat, Aturan Pakai 06/01/2021 07/01/2021


Kekuataan)
Inj. Ketorolac IA /12 jam  
Inj. Ranitidin IA /8 jam  
Inj. Paracetamol 500 /8 jam  
mg
RUTE PARENTERAL

Inj. Ceftriaxon 20 r /12 jam drip  


Inj. Esomeprasol IA /8 jam  
Inj. Ondanserton IA /8 jam  
Inj. Metronidazol 500 /8 jam  
mg
Inj. Amikasin 500 mg /12 jam  
Novorapid 3 x 4 UI/ml 
Valsartan 1 x 80 mg 
Valsartan 1 x 160 mg  
(pagi)
Amlodipin 1 x 10 (malam) 
Novorapid 3 x 6 UI/ml 
Inf. Nacl 20 tpm  
I.V.F.D.
28

E. Asuhan Kefarmasian Kasus II

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama: DS Jenis Kelamin : Pria/Wanita


Tgl lahir/Umur : BB :- TB : - BMI:- Bangsal :
Riwayat Penyakit Masuk : -

PEMANTAUAN TERAPI OBAT


Nama &
Asuhan Kefarmasian Paraf
Tanggal
Apoteker
& Jam
Assesment
Subyektif Obyektif Planning
(DRP)
06/01/21 Keluhan TD : 150 / Efek samping Inf. NaCl 20
pasien : DS 90 mmHg obat (adverse tpm, Inj.
datang , Suhu drug reaction) Ketorolac
dengan badan : (Interaksi obat) IA/12jam,
keluhan nyeri 39,0°C, Minor Inj. Ranitidin
perut kanan HR : 1. Metronidazole IA, Inj.
bawah sejak 3 137x/meni + paracetamol Paracetamol
H3MNS. t, RR: => 500mg/8jam,
BAK Nyeri 28x/menit. Metronidazole Inj.
(+) disertai GDS : 203 meningkatkan Ceftriaxon 20
demam mulai mg/dL efek paracetamol r/12 jam drip,
hari ini, mual dengan Inj.
(+), muntah (- mempengaruhi Esomeprasol
), mencret (-), metabolisme IA /8 jam,
BAB Nyeri, hepatic enzim Inj.
Batuk (-), CYP2E1. Ondanserton
pilek (-), 2. Ketorolac + IA /8 jam,
Sesak (-), amikasin => Inj.
Ma/Mi Kerotolac Metronidazol
berkutang. meningkatkan 500 mg /8
Riwayat kerja amikacin jam, Inj.
Penyakit : HT dengan Amikasin
(+), DM (-). penurunan renal 500 mg /12
Riwayat clearance. jam.
Sosial :Pasien Interaksi
IRT. terutama pada
bayi premature.
29

07/01/21 08.45 Penngobatan Valsartan 1 x


TD : 149 / kurang adekuat 160 mg
92 mmHg, (pagi),
Suhu Amlodipin 1
badan : x 10
37,8°C, (malam),
GDS P : Novorapid 3
128 x 6 UI/ml
diulang
menjadi :
230
mg/dL
12.20
TD :
182/102
mmHg
30

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama : DS Jenis Kelamin : Pria/Wanita


Tgl lahir/Umur : - BB:- TB : - BMI: - Bangsal :
Riwayat Penyakit Masuk : Hipertensi dan Diabetes Millitus
Diagnosis : ISK
Merokok : - batang/hr Kopi : - gelas/hr
Lainnya : Sedang hamil: Ya/Tidak (…….…minggu) Sedang menyusui:
Ya/Tidak
Alergi : -

EDUKASI DAN KONSELING FARMASI


No. Nama obat Problem Materi edukasi dan konseling
medis
1. NaCl Indikasi : Sebagai larutan elektrolit
2. Inj omeprazole InIndikasi : pengobatan jangka pendek tukak usus
dan tukak lambung,refluks esofagitis yg
erosif.pengobatan Jangka lama panjang
sindroma Zollinger-Ellison (ISO Vol.51 hal
407)
ESO : Omeperazole dapat di
toleransi,nausea,sakit kepala,diare, konstipasi,
dan flatulance jarang terjadi.
3. Inj Indikasi : mencegah mual dan muntah setelah
ondansentron kemoterapi, tindakan bedah dan radioterapi
termasuk pemberian dosis tinggi sisplatin (ISO
Vol.51 hal 427)
ESO : sakit kepala; umum: sensasi hangat atau
kemerahan, konstipasi, reaksi lokasi
injeksi, tidak umum: kejang, gangguan gerakan
(termasuk reaksi ekstrap iramidal seperti reaksi
distoni, oculogyric crisis, diskinesia), aritmia,
nyeri dada.
4. Inj ceftriaxone Indikasi : pengobatan infeksi saluran napas
bawah, saluran kemih sepsis, infeksi tulang,
sendi infeksi pada pasien gangguan pertahanan
tubuh
ESO: Reakshipersensitivitas (ISO Vol.51 hal
140)
5. Inj. Ranitidin Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum,
IA refluks, esofagitis, dispepsia episodik kronis,
tukak akibat AINS, tukak duodenum karena
H.Pylori, sindrom zollinger-Ellison, kondisi
lain dimanapengurangan asam lambung akan
bermanfaat.
31

ESO : Sakit kepala, malaise, pusing,


mengantuk, insomnia, vertigo, diare, mual,
muntah, nyeri perut, ruam kulit, leukopenia,
trombosipenia. (ISO Vol 51, Hal 400)
6. Inj. Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, nyeri
sesudah operasi cabut gigi, pireksia(IONI
Paracetamol
2017).
500mg. ESO : Penggunaan jangka lama dan dosis besar
dapat menyebabkan kerusakan hati, reaksi
hipersensitifitas. (ISO, Vol 51)
7. Inj. Indikasi : Refluks gastroesfagal
Esomeprasol (Gastroesophageal eflux Disease/Gerd): terapi
IA refluks esoagal ersif, pengobatan jangka
panjang pada pasien yang telah sembuh dari
esofagitis untuk mencegah kekambuhan, terapi
simtomatis GERD; Regimen terapi kombinasi
dengan antibakteri yang sesuai untuk eradikasi
Helicobacter pylori dan mengobati H.Pylori.
ESO : Sakit kepala, nyeri abdomen, diare,
kembung, mual, muntah, konstipasi,
dermatritis, pruritus, uritarkia, pusing, mulut
kering, reaksi hipersensitivitas, reaksi
anafilaktik, peningkatan enzim hati (ISO vol
51, Hal 406)
8. Inj. Indikasi : Uretritis dan vaginitis, amebiasis,
Metronidazol pencegahan infeksi anaerob pasca operasi,
500 mg giardiasis.(ISO Hal 176 Vol.51).
ESO : Ganguan GI, somnolen, vertigo, sakit
kepala, ataksia.
9. Inj. Amikasin Indikasi : Infeksi kuman gram negatif pada intra
500 mg abdominal, jaringan lunak, combustion,
jaringan tulang dan sendi, sal nafas bawah, sal
kemih, paska operasi.
ESO : Neftrotoksik, ototoksik.
(ISO Hal 103 Vol.51)
10. Novorapid Indikasi : Terapi DM.
ESO : Hiplogikemia, urtikaria, ruam, erupsi,
reaksi anafilaktik, neuro perifer, gangguan
pembiasan, retinopati diabetes, lipoditrofi,
reaksi injeksi lokal, udema. (ISO Hal 252
Vol.51)
11. Valsartan Indikasi : Hipertensi
ESO : Sakit kepala, pusing, lemah, sinusitis,
infeksi sal napas atas, batuk, nyeri panggung,
diare, infeksi virus,nyeri adomen, keseleo,
pengliatan abnormal, impotensi, ruam kulit,
insomnia. (ISO Hal 304 Vol.51)
12 Amlodipin Indikasi : Hipertensi, Angina pectoris.
ESO : Sakit kepala, edema, lelah, somnolen,
mual, nyeri abdomen, sensasi hangat dan
kemerahan pada waja, palpitasi dan pusing.
(ISO Hal 295 Vol.51)
32

1. Monitoring

No. Monitoring Keterangan

1. Memonitoring -
kemungkinan efek
samping obat
2. Memonitoring leukosit dan ISK
eritrosit dalam darah dan
urin.
3. Memonitoring fungsi hati => Metronidazole+paracetamol, metronidazol
(SGPT & SGOT) meningkatkan efek paracetamol dengan mempengaruhi
metabolisme hepatic enzim CYP2E1.

4. Memonitoring fungsi =>Valsartan+ketorolac keduanya meningkatkan


ginjal (BUN, GFR, CrCl) toksisitas karena dapat mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal, khususnya pada lansia ataupun pasien dengan
penurunan cairan.
=>Kerotolac+amikacin meningkatkan kerja amikacin
dengan penurunan renal clearance.
5. Memoitoring kadar kalium => Valsartan+ketorolac keduanya dapat meningkatkan
kadar serum kalium.

6. Memonitoring TD dengan Hipertensi stage 2


cermat
7. Memonitoring dengan =>Valsartan dapat meningkatkan efek insulin dengan
seksama kadar glukosa mekanisme yg belum diketahui. Penggunaan insulin dan
meliputi GDS, GDP, ARB membutuhkan penyesuaian dosis insulin.
GD2PP

2. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)


a) Memberi tahukan kepada keluarga dan perawat terkait penggunaan obat
aturan pakai, efek samping serta kepatuhan pasien dalam meminum obat.
b) Pasien diberitahukan agar tidak menahan buang air kecil maka bakteri tidak
memiliki kesempatan untuk mengendap dan berpotensi menyebabkan
terjadinya infeksi saluran kemih.
c) Pasien diberitahukan untuk menjaga kebersihan terutama saat buang air
kecil dengan membasuh kemaluan dari arah depan ke belakang dan bukan
sebaliknya. Selain itu jangan malas mengganti celana dalam dan hindari
33

penggunaan celana dalam yang terlalu ketat, memilih bahan celana dalam
yang menggunakan katun sehingga nyaman untuk digunakan.
d) Mengedukasi keluarga pasien mengenai pentingnya dukungan keluarga dan
berusaha menghindrkan hal yang dapat memicu stress.
KIE Diabetes Millitus
a) Memberikan edukasi kepada pasien atau keluarga pasien tentang cara
penggunaan insulin yang benar.

Lokasi penyuntikan insulin Bagian-bagian insulin pen

Berikut langkah-langkah penggunaan insulin pen :

Langkah Pertama Langkah Kedua


34

Langkah Ketiga Langkah Keempat

(Cara Penggunaan Insulin)

b) Memberikan informasi terkait kemungkinan efek samping obat yang terjadi


dan penangangannya. Efek samping yang umum terjadi adalah
hipoglikemia. Bila hal tersebut terjadi, segeralah mengonsumsi makanan
mengandung glukosa yang mudah diserap.
c) Memberikan edukasi kepada pasien untuk patuh dalam menggunakan
insulin.
d) Memberikan edukasi kepada pasien agar rutin dalam mengontrol kadar gula
darah.
e) Memberikan edukasi kepada pasien untuk menerapkan pola hidup yang
sehat, dengan mengonsumsi makanan bergizi, kurangi konsumsi glukosa,
istirahat dan olahraga yang cukup.
35

KASUS III
A. Deskripsi Kasus III
Ny. M Usia 52 TahunTahun Ny M datang dengan kelurga kerumah sakit
pada tanggal 5/01/2021, dengan keluhan sesek nafas menurun, lemas menurun
, dengan tekanan darah 100/70 Mmhg.

B. Data Lengkap Identitas Pasien III


Nama : Ny. M
Usia : 52 tahun

C. Data Riwayat Penyakit Pasien III


-

D. Data Pengobatan Pasien III

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama : Ny. M Jenis Kelamin : Pria/wanita


Berat Badan : - Tinggi
Tanggal / umur: 52 thn
Badan:-
Tanggal masuk RS : 5/01/2021 Tanggal Keluar RS : -
Alergi :

REKONSILIASI OBAT
36

No. Nama Obat, Dilanj Dilanjut


Bentuk Sediaan utkan Kan
& Kekuatan pada pada
(obat rutin, Indikasi Jumlah Aturan saat saat
obat herbal, Obat Pakai rawat pulang ?
Supplemen, inap ?
OTC, dll
Nacl
1. 0,9
H% Mengandung nacl & Ya Tidak
1 clorid untuk mengganti
k cairan tubuh yg hilang
1 .mengoreksi ketidak
1 seimbangan
1 elektrolit.(PIONAS)
Inj omeprazole Tukak lambung dan 1ampul/ Ya Tidak
tukak duodenum, tukak 12 jam
lambung dan duodenum
yang terkait dengan
AINS, lesi lambung dan
duodenum, regimen
eradikasi H. pylori pada
tukak peptik, refluks
esofagitis.(PIONAS)
Inj ondasseton mual dan muntah akibat 1 ampul Ya Tida
kemoterapi dan /8 k
radioterapi, pencegahan jam
mual dan muntah pasca
operasi.(PIONAS)
Inj ceftriaxon Pengobatan infeksi 1 ampul Ya Tida
saluran /8 k
pernafasanbawah, jam
infeksi saluran kemih,
infeksi kulit dan
jaringan lunak (MIMS
EDISI 18 HAL 104)
Tracetate Anoreksia dan kakeksia 2x
pada pasien kanker dan sehari
HIV AIDS (MIMS
EDISI 18 HAL 103)

Obat sudah diserahkan kepada farnasi Paraf............................................


tanggal.........................................
Obat sudah diserahkan kepada pasien Paraf.............................................
tanggal.........................................

Petugas Rekonsiliasi

(.................................)
37

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA
Nama: Ny M Jenis Kelamin : Pria/Wanita
Tgl lahir/Umur : 52 thn BB :- TB : - BMI:- Bangsal : R. bakung
Riwayat Penyakit Masuk : -
Diagnosis: cancer mamea, ulkus cancer,dm,pulmonal,metastastase,dm, syok
hipovolemik
Merokok: ....... batang/hr; Kopi: ....... gelas/hr;
Lainnya: .............................................................................
Alergi:...................................................................................................................
Hasil Pemeriksaan Penunjang:
EKG
RO :
Pemeriksaan Fisik :, Sesak, lemas

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT HARIAN


PARAMETER NILAI NORMAL
PENYAKIT
TGL 05/01/2021
Tekanan Darah : 100/70 90/60- 120/80 mmHg
mmhg

Nadi (kali per menit): 60–100/menit

Suhu Badan (oC) 36,5 -37 ᵒC


Keluhan Tanda Vital

Respirasi (kali per menit); 12 – 16 / menit


Lemas
Sesak

Laboratorium Rutin / 08/01/2021 09/01/2021


Tanggal 07/01/2021

Eritrosit : 0 Hemaglobin: 10,4 Hemaglobin: 10.3


38

Leukosit :70 Leoukosit: 7,51 Leoukosit:6.70

Glukosa : 78 Eritrosit: 3,46 Eritrosit:3.44


Trombosit: 205 Trombosit: 215

Hematokrit 31,7 Hematokrit: 31.2


Segmen: 89 Segmen: 80
Lab Rutin

Limfosit:7 Limfosit: 11
Albumin:2.06 SGOT:20
SGPT: 14
Creatinin: 0,37
Terapi (Nama Obat, Aturan Pakai Tgl 06/01/2021 Tgl 07/01/2021
Kekuataan)
Tgl 05/01/2021

Inj omeprazole 1ampul/12 jam Masih lanjutakn Lanjutkan


Rute Parenteral

inj ondestron 1 ampul/8 jam lanjutkann Lanjutkan

inj cefriaxon 1 ampul/12 jam Lanjutkan Lanjutkan

Tracetat 2x1 sehari Lanjutkan Lanjutkan


Rute oral

KSR 3x1 sehari Lanjutkan Lanjutkan


Kapsul Garam 3x1 sehari Lanjutkan Lanjutkan

Vaskon ( stop)

Nacl 0,9% Lanjutkan Lanjutkan Lanjutkan


I.V.F.D.
39

E. Asuhan Kefarmasian Kasus III

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama: Ny M Jenis Kelamin : Pria/Wanita


Tgl lahir/Umur : 52 thn BB :- TB : - BMI:- Bangsal : R. Bakung

Riwayat Penyakit Masuk : -

PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Nama &
Asuhan Kefarmasian Paraf
Tanggal Apoteker
& Jam
Assesment
Subyektif Obyektif Planning
(DRP)
05-01-21 Pasien Td: 100/70 mmhg Tidak adanya drp Masih
Ny. M yang didapat menggunakan
tanggal terapi lanjutan
5/01/2021 Infus Nacl 0,9
Dengan %
keluhanan Inj omeprazole
;sesak 1 ampul/ 12 jam
napas Inj ondaseton 1
menurun,l ampul/8 jam
emas Inj cefriaxon 1
menurun. ampul/ 8 jam
Tratecetad 2x1
sehari Vascon.
06/01/20 Keluhan Td: 120/70 mmhg Infus Nacl 0,9
21 sesak, %
diagnosis Inj omeprazole
dokter 1 ampul/ 12 jam
:kanker Inj ondaseton 1
payudara. ampul/8 jam
Tekanan Inj cefriaxon 1
darah ampul/ 8 jam
100/70 Tratecetad 2x1
mmhg sehari
Vascon (stop).
40

07/01/20 Keluhan KU sedang Ada indikasi Untuk


21 lemas,mua CM(compos tidak ada obat meningkatkan
l dan mentis) diman tekan tekan darah dari
sesak. TD : 107/67 darah pasien yang rendah ke
mmHg rendah lebih lebih normal
R² : 20 baiknya disini kami
Suhu: 36,5 diberikan obat. rekomendasikan
O² : - penggunana
neusea kerusakan vascon Kembali
integritas kulit.
Untuk terapi
lainnya masih
dilanjutkan

PEMBELAJARAN PRAKTIK FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama : PB Jenis Kelamin : Pria/Wanita


Tgl lahir/Umur : - BB:- TB : - BMI: - Bangsal : R.bakung
iwayat Penyakit Masuk : Gagal jantung

Diagnosis : cancer mamea, ulkus cancer,dm,pulmonal,metastastase,dm, syok


hipovolemik
Merokok : - batang/hr Kopi : - gelas/hr
Lainnya : Sedang hamil: Ya/Tidak (…….…minggu) Sedang menyusui:
Ya/Tidak
Alergi :

EDUKASI DAN KONSELING FARMASI


No. Nama obat Problem medis Materi edukasi dan konseling
1. NaCl Indikasi : Sebagai larutan elektrolit
2. Inj omeprazole indikasi : pengobatan jangka pendek tukak
usus dan tukak lambung,refluks esofagitis yg
erosif.pengobatan Jangka lama panjang
sindroma Zollinger-Ellison (ISO Vol.51 hal
407)
41

ESO : Omeperazole dapat di


toleransi,nausea,sakit kepala,diare,
konstipasi, dan flatulance jarang terjadi.
3. Inj ondansentron Indikasi : mencegah mual dan muntah
setelah kemoterapi, tindakan bedah dan
radioterapi termasuk pemberian dosis tinggi
sisplatin (ISO Vol.51 hal 427)
4. Inj ceftriaxone Indikasi : pengobatan infeksi saluran napas
bawah, saluran kemih sepsis, infeksi tulang,
sendi infeksi pada pasien gangguan
pertahanan tubuh
ESO: Reakshipersensitivitas
( ISO Vol.51 hal 140)
5. Tracetate Indikasi : Anoreksia dan kakeksia pada pasien
kanker dan HIV AIDS.
(ISO Vol.51 hal 216)
6. KSR . Indikasi: mencegah terjadinya kalium yang
rendah dalam darah.
7. Kapsul Garam Indikasi :
mengatasi atau mencegah kehilangan
sodium yang disebabkan dehidrasi, keringat
berlebih, atau penyebab lainnya.
8. Vaskon Indikasi: mengendalikan TD pada kasus
hipotensi akut tertentu, terapi penunjang pada
gagal jantung dan hipotensi berat. (ISO
Indonesia vol.51 hal.309)
ESO : cedera iskemik, bradikardi, ansietas,
sakit kepala sementara dan mendadak,
kesulitan bernafas

1. Terapi Non Farmakologi


a) Istirahat yang cukup
b) Menghindari hal-hal yg bisa memicu terjadinya stress atau syok.
c) Perbanyak makan sayur dan buah-buahan.
d) Perbanyak makan bahan yang mengandung protein yang tinggi.
2. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
a) Edukasikan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga pola hidup sehat
dan gizi pasien.
b) Menginformasikan kepada pasien cara pengunaan obat yang baik dan
benar serta efek samping obat yang akan timbulkan.
42

c) Edukasikan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan secara rutin


terutama tekanan darah, gula darah, TTV,
d) Edukasikan kepada pasien agar mengkonsumsi obat tepat waktu dan
sesuai anjuran dokter.
e) Edukasikan kepada keluarga pasien agar pasien tidak diberikan tekanan
yg dpat menyebabkan stress dan syok.
3. Monitoring
a) Mnitoring tanda-tanda vital.
b) Monitoring
hemaglobin,leukosit,eritrosit,albumin,trombosit,kalium,natrium.
c) Monitoring efek samping obat yang akan timbul saat penggunaan obat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Farmasi klinis memiliki tujuan memaksimalkan efek terapi pengobatan,
meminimalkan resiko efek samping dan meminimalkan biaya pengobatan.
2. Tenaga farmasi di rumah sakit diupayakan untuk selalu melakukan
komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan contohnya melalui
rekonsiliasi pengobatan yang ada di rumah sakit sehingga terciptanya
pasien safety.
3. Setiap kasus yang diberikan memiliki permasalahanya sendiri, pengobatan
yang diberikan harus sesuai dan berupaya memaksimalkan efek terapi obat
dan menghindari adanya drug related problems.

B. Saran
Waktu yang dilaksanakan cukup singkat dan dengan sistem online
membuat kami kurang optimal mempelajari penggambaran farmasi klinis
secara langsung, kedepanya semoga kegiatan pembelajaran praktek kerja
lapangan ini dapat dilaksanakan secara offline dan dengan waktu yang cukup
agar wawasan mahasiswa lebih luas tentang penggambaran farmasi klinis
khususnya di Rumah Sakit.

C. Daftar Pustaka
Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.
Coyle, E. A. & Prince, R. A., 2005, Urinary Tract Infection and Prostatitis, in
7th Edition, The McGraw Hill Comparies, Inc., USA
Madscape.com, 2018, Drug Interaction Checker, Terdapat di:
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker [Diakses pada
January 2021]
Permenkes RI. 2009. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

43
44

44 tahun 2009. Tentang Fungsi Rumah Sakit. Departemen Kesehatan


RI: Jakarta.
Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
58 Tahun 2014. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2016. Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Permenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
9 tahun 2017. Tentang Fasilitas Kefarmasian. Departemen Kesehatan
RI: Jakarta.
PP. 2006. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 tahun
2009. Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Sukardja, I.D.G, 2004, Onkologi Klinik, Surabaya : Universitas Airlangga
Press.
45

D. Lampiran Evidence Based Medicine (EBM) yang digunakan atau artikel


pendukung lainnya.
Lampiran 1. Lampiran-Lampiran Kasus 1
Lampiran 1.1. Jurnal Kajian Penggunaan antibiotik pada Pasien Sepsis dengan
Gangguan Ginjal

Lampiran 1.2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Terapi Antibiotik

L
46

Lampiran 1.3. Jurnal Perbandingan Penggunaan Insulin


47

Lampiran 2. Lampiran-Lampiran Kasus 2


Lampiran 2.1. Terapi Antibiotik Pada Infeksi Saluran Kemih (ISK)
48

Lampiran 2.2. Diagram Pengecekan obat-obat yang potensial pada pasien ISK

Lampiran 2.3. Diagram pengecekan relevansi interaksi obat-obat yang potensial


pada pasien ISK

L
49

Lampiran 2.4. Drug Interaction Checker Kasus 2


50

Lampiran 3. Lampiran-Lampiran Kasus 3


Lampiran 3.1. Regimen Kemoterapi Kanker Payudara
51
52

Lampiran 3.2. Regimen Kemoterapi Pasien Kanker Payudara


NO OBAT CARA FASE TOKSISITAS
PEMBERIAN DALAM
akut Lambat / kumultif
SIKLUS SEL

1 ALKYLATOR non spes M&M Dst, alopesia,


Nitrogen mustrad iv M&M kuititis berdarah
Chlorambucil po. Tidak
Phenylanaline po. iv. ia. po.iv. Tidak
mustrad iv M&M
Chyclophosphamid Tidak
e Thiotepa
2 ANTIMETABOL Dst, stomatitis,
ITE Methotrexate po, im, iv Spesifik Non M&M hepatitis
5-Flouroracil iv. spes Spesifik Dst, stomatitis,
Hydroxyurea po.iv Spesifik Tidak diarrhea alopesia
Cytosine iv M&M Dst
arabinoside Dst
3 ANTIBIOTIKA Dst. Alopesia
Actinomcin D iv. M&M stomatitis Dst.
Mithramucin iv. Tidak Dst.Cardio,stomatit
Adriamycin iv M.M.N N. is, alopesia
Bleomycin . iv.sc, im Kelainan kulit,
fibrosis paru
4 INHIBISI Obstipasi, Dst.
MITOSE Iv Spesifik M&M Neuropathy,
Vincristine Iv Spesifik M&M Alopesia Dst.
Vinblastine iv. i Neurpathy,
alopesia
5 HORMONES Hypertensi, ulcus
Andrenokortikoster po, im, iv Tidak pepticum diabetes
oid Retensi camiran,
po, im Tidak maskulinisasi dsb.
Androgen Retensi cairan,
53

po. M&M perdarahan uterus,


Estrogen dsb Hypercalcemia
po, im. Tidak T pada ca. Mamma
Progestin idak Dst.Hypercalcemia
po. pada ca. Mamma
Anti-estrogen
6 MISCELLANEO Dst. Hepatotoksis
US Nitrosourea iv.po Non spes Non M&M Dst. Hepatotoksis,
(BSNU, CCNU) iv.ia spes Non spes M&M panas Erupsi kulit,
Imidazole po. M&M mental depresi
carnoxamide Non spes tremor
Mitotane Iv M&M Gangguan
pendengaran
(O, p-DDD) nephrotoksis
Cisplatin
(Sukardja, 2004)

KET:
1. Non spes = Non spesifik
2. M & M = Mual dan muntah
3. N = Nyeri
4. Dst = Depresi sumsum tulang
Regimen kemoterapi untuk pasien kanker payudara dapat digolongkan dalam 3
regimen kemoterapi sebagai berikut (tabel 2-4) :
1. Regimen kemoterapi adjuvan.
2. Agen kemoterapi tunggal untuk kanker payudara metastasis.
3. Regimen kombinasi untuk kanker payudara metastasis.
54

Lampiran 3.3. Pengaruh Albmin Terhadap Kemoterapi Kanker Payudara

Lampiran 3.4. Drug Interaction Checker Kasus 3


55

JAWABAN PERTANYAAN

1. Kenapa terapi NSAID harus dikombinasi dengan ranitidin?


 Karena efek samping dari NSAID adalah gastrointestinal sehingga diberikan
bersama obat golongan H2 blocker terutama untuk pasien yang memiliki
riwayat pada gastritis untuk meringankan terjadinya efek samping dari obat
golongan NSAID.
2. Carilah efektivitas dari antibiotik pada sepsis dan ginjal !
 Pada pasien sepsis berat dan syok sepsis diketahui produksi sitokin inflamasi
berlebihan, sitokin ini juga akan mengganggu respon fisiologis dalam
melawan bakteri. pemberian dosis antibiotik intravena pertama sama
pentingnya dengan waktu pemberian. karena volume distribusi bertambah.
Pada sepsis berat akibat terjadinya perubahan permeabilitas mikrovaskuler
endotel yang akan mempengaruhi cairan ekstraseluler tubuh maka dibutuhkan
loading dose yang besar dan pemberian sesegera mungkin pada antibiotik
antibiotik yang hidrofilik untuk pasien sepsis berat karena volume
distribusinya kecil untuk mencapai konsentrasi dalam plasma dan
kelahirannya lebih cepat. Oleh karena itu pemberian antibiotik lebih dini
diperlukan karena volume distribusi dan konsentrasi telah mengalami
perubahan.
Dalam pengobatan infeksi sepsis di Rumah Sakit, sering digunakan
antibiotik kombinasi secara empiris. Agar antibiotik dapat digunakan secara
tepat dan efektif, maka perlu dilakukan evaluasi dan pengawasan dalam
penggunaannya.
Sefalosporin adalah antibiotik yang digunakan dengan penyesuaian dosis
dilakukan jika GFR<10 ml/menit dengan dosis maksimal 2 g/hari namun tidak
bisa diandalkan aktivitasnya terhadap patogen penginfeksi enterobacter.
Meropenem aktivitasnya lebih besar terhadap aerob gram-negatif dan
aktivitasnya pada gram-positif lebih kecil. Secara signifikan obat ini tidak
56

mengalami degradasi oleh dehidropeptidase ginjal. Dosis buat dewasa 1 gram


tiap 8 jam, namun harus dikurangi untuk pasien dengan bersihan kreatinin
kurang dari 50 ml/ menit. Karbapenem pilihan untuk terapi infeksi
Enterobacter, karena kekebalannya terhadap penghancuran oleh b-laktamase
yang diproduksi oleh organisme-organisme ini. Selain itu juga aktif terhadap
strain pneumokokkus yang resisten penisilin.
Jika terjadi kelebihan volume distribusi disebabkan oleh resusitasi cairan
yang kemungkinan tidak adekuat sehingga butuh penyesuaian dosis untuk
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan toksisitas obat. Secara patologis
kondisi ginjal dapat memburuk akibat sepsis yang dapat memperpanjang waktu
paruh eliminasi obat. Namun kedua antibiotik tersebut masih memiliki rentang
terapeutik yang cukup lebar. Tetapi pemakaian dalam jangka waktu yang lama
dapat memperburuk ginjal pasien sehingga perlu dilakukan monitoring secara
berkala.
Meropenem merupakan antibiotik kelas terbaru yang digunakan apabila
sudah resisten terhadap antibiotika betalaktam dan golongan sefalosporin.
Antibiotik golongan karbapenem ini efektif digunaka untuk mengobati infeksi
yang disebabkan oleh bakteri gram negative penghasil ESLB (extended
spectrum beta-lactamase), sehingga meropenem efektif digunakan pada bakteri
yang resisten terhadap betalaktam.
3. Carilah mekanisme kerja insulin short acting dengan insulin intermediate acting
dan gula darah apa yang diturunkan?
 Insulin reguler adalah suatu insulin yang dibuat melalui teknik DNA
rekombinan untuk memproduksi suatu molekul yang identik dengan insulin
manusia. Efeknya tampak dalam waktu 30 menit dan mencapai puncak antara
2 dan 3 jam setelah disuntikkan melalui subkutan dan biasanya berlangsung
selama 5-8 jam. Secara spesifik, jika insulin reguler diberikan pada waktu
makan, maka kadar glukosa darah meningkat lebih cepat daripada peningkatan
kadar insulin normal sehingga menyebabkan hiperglikemia postprandial pada
57

awalnya dan peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia postprandial


selanjutnya. Insulin reguler harus disuntikkan 30-45 menit atau lebih lama
sebelum makan untuk meminimalkan ketidaksesuaian tersebut. Seperti semua
formulasi insulin terdahulu, lama kerja serta waktu onset dan intensitas puncak
kerja insulin ini bertambah seiring dengan peningkatan dosis.
 Insulin Kerja Menengah (intermediet acting insulin) adalah insulin dengan
masa kerja sedang serta absorpsi dan mula kerja yang lambat yang dibuat
dengan menggabungkan insulin dan protamin dalam jumlah yang sesuai
sehingga kedua zat tersebut tidak ada yang membentuk kompleks (isofan).
Insulin NPH memiliki onset kira-kira 2-5 jam dan lama kerja 4-12 jam; insulin
ini biasanya dicampur dengan insulin reguler, lispro, aspart atau glisin dan
diberikan dua sampai empat kali sehari untuk mengganti insulin pada pasien
diabetes tipe 1. Dosis akan mengatur profil kerja insulin tersebut;
secara spesifik, dalam dosis kecil, insulin ini memiliki puncak kerja
yang lebih rendah dan lebih awal serta lama kerja yang singkat, hal sebaliknya
berlaku pada dosis besar
4. Pletaal XR adalah obat yang digunakan untuk?
 Pletaal termasuk golongan obat inhibitor phosphodiesterase Tipe 3. Golongan
ini memiliki mekanisme kerja antara lain melebarkan beberapa pembuluh
darah dan menurunkan aktivitas penggumpalan pada sel darah yaitu trombosit/
platelet di dalam pembuluh darah. Pletaal digunakan untuk pengobatan pada
gejala iskemik, termasuk ulserasi, nyeri, kedinginan pada ekstremitas, pada
oklusi Arteri yang kronis dan pencegahan dari kambuhnya infark serebral (
tidak termasuk emboli otak cardiogenic) jangan menggunakan pletaal apabila
dalam kondisi dimana dapat meningkatkan resiko pendarahan atau dapat
menimbulkan luka memar, seperti : luka lambung yang aktif, serangan stroke
6 bulan yang lalu, masalah dengan mata Anda yang disebabkan karena
diabetes, apabila tekanan darah anda tidak terkontrol dengan baik. Jika akan
melakukan tondakan pembedahan termaksud pencabutan gigi, sampaikan
58

kepada dokter atau dokter gigi anda bahwa anda sedang menggunakan pletaal
atau jika memiliki pengalaman mudah memar atau mudah terjadi pendarahan.

Anda mungkin juga menyukai