Diajukan Sebagai Syarat untuk Mengikuti Darul Arqam Madya Angakatan I Se-Indonesia Timur PC IMM Kota Baubau
Di Susun Oleh
: La Munu
Nama NPM : 071701020
Email : …………………….
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
makhluk halus atau ia bahkan dianggap sebagai kutukan Tuhan atas diri
nya (diasingkan) bahkan apa saja yang berhubungan dengan-nya harus dipisahkan
dari orang-orang yang sehat. Asumsi semacam inilah yang mengakibatkan banyak
tersebarnya penyakit menular pada daerah yang luas dan pada banyak orang,
Dalam istilah epidemiologi, epidemic dari bahasa Yunani epi (pada) dan
demos (rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu
populasi tertentu manusia dalam suatu priode waktu tertentu dengan laju. Dengan
kata lain, epidemic adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat dari pada yang
diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu
tertentu di sebut incidence (timbulnya penyakit). Suatu wabah dapat terbatas pada
lingkup kecil tertentu yang di sebut outbreak, yaitu serangan penyakit, dan
3
lingkup yang lebih luas (epidemic) atau bahkan lingkup global (pandemic).
Penyakit umum yang terjadi cukup tinggi pada suatu populasi di sebut sebagai
endemic.1
sebab penularan suatu penyakit, adalah Ibn al-Khatib, seorang sarjana kedokteran
dari Spanyol, yang hidup pada masa abad pertengahan, sekaligus juga seorang
sendiri bagaimana keganasan virus penyakit pes yang telah banyak merenggut
jiwa manusia. Tidak hanya di satu wilayah, tetapi wabah juga bisa meluas ke
Namun, tidak semua penyakit menular dapat disebut sebagai wabah. Suatu
penyakit dapat dikatakan wabah ketika penyakit tersebut memiliki kondisi sebagai
berikut:
tersebut.
1
Nadiah Tharayyarah, Mausu`ah al-I`jaz al-Qur`ani, Cet. Ke-I, (Jakarta: Pustaka Dar al-Yamama,
Abu Dhabi, 2013), h, 59.
2
Ahmad Ramli, Peraturan-Peraturan untuk memelihara Kesehatan dalam Hukum Syara` Islam,
Cet. Ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 1968), h. 10
4
Akan tetapi, bila dia menghindari dari luput marabahaya, maka ia pun
untuk memilah dan memilih surga dan neraka adalah pilihan manusia
masing-masing? 3
tersebut.
perhatian terutama bagaimana mencari solusi yang tepat agar si pengidap tidak
terisolir dari komunitasnya. Dalam beberapa ayat yang berbicara tentang wabah
penyakit di anatanya Q.S. 2 : 26, 243, Q.S 11 : 64-65 dan Q.S 21 : 83-84 dan
hadis Nabi Saw. memang banyak dijumpai tentang masaalah wabah tersebut.
maupun agama.
berguna rasa takut terhadap takdir dan bahwa tiada tempat berlindung
B. Rumusan Masalah
6
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Penerbit, Mahkota Surabaya,
1989), h. 59
7
Ibnu Katsir Qashash Al-Anbiyaa, Cet. Ke-1, (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2011), h, 409.
6
C. Tinjauan Pustaka
Ayat-Ayat Wabah,” sudah ada yang membahasnya atau belum, maka terlebih
dahulu penulis melakukan kajian pustaka dan menemukan beberapa judul skripsi
Pertama, Skripsi yang di tulis oleh Saifuddin Zuhri Qudsy, Program Studi
Al-Qur`an dan Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
2020, dengan Judul “Kredibilitas Hadis dalam COVID-19, Studi atas Bazl al-
Ma`un fi fadhli al-Tha`un Karya Ibnu Hajar Al-Asqalany” Tulisan ini membahas
karya Ibnu Hajar al-Asqalany yang beberapa bulan ini banyak dicari oleh para
termasuk data-data ensiklopedi wabah yang terjadi pada masa Sahabat, Dinasti
literatur Islam berbicara mengenai pandemi; kedua, faktor apa yang menyebabkan
8
Saifuddin Zuhri Qudsy, Kredibilitas Hadis dalam COVID-19, Studi atas Bazl al-Ma`un fi fadhli
al-Tha`un Karya Ibnu Hajar Al-Asqalany, h. 4
7
Kedua, Skripsi yang di tulis oleh Amiruddin, Program Studi Tafsir Hadis
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Tahun 2016 dengan Judul “Bala Dalam
Perspektif Al-Qur`an” Ada tiga hal yang merupakan hasil dari penelitian ini,
disabarkan (Q.S. Albaqarah/2: 155). Hal ini karena terkadang Allah memberikan
bala berupa nikmat dan musibah. Maka ketika memperoleh nikmat harus
merupakan keniscayaan hidup atau sunnatullah, seperti Abū Ja’far aṭ-Ṭabarī (w.
Quraish Shihab menyatakan bahwa bala merupakan keniscayaan hidup, yang pasti
dirasakan oleh seorang mukmin. Ketiga, Di saat seorang hamba menerima bala,
maka yang harus ia lakukan ada tiga hal, yaitu bersabar ketika diberikan bala yang
dan selalu berbaik sangka atau husnus-ẓan kepada Allah swt., atas segala yang
ditakdirkan kepadanya.9
Institut PTIQ Jakarta tahun 2018 dengan Judul “Epidemi dalam Al-Qur`an, Suatu
Kajian Tafsir Maudhu`I dengan Corak Ilmi” Epidemi dalam Al-Qur`an (Suatu
9
Amiruddin, Bala Dalam Perspektif Al-Qur`an, h. 9
8
Kajian dalam Tafsir Ilmi). Tulisan ini menelusuri tentang epidemi yang di uraikan
dalam Al-Qur`an, apakah merupakan suatu yang terjadi begitu saja sebagai sebuah
ketentuan Allah, ataukah sebagai akibat dari pelanggaran terhadap hukum allah?
yang di pahami sebagai azab Allah, ternyata berdasarkan penafsiran Ilmi lebih
sebagai kejadian biasa akibat penyeberan virus yang tidak di tangani dengan baik
dan merupakan sebuah asa besar bagi umat islam, khususnya dan masyarakat
Keempat, Skripsi ini yang tulis oleh Ridwan Kusuma program Studi Ilmu
atas Ayat-Ayat Musibah” Ada banyak solusi yang di jelaskan Al-Qur`an apabilah
seorang beriman sedang mengalami kebuntuan, salah satu solusi yang d jelaskan
Al-Qur`an yaitu keika di ladah musibah. Musibah merupakan sebua ujian atau
seberapa besarkah keimanan umatnya. Kuat lemahnya iman seorang itu dapat di
lihat dari cara mereka menyikapi musibah yang menimpah pada diri mereka.11
Berdasarkan beberapa judul karya tulis ilmiah dan jurnal di atas, maka
yang saat ini penulis teliti. Persamaan yaitu sama-sama membahas tentang
10
Husnul Hakim, Epidemi dalam Al-Qur`an, Suatu Kajian Tafsir Maudhu`I dengan Corak Ilmi, h.
113
11
Ridwan Kusuma, Pemehaman Mahasiswa Tafsir atas Ayat-Ayat Musibah, h. 7
9
dalam Al-Qur`an. Studi Perbandinga Kitab Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-
Maraghi.
D. Metodologi penelitian
1. Jenis penelitian
Katsir dan Al-Maraghi dalam menafsirkan ayat-ayat wabah dalam Al-Qur`an. Dan
korelasional hubungan antara ayat satu dengan lain, yang berbicara tentang wabah
mencari tau seberapa banyak ayat-ayat yang berbicara tentang wabah dalam al-
Qur`an. Metode tematik ialah suatu metode yang berbicara tentang tema yang di
angkat peneliti, biasa di pakai seorang penafsir untuk menafsirkan ayat Al-Qur`an.
2. Sumber data
10
Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
a. Sumber Primer
Sumber primer yaitu sumber data yang penulis jadikan sebagai rujukan
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder yaitu sumber data yang penulis ambil dari literatur
2. Pendekatan masalah
karya tulis ilmiah ini adalah melalui pendekatan normatif, yaitu mengambil
sumber utama dari bahan utama dalam bukunya Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an
al-‘Adzim dan Tafsir al-Maraghi. Pendekatan ini juga berusaha untuk melihat
sejauh mana pemikiran Ibn Katsir dan al-Maraghi dalam Menafsiran Ayat-Ayat
dapat juga menjadi sebua studi korelasional (hubungan), antara satu unsur dengan
unsur yang lainnya. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis
11
data, interprestasi data, dan pada akhirnya di rumuskan satu kesimpulan yang
mengacu pada analisis data tersebut menurut (Whitney). Yang merupakan analisis
BAB II
PEMBAHASAN
berjumlah empat ribu orang12. Mereka pergi untuk menghindarkan diri dari wabah
tha’un. Mereka mengatakan, “Kami akan pergi ke daerah yang tidak ada kematian
disana.”Dan ketika mereka sampai di suatu tempat, Allah Ta’ala berfirman kepada
12
Ibnu Katsir, Taisiru Al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari, Cet. Ke-1,(Jakarta: Penulis Nasib Ar-Rifa`I,
Penerbit. Maktabah Ma`arif Riyadh, 1989), h, 409-410.
12
seorang nabi yang melewati mereka. Ia berdo’a kepada Rabb-Nya agar Dia
halaman karena takut mati. Siapahkah gerangan mereka itu? Dimanakah tempat
tinggal negeri mereka? Pada zaman kapankah mereka pergi itu? Seandainya Allah
kisah dalam Al-Qur`an. Ini adalah ungkapan dan pelajaran. Sedangkan, yang di
tempat dan waktu itu tidak memberi nilai tambah sedikitpun terhadap
tugas dan kewajiban tanpa berkeluh kesah, karena apa yang di takdirkan Allah
pasti terjadi. Akhirnya, urusan kematian dan kehidupan berada di tangan Allah.
Maksutnya dapat di katakan takut mati itu tidak ada gunanya bersedih.13
13
Sayyid Qutub, Fi Zhilalil Qur`an, Cet. Ke-1, (Jakarta: Penerbit, Gema Insani Beirut, 2000), h.
173
13
keberanian dan ketenangan hati. Jadi, bukan berarti lari dalam pengertian kabur
dan takut dalam menghadapi musuh dengan lari meninggalkan mereka. Perasaan
seperti ini yang di miliki oleh orang-orang jiwa pengecut. Mereka menduga
bahwa dengan lari itu mereka akan selamat dari pertempuran, dan jiwa mereka
akan selamat tidak akan mati. Padahal kenyataannya, melarikan diri itu lebih fatal
menafsirkan ayat diatas bahwa ayat di atas menunjukan kejadian yang sebenarnya.
Meraka benar-benar keluar dari negeri karena lari dari musuh yang akan
menyerang mereka. Bahwa ada seorang raja dalam kalangan Bani Israil
bahkan perintah tersebut di jawab oleh mereka, “Negara yang akan kita serang
wabah hilang”. Kemudian Allah Swt. Membunuh mereka dalam tempoh delapan
hari, sehingga tampak tubuh merekah membengkak, dan Bani Israil tidak mampu
untuk mengubur mereka karena terlalu banyak mayat. Setelah lewat delapan hari
Allah Swt. Menghidupkan mereka kembali, tetapi bau anyir sebagai mayit masih
menempel di tubuh mereka. Para perawi mengatakan bahwa mati yang mereka
alami bukanlah mati yang hakiki, yakni kematian yang sewajarnya yang kemudian
14
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Cet. Ke-1, (Semarang: Penerbit, Tohaputra,
1989), h, 388.
14
بن عَا ِم ِراَ َّن ُع َم َر َخ َر َج اِلَى ال َّش ِأم فَلَّ َما َكانَ بِ َسرْ َغ بَلَ َغهُ اَ َّن ْال َوبَا َءقَ ْد َوقَ َع
ِ ِع َْن َع ْب ِدهللا
suatu negeri. janganlah karmu pergi kesana. Tetapi kalau penyakit itu berjangkit
di negeri di mana kamu berada, janganlah kamu ke luar dari padanya melarikan
15
Isnan Ansory, Fiqih Menghadapi Wabah Penyakit, h. 11
16
Al-Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid Ke-4, h. 464
15
negeri Syam, telah beribu-ribu orang yang mati. Mendengar kabar itu,
teruskan juga, karena sakit dan menang hidup dan mati, semuanya di
bawah kuasa Allah jua. Setelah terjadi pertukaran pikiran itu, pergilah
lepra juga dikenal luas pada masa hidup Nabi Muhammad Saw.
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab, cet. 10 (Jakarta, Litera Antar Nusa, 2010).
17
Jawaban Ali bin Abi Thalib, sama intinya dengan jawaban Ibnu Umar
menerima akibatnya.
berbeda, metode yang di pakai Ibnu Katsir dan Al-Maraghi tidak sama.
17
BABA III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Quraish. Shihab, 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda ketahui, Cet. Ke-13,
Ibnu Katsir Qashash Al-Anbiyaa, Cet. Ke-1, Jakarta: Pustaka Kautsar, 2011.
Ibnu Katsir, Taisiru Al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari, Cet. Ke-1, Jakarta: Nasib Ar-
Sayyid Qutub, Fi Zhilalil Qur`an, Cet. Ke-1, Jakarta: Penerbit, Gema Insani
Beirut, 2000.
1989.
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab, Cet. Ke-10 Jakarta, Litera Antar
Nusa, 2010.
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir Cet. Ke-1, Tangerang: Penerbit Lentera Hati,
2013.
Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Cet. Ket-1, Bogor: Pustaka Litera