Abstrak
Ruang terbuka publik sebagai amanat undang-undang merupakan, sebuah prinsip yang harus
dijalankan demi terwujudnya keadilan dan kesetaraan kepada semua kalangan. Kota
Banjarmasin yang terus berbenah memanfaatkan kawasan tepian sungai sebagai lokasi
pengembangan ruang terbuka publik. Cerminan identitas kota sebagai Kota Seribu Sungai
merupakan hal yang penting untuk diwujudkan, namun manfaat dari keberadaan fasilitas publik
tidak boleh diabaikan agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan.
Penelitian ini memiliki fokus pada evaluasi terhadap penerapan desain universal pada ruang
terbuka publik tepian sungai, dengan lokasi di Kawasan Siring Nol Kilometer, Kota
Banjarmasin. Penelitian ini membandingkan antara literatur yang telah ada dengan kondisi
lapangan. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa elemen desain univerasal dikelompokkan
menjadi 4 (empat) yaitu, akses, keamanan, media informasi dan pelayanan kawasan.
1. PENDAHULUAN
Ruang publik di perkotaan memilik fungsi penting, baik secara sosial, ekosistem maupun
ekonomi. Berdasarkan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sebuah wilayah
perkotaan idealnya memiliki minimal 30% dari luas wilayah berupa ruang terbuka, yang terdiri dari
20% ruang terbuka publik dan 10% ruang terbuka privat. Kota Banjarmasin secara geografis berada
di 16 cm dibawah permukaan laut dan memiliki banyak aliran sungai yang membelah kota ini
sehingga mendapat julukan sebagai Kota Seribu Sungai. Sehingga dengan kondisi geografis kota
yang dialiri banyak sungai mengarahkan pembangunan ruang terbuka publik pada bagian tepian
sungai. Sejak tahun 2006 dimulai penataan pada kawasan tepian sungai di Kota Banjarmasin,
penataan dilakukan dengan mengubah bagian tepian sungai sebagai beranda kota. Salah satu ruang
publik yang berada pada tepian sungai di kota ini yaitu Kawasan Siring Nol Kilometer Kota
Banjarmasin yang dibangun pada Tahun 2016.
Sebagai ruang terbuka publik, tentu kawasan ini dapat menjadi salah satu penguat identitas
Kota Seribu Sungai. Setiap akhir pekan, warga kota berduyun-duyun mengunjungi kawasan ini
sebagai sarana rekreasi kota. Peruntukan ruang terbuka publik untuk semua kalangan baik kalangan
tua, muda, laki-laki, perempuan, kalangan dengan keterbatasan tertentu, merupakan amanat UU
Republik Indonesia No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menjadikan isu ini menjadi
menarik untuk diangkat, terlebih lagi ruang terbuka publik berada pada bagian tepian sungai. Selain
penyandang disabilitas, banyak dari pengunjung kawasan ini adalah orang tua dan anak anak,
sehingga kemudahan dalam memanfaatkan ruang publik bagi seluruh kalangan menjadi isu yang
diangkat dalam penelitian ini. Penelitian ini fokus terhadap kajian arsitektural desain universal ruang
terbuka publik kawasan tepian air.
2. METODOLOGI
Lokasi penelitian berada di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di
Kawasan Siring Nol Kilometer Jendral Sudirman, Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan
Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin. Lokasi ini berada dipusat kota sehingga dengan mudah dapat
dicapai melalui jalur darat dan jalur sungai.
Pengumpulan data menggunakan studi literatur dan peninjauan langsung terhadap lokasi
peneltian. Studi literatur berupa kegiatan pengumpulan dan pemilihan informasi dan data mengenai
prinsip desain universal, perancangan pada kawasan tepian air dan hal yang berkaitan dengan fasilitas
di ruang terbuka publik termasuk hasil penelitian, jurnal yang berkaitan terhadap pembahasan. Studi
literatur juga mencakup tentang peraturan dan pedoman perancangan tentang akseibilitas, dalam hal
ini peraturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh pihak berwenang bersifat sebagai suplemen
tambahan. Peninjauan langsung atau obeservasi dilakukan guna mendapatkan data akurat mengenai
penerapan desain universal pada lokasi penelitian.
3.1. Akses
Area Parkir
Area parkir terbagi menjadi 2, pada bagian utara kawasan merupakan area parkir kendaraan
roda empat, sedangkan pada sepanjang jalan digunakan sebagai parkir kendaraan roda dua. Kedua
area parkir ini tidak memiliki fitur bagi pengguna dengan keterbatasan fisik, tidak adanya
informasiterhadap fasilitas parkir bagi pengguna dengan keterbatasan. Area parkir bersinggungan
langsung dengan jalan umum, sehingga membahayakan keduanya, tidak adanya kejelasan terhadap
ukuran dan ruang yang dapat digunakan setiap pengguna.
Gambar 3. Area parkir kendaraan roda empat (kiri) dan roda dua (kanan)
Jalur pejalan kaki merupakan fasilitas utama pada kawasan karena berdekatan dengan atraksi
utama, berupa pemandangan Sungai Martapura. Jalur pejalan kaki memiliki dimensi yang sangat
memadai dengan lebar ± 600 cm dan total panjang jalur ± 600 m, pada bagian yang bersinggunan
dengan sungai dilengkapi dengan pagar pengaman. Pada jalur pejalan kaki menggunakan beragam
material, yaitu keramik, jalur pemandu bagi tunanetra, susunan batu sikat dan susunan batu refleksi.
Berdasarkan pengamatan lapangan penggunaan material keramik sebagian besar
menggunakan tekstur kasar dipadukan dengan susunan batu sikat, relatif aman untuk digunakan
semua kalangan. Fitur susunan batu refleksi juga dengan mudah dapat digunakan dengan atau tanpa
alas kaki. Perletakan jalur pemandu terlalu melekat pada susunan batu refleksi sehingga
memungkinkan penggunan untuk tersandung, selain itu penggunaan tipe jalur pemandu hanya
menggunakan tekstur pengarah tanpa tekstur peringatan. Berdasarkan Permen PUPR No. 14 Tahun
2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan
(warning block) harus dipasang dengan benar sehingga dapat memberikan orientasi yang jelas
kepada penggunanya.
Gambar 4. Dari kiri kekanan, penggunaan material pada jalur pejalan kaki, jalur pemandu
yang tidak terhubung, pada bagian dermaga dan trotoar tidak menggunakan jalur pemandu.
Dermaga
Kawasan Siring Nol Kilometer dapat diakses melalui teransportasi darat maupun sungai,
sehingga memungkin untuk menyediakan dermaga pada kawasan ini. Secara keseluruhan terdapat 3
(tiga) titik dermaga pada kawasan ini, berdasarkan pengamatan pada ketiga dermaga tidak dapat
digunakan oleh pengguna dengan keterbatasan fisik, hal ini terlihat dari bentuk dermaga yang hanya
menyerupai tangga tanpa pengaman dan fitur tambahan apapun. Pengguna dengan keterbatasan fisik
harus dibantu untuk dapat berpindah moda angkutan pada kawasan ini. Tidak adanya landasan yang
dapat menyesuaikan ketinggian terhadap air menambah sulitnya kawasan ini diakses melalui sungai.
3.2. Keamanan
Penerangan
Penerangan berperan pada waktu malam hari, memberikan pencahayaan yang cukup sehingga
memudahkan pengguna untuk beraktifitas maksimal pada kawasan. Kawasan Siring Nol Kilometer
menggunakan penerangan umum dengan bersumber dari energi matahari. Lampu penerangan ini
diletakkan pada jalur pejalan kaki, taman serta trotoar dengn jarak ± 400 cm setiap sumber
penerangan.
Pagar/Pembatas
Pengamanan pada kawasan yang berbatasan dengan sungai merupakan hal yang utama,
berdasarkan pengamatan pada bagian ini telah dilengkapi dengan pagar dengan tinggi ± 120 cm
Gambar 5. Desain Gazebo dan Tempat Duduk di Kawasan Siring Nol Kilometer
Gambar 6. Pada bagian trotoar (kiri) dan jalur pejalan kaki (kanan) tidak terdapat titik
istirahat
4. KESIMPULAN
Berdasarkan perbandingan yang dilakukan dari beberapa prinsip desain terhadap lokasi
penelitian, dapat disimpulkan bahwa Kawasan Siring Nol Kilometer belum sepenuhnya
mengaplikasikan desain universal. Terlihat dari 4 (empat) elemen desain universal yang kesemuanya
tidak menunjukkan adanya penerapan desain universal secara keseluruhan, meliputi akses,
keamanan, media informasi dan pelayanan kawasan. Elemen desain universal saling berkaitan satu
sama lain sehingga perlu penerapan seluruh elemen dalam perancangan. Pengguna dengan
keterbatasan fisik berupa tunanetra dan tunadaksa yang lebih banyak tidak dapat memanfaatkan
ruang terbuka publik ini. Secara umum, perlu adanya revisi terhadap desain Kawasan Siring Nol
Kilometer agar dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasannya berdasarkan amanat undang-undang.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Wibisono Nimpuno, 2017, Post-Occupancy Evaluation: The Application Of Universal
Design In Hayrettin Paşa Square, Istanbul., Jurnal SINERGI, No.1, Vol 21, 39-46.
Carr, Stephen., dkk, 1992, Public Space, Cambridge University Press, Cambridge.
Darmawan, Edy., 2005. Ruang Publik aan Kualitas Ruang Kota, Prosiding Seminar Nasional Pesat
2005, Jakarta, 23-24 Agustus 2005.
Delianur, Achmad Nasution., Zahrah, Wahyuni., 2016, Public Open Space as Urban Architecture:
Design and Public Life, Proceeding of 8th International Conference on Architecture Research
and Design (AR+DC), Surabaya, 1-2 November 2016.
Hayati, Arina., dkk. 2017, Studi Aksesibilitas Halte Bis Trans Menuju Lingkungan Inklusif, EMARA
Indonesian Journal of Architecture, No.2, Vol 3, 91-97.
Kusumarini, Yusita., Noviyanto, Tri Puji Utomo., Konsep Desain Kamar Mandi
Bertema ”Accessible Restroom” 2007 Analisis Penerapan Konsep ’Desain Universal’ Pada
Sayembara Perancangan, ITB Journal of Visual Art and Design, No.1, Vol 2, 85-98.
Masruroh, Fika., Mauliani, Lily., dan Anisa., 2015, Kajian Arsitektural Taman Yang
Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel Studi Kasus Taman Tribeca Central Park Mall, Taman
Menteng Dan Taman Ayodia, Jurnal Arsitektur NALARs, No.2, Volume 14, 145-167.
Mace, Ronald L., 1991, Accessible Environments: Toward Universal Design. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung.
Rezha, Cut Nanda Keumala., 2016, Pengaruh Konsep Desain Universal Terhadap Tingkat
Kemandirian Difabel : Studi Kasus Masjid UIN Sunan Kalijaga dan Masjid Kampus
Universitas Gadjah Mada, INKLUSI: Journal of Disability Studies, No.1, Vol. 3, 19-39.
Story, M. F., Mueller, James., and Mace, Rinald L., 1998, The Universal Design File: Designing for
People of All Ages and Abilities. North Carolina State University.
Story, M. F., 2011, The Principles of Universal Design, New York: McGraw Hill.
Sukamto, Deni., Hetyorini., 2013, Analisis Peningkatan Fungsi Bangunan Umum Melalui Upaya
Desain Accessibility, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-4 Tahun 2013
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim, Semarang, 2013
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas