Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
1
FREKUENSI ¹´²
Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3 % dari seluruh persalinan. Di RS
Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan.
GAMBARAN KLINIK 1
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan ketiga, atau
setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri
merupakan tanda khas plasenta previa, apalagi kalau disertai tanda-tanda
lainnya, seperti bagian terbawah janin belum masuk ke dalam pintu atas
panggul, atau kelainan letak janin. Karena Tanda pertama adalah perdarahan
sehingga pada umumnya penderita segera datang untuk meminta pertolongan.
Lain halnya dengan solutio plasenta. Kejadiannya tidak segera ditandai oleh
perdarahan pervaginam, sehingga mereka tidak segera datang untuk
mendapatkan pertolongan. Gejala pertamanya ialah rasa nyeri pada
kandungan yang makin lama makin hebat, dan berlangsung terus menerus.
Nyeri ini sering diabaikan, disangka sebagai tanda permulaan persalinan
biasa. Baru setelah penderita pingsan karena perdarahan retroplasenta yang
banyak, atau setelah tampak ada perdarahan pervaginam, mereka datang untuk
mendapatkan pertolongan. Pada keadaan demikian biasanya janin telah
meninggal dalam kandungan.
PENGAWASAN ANTENATAL 1
Pengawasan antenatal dapat dipakai sebagai cara untuk mengetahui atau
menanggulangi perdarahan antepartum, yaitu :
1. Penentuan golongan darah ibu dan golongan darah calon donornya
2. Pengobatan anemia dalam kehamilan
3. Seleksi ibu untuk bersalin dirumah sakit
4. Memperhatikan kemungkinan adanya plasenta previa
5. Mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan pre-
eklampsia.
Para ibu hamil yang patut dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum
ialah :
1. Para ibu yang umurnya telah lebih dari 35 tahun
2. Paritasnya 5 atau lebih
3. Bagian terbawah janin selalu terapung di atas pintu atas panggul, atau
4. Menderita pre-eklampsia
PENANGANAN 1
Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi. Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali
untuk menghentikan perdarahan, malahan menambah perdarahan karena sentuhan serviks
sewaktu pemasangan. Selagi penderita belum jatuh ke dalam keadaan syok, infus cairan
intravena harus segera dipasang, dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit.
Memasang jarum infus ke dalam pembuluh darah, sehingga akan jauh lebih memudahkan
transfusi darah apabila sewaktu-waktu diperlukan. segera setelah tiba di rumah sakit
pengadaan darah harus segera dilakukan.
PLASENTA PREVIA
DEFINISI 1’3
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). Pada keadaan normal plasenta
terletak diatas uterus.
KLASIFIKASI 1’2’3’4
Berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu.
· Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
· Plasenta previa parsialis bila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
· Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
· Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah
uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta
kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada
pembukaan jalan lahir.
FREKUENSI 2
Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Di Rumah Sakit
Dr.Cipto Mangunkusumo, antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa di
antara 4781 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar.
ETIOLOGI1
Pemeriksaan luar
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan
darah beku
Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis.
Palpasi
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul,
apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu
atas panggul atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam
pintu atas panggul.
Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak
sungsang.
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak
iritabel
Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya normal
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasall dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai.
Cara yang terpilih adalah pemecahan selaput ketuban (Amniotomi). Indikasi amniotomi
pada plasenta previa:
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila
telah ada pembukaan
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau
marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih
Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang telah
meninggal.
Apabila amniotomi tidak berhasil, maka terdapat 2 cara lain yang lebih
keras menekan plasenta dan mungkin pula lebih cepat menyelesaikan
persalinan, yaitu pemasangan cunam Willet, dan versi Braxton-Hicks.
Kedua cara tersebut telah ditinggalkan dalam dunia kebidanan
muktahir karena seksio caesaria jauh lebih aman. Kedua cara tersebut
cenderung dilakukan pada janin yang telah meninggal atau yang
prognosis untuk hidup di luar uterus tidak baik. Cara ini, apabila akan
dilakukan, lebih tepat dilakukan pada multipara karena persalinannya
dijamin lebih lancar; dengan demikian tekanan pada plasenta
berlangsung tidak terlampau lama.
Pada Janin :
Persalinan prematur atau lahir mati
Prolaps tali pusat
Asfiksia berat
³
PROGNOSIS
DEFINISI 1´³
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dilahirkan.
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablatio plasentae, abruptio plasentae,
accidental haemorrhage dan prematur separation of the normally implanted placenta.
KLASIFIKASI 1,2,3,4
Menurut derajat lepasnya plasenta :
· Ruptura sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis
yang jelas, perdarahan antepartum hanya sedikit, dalam hal ini diagnosis baru kita
tegakkan setelah anak lahir. Pada plasenta kita dapati koagulum-koagulum darah dan
krater.
Pada keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan :
1. Anamnesis
· Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat
mana yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.
· Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
2. Inspeksi
3. Palpasi
· TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan.
· Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun diluar his.
4. Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140,
kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari
sepertiga.
5. Pemeriksaan dalam
· Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his
maupun diluar his.
· Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering
dikacaukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan umum.
· Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,
tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
Ultrasonography adalah suatu metode yang penting untuk mengetahui adanya pendarahan
di dalam uterus. Kualitas dan sensitifitas ultrasonografi dalam mendeteksi solusio
plasenta telah meningkat secra signifikan belakangan ini.
Tetapi bagaimanapun juga ini bukan metode yang sempurna dan sensitif untuk
mendeteksi solusio plasenta, tercatat hanya 25% kasus solusio plasenta yang ditegakkan
dengan USG.
Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah retroplacental, tetapi tidak
semua solusio plasenta yang di USG ditemukan gambaran seperti di atas. Pada fase akut,
suatu perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan isoechoic, maka kita bandingkan
dengan plasenta.
Gambaran konsisten yang mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah;
gumpalan hematom retroplasenta (hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan
berubah menjadi hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi,
gambaran perdarahan yang meluas. Manfaat lainnya adalah USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain perdarahan antepartum.
8. Pemeriksaan laboratorium
· Darah
Hb menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test.
9. Pemeriksaan plasenta
· Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku
di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.
PENANGANAN 1’3’4’7
1. Solutio Plasenta Ringan
Ekspektatif (Konservatif)
Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan
kemudian partus spontan.
Dilakukan apabila kehamilan kurang dari 36 minggu, dan keadaan
hemodinamik yang stabil yakni perdarahan berhenti spontan, kontraksi uterus
tidak ada, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup.
Pasien dirawat dengan tirah baring, atasi anemia, USG, dan CTG serial,
berikan tokolisis dengan syarat keadaan janin baik, lalu tunggu persalinan
spontan.
Pemeriksaan laboratoirum darah lengkap , golongan darah, pembekuan darah
harus dilakukan
Aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak
segera dilahirkan dan perdarahan berhenti.
Dilakukan apabila ada perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi,
dapat mengancam ibu/janin, gejala solutio plasenta itu bertambah jelas, atau
dalam pemantauan USG daerah solutio plasenta bertambah luas.
Disseminating Intravaskular Coagulophaty (DIC) harus disingkirkan,
terutama pada kasus-kasus dengan kematian janin. Bedside bleeding test dapat
mengkonfirmasikan diagnosis tersebut.
Apabila terdapat koagulopati, koreksi dengan fresh frozen plasma atau
cryoprecipitate. Segera setelah faktor pembekuan terkoreksi dan volume
cairan tergantikan, lakukan terminasi kehamilan.
Bila janin hidup, dilakukan seksio caesaria. Apabila janin mati, ketuban
segera dipecahkan (amniotomi) disusul pemberian infus oksitosin untuk
mempercepat persalinan pervaginam (dalam 6 jam). Bila kemajuan partus
tidak memuaskan atau pembukaan serviks kurang dari 5, lakukan seksio
caesaria.
2. Solutio Plasenta Sedang dan Berat
Apabila diagnosis solutio plasenta ditegakkan, berarti perdarahan telah terjadi
minimal 1000 Cc. Dengan demikian, transfusi darah harus segera dilakukan.
Tekanan darah tidak merupakan petunjuk banyaknya perdarahan karena
vasospasmus sebagai reaksi dari perdarahan ini akan meninggikan tekanan darah.
Petunjuk paling tepat untuk pemberian transfusi darah secukupnya ialah dengan
mengukur tekanan vena pusat (Central Venous Pressure (CVP), CVP pada
triwulan ketiga sekitar 10 Cm Air.
Untuk memperbaiki hemodinamik pasien berikan lakukan juga resusitasi cairan
dengan saline atau ringer laktat dalam 2 jalur dengan jarum besar (16G, 18G).
Observasi terus keadaan janin, dan berikan O2 murni untuk pasien dengan
hipotensi.
Ketuban segera dipecahkan, tidak peduli keadaan umum pasien dan tidak peduli
apakah persalinan akan dilakukan pervaginam atau per abdominam. Amniotomi
akan merangsang dimulainya persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin yang
dapat menyebabkan komplikasi nekrosis korteks ginjal (refleks uterorenal) dan
gangguan pembekuan darah. Bila perlu, persalinan dipercepat dengan pemberian
infus oksitosin.
Apabila persalinan tidak selesai atau diperkirakan tidak akan selasai dalam 6 jam
setelah terjadinya solutio plasenta, walaupun amniotomi dan pemberian infus
oksitosin telah dilakukan, satu-satunya cara untuk segera mengosongkan uterus
ialah dengan seksio caesaria. Seksio Caesaria tidak perlu menunggu sampai darah
tersedia secukupnya, atau syok teratasi, karena tindakan terbaik dalam mengatasi
perdarahan adalah dengan segera menghentikan sumbernya.
Apabila perdarahan tidak dapat diatasi dengan seksio caesaria, uterus Couvelaire
dengan kontraksi tidak baik, terjadi afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia,
persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup; maka histerektomi
perlu dipertimbangkan.
Dapat juga dilakukan ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol
tetapi fungsi reproduksi masih ingin dipertahankan.
KOMPLIKASI 1
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan
lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
a. Perdarahan. Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.
Bila persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari bahaya perdarahan
postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan
perdarahan pada kala III, dan kelainan pembekuan darah.
Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan oleh ekstravasasi darah di anatara
otot-otot miometrium, seperti yang terjadi pada uterus Couvelaire. Apabila
perdarahan post-partum itu tidak dapat diatasi dengan kompresi bimanual uterus,
pemberian uterotonika, maupun pengobatan kelainan pembekuan darah, maka
tindakan terakhir untuk mengatasi perdarahan postpartum itu ialah histerektomia
atau pengikatan arteria hipogastrika.
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup-bulan ialah 450 mg%,
berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen lebih rendah dari 100 mg
%, akan terjadi gangguan pembekuan darah.
c. Oligouria dan gagal ginjal. Hanya dapat diketahui dengan pengukuran teliti
pengeluaran air kencing yang harus secara rutin dilakukan pada solution plasenta
sedang, dan berat, apalagi yang disertai perdarahan tersembunyi, pre-eklamsia,
atau hipertensi menahun. Terjadinya oligouria belum dapat diterangkan dengan
jelas. Sangat mungkin berhubungan dengan hipovolemia, dan penyempitan
pembuluh darah ginjal akibat perdarahan yang banyak. Ada pula yang
menerangkan bahwa tekanan intrauterine yang meninggi karena solution plasenta
menimbulkan refleks penyempitan pembuluh darah ginjal. Kelainan pembekuan
darah berperanan pula dalam terjadinya kelainan fungsi ginjal ini.
d. Gawat janin. Jarang kasus solusio plasenta yang dating ke rumah sakit dengan
janin yang masih hidup. Kalau pun didapatkan janin masih hidup, biasanya
keadaannya sudah demikian gawat, kecuali pada kasus solution plasenta ringan.
PROGNOSIS 1’3
· Terhadap ibu
Prognosis ibu tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi
menahun atau preeklampsia, tersembunyi tidaknya perdarahan, jarak waktu antara
terjadinya solutio plasenta dan pengosongan uterus.
· Terhadap anak
Prognosis janin pada solutio plasenta berat hampir 100% mengalami kematian. Pada
solutio plasenta ringan dan sedang, kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas dari dinding uterus dan tuanya kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 mL
biasanya menyebabkan kematian janin.
· Terhadap kehamilan berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka pada
kehamilan berikutnya sering terjadio solusio plasenta yang lebih berat dengan partus
prematurus atau immaturus.
DAFTAR PUSTAKA
2. Library.usu.ac.id/download/fk/anatomi-djakobus.3.pdf
3. Mochtar, R,. Sinopsis Obstetri obstetri fisiologis obstetri patologis, edisi ketiga.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung,
Obstetri Patologi, Ed. 1984, Elstar Offset: Bandung
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Plasenta Previa, Antepartum hemorrhage.
In : Williams Obstetrics, 22st ed, Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange,
Connecticut, 2001;