Anda di halaman 1dari 45

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Self Awareness

2.1.1 Definisi

Dalam hidup ini, setiap manusia harus memahami betapa

pentingnya kesadaran diri. Kesadaran diri manusia tergolong dalam

beberapa dimensi yaitu body, mind, heart, and soul. Menurut Collin Rose

dalam bukunya Accelerated Learning For The 21th Century

memperkenalkan pola pikir bersifat M-A-S-T-E-R yaitu Motivating your

mind, Acquiring the information, Searching out the meaning, Trigering the

memory, Exhibing what you know, dan Reflecting how you have learned.

Keenam langkah ini membantu kita mengalami proses belajar,

menggerakkan kembali mesin berpikir manusia. Pada tahun 1989,

Greenan membuat model Emotional Intelligence yang diperbaharui

Salovey dan Meyer (1990) dan Goleman(1995). Lima cara

mengembangkan Emotional Intelligence yaitu kesadaran diri, motivasi

pribadi, pengaturan diri sendiri, empati, dan kemampuan bersosialisasi.

Setelah manusia memahami tentang kesadaran diri, maka pengenalan

terhadap diri sendiri menjadi lebih efisien yang akan melahirkan konsep

diri yang baik dan positif serta menghasilkan harga diri yang kuat dan

kepercayaan yang tinggi (Della Adelia, 2016).

Ada beberapa cara untuk mengenal diri yaitu analisa diri, melalui

pengamatan orang lain, ada bersama orang lain, dan variasi pengalaman

hidup. Orang yang semakin baik mengenal dirinya mempunyai gambaran

7
8

yang jelas tentang dirinya. Namun setidaknya ia telah mengetahui apa

kelebihan dan kekurangannya, mengetahui keinginan-keinginannya,

perasaanya, potensi-potensi yang berkaitan dengan dirinya bahkan

kondisi psikis dan fisiknya. Setelah manusia mengenal dirinya, maka

tahap yang selanjutnya adalah pengungkapan diri dimana seseorang

mengijinkan orang lain mengetahui tentang perasaan, pikiran dan

keinginannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri

adalah besar kecilnya kelompok, 2 perasaan suka, timbal balik,

kepribadian, dan topik tertentu. Melalui pengungkapan diri, seseorang

bisa mengatasi masalah, memudahkan penerimaan diri, dan efisiensi

komunikasi. Namun, terdapat juga beberapa resiko seperti penolakan

pribadi, kerugian material, dan kesulitan pribadi (Della Adelia, 2016).

2.1.2 Aspek-aspek Self awareness

Solso (2008) mengungkapkan aspek-aspek utama dalam

kesadaran diri meliputi atttention, wakefulness, architecture, recall of

knowledge, dan emotive. Aspek-aspek tersebut merupakan upaya untuk

mengurangi variansi dalam pendefinisian pengalaman subjektif yang kita

sebut dengan kesadaran. Dari kelima aspek tersebut, ada satu aspek

yakni arsitektur yang terlibat dalam proses fisiologis. Aspek-aspek lainnya

terlibat dalam proses-proses psikologis, semua aspek-aspek ini saling

berhubungan antar satu sama lain dalam menggambarkan kesadaran diri.

1. Atensi, perhatian (Attention)

Kesadaran diri individu yang diarahkan dengan memusatkan

perhatian terhadap kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya sendiri

maupun orang di sekitarnya.Individu juga dapat mengalihkan


9

perhatian ke dalam diri dan merenungkan pikiran-pikiran pribadi,

memori-memori, dan citra-citra visual saat sadar dengan keadaan

yang sedang dialaminya. Misalnya, pada saat ini anda bisa saja

menghadirkan bayangan seorang tokoh ternama dalam bernak anda.

Hal ini merupakan kemampuan untuk menghadirkan pikiran-pikiran

sadar dan memori-memori proses dari masa lalu anda, yang

merupakan suatu sistem kerja yang bekerja bersama-sama dengan

proses recall pengetahuan.

2. Kesiagaan, keterjagaan (Wakefulness)

Kesadaran individu yang siaga dengan kejadian-kejadian yang

di alaminya dengan terpengaruh oleh perhatiannya kepada suatu

kejadian tersebut. Kesiagaan ini merupakan suatu kondisi mental

yang dialami seorang sepanjang hidupnya, dalam tiap hari.

3. Arsitektur (Architecture)

Aspek definitif dalam kesadaran dimana kesadaran bukanlah

sebuah proses tunggal yang dilakukan oleh sebuah neuron tunggal,

melainkan dipertahankan melalui sejumlah proses-proses neorologis

yang diasosiasikan dengan interprestasi terhadap fenomena sensorik,

sematik, kognitif, dan emosional, yang ada secara fisik maupun

secara imajinatif. Tindakan-tindakan tersebut tampaknya berlangsung

otomatis sebagai hasil dari pengalaman. Tindakan-tindakan lain

memerlukan intervensi sadar dan kompleks.

4. Mengingat pengetahuan (Recall Of Knowledge)

Proses pengambilan informasi tentang pribadi yang

bersangkutan dan dunia disekelilingnya. Kesadaran memampukan


10

manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui proses recall

dan rekognisi terhadap informasi mengenai diri pribadi dan mengenai

dunia ini. Kesadaran diri ini memiliki tiga komponen antara lain:

a. Pengetahuan diri (Self Knowledge)

Pengetahuan diri adalah pemahaman tentang informasi jati diri

pribadi seseorang, individu akan sadar dengan dirinya sendiri,

bahwa individu memiliki kekurangan serta kelebihan, serta dalam

kesehariannya individu sadar hal tersebut adalah dirinya.

b. Pengetahuan tentang dunia (World Knowledge)

Pengetahuan tentang dunia adalah individu mengingat sejumlah

fakta dari memori jangka panjang.Apa yang sudah individu lihat,

baca, maupun dengar akan selalu muncul secara spontan saat ia

berhadapan dengan situasi yang berhubungan dengan hal-hal

yang sudah di ketahuinnya sebelumnya. Kesadaran akan

tanggung jawab dapat terbentuk dengan mengingat peristiwa-

peristiwa di luar dirinya.

c. Aktivasi pengetahuan (Activation Of Knowledge)

Seorang individu menyadari tindakan-tindakan orang lain.

Kesadaran akan kejujuran individu akan terbentuk dengan melihat

orang lain sebagai contohnyata. Individu akan belajar bagaimana

membentuk suatu kesadaran diri dalam dirinya melalui orang lain.

5. Emosi (Emotive)

Suatu kondisi sadar, yang biasa dianggap sebagai suatu bentuk

perasaan atau emosi (berbeda dengan pikiran atau presepsi).Emosi


11

ditimbulkan oleh kondisi-kondisi internal saat merespon peristiwa-

peristiwa eksternal.

a. Kebaruan (Novelty)

Kecenderungan kesadaran untuk mengambil suatu keputusan

yang kreatif dan inovatif, dalam menghadapi kejadian-kejadian

dalam hidup tanpa mengurangi pengetahuannya yang sudah ada.

b. Kemunculan (Emergency)

Kesadaran berkaitan dengan pemikiran-pemikiran pribadi dan

internal, proses mengelola informasi yang terdapat dalam diri

sendiri dan mampu merefleksikan informasi yang di tangkap.

Proses ini menimbulkan setidaknya impresi fenomenologis bahwa

kesadaran muncul dari aktifitas otak.

c. Selektivitas (Selectivity) dan Subjektivitas (Subjectivity)

Kesadaran individu secara konstan akan memilih sangat sedikit

pikiran pada setiap waktu, namun pikiran-pikiran itu akan berubah

secara cepat akibat aspek merupakan hal yang paling utama

dalam self awareness, dari aspek-aspek ini individu dapat

mengetahui sejauh mana individu itu sudah mengembangkan self

awarenessdalam kehidupannya agar dalam hidup bersosialisasi

bisa aware terhadap diri sendiri maupun orang sekitar (Maristela,

2017).

2.1.3 Bentuk-Bentuk Self Awareness

Menurut Baron dan Byrne tokoh psikologi sosial, mengatakan bahwa self

awareness memiliki beberapa bentuk diantaranya: Self awareness

subjektif, Self awareness objektif, Self awareness simbolik.


12

A. Self awareness subjektif adalah kemampuan organisme untuk

membedakan dirinya dari lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam

hal ini seseorang di sadarkan tentang siapa dirinya dan statusnya

yang membedakan dirinya dengan orang lain. Ia harus sadar bahwa

siapa dia dimata orang-orang di sekitarnya. Dan bagaimana ia harus

bersikap yang membuat orang bisa menilai orang tersebut bisa

berbeda denganyang lainnya.

B. Self awareness objektif adalah kapasitas organisme untuk menjadi

objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan

mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat.

C. Self awareness simbolik adalah kemampuan organisme untuk

membentuk sebuah konsep abstrak dari diri melalui bahasa

kemampuan ini membuat organisme mampu untuk berkomunikasi,

menjalin hubungan, menentukan tujuan mengevaluasi

hasil dan membangun sikap yang berhubungan dengan diri dan

membelanya terhadap komunikasi yang mengancam.

2.1.4 Fungsi Self Awareness

1. Fungsi pertama adalah fungsi konteks-setting (context-setting),

merupakan fungsi sistem-sistem yang bekerja untuk mendefinisikan

konteks dan pengetahuan klien mengenai sebuah stimuli yang datang

ke dalam memori.

2. Fungsi kedua adalah fungsi adaptasi dan pembelajaran (adaptation

and learning) yang berarti kesadaran yang ada pada diri klien yang

terlibat di perlukan untuk menangani informasi atau pengetahuan

baru.
13

3. Fungsi ketiga adalah fungsi prioritisasi (prioritizing) dan fungsi akses

dimana kesadaraan yang dimiliki siswa diperlukan untuk mengakses

besarnya jumlah pengetahuan yang sudah diperoleh oleh klien.

4. Fungsi keempat adalah fungsi rekrutmen dan kontrol (recruitment and

control), kesadaran memasuki sistem motorik klien untuk menjalankan

tindakan sadar.

5. Fungsi kelima adalah fungsi pengambilan keputusan (decision-

making) dan fungsi eksekutif, berperan sebagai pembawa informasi

atau pengetahuan untuk membantu klien pengambilan keputusan

pada saat di dalam keluarga.

6. Fungsi keenam adalah fungsi deteksi dan penyutingan kekeliruan

(error detection and editing), kesadaraan yang memasuki sistem

norma sehingga siswa dapat mengetahui ketika dirinya melakukan

kekeliruan baik dalam menjawab soal matematika atau melakukan

hal-hal selama pembelajaran berlangsung.

7. Fungsi ketujuh adalah fungsi monitor diri (self-monitoring). Memonitor

diri dalam bentuk merefleksi diri, percakapan internal, dan imagery

dapat membantu klien mengendalikan dirinya sendiri.

8. Fungsi yang terakhir adalah fungsi pengorganisasian dan fleksibilitas

(organitation and flexibility) yang merupakan fungsi yang dapat

menggunakan fungsi otomatis dalam keadaan yang tak terduga.

Fungsi otomatis yang dimaksud adalah sikap reflek klien pada saat

didalam keluarga.
14

2.1.5 Ciri-ciri orang yang memiliki Self awareness

Goleman (1996) menyebutkan ada tiga kecakapan utama dalam

kesadaran diri, yaitu:

1. Mengenali emosi; mengenali emosi diri dan pengaruhnya. Orang

dengan kecakapan ini akan:

a. Mengetahui makna emosiyang sedang mereka rasakan dan

mengapa terjadi.

b. Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang

mereka pikirkan.

c. Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi

kinerja.

d. Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai

dan sasaran-sasaran mereka.

2. Pengakuan diri yang akurat; mengetahui sumber daya batiniah,

kemampuan dan keterbatasan ini. Orang dengan kecakapan ini

akan :

a. Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

kelemahannya.

b. Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman,

terbuka bagi umpan balik yang tulus, perspektif baru, mau

terus belajar dan mengembangkan diri.

c. Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang

diri sendiri dengan perspektif yang luas.

3. Kepercayaan diri; kesadaran yang kuat tentang harga diri dan

kemampuan diri sendiri. Orang dengan kemampuan ini akan:


15

a. Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan

“keberadaannya”.

b. Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan

bersedia berkorban demi kebenaran.

c. Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam

keadaan tidak pasti.

Pada ciri-ciri lebih menekankan bahwa orang yang memiliki self

awarenessdapat mengenali emosi yang ia rasakan maupun emosi orang lain

serta mengetahui kemampuan dan keterbatasan yang ia miliki (Maristela, 2017).

2.1.6 Indikator Self Awareness

Indikator-indikator self awareness pada penelitian ini dikembangkan dari

pengertian, kerangka kerja, manfaat dan fungsi yang dikemukakan di

atas. Indikator-indikator self awareness yaitu :

1. Mengenali perasaan dan perilaku diri sendiri.

Mengenali perasaan dan perilaku diri sendiri artinya mengetahui

perasaan yang dirasakan diri sendiri dan mengetahui perilaku diri

yang dilakukan.

2. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri artinya mengetahui

kelebihan yang dimiliki dan kekurangan yang dimiliki.

3. Mempunyai sikap mandiri.

Mempunyai sikap mandiri artinya mampu melakukan segala

sesuatunya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain.


16

4. Dapat membuat keputusan dengan tepat.

Dapat membuat keputusan dengan tepat artinya mampu untuk

mempertimbangkan dan membuat langkah-langkah yang tepat dalam

permasalahan.

5. Terampil dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat dan

keyakinan.

Terampil dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat dan

keyakinan artinya mampu untuk berpendapat yang berdasarkan pada

pikiran, perasaan dan keyakinan diri sendiri.

6. Dapat mengevaluasi diri.

Dapat mengevaluasi diri artinya mampu memeriksa dan mengoreksi

kembali terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan (Maristela, 2017).

2.1.7 Upaya meningkatkan self awarenes

Upaya meningkatkan self awarenes Joseph Luft dan Johari

Window dan Harry Ingham (1998) mengungkapkan bahwa self

awareness berhubungan dengan komunikasi interpersonal. Makin tinggi

kesadaran diri semakin mengetahui bagaimana orang berkomunikasi

dengan orang lain. Sebaliknya, komunikasi dengan orang lain akan

membantu meningkatkan pengetahuan tentang diri seseorang.

Karenanya, kesadaran diri adalah suatu hal yang harus ditingkatkan. De

Vito (1980) menyebutkan empat hal yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan self awareness:

1. Bertanya tentang diri kepada diri sendiri. Self Talk (berbicara dengan

diri sendiri), melakukan monolong dengan diri sendiri adalah salah

satu cara mengetahui tentang diri dan pada gilirannya meningkatkan


17

kesadaran diri. Mendengarkan orang lain. Mendapatkan feedbackdari

orang lain dalam komunikasi interpersonal adalah hal yang membuat

seseorang mendapatkan self knowledge (pengetahuan tentang diri),

sehingga akan meningkatkan self awarenesspada diri seseorang.

2. Secara aktif mencari informasi tentang diri sendiri. Tindakan ini akan

memperkecil wilayah blind self sekaligus meningkatkan self

awareness.

3. Melihat dari sisi yang lain. Setiap orang memiliki pandangan sendiri

tentang oranglain. Mencoba melihat dari sudut pandangan orang lain

mengenai seseorang akan membantu seseorang tersebut untuk

menambah kesadaran tentang diri seseorang itu sendiri.

4. Meningkatkan Open Self. Dengan meluaskan wilayah terbuka pada

diri sendiri berarti mengurangi wilayah hidden self. Ini berarti juga

membuka diri (melakukan self disclosure) kepada orang lain.

Membuka diri akan memberikan pengetahuan tentang diri dan

meningkatkan kesadaran diri.

Self-awareness biasanya berkurang atau menurun, sehingga

menyebabkan kita akan bertindak tanpa mengindahkan standar atau tidak

sesuai dengan nilai-nilai diri sendiri. Orang akan merasa bebas, tanpa

ada halangan apapun dan bisa melakukan hal-hal yang oleh orang

deindividuation (berkurangnya “nilai” lain biasanya tidak disetujui bisa

terjadi akibat stimuli kondisi tertentu, keindividuan seseorang) (Maristela,

2017).
18

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling tergantungan, mulai dari

anak bergantung kepada ibu, ayah kakak, abang maupun sebaliknya

kesemuanya saling membutuhkan, Yusuf menyatakan keluarga merupakan

lingkungan pertama dan utama bagi anak, sehingga kedudukan keluarga

dalam perkembangan psikologis dan sangatlah dominan (Andriyani Juli,

2016).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi

klien (pnerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam

menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga

yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia

jika tidak di lanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar

oleh klien atau keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan

anggota keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat

berhubungan atau signifikan (Makhfudi & Ferry Efendi, 2009).

Peranan adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan

tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah

sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik,

pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga.

Selain itu, sebagai anggota masyarakat/kelompok social tertentu, ibu

sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung


19

keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Selain itu

sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial

sesuai dengan perkembangan fisik, mental, social, dan spiritual (Zaidan Ali,

2010).

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi

perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat sakit) klien. Umumnya,

keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup

lagi merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus pada

keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut. Perawat membantu

keluarga agar dapat/mampu melakukan lima tugas kesehatan (Yosep

Iyus.H, 2014).

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan

3. Memberi perawatan pada anggota yang sehat

4. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat

5. Menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat

2.2.2 Struktur Keluarga

Ada beberapa struktur keluarga yang ada di indonesia yang terdiri dari

bermacam-macam ialah :

1. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu di susun melalui

jalur ayah.
20

2. Matrilineal

Ayah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah ibu

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah ayah

5. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.3 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah srangkaian pola sikap perilku, nilai dan

tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi

keluarga didalam kelompok sosialnya (Suliswati, dkk 2005 ( Agung,

2018)). Menurut Friedman (1998) peran didasaran pada harapan, peran

juga menjelaskan apa yang individu harus lakukan dalam suatu situasi

tertentu agar memenuhi harapan, peran juga menjelaskan apa yang

harus inividu lakukan dalam situasi tertentu agar memenuhi harapan

mereka senidri atau harapan orang lain. Keluarga memiliki tugas utama

yaitu memelihara pertumbuhan psikososial anggota dikeluarga dan

kessejahteraan selama hidupnya secara umum. Dikutip dari shieves


21

2005, keluarga merupakan sekumpulan individu yang memiliki interaksi,

memberikan dukungan dan saling mempengaruhi satu dan lainnya untuk

memenuhi fungsi dasar.

Menurut Friedman (2003) peran keluarga dapat di klasifikasikan

menjadi dua kategori peran formal atau terbuka dan peran nformal atau

tertup, berikut ini klasifikasi antara dua peran tersebut:

1. Peran formal atau terbuka keluarga

Peran adalah suatu yang diharapkan secara normative

dari seorang dalam situasi social tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik

yang di harapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi

peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersenoal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu

dalam posisi dan situasi tertentu. Pernan individu dalam keluarga

didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,

dan masyarakat.

Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga,

bersifat homogen. Peran formal yang standart dalam keluarga

seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, sopir,

tukang perbaiki rumah, tukang masak dan lain-lain. Jika dalam

keluarga hanya ada sedikit orang untuk memenuhi peran

tersebut, maka anggota keluarga mempunyai kesempatan untuk

memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda


22

2. Peran informal atau tertutup keluarga

Peran-peran informal (peran tertutup) biasanya bersifat implisit,

tidak tampak pada permukaan dan dimainkan hanya untuk

memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga

keseimbangan keluarga. Peran-peran informal mempunyai

tuntutan yang berada, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis

kelamin, namun lebih didasarkan pada personalitas anggota

keluarga. Namun lebih didasarkan pada personalitas anggota

keluarga, ada yang bersifat adaptif bahkan ada yang dapat

merusak kesejahteraan keluarga. Peran tersebut diantaranya

adalah :

a. Pendorong

Merupakan suatu tindakan yang memuji, menyetuji dan

menerima kontribusi orang lain. Sehingga mampu menarik

orang lain dan idenya dihargai.

b. Penyelaras

Penengah jika muncul perbedaan antara anggota

keluarganya.

c. Inisiator-Kontributor

Yaitu mengusulkan gagasan atau hal baru terkait dengan

permasalahan atau tujuan dalam keluarga

d. Negosiator

Merupakan salah satu dari pihak yang berkonflik atau tidak

setuju, dengan menawarkan jalan tengah.


23

e. Penghalang

Menolak tanpa dan diluar alasan, disebut juga oposisi.

f. Dominator

Menunjukkan kekuasaanya, senioritas, measa paling hebat

dalam segala hal.

g. Penyalah

Peran ditaktor mencari kesalahan orang lain.

h. Pengikut

Menerima ide orang lain secara pasif, pendengar saat diskusi

atau keputusan kelompok.

i. Pencari pengakuan

Mencari perhatian terhadap diri dan keinginan, pencapaian

dan atau masalahnya agar diakui pihak lain.

j. Martir

Yaitu tidak memihak pribadi tapi rela berkorban demi kebaikan

keluarga.

k. Wajah tanpa ekspresi

Menggurui teus menerus tanpa menunjukkan emosi.

l. Sahabat

Teman bermain keluarga yang memperturutkan diri sendii

atau oang lain dengan tidak melihat akibatnya.

m. Kambing hitam keluarga

Yaitu anggota yang bermasalah dalam keluarga.


24

n. Pendamai

Yaitu keluarga yang piawai mngambil hati, selalu berusaha

menyenangkan orang lain

o. Pengasuh keluarga

Yaitu diperlukan untuk mengasuh dan merawat anggota

lainnya yang membutuhkan.

p. Pionir keluarga

Penggerak dari semula yang tiak tahu menjadi punya

pengalaman baru.

q. Anggota yang idak relevan/distraktor

Tidak relevan, dengan menunjukkan perilaku mencari

perhatian ia membantu keluarga menghindari atau

mengabaikan masalah yang menimbulkan penderitaan.

r. Koordinator keluarga

Yaitu mengatur dan merencanakan aktivitas keluarga

s. Perantara keluarga

Yaitu penghubung saat komunikasi dalam keluarga.

t. Penonton

Yaitu mengamati tanpa terlibat diri didalamnya.

Menurut Murty (2003) yang dikembangkan oleh Agung (2018)

bahwa peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia terbagi

dalam tiga tingkatan.

1. Keluarga harus mampu melihat kebutuhan-kebutuhan

klien dan mempertahankan kekohesifan dalam keluarga

dengan cara belajar keterampilan merawat klien,


25

memenuhi kebutuhan istirahat dan kebutuhan emergensi

disaat krisis, serta memberi dukungan emosional

(pengasuh).

2. Keluarga harus mempu memberikan dukungan finansial

untuk perawatan klien dan terlibat dalam kelompok yang

dapat memberikan bantuan seperti terapi suportif

(perantara).

3. Keluarga harus mengembangkan hubungan secara benar

untuk membantu klien skizofrenia merubah sikap dan

keterampilan (pengikut) ( Agung, 2018).

3. Peran-peran dalam keluarga

Pada saat ini peran-peran dalam keluarga banyak mengalami

perubahan seiring dengan adanya emansipasi. Wanita saat ini

tidak lagi semata-mata sebagai ibu rumah tangga atau pengasuh

anak, melainkan mereka juga bekerja atau mencari nafkah, hal

yang sama juga terjadi pada pria.

a. Peran seksual perkawinan

Dimasa lalu pria memiliki hak untuk menentukan kegiatan

segiatan seksual dengan istrinya, tapi tidak merasa punya

kewajiban memberi kepuasan pada istri. Tetapi wanita

sekarang mempunyai hak mendapatkan kenikmatan

hubungan seksual sehingga sifat peran sifat seksual pada

keduanya berubah.

b. Peranan ikatan keluarga atau kinkeeping


26

Sampai saat ini wanita berperan sebagai penerus keturunan

(kin keeping) dan peran sebagai pengikat hubungan keluarga

dengan memelihara komunikasi dan memantau

perkembangan keluarga. Jika orang tua mereka sudah tua,

maka mereka akan kembali pada anak wanita. Peran tersebut

membuat wanita menjadi generasi terjepit dan jenis kelamin

terjepit, karena dia terperangkat antara memenuhi kebutuhan

orang tua dan anak-anaknya dalam jangka waktu yang lama.

2.2.4 Dukungan Keluarga

Dikutip dari Friedman (2010) dukungan keluarga adalah segala bentuk

penerimaan, baik berupa sikap maupun tindakan oleh keluarga kepada

seseorang yang sedang sakit. Bentuk dukungan keluarga menurut

Friedman (2010) antara lain:

1. Dukungan penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada seseorang untuk memahami

masalah skizofrenia, sumber/stressor dan strategi koping untuk

menghadapi masalah yang muncul. Menilai seorang dalam keluaga

dengan ekspresi positif. Ia memiliki teman yang dapat diajak bicara

tentang masalahnya, ekspresi pengharapan posittif individu kepada

individu lain, motivator, curahan perasaan dan ide-ide mereka.

Dukungan tersebut mampu memberikan tambahan strategi koping

enderita sesuai dengan pengalaman yang positif yang dimiliki.

2. Dukungan instrumental

Meliputi dukungan fisik seprti pelayanan bantuan material dan

finansial berupa bantuan nyata (instrumental support material


27

support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis, termasuk didalamnya bantuan

langsung, seperti saat seorang memberi atau meminjamkan uang,

membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, penyediaan

transportasi, menjaga dan merawat sakit (fisik maupun mental). Hal

ini akan sangat bermanfaat baik jika dukungannya mampu

mengurangi masalah skizifrenia dalam keluarga.

3. Dukungan informasional

Dukungan informasional meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama (termasuk dalam membantu penyelesaian masalah,

bimbingan, arahan, saran dan nasehat serta umpan balik terkait hal

yang dilakukan seseirang). Keluarga menyarankan untuk

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga dalam hal

keluarga berfungsi sebagai penyedia informasi untuk anggota

keluarga.

4. Dukungan emosional

Dengan memberikan dukungan emosional pada anggota keluarga

dengan skizofrenia, maka akan terbentuk rasa empati, perasaan

dihargai, dicintai, kebersamaan, kenyamanan, rasa percaya diri dan

keluarga berfungsi sebagai penyedia tempa untuk tinggal ( Agung,

2018).
28

2.2.5 Fungsi Keluarga

Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yakni:

1. Fungsi Efektif

Fungsi efektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi efektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi efektif

tampak melalui keluarga yang bahagia.

Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa

dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih

sayang. Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan

melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi untuk memenuhi fungsi efektif

adalah: saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima

dan mendukung, setiap anggota keluarga yang mendapat kasih

sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan

meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling

mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan

menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar

keluarga.Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang

positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak

diakui dan dihargai keberadaan dan haknya.

Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat

hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan

berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai

sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan


29

dikembangkan menjadi hubungan orang tua-anak dan antar anak

melalui identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan kasih

sayang, Oleh karna itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif

dimana anak meniru perilaku orangtua melalui hubungan interaksi

mereka.

Fungsi efektif merupakan sumber energy yang menentukan

hubungan keluarga. Sering penceraian, kenakalan anak atau masalah

fungsi masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi efektif keluarga

yang tidak terpenuhi.

2. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi social dan belajar

berperan dalam lingkungan social (Gegas, 1979 dan Friedman,

19998), Sedangkan Soekarno (2000) mengemukakan bahwa

sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang

baru mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia menjadi

anggota.

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah

meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan

sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai

melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.

Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai dan norma, budaya

dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu

mampu berperan dalam masyarakat.


30

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan

dan melangsungankan keturunan dan meningkatkan sumber daya

manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi

ini sedikit dapat dikontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang

tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya

keluarga baru dengan satu orang tua (single parent).

4. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber daya

keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis

kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat

berkonstribusi untuk mencari sumber-sumber dimasyarakat yang

dapat digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan mereka

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain dari keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan.

Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga

juga berfungsi untuk melakukan asuhan kesehatan kepada

anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun

merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan

bantuan atau pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini sangat

mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga


31

yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah

(Frieman, 1998):

a. Mengenal masalah kesehatan

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

f. Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu

dilakukan oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian

untuk mengetahui sejauh mana keluarga dapat melaksanakan

kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan

bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi

tugas kesehatan keluarga tersebut

2.2.6 Tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1998)

1. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana kesehatan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan esehatan

dan perubahan-perubahan yang dialami anggta keluarga. Perubahan

sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari

adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan

apa yang terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana

keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah


32

kesehatan yang meliputi pengertua, tanda dan gejala, faktor

penyebab dan yag memengaruhnya, serta pesepsi keluarga terhadap

masalah.

2. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengena

masalah kesehatan yang dialaminya perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan. Berikut ini hal-hal yang harus dikaji oleh

perawat.

a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah.

b. Apakah keluaga merasakan adanya masalah kesehatan.`

c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

dialami.

d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.

e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan.

f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.

g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

h. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberi perawatan pada anggota keluarganya yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut.


33

a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis,

dan perawatannya).

b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

c. Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk peawatan.

d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik,

psikososial).

e. Sikap keluarga yang sakit.

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan lingkuangan yang sehat

Ketika memodifikasi ingkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut.

a. Sumber-sumber kelarga yang dimiliki.

b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

c. Pentingnya higiene sanitasi.

d. Upaya pencegahan penyakit.

e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.

f. Kekompakan antar anggota keluarga.

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Ketika merujuk anggota keluaga ke fasilitas kesehatan, keluarga

harus mengetahui hal-hal berikut ini.

a. Keberadaan fasilitas kelarga.

b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari failitas

kesehatan.

c. Tingkat kepercayaab keluarga tehadap petugas dan fasilitas

kesehatan.
34

d. Pengalaman yang kurang baik terhaadp petugas kesehatan.

e. Fasilitas kesehatan yang ada terjamngkau oleh keluarga.

Kelima tugas kesehatan keuarga tersebut saling terkait dan perlu

dilakukan oleh keluarga dan perawat perl mengkaji sejauh mana keluarga

mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baikatau dapat memberikan

bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas

kesehatan didalam keluarga tersebut.

2.2.7 Tingkat kemandirian keluarga menurut Departemen Kesehatan RI

(2006)

1. Keluarga mandiri tingakat satu (KM-I)

a. Menerima petugas perawatan kesehatan.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rancana keperawatan.

2. Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)

a. Menerima petugas perawatan kesehatan.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rancana keperawatan.

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

d. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

3. Keluarga mandiri tingakat tiga (KM-III)

a. Menerima petugas perawatan kesehatan.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rancana keperawatan.
35

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

d. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

e. Melaksanakan tidakan pencegahan secara aktif

4. Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)

a. Menerima petugas perawatan kesehatan.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rancana keperawatan.

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

d. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

e. Melaksanakan tidakan pencegahan secara aktif.

f. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif (Ferry. E, 2009) .

2.3 Konsep Skizofrenia

2.3.1 Definisi

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku

yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai

penyakit tersendiri, melainkan diduga sebagai sindrom atau proses

penyakit yang mencakup banyak jenis dengan sebagai gejala seperti

jenis kanker. Selama berpuluh-puluh tahun, skizofenia sering

disalahartikan oleh masyarakat.Penyakit ini ditakuti sebagai gangguan

jiwa yang berbahaya dan tidak dapat terkontrol, dan mereka yang

terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai individu yang tidak

megalami masalah emosional atau psikologis yang terkendali dan


36

memperlihatkan perilaku yang aneh dan marah.Kebanyakan individu

yakin bahwa penderita skizofrenia perlu diasingkan dari masyarakat dan

dikirim ke institusi.Hanya baru-baru ini saja, komunitas kesehatan jiwa

menyadari untuk belajar dan memberikan penyuluhan kepada masarakat

bahwa skizofrenia meruapakan penyakit yang dapat dikendalikan dengan

obat.Dengan meningkatnya efektivitas antipsikotik atipikal terbaru dan

kemajuan terapi berbasis dimasyarakat, banyak klien dapat berhasi hidup

dalam masyarakat. Klien yang penyakitnya diawasi dan dijaga secara

medis sering kali dapat terus hidup dan kadang-kadang dapat bekerja

dimasyarakat dengan dukungan mereka(Sheila, 2008).

Gangguan skizofrenia adalah sekolompok reaksi psikotik yang

mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan

berkomunikasi, menerima, dan menginterpretasikan realitas, merasakan

dan menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan sikap yang dapat

diterima secara sosial (Sheila, 2008).

2.3.2 Etiologi

1. Pertimbangan umum

a. Penyebab pasti dari skizofrenia masih belum jelas. Consensus

umum saat ini adalah bahwa gangguan ini disebabkan oleh

interaksi yang kompleks antara berbagai factor.

b. Faktor-faktor yang telah dipelajari dan diimpikasikan meliputi

predisposisi genetika, abnormalitas perkembangan saraf,

abnormalitas struktur otak, ketidakseimbangan neurokimia, dan

proses psikososial dan lingkungan.


37

2. Predisposisi genetika

a. Meskipun genetika merupakan factor resiko yang signifikan, belum

ada penandaa genetikan tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan

melibatkan berbagai gen.

b. Penelitian telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18 dan 22. Risiko

terjangkit skizofrenia bila gangguan ini ada dalam keluarga adalah

sebagai berikut:

1) Satu orang tua yang terkena: risiko 12% sampai 15%.

2) Kedua orang tua terkena penyakit ini: risiko 35% sampai 39%.

3) Saudara sekandung yang terkena: resiko 8% sampai 10%.

4) Kembar dizigotik yang terkena: risiko 15%.

5) Kembar monozigotik yang terkena: risiko 50%.

3. Abnormalitas perkembangan saraf

a. Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang

terjadi pada awal gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari

skizofrenia.

b. Faktor-faktor yag dapat mempengaruhi perkembangan saraf dan

diidentifikasi sebagai resiko yang terus bertambah meliputi:

a) Individu yang ibunya terserang influenza pada trimester

kedua.

b) Individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu

dilairkan.

c) Penganiayaan atau trauma dimasa bayi atau masa knak-

kanak awal.
38

c. Abnormalitas struktur otak.

Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik

pencitraan otak (CT, MRI, dan PET) telah menunjukkan adanya

abnormalitas pada struktur otak yang meliputi:

1) Pembesaran ventrikel

2) Penurunan aliran darah kortikal, terutama di korteks prefrontal

3) Penurunan aktivitas metabolic dibagian-bagian otak tertentu

4) Atrofi serebri

d. Ketidakseimbangan neurokimia (neurotransmitter)

1) Dulu penelitian berfokus pada hipotesis dopamine, yang

menyatakan bahwa aktivitas dopamine yang berlenihan

dibagian kortikal otak, berkaitan dengangejala positif dari

skizofrenia.

2) Penelitian terbaru menunjukkan pentingnya neurotransmitter

lain, termasuk serototnin, neroprinefrin, glutamate, dan GABA.

3) Homeostasis, atau hubungan antarneurotransmitter, mungkin

lebih penting disbanding jumlah relative neurotransmitter

tertentu.

4) Tempat reseptor untuk neurotransmitter tertentu juga penting.

Perubahan jumlah dan jenis reseptor dapat mempengaruhi

tingkat neurotransmitter. Obat psikotropik dapat

mempengaruhi tempat reseptor neurotransmitter dan

transmitter itu sendiri.


39

e. Proses psikososial dan lingkungan

a) Teori perkembangan.

Ahli teori seperti Feud, Sulliva, Erikson mengemukakan

bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih

saying di tahun-tahun awal kehiduoan berperan dalam

menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi

terhadap realitas, dan menarik diri dari hubungan pada

penderita skizofrenia.

b) Teori keluarga.

Teori-teori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam

munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian.

Bagian fungsi keluarga yang telah diimplikasikan dalam

pentingkatan angka kekambuhan individu dengan skizofrenia

adalah sangat mengkspresikan emosi (high expressed

emotion [HEE]). Keluarga dengan ciri ini dianggap terlalu ikut

campur secara emosional, kasar dan kritis.

c) Status sosial ekonomi

Hasil penelitian yang konsisten adalah hubungan yang kuat

antara skizofrenia dan status sosial ekonomi yang rendah.

d) Model kerentanan stress

Model interaksional yang menyatakan bahwa penderita

skizofrenia mempunyai kerentanan genetic dan biologic

terhadap skizofrenia. Kerentanan ini, nila disertai degan

pajanan stresos kehidupan, dapat menimilkan gejala-gejala

pada individu tersebut (Ann, 2005).


40

4. Faktor konstitusi

Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik

seluruhnya, termasuk baik yang diturunkan maupun yang didapati

kemudian; umpamanya bentuk badan (perawakan), seks, tempramen,

fungsi emdoktrin, urat syaraf, jenis darah.

Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara

baik ataupun tidak baik, umpamanya bentuk badan yang atletis atau

yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun yang pendek,

paras muka yang catik ataupun jelek, seks wanita atau pria, fungsi

hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah satu hormon,

urat syaraf yang cepat reaksinya atau yang lambat sekali, dan

seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang.

5. Stress

Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi seccara

terus menerus dengan koping yang tidak efektif akan mendukung

timbulnya psikotik dengan manifestasi; kemiskinan, kebodohan,

pengangguran, isolasi sosial, dan perasaan kehilangan.

Menurut Singgih (1989: 184), beberapa penyebab gangguan

mental dapat ditimbulkan oleh hal berikut:

a. Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock

yang dialami pada masa anak.

b. Ketidaksanggupan memuaskan keinginan dasar dalam

pengertian kelakuan yang dapat diterima umum.

c. Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan.


41

d. Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat: pubertas dan

menopause.

e. Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi,

politik, dan sosial yang terganggu

f. Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema.

g. Penyakit kronis misalnya; sifilis, AIDS.

h. Trauma kepala dan Vetebra.

i. Kontaminasi zat Toksik

j. Shock emosional yang hebat: ketakutan, kematian tiba-tiba

orang yang di cintai (Iyus, 2014).

b.2.3 Patofisiologi

Didalam otak terdapat miliyaran sambungan sel. Setiap

sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima

pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungan sel tersebut

melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitters yang membawa

pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang

lain. Didalam otak yang terserang skizofrenia, terdapat kesalahan atau

kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.

Bagi keluarga dengan penderita skizofrenia didalamnya, akan

mengerti dengan jelas apa yang dialami penderita skiofrenia dengan

membandingkan otak dengan telepon.Pada orang yang normal, sistem

switch pada otak bekerja dengan normal, sinyal-sinyal yang dikirim

mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel

yang disetujui.
42

Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun

klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam

kurun waktu yang lama.Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya

menjadi skizofreniayang etrsembunyi dan berbahaya.Gejala yang timbul

secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi skizofrenia akut.Periode

skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi

halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir.

Kadang kala skizofrenia menyerang secara tiba-tiba.Perubahan

perilaku yang sangat dramatis terjadi beberapa hari atau

minggu.Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut

tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita

depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya

orang normal dalam lingkungannya.Dalam beberapa kasus, serangan

dapat meningkatkanmenjadiapa yang disebut skizofrenia kronis. Klien

menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan

sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidak memiliki

kepekaan tentang perasaannya sendiri (Ann, 2005).

b.2.4 Manifestasi klinis

Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa sampai

dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain:

1. Fase prodomal

a. Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun.

b. Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik,

gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan

fikiran dan persepsi.


43

2. Fase aktif

a. Berlangsung kurang lebih 1 bulan.

b. Gagguan berupa gejala psiotik, halusinasi, delusi, disorganisasi

proses berpikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai

kelainan neurokimiawi.

3. Fase residual

Klien mengalami minimal 2 gejala, gangguan afek dan gangguan

peran, serangan biasanya berulang.

Menurut Janice Clack (1962) klien yang mengalami gangguan jiwa

sebagaian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa

tahapan, antara lain:

1. Tahap Comforting

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan

berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan

coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari

ancaman.

2. Tahap Condeming

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makinmeninggi

selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut

apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan

sehingga timbul perilaku menarik diri (with drawl)

3. Tahap Controling

Rimbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang

timbul tetap suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga


44

menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila

suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.

4. Tahap Conquering

Klien merasa panic, suara atau ide ang datang mengancam apabila

tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau timbul perilaku

suicide.

Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada susunan saraf pusat

(otak) pasien skizofrenia?Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa

perubahan-perubahan pada neurokimia dopamine dan serotonin, ternyata

mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam

bentuk gejala-gejala positif dan negative skizofrenia.

Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas,

dalam penelitian dengan menggunakan CT Scanotak, ternyata ditemukan

pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita

kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks

bagian depan,dan atrofi otak kecil (cerebellum)

Secara general gejala serangan Skizofrenia dibagi menjadi 2. Yaitu gejala

positif dan gejala negatif.

1. Gejala positif

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak

tidak mampu mengintepretasikan dan respons pesan atau

rangsangan yang datang. Klien skizofrenia mendengar suara-suara

atau meliht sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami

suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucintion,

gejala yang biasanya timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari
45

dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati,

memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan

sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam

menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan

kenyataan. Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu trafik dijalan

raya yang berwarna merah-kuning-hijau dianggap suatu iisyarat dari

luar angkasa. Beberapa penderita skizofrenia bebubah menjadi

seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamat-amati,

diintai, atau hendak diserang.

Kegagalan berpikir mengarah pada masalah dimana klien

skizofreni tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya.

Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara

kenyataan dan logika. Karena klien skizofrenia tidak mampu mengatur

pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan dan tidak

bisa ditangkap oleh logika. Ketidak mampuan dalam berpikir

mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan

perasaan. Hasilnya kadang penderita skizofrenia tertawa atau

berbicara sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya.

Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami

siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu

manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia

berada, dan sebagainya.


46

2. Gejala negatif

Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan

energi dan minat dalam hiduo yang membuat klie menjadi orang

malas. Karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit,

mereka tidak bis melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan.

Perasaan yang tumpul membuat emosi klien skizofrenia menjadi

datar. Klien skizofrenia tidak memiliki ekspressi baik raut muka

maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi

apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian

orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap,

selalu menjadi bagian dari hidup skizofrenia. Mereka tidak memiliki

perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi

dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi

adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Disamping itu, perubahan

otak secara biologis juga memberi andil dalam depresi. Depresi yang

berkelanjutan akan membuat klien skizofrenia menarik diri dari

lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian. Dalam

beberapa kasus, skizofrenia menyerang manusia usia muda antara

15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan terjadi pada usia 40

tahun keatas. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal

jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan

penderita skizofrenia sebanyak 1% dari jumlah manusia yang ada di

bumu(Iyus, 2014).
47

b.2.5 Klasifikasi

Skiofrenia dapat digologkan menjadi dua jenis, yakni positif dan

negative. Kebanyakan klien dengn gangguan ini mengalami campuran

kedua jenis gejala.

1. Gejala positif meliputi halusinasi, waham, asosiasi longgar, dan

perilku yang teratur atau aneh.

2. Gejala negative meliputi emosi tertahan (efek datar), anhedonia,

avilisi, alogia, dan menarik diri.

Jenis-jenis skizofrenia

1. Skizofrenia paranoid

Ciri-ciri utama adalah waham yang simetris atau halusinasi

pendengaran

a. Individu ini dapat penuh curiga, argumentative, kasar, dan agresif.

b. Perilaku kurang regresif, kerusakan lebih sedikit, dan

prognosisinya lebih baik disbanding jenis-jenis lain.

2. Skizofrenia hebefrenik (Disorganized schioprenia)

Ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau serta

afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak

terjadi.

a. Individu tersebut juga mempunyai sikap yang aneh, mengabaikan

hygiene dan penampilan diri.

b. Awitan biasanya terjadi sebelum uasia 25 tahun dapat bersifat

kronis.

c. Perilaku agresif, dengan interaksi sosial dan kontak dengan

realitas yang buruk.


48

3. Skizofrenia katatonik

Ciri-ciri utamanya ditandai dengan gangguan psikomotor, yang

melibatkan imobilitas atau justru aktivitas yang berlebbihan

a. Strupor katatonik. Individu ini dapat menunjukkn ketidakaktifan,

negativism, dan kelenturan tubuh berlebihan (postur abnormal)

b. Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat

disertai dengan ekolalia dan ekopraksia

4. Skizofrenia yang tidak digolongkan

Ciri-ciri utamanya adalah waham, halusinasi, percakapam yang

koheren dan perilaku kacau.Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk

jenis lain tidak terpenuhi

5. Skizofrenia residu

Ciri-ciri utamanya adalah tidak ada gejala akut saat ini, melainkan

terjadi di masa lalu.

a. Dapat terjadi gejala-gejala negative, deperti isolasi sosial yang

nyata, menarik diri dan gangguan fungsi peran (Ann, 2005)

2.2.6 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan psikologi :

a. Pemeriksaan psikiatri

Untuk menilai apakah seseorang mampu menjalankan aktivitas

terrentu dengan baik, juga berinteraksi dengan sesamanya.

b. Pemeriksaan psikometri

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi bakat,

kepribadian, tingkah laku, dan kemampuan sesorang. Tujuan

utrama tes adalah menilai kelayakan seseorang menjalankan


49

pekerjaan atau posisi tertentu. Tes psikometri dilakukan dengan

memberi kuisioner, tes kepribadian, dan memeriksa pencapaian

akademik peserta.

2. Pemeriksaan lain jika diperlukan:

3. Darah rutin, fungsi hepar, faal ginjal, enzim hepar, EKG, CT

scan,EEG.

2.2.7 Penatalaksanaan

A. Pertimbangan umum

1. Kontinuitas perawatan merupakan hal yang penting. Klien dapat

menerima pengobatan diberbagai tempat, termasuk rumah sakit

jiwa akut, rumah sakit jiwa jangka panjang, program berbasis

komunitas.

2. Tingkat perawatan bergantung pada keparahan gejala dan

ketersediaan dukungan dari keluarga dan sosial. Pengobatan ini

biasanya diberikan di lingkungan denga sifat restriktif yang paling

minimal.

3. Pendekatan manajemen kasus merupakan hal yang penting

karena perawatan klien umumnya berjangka panjang,

membutuhkan kenja dengan berbagai penyedia layanan untuk

memastikan pelayanan tersebut diberikan secara terkoordinasi

B. Hospital psikiatrik jangka pendek

Digunakan untuk menatalksanakan gejala-gejala akut dan

memberikan lingkungan yang aman dan terstruktur serta bebrbagai

pengobatan, termasuk:

1. Pengobatan farmakologik dengan medikasi antispikotik


50

2. Menejemen lingkungan

3. Terapi pendukung, yang pada umumnya berorientasi pada

realitas, dengan pendekatan perilaku kognitif

4. Psikologi edukasi bagi klien dan keluarganya

5. Rencana pemulangan dari rumah sakit untuk memastikan

kontinuitas asuhan

C. Hospitalisasi psikiatrik jangka panjang

1. Hospitalisasi jangka panjang diberikan pada klien dengan gejala

persisten yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.

2. Tujuannya adalah menstabilkan dan memindahkan klien secept

mungkin kelingkungan yang kurang restriktif

D. Pengobatan berbasis komunitas

Memberikan layanan komperhensif berikut kepada klien dan

keluarganya:

1. Perumahan bantuan meliputi rumah transisi; pengaturan hidup

yang kooperatif; crisis community residence; pengasuhan anak

angkat; dan board and care home.

2. Program day treatment memberikan terapi kelompok, pelatihan

keterampilan sosial, penatalaksanaan pengobatan, dan sosialisasi

dan reaksi.

3. Terapi pendukung melibatkan seorang manajer kasus dan

sejumlah ahli terapi untuk klien dan keluarganya.

4. Program psikoedukasi bagi klien, keluarganya dan kelompok-

kelompok masyarakat.
51

5. Outreach services diadakan untuk menemukan kasus dan

memberikan program pengobatan preventif bagi individu dan

keluarga yang mengalami peningkatan resiko.

E. Rehabilitasi psikososial

1. Rehabilitasi psikososial menekankan perkembangan keterampilan

dan dukungan yang diperlukan untuk hidup, belajar dan bekerja

dengan baik dikomunitas.

2. Pendekatan ini dapat menjadi bagian dari program pengobatan

diberbagai tempat pemberian layanan. Penggunaan gedung

pertemuan tempat klien fapat berkumpul untuk bekerja bersama

dan bersosialisasi sambil mempelajari keterampilan yang

diperlukan, dapat menjadi bagian dari layanan masyarakat di

beberapa tempat (Ann, 2005).

Anda mungkin juga menyukai