Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia).

Keadaan tersebut terjadii akibat adanya kerusakan pada sekresi insulin,

kerja insulin, atau keduanya (Brunner, 2015). Dijelaskan oleh Syed Shokil

pada tahun 2017 DM tipe II itu kelainan metabolism yang menghasilkan

hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh cacat pada sekresi insulin dan

menyebabkan kerusakan, disfungsi pankreas dan kegagalan banyak organ

termasuk jantung, ginjal, kulit, mata, dan pembuluh darah.

2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus

Menurut Eva Decrolin (2019) Diabetes melitus tipe 2 (DMT2)

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia, etiologi dari terjadinya diabetes mellitus itu ada 2. Yang

pertama yaitu terjadinya resistensi insulin. Dimana sel-sel sasaran dari

insulin tersebut gagal merespon insulin secara baik dan normal. Ketika sel

beta pankreas tidak adekuat dalam mengkompensasi peningkatan

resistensi insulin, maka kadar gula dalam darah seketika akan meningkat

dan akan terjadi hiperglikemi kronik. Etiologi yang ke 2 yaitu disfungsi sel

beta pankreas, dimana DM tipe II akan mengalami penurunan fungsi dan

peningkatan resistensi insulin yang berlanjut. Sel beta pankreas tidak lagi
memproduksi insulin yang baik dan pasti tidak adekuat untuk

mengkompensasi peningkatan resistensi insulin.

2.1.3 Faktor Risiko Diabetes Melitus

Menurut Hands Tandra (2017) factor resiko yang terjadi pada

diabetes mellitus yaitu:

1. Keturunan

Apabila ayah, ibu, kakak, atau adik terkena diabetes, kemungkinan hal itu

dari kakek, nenek, atau saudara ibu dan ayah. Sekitar 50% diabetes

mellitus ini orang tua juga menderita, dan sepertiganya lagi saudara yang

mengidap DM. DM tipe II jika saudara atau identical twins mengidap DM,

prevalensi 90% adik dari satu orang tua itu juga akan mengidap diabetes

mellitus.

2. Ras atau etnis

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang

Amerika di Afrika memiliki resiko tinggi untuk menderita DM tipe II.

Karena mereka memiliki kebiasaan makan banyak tetapi aktifitas minim.

Sehingga akan banyak yang mengalami obesitas sampai diabetes dan

tekanan darah tinggi.

3. Obesitas

Obesitas menjadi factor terjadinya diabetes karena makin banyaknya

lemak, jaringan tubuh, dan otot akan makn resisten terhadap kerja insulin.

Lemak ini akan memblokir kerja insulin, sehingga gula tidak dapat dibawa

kedalam sel dan akan menumpuk di peredaran darah.


4. Metabolic syndrome

Orang yang mengalami metabolic sindrom yaitu yang memiliki kelainan

tekanan darah 140/90 mmHg, trigliserida darah >150 mg/dl, kolesterol

HDL <40 mg/dl, lingkar pinggang >102 cm pada pria >88 pada wanita.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya diabetes karena gaya hidup yang

kurang gerak dan banyak makan sehingga resiko akan mengidapa

diabetes mellitus, hipertensi, stroke, sakit jantung, dan lain-lain.

5. Hipertensi

Hipertensi itu peningkatan tekanan darah, tekanan darah yang meningkat

akan menyebabkan tidak tepatnya tubuh menyimpan garam dan air.

6. Usia

Usia yang rentan terkena diabetes mellitus tipe 2 adalah >45 tahun. Usia

tersebut mengalami penurunan pada system imun kecuali system

endokrin. Bertambahnya usia menyebabkan resistensi insulin yang

berakibat tidak stabilnya gula darah.

2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus

Menurut Kerner dan Bruckel (2014) dalam Artani (2017) DM tipe II

dikarakteristikkan dengan ketidakmampuan mensekresi insulin, resistensi

insulin perifer dan produksi glukosa hepatic yang berlebihan. Pada DM tipe

II mampu memproduksi insulin dengan kelainan toleransi glukosa masih

memperlihatkan keadaan mendekati normal begitu juga dengan resistensi

insulin. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa

didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya


penumpukan gula dalam darah yang menyebabkan terjadinya

hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah. Glukosa dalam tubuh dibentuk didalam hati dari makanan

yang dikonsumsi kedalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang

diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk memfasilitasi atau

mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan

penyimpanannya. Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa

dalam tubuh menurun yang akan menyebabkan kadar glukosa darah

dalam plasma tinggi atau hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan

menyebabkan terjadinya glukosuria dikarenakan glukosa gagal diserap

oleh ginjal kedalam sirkulasi darah dimana keadaan ini akan menyebabkan

gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria, polydipsia, dan polyphagia.

2.1.5 Manifestasi klinis Diabetes Melitus

Rudijanto, dkk (2015) Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan

oleh penyakit DM diantaranya:

1. Pengeluaran urin (poliuria) 11 Poliuria adalah keadaan dimana volumen

air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria

timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif

tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha

untuk mengeluarkan melalui urin. Gejala pengeluran urin ini lebih sering

terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung

glukosa.

2. Timbul rasa haus (polidipsia) Polidipsia adalah rasa haus berlebihan

yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh
merespon untuk meningkatkan asupan cairan.

3. Timbul rasa lapar (polifagia) Pasien DM akan merasa cepat lapar dan

lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin

habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.

4. Penyusutan berat badan Penyusutan berat badan pada pasien DM

disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak

sebagai cadangan energi.

2.1.6 klafisikasi Klinis Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetus Melitus menurut American Diabetes

Association (2016) yaitu:

1. Diabetes tipe I

Karena kerusakan sel-b, biasanya mengarah pada kekurangan insulin

absolute, atau disebut kurangnya produksi insulin.

2. Diabetes tipe II

Karena hilangnya sekresi insulin secara progresif pada latar belakang

resistensi insulin. Kadar insulin yang tampak normal atau meningkat,

glukosa darah lebih tinggi pada pasien diabetes mellitus tipe II ini

akan diharapkan untuk menghasilkan nilai insulin yang lebih tinggi

dengan fungsi sel-b mereka normal. Dengan demikian, sekresi insulin

rusak pada penderita dan tidak cukup untuk mengkompensasi

resistensi insulin. Resistensi insulin mungkin meningkatkan dengan

penurunan berat badan atau pengobatan farmakologis hiperglikemia

tetapi jarang akan kembali kekeadaan normal.


3. Gestational diabetes mellitus (GDM) (diabetes didiagnosis pada detik

atau ketiga trismester kehamilan masih tidak jelas diabetes)

GDM adalah diabetes didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga

kehamilan yang tidak jelas juga diabetes tipe I atau tipe II.

4. Jenis diabetes spesifik karena penyebab lain

Diabetes terkait fibrosis kistik (CFRD/Cystic fibrosis–related diabetes)

adalah diabetes mellitus dengan status gizi yang lebih buruk, penyakit

paru-paru inflamasi yang lebih parah, dan kematian yang lebih besar.

Insufisiensi insulin adalah cacat utama di CFRD. Sel-B yang

ditentukan secara genetik fungsi dan resistensi insulin terkait dengan

infeksi dan peradangan dapat juga berkontribusi pada pengembangan

dari CFRD.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus

Pemeriksaan diagnostic untuk DM tipe II akan ditentukan hasil

pemeriksaan darah plasma puasa >126 mg/ 100 mL. ada juga peningkatan

hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) dengan kisaran >8 % merupakan tanda

dari terjadinya diabetes mellitus tipe II (Corwin, 2009 dalam Husyn, 2017).

Melakukan pemeriksaan gula darah yang sewaktu akan

menentukan hasil seseorang diabetes mellitus dengan teknik gula darah

sewaktu dengan nilai rendah <180 mg/dL, dan nilai tinggi >180 mg/dL

(Corwin, 2009 dalam Husyn, 2017).

Pasien dengan diabetes mellitus dapat juga dilakukan pemeriksaan

darah IGT (Impaired Glucose Tolerance) atau terjadinya kegagalan

toleransi darah dengan nilai plasma darah >126-200 mg/dL. Dan untuk
pemeriksaan IFT (Impaired Fasting Tolerance) atau disebut kegagalan

toleransi disaat berpuasa dengan nilai 110-140 mg/dL (WHO, 2016).

2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Perkeni (2015) langkah-langkah penatalaksanaan diabetes

melitus dimulai dari intervensi farmakologi sampai dengan intervensi non

farmakologi

1. Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan

dan latihan jasmanin (gaya hidup sehat). Terapi farmakologi terdiri dari

obat oral dan bentuk suntikan. Obat antihiperglikemia oral, berdasarkan

cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:

a. Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid

Sulfonilurea mempunyai efek utama memacu sekresi insulin oleh

sel beta pankreas. Sedangkan glinid merupakan obat yang cara kerjanya

sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi

insulin fase pertama. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post

prandial.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap insulin Metformin dan Tiazolidindion

(TZD)

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi gula

darah hati (gluoneogenesis), dan memperbaiki ambilan gula darah perifer.

Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus

diabetes melitus tipe 2. Sedangkan Tiazolidindion (TZD) merupakan

agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-

γ), suatu reseptor inti termasuk di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan jumlah protein

pengangkat glukosa, sehingga meningkatkan ambilan gula darah di

perifer. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung

(NYHA FC IIIIV) karena dapat memperberat edema/retensi cairan. Hati-

hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal

hati secara berkala. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah

pioglitazone.

c. Penghambat absorpsi gula darah

Penghambat Glukosidase Alfa, obat ini bekerja dengan

memperlambat absorbsi gula darah dalam usus halus. Sehingga

mempunyai efek memnurunkan kadar gula darah sesudah makan.

Penghambat glokosidase alfa tidak digunakan bila GFR≤30ml/min/1,73

m2, gangguan faal hati yang berat, irritable bowel syndrome.

d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)

Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim

DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam

konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk

meningkatkan ekresi insulin dan menekan sekresi glukagon yang

bergantung pada kadar gula darah atau glucose dependent.

e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co transportet)

Obat golongan pembhambat SGLT-2 merupakan obat

antidiabetes oral jenis baru yang menghambat reabsorpsi gula darah di

tubuli distal ginjal dengan cara menghambat transporter gula darah

SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini antara lain: canagliflozin,

empagliflozin, ipragliflozin.
2. Non Farmakologi

a. Program Diet

Menurut Yan Zheng (2018) bukti utama dari penelitian

observasional dan intervensi pada hubungan antara risiko DM tipe II dan

asupan nutrisi dan kelompok makanan, serta pola makanan, Diet yang

dimaksud dalam penatalaksanaan non farmakologi yaitu menjadi pola

dan porsi makan yang sesuai. Seperti yang mengandung lemak dan

karbohidrat berkualitas tinggi (yaitu,rendah trans asam lemak, asam

lemak tak jenuh ganda dan dengan indeks glikemik rendah dan glikemik).

b. Latihan Jasmani

Latihan fisik secara teratur merupakan saran strategi aktivitas fisik

yang penting dilakukan perawat praktisi gunakan dalam pengelolaan

diabetes. Panduan ini memberikan rekomendasi aktivitas fisik untuk

individu dengan diabetes, termasuk pengembangan resep aktivitas fisik.

Pertimbangan khusus untuk aktivitas fisik di Indonesia individu dengan

diabetes disediakan untuk penyakit organ target, diabetes tipe I, dan

diabetes tipe II. Salah satu aktifitas fisik yang disarankan yaitu senam

ergonomic dan senam aerobic. ADA (American Diabetes Association)

merekomendasikan minimal 150 menit per minggu latihan aerobik

intensitas sedang hingga kuat aktivitas bila memungkinkan (Martha,

2017).
2.1.9 Komplikasi Diabetes Melitus

Menurut Lotfy (2017) penyandang diabetes melitus memiliki risiko

tinggi terhadap komplikasi yang melibatkan banyak sistem tubuh berbeda.

Perubahan sistem kardiovaskuler, perubahan kadar gula darah, neuropati,

penyakit periodontal, peningkatan kerentanan terhadap infeksi sering kali

terjadi. Selain itu beberapa komplikasi dapat menyebabkan maslaah pada

kaki. Komplikasi dikategorikan berdasarkan sifatnya antara lain yaitu :

1. Komplikasi Diabetes Melitus Bersifat Akut

Komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh 2

hal, yaitu peningkatan dan penurunan kadar gula darah yang drastis.

Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera. Jika terlambat

ditangani, bisa menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang, hingga

kematian. Komplikasi diabetes melitus akut terbagi menjadi 3 macam,

yaitu:

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan

kadar gula darah secara drastis akibat tingginya kadar insulin

dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gula

darah, atau terlambat makan. Gejalanya meliputi penglihatan

kabur, jantung berdetak cepat, sakit kepala, tubuh gemetar,

keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah,

bahkan bisa menyebabkan pingsan, kejang, dan koma.

b. Ketosiadosis diabetik (KAD)

Ketoasidosis diabeteik adalah kondisi kegawatan medis

akibat peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah
komplikasi diabetes melitus yang terjadi ketika tubuh tidak dapat

menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar,

sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton

sebagai sumber energi. Jika tidak segera mendapat penanganan

medis, kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan zat asam yang

berbahaya di dalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi,

koma, sesak napas, atau bahkan kematian.

c. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)

Hyperosmolar hyperglycemic state Kondisi ini juga

merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit kencing

manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi akibat

adanya lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu

tertentu. Gejala HHS ditandai dengan haus yang berat, kejang,

lemas, gangguan kesadaran, hingga koma.

2. Komplikasi Diabetes Melitus Bersifat Kronis

Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara

bertahap saat diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar

gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan

meningkatkan risiko komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh

organ tubuh. Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit

diabetes melitus adalah:

a. Gangguan pada mata (retinopati diabeteik)

Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi

ini disebut retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan

kebutaan. Pembuluh darah di mata yang rusak karena diabetes


juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti katarak dan

glaukoma. Deteksi dini dan pengobatan retinopati secepatnya dapat

mencegah atau menunda kebutaan. Oleh karena itu, penderita

diabetes dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mata secara

teratur.

b. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)

Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan

pada ginjal disebut nefropati diabetik Kondisi ini bisa menyebabkan

gagal ginjal, bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani

dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan

cuci darah rutin atau transplantasi ginjal. Diagnosis sejak dini,

mengontrol glukosa darah dan tekanan darah, pemberian obat-

obatan pada tahap awal kerusakan ginjal, serta membatasi asupan

protein adalah cara yang bisa dilakukan untuk menghambat

perkembangan diabetes yang mengarah kepada gagal ginjal.

c. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)

Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak

pembuluh darah dan saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang

biasa disebut neuropati diabetik ini terjadi ketika saraf mengalami

kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula darah

maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya

saraf akan menyebabkan gangguan sensorik dengan gejala berupa

kesemutan, mati rasa, atau nyeri. Kerusakan saraf juga dapat

memengaruhi saluran pencernaan dan menyebabkan

gastroparesis. Gejalanya berupa mual, muntah, dan merasa cepat


kenyang saat makan. Komplikasi ini juga dapat menyebabkan

disfungsi ereksi atau impotensi pada pria. Sebenarnya, kerusakan

saraf bisa dicegah dan ditunda jika diabetes terdeteksi sejak dini.

Dengan demikian, kadar gula darah bisa dikendalikan dengan

menerapkan pola makan dan pola hidup sehat, serta mengonsumsi

obat sesuai anjuran dokter.

d. Masalah kaki dan kulit

Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum

terjadi jika mengalami komplikasi diabetes. Hal ini disebabkan oleh

kerusakan pembuluh darah dan saraf, serta terbatasnya aliran

darah ke kaki. Gula darah yang tinggi juga memudahkan bakteri

dan jamur berkembang biak. Terlebih jika adanya penurunan

kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri sebagai akibat dari

diabetes. Dengan demikian, masalah pada kulit dan kaki pun tak

dapat terelakkan. Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita

diabetes berisiko mudah luka dan terinfeksi sehingga menimbulkan

gangren dan ulkus diabetikum. Penanganan luka pada kaki

penderita diabetes adalah dengan pemberian antibiotik, perawatan

luka dengan benar, atau bahkan amputasi bila kerusakan jaringan

sudah parah.

e. Penyakit kardiovaskular

Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan

kerusakan pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan

gangguan sirkulasi darah di seluruh tubuh, termasuk jantung.

Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh


darah, meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan

penyempitan arteri (aterosklerosis). Mengontrol kadar gula darah

dan faktor risiko lainnya dapat mencegah dan menunda komplikasi

pada penyakit kardiovaskular. Selain kelima komplikasi di atas,

komplikasi diabetes melitus lainnya bisa berupa gangguan

pendengaran, melemahnya imunitas tubuh, penyakit Alzheimer,

depresi, serta masalah pada gigi dan mulut.


2.2 Konsep Awareness Training

2.2.1 Definisi Awareness Training

Menurut (2013) bahwa “Awareness Training (Pelatihan Kesadaran)

pencetusnya dan dikembangkan oleh Milliam Schutz. Model ini merupakan

suatu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran

manusia. Wiliam Schutz menekankan pentingnya pelatihan interpersonal

dan personal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman

individu)”. Ada empat tipe perkembangan yang dibutuhkan untuk

mrealisasikan potensi individu secara utuh yaitu :

1. Fungsi tubuh

2. Fungsi personal, termasuk didalamnya akuisisi pengetahuan dan

pengalaman, kemamapuan berfikir logis, kreatif dan integrasi

intelektual

3. Perkembangan interpersonal

4. Hubungan institusi-institutsi sosial, organisasi social, dan budaya

masyarakat. Oleh karena itulah, Schutz ingin mengembangkan model

pembelajaran untuk memenuhi dua dari keempat tipe perkembangan

tersebut, yaitu perkembangan interpersonal dan personal.

2.2.2 Tujuan Awareness Training

untuk meningkatkan pemahaman diri dan kesadaran akan perilaku

perang lain serta mampu meningkatkan pengetahuan yang lebih kreatif

sehinngga dapat membantu siswa mengembangkan perkembangan

pribadi dan sosialnya. Dari empat tipe dua tipe yang akan menjadi point

utama yaitu fungsi interpersonal dan personal, dimana proses pendidikan


sengaja diusahakan agar seseorang mampu memahami dirinya sendiri

dengan baik, sanggup memikul tanggung jawab untuk pendidikan dan

lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, selain itu

fungsi personal juga bertujuan memusatkan perhatian pada pandangan

seseorang dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif

sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab

atas tujuannya (Kartina, 2018)

2.2.3 Kelebihan Awareness Training

Menurut Kartina (2018) kelebihan training awareness yaitu :

1. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif pada keluarga

maupun pasien

2. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat pada keluarga maupun

pasien

3. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah yang

ada dalam diri individu

4. Meningkatkan belajar bekerja sama

5. Belajar berkomunikasi baik dengankeluarga maupun lingkungan

sekitar

2.2.4 Indikator Awareness Training

Menurut Ainul Uyui Taufiq (2017)

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran diri

3. Adanya harapan pada keluarga dalam melakukan perawatan

4. Adanya penghargaan dalam melakukan perawatan


5. Adanya kegiatan menarik dalam melakukan pembelajaran awarness

training.
2.3 Konsep Self Awareness

2.3.1 Definisi Self Awareness

Self awareness atau kesadaran diri adalah kemampuan untuk

mengenal atau memilah milih pada perasaan diri, memahami hal yang

sedang di rasakan dan mengetahui penyebab muncunlnya perasaan, serta

pengaruh perilaku individu terhadap orang lain. Dalam hidup ini, kesadaran

diri adalah perhatian yang berlansung ketika ketika seseorang memahami

keadaan internal dirinya. setiap manusia harus memahami betapa

pentingnya kesadaran diri. Kesadaran diri manusia tergolong dalam

beberapa dimensi yaitu body, mind, heart, and soul. Lima cara

mengembangkan Emotional Intelligence yaitu kesadaran diri, motivasi

pribadi, pengaturan diri sendiri, empati, dan kemampuan bersosialisasi.

Setelah manusia memahami tentang kesadaran diri, maka pengenalan

terhadap diri sendiri menjadi lebih efisien yang akan melahirkan konsep diri

yang baik dan positif serta menghasilkan harga diri yang kuat dan

kepercayaan yang tinggi (Della Adelia, 2016).

Ada beberapa cara untuk mengenal diri sendiri yaitu analisa diri,

melalui pengamatan orang lain, ada bersama orang lain, dan variasi

pengalaman hidup. Orang yang semakin baik mengenal dirinya

mempunyai gambaran yang jelas tentang dirinya. Namun setidaknya ia

telah mengetahui apa kelebihan dan kekurangannya, mengetahui

keinginan-keinginannya, perasaanya, potensi-potensi yang berkaitan

dengan dirinya bahkan kondisi psikis dan fisiknya. Setelah manusia

mengenal dirinya, maka tahap yang selanjutnya adalah pengungkapan

diri dimana seseorang mengijinkan orang lain mengetahui tentang


perasaan, pikiran dan keinginannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengungkapan diri adalah besar kecilnya kelompok, 2 perasaan suka,

timbal balik, kepribadian, dan topik tertentu. Melalui pengungkapan diri,

seseorang bisa mengatasi masalah, memudahkan penerimaan diri, dan

efisiensi komunikasi. Namun, terdapat juga beberapa resiko seperti

penolakan pribadi, kerugian material, dan kesulitan pribadi (Della Adelia,

2016).

2.3.2 Aspek-Aspek Self awareness

Solso 2013 (dalam Novianti Kartika Dewi, 2017) mengungkapkan

aspek-aspek utama dalam kesadaran diri meliputi atttention,

wakefulness, architecture, recacal of knowledge, dan emotive. Aspek-

aspek tersebut merupakan upaya untuk mengurangi variansi dalam

pendefinisian pengalaman subjektif yang kita sebut dengan kesadaran.

Dari kelima aspek tersebut, ada satu aspek yakni arsitektur yang terlibat

dalam proses fisiologis. Aspek-aspek lainnya terlibat dalam proses-proses

psikologis, semua aspek-aspek ini saling berhubungan antar satu sama

lain dalam menggambarkan kesadaran diri.

1. Atensi, perhatian (Attention)

Kesadaran diri individu yang diarahkan dengan memusatkan

sumber daya mental ke hal hal eksternal maupun internal terhadap

kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya sendiri maupun orang di

sekitarnya. Individu juga dapat mengalihkan perhatian ke dalam diri

dan merenungkan pikiran-pikiran pribadi, memori-memori, dan citra-

citra visual saat sadar dengan keadaan yang sedang dialaminya

sehingga kesadaran diri akan membentuk. Misalnya, pada saat ini


anda bisa saja menghadirkan bayangan seorang tokoh ternama

dalam pikiran anda. Hal ini adalah merupakan kemampuan untuk

menghadirkan pikiran-pikiran sadar dan memori-memori proses dari

masa lalu anda, yang merupakan suatu sistem kerja yang bekerja

bersama-sama dengan proses recall pengetahuan.

2. Kesiagaan, keterjagaan (Wakefulness)

Kesiagaan merupakan suatu kondisi mental yang dialami

seorang sepanjang hidupnya, atau setiap hari. Kesadaran individu

yang siaga dengan kejadian-kejadian yang di alaminya dengan

terpengaruh oleh perhatiannya kepada suatu kejadian tersebut.

3. Arsitektur (Architecture)

Aspek struktur fisiologis, dimana kesadaran bukanlah sebuah

proses tunggal yang dilakukan oleh sebuah neuron tunggal,

melainkan dipertahankan melalui sejumlah proses-proses neorologis

yang diasosiasikan dengan interprestasi terhadap fenomena sensorik,

sematik, kognitif, dan emosional, yang ada secara fisik maupun

secara imajinatif. Tindakan-tindakan tersebut tampaknya berlangsung

otomatis sebagai hasil dari pengalaman. Tindakan-tindakan lain

memerlukan intervensi sadar dan kompleks.

4. Mengingat pengetahuan (Recall Of Knowledge)

Proses pengambilan informasi tentang pribadi yang

bersangkutan dan dunia disekelilingnya. Kesadaran memampukan

manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui proses recall

dan rekognisi terhadap informasi mengenai diri pribadi dan mengenai

dunia ini. Kesadaran diri ini memiliki tiga komponen antara lain:
a. Pengetahuan diri (Self Knowledge)

Pengetahuan diri adalah pemahaman tentang informasi jati

diri pribadi seseorang, individu akan sadar dengan dirinya sendiri,

bahwa individu memiliki kekurangan serta kelebihan, serta dalam

kesehariannya individu sadar hal tersebut adalah dirinya.

b. Pengetahuan tentang dunia (World Knowledge)

Pengetahuan tentang dunia adalah individu mengingat

sejumlah fakta dari memori jangka panjang.Apa yang sudah

individu lihat, baca, maupun dengar akan selalu muncul secara

spontan saat ia berhadapan dengan situasi yang berhubungan

dengan hal-hal yang sudah di ketahuinnya sebelumnya.

Kesadaran akan tanggung jawab dapat terbentuk dengan

mengingat peristiwa-peristiwa di luar dirinya.

c. Aktivasi pengetahuan (Activation Of Knowledge)

Seorang individu menyadari tindakan-tindakan orang lain.

Kesadaran akan kejujuran individu akan terbentuk dengan melihat

orang lain sebagai contohnyata. Individu akan belajar bagaimana

membentuk suatu kesadaran diri dalam dirinya melalui orang lain.

5. Emosi (Emotive)

Suatu kondisi sadar, yang biasanya dianggap sebagai suatu

bentuk perasaan atau emosi (berbeda dengan pikiran atau presepsi).

Emosi ditimbulkan oleh kondisi-kondisi internal saat individu

merespon peristiwa-peristiwa eksternal.


a. Kebaruan (Novelty)

Kecenderungan kesadaran untuk mengambil suatu

keputusan yang kreatif dan inovatif, dalam menghadapi kejadian-

kejadian dalam hidup tanpa mengurangi pengetahuannya yang

sudah ada.

b. Kemunculan (Emergency)

Kesadaran berkaitan dengan pemikiran-pemikiran pribadi

dan internal, proses mengelola informasi yang terdapat dalam diri

sendiri dan mampu merefleksikan informasi yang di tangkap.

Proses ini menimbulkan setidaknya impresi fenomenologis bahwa

kesadaran muncul dari aktifitas otak.

c. Selektivitas (Selectivity) dan Subjektivitas (Subjectivity)

Kesadaran individu secara konstan akan memilih sangat

sedikit pikiran pada setiap waktu, namun pikiran-pikiran itu akan

berubah secara cepat akibat aspek merupakan hal yang paling

utama dalam self awareness, dari aspek-aspek ini individu dapat

mengetahui sejauh mana individu itu sudah mengembangkan self

awarenessdalam kehidupannya agar dalam hidup bersosialisasi

bisa aware terhadap diri sendiri maupun orang sekitar (Maristela,

2017).

2.3.3 Bentuk-Bentuk Self Awareness

Menurut Baron dan Byrne tokoh psikologi sosial dalam jurnal

penelitin (Raden Intan Bandar, 2016) mengatakan bahwa sel awareness

memiliki beberapa bentuk diantaranya self awareness subjektif, self

awareness objektif, dan self awarenes simbolik.


1. Self awareness subjektif adalah kemampuan organisme untuk

membedakan dirinya dari lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam

hal ini seseorang di sadarkan tentang siapa dirinya dan statusnya

yang membedakan dirinya dengan orang lain. Ia harus sadar bahwa

siapa dia dimata orang-orang di sekitarnya. Dan bagaimana ia harus

bersikap yang membuat orang bisa menilai orang tersebut bisa

berbeda denganyang lainnya.

2. Self awareness objektif adalah kapasitas organisme untuk menjadi

objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan

mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat.

3. Self awareness simbolik adalah kemampuan organisme untuk

membentuk sebuah konsep abstrak dari diri melalui bahasa

kemampuan ini membuat organisme mampu untuk berkomunikasi,

menjalin hubungan, menentukan tujuan mengevaluasi

hasil dan membangun sikap yang berhubungan dengan diri dan

membelanya terhadap komunikasi yang mengancam.

2.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi self awareness

Menurut jurnal penelitian (Raden Intan Bandar, 2016) faktor faktor

yang mempengaruhi self awareness yaitu dorongan yang datangnya dari

dalam diri manusia yaitu, pengetahuan,kesadaran dan kemauan untuk

berbuat lebih baik. Dorongan juga bisa datangnya dari luar yaitu perintah,

larangan , pengawasan, pujian, dan ancaman.

1. Diri sendri

Kesadaran yang berasal dari dalam diri sendiri, maka apapun usaha

yang dilakukan oleh orang lain akan sia sia.


2. Keluarga

Keluarga sangat mempengaruhi terhadap perkembangan kepribadian

selanjutnya.

2.3.4 Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Self Awareness

Goleman (2003) dalam jurnal penelitian (Putri Rahma 2019)

menyebutkan ada tiga kecakapan utama dalam kesadaran diri, yaitu:

1. Mengenali emosi; mengenali emosi diri dan pengaruhnya. Orang

dengan kecakapan ini akan:

a. Mengetahui makna emosiyang sedang mereka rasakan dan

mengapa terjadi.

b. Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang

mereka pikirkan.

c. Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi

kinerja.

d. Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai

dan sasaran-sasaran mereka.

2. Pengakuan diri yang akurat; mengetahui sumber daya batiniah,

kemampuan dan keterbatasan ini. Orang dengan kecakapan ini

akan :

a. Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

kelemahannya.

b. Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman,

terbuka bagi umpan balik yang tulus, perspektif baru, mau

terus belajar dan mengembangkan diri.


c. Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang

diri sendiri dengan perspektif yang luas.

3. Kepercayaan diri; kesadaran yang kuat tentang harga diri dan

kemampuan diri sendiri. Orang dengan kemampuan ini akan:

a. Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan

“keberadaannya”.

b. Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan

bersedia berkorban demi kebenaran.

c. Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam

keadaan tidak pasti.

Pada ciri-ciri lebih menekankan bahwa orang yang memiliki self

awareness dapat mengenali emosi yang ia rasakan maupun emosi orang

lain serta mengetahui kemampuan dan keterbatasan yang ia miliki

(Maristela, 2017).

2.3.5 Indikator Self Awareness

Indikator-indikator sel awareness menurut jurnal penelitian

(Maristela, 2017) dikembangkan dari pengertian, kerangka kerja, manfaat

dan fungsi yang dikemukakan di atas. Indikator-indikator self awareness

yaitu:

1. Mengenali perasaan dan perilaku diri sendiri.

Mengenali perasaan dan perilaku diri sendiri artinya mengetahui

perasaan yang dirasakan diri sendiri dan mengetahui perilaku diri

yang dilakukan.
2. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri artinya

mengetahui kelebihan yang dimiliki dan kekurangan yang dimiliki.

3. Mempunyai sikap mandiri.

Mempunyai sikap mandiri artinya mampu melakukan segala

sesuatunya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain.

4. Dapat membuat keputusan dengan tepat.

Dapat membuat keputusan dengan tepat artinya mampu untuk

mempertimbangkan dan membuat langkah-langkah yang tepat dalam

permasalahan.

5. Terampil dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat dan

keyakinan.

Terampil dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat

dan \keyakinan artinya mampu untuk berpendapat yang berdasarkan

pada pikiran, perasaan dan keyakinan diri sendiri.

6. Dapat mengevaluasi diri.

Dapat mengevaluasi diri artinya mampu memeriksa dan

mengoreksi kembali terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan.


2.4 Konsep Peran Keluarga

2.4.1 Definisi Peran Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan dalam diri individu atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi

satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan (Ulfahmi Azmawi Zainul 2018). Keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah dan

keadaan saling ketergantungan (Sutikno, 2017).

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga

merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,

dan sosial dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam

unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota

keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan

menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

2.4.2 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga Menurut ulfahmi azmawi (2010) fungsi keluarga

dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,

memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga


2. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan

menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta

memberikan status pada anggota keluarga.

3. Fungsi Reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama

beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat

4. Fungsi ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi

efektifnya

5. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik-makanan,

pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan

2.4.3 Bentuk Keluarga

Menurut Uchira (2018) berbagai bentuk keluarga di klasifikasikan

menjadi bentuk keluarga tradisional dan non tradisional tipe bentuk

keluarga diuraikan sebagai berikut :

1. Keluarga Tradisional

a. Keluarga inti (nuclear family) merupakan suatu keluarga yang

tinggal dalam satu rumah dimana keluarga pada pernikahannya

pertama, keluarga orang tua tiri dan keluarga adopsi

b. Pasangan inti (nuclear dyad) merupakan keluarga suami dan istri

tinggal serumah tanpa anak atau tanpa keluarga yang lain tinggal

bersama

c. Keluarga orang tuatunggal (single parent family) suatu keluarga

yang terdiri dari satu orang tua dikepalai oleh satu orang wanita

atau pria sebagai akibat penceraian, penelantaran atau meninggal

dunia
d. Dewasa lajang yang tinggal sendiri di keluarga (single adult living

alone)

e. Tiga generasi (three generation extended family) merupakan salah

satu bentuk keluarga No.1 sampai dengan No.4 (kumpul keluarga

inti, dual earber, dual career, pasangan inti dan keluarga orang tua

tunggal yang tinggal dalam satu rumah).

f. Pasangan usia pertengahan atau lansia (middle aged or elderly

couple) suami sebagai pencari nafkah, istri di rumah dengan anak-

anak yang kuliah, bekerja bahkan menikah yang tinggal dalam

satu rumah

g. Jaringan kekerabatan yang luas (extended kin network)

merupakan dua rumah tangga inti atau lebih dari kerabatan dekat

dengan anggota keluarga yang belum menikah tinggal berdekatan

dan bekerja sama dalam system pertukaran timbal balik barang

dan jasa.

2. Bentuk Keluarga Nontradisional

a. Keluarga dengan orang tua yang tidak pernah menikah dan anak

(unmarried parent and child family) biasanya ibu dan anak yang

tinggal serumah

b. Keluarga pasangan yang tidak menikah dan mempunyai anak tinggal

serumah (unmarried couple and child family) biasanya pernikahan

berdasarkan kesepakatan antara dua bela pihak

c. Keluarga homoseksual (chabiting couple) pasangan yang tinggal

bersama tanpa menikah


d. Keluarga (gay/lesbian family) merupakan individu yang berjenis

kelamin yang sama tinggal serumah layaknya pasangan menikah

e. Augmented family merupakan rumah tangga yang terdiri atas keluarga

inti atau keluarga orang tua tinggal bersama dengan satu individu yang

tidak memiliki hubungan darah atau lebih

f. Keluarga komuni (commune family) merupakan rumah tangga yang

terdiri atas lebih dengan satu pasangan monogami dengan anak saling

berbagi fasilitas yang sama, sumber daya dan pengalaman

g. Keluarga asuh (foster family) merupakan rumah tangga yang terdiri

satu orang tua atau dua orang tua dengan anak asuh dan terdapat

juga anak kandung dari orang tua tersebut

2.4.4 Struktur Keluarga

Struktur Keluarga Struktur keluarga oleh Ulfahmi (2018) di

gambarkan sebagai berikut :

1. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila

dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai

dan kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin

mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta

meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan

mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila

tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu

hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi

keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak


jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai.

Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat

negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

a. Karakteristik pemberi pesan :

1) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

3) Selalu menerima dan meminta timbal balik.

b. Karakteristik pendengar

1) Siap mendengarkan

2) Memberikan umpan balik

3) Melakukan validasi

c. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran

bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi

individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.

d. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.

Struktur nilai dan norma.

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang

mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan

norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan

sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan

masyarakat sekitar keluarga.


1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar

atau tidak dapat mempersatukan anggota keluarga

2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga

3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,

dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan

masalah

2.4.5 Peran Keluarga

Menurut kemenkes (2016) peran keluarga dan masyarakat sangat

penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualita hidup lannsia,

yaitu melalui perubahan perilaku ke arah perilaku hidup bersih dan sehat

dalam tatanan kelarga dan masyarakat, perbaikan lingkungan seperti

fisik, biologis, social budaya, ekonomi. Membantu menyelenggarakan

yankes seperti: promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif. Dan ikut dalam

proses kontrol dan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagi lansia. Selain

itu, yang terpenting dari pelayanan kesehatan itu sendiri adalah

kesadaran dari setiap individu untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan

hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin.

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting

dalam perawatan dan kelangsungan hidup lansia kea rah yang lebih baik,

salah satunya mempertahankan dukungan keluarga terhadap perubahan

fisiologis pada lansia. Dukungan keluarga yang adekuat akan

menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia (Rahayu, 2016).


2.1.1 Dukungan Keluarga

Dikutip dari Friedman (2010) dukungan keluarga adalah segala

bentuk penerimaan, baik berupa sikap maupun tindakan oleh keluarga

kepada seseorang yang sedang sakit. Bentuk dukungan keluarga

menurut Friedman (2010) antara lain:

1. Dukungan penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada seseorang untuk

memahami masalah skizofrenia, sumber/stressor dan strategi koping

untuk menghadapi masalah yang muncul. Menilai seorang dalam

keluaga dengan ekspresi positif. Ia memiliki teman yang dapat diajak

bicara tentang masalahnya, ekspresi pengharapan posittif individu

kepada individu lain, motivator, curahan perasaan dan ide-ide

mereka. Dukungan tersebut mampu memberikan tambahan strategi

koping enderita sesuai dengan pengalaman yang positif yang dimiliki.

2. Dukungan instrumental

Meliputi dukungan fisik seprti pelayanan bantuan material dan

finansial berupa bantuan nyata (instrumental support material

support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis, termasuk didalamnya bantuan

langsung, seperti saat seorang memberi atau meminjamkan uang,

membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, penyediaan

transportasi, menjaga dan merawat sakit (fisik maupun mental). Hal

ini akan sangat bermanfaat baik jika dukungannya mampu

mengurangi masalah skizifrenia dalam keluarga


3. Dukungan informasional

Dukungan informasional meliputi jaringan komunikasi dan

tanggung jawab bersama (termasuk dalam membantu penyelesaian

masalah, bimbingan, arahan, saran dan nasehat serta umpan balik

terkait hal yang dilakukan seseirang). Keluarga menyarankan untuk

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga dalam hal

keluarga berfungsi sebagai penyedia informasi untuk anggota

keluarga.

4. Dukungan emosional

Dengan memberikan dukungan emosional pada anggota keluarga

dengan skizofrenia, maka akan terbentuk rasa empati, perasaan

dihargai, dicintai, kebersamaan, kenyamanan, rasa percaya diri dan

keluarga berfungsi sebagai penyedia tempa untuk tinggal ( Agung,

2018).

Anda mungkin juga menyukai