Anda di halaman 1dari 14

PEMIMPIN YANG ISLAMI

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Di susun oleh :
Nama : Riris Ristiyani
Nim : 30901900190
Dosen : Dr. H. Achmad Sulchan, SH. MH

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemimpin merupakan seseorang yang telah dipercayai banyak orang
bahwa ia dapat mengemban amanah dan dapat mencapai tujuan tertentu yang
sesuai dengan agama Allah SWT. Selama kepemimpinan di pegang dan
dikendalikan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, tentu akan
menghasilkan hasil yang sesuai dengan harapan dan mampu membawa
pwngikutnya ke arah yang lebih baik..
Seiring berkembangnya zaman, banyak orang menyalahartikan tentang
pemimpin yang baik untuk memimpin mereka. Turut prihatin melihat
kepemimpinan di negara ini yang dari cara pemilihannya pun tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam. Selain dengan tahapan yang lama, pemilihan
pemimipin di era modern ini diwarnai dengan banyak kecurangan. Satu
diantaranya yaitu dengan melakukan suap kepada masyarakat untuk
memilihnya dengan imbalan uang. Baik pemberi maupun penerima suap tentu
akan menerima sanksi dari Allah SWT. Terlebih lagi pada kasus pemimpin
yang kafir namun menyebut dirinya lebih baik dari orang mukmin. Lebih
parahnya lagi mereka menyebut bahwa isi Al Quran salah mengenai
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mukmin(beragama Islam) dan
bukan orang kafir( tidak beragama Islam).
Oleh karena itu, penting rasanya mengetahui bagaimana pemimpin
yang baik dan amanah, serta dapat di jadikan teladan yang baik. Pemimpin
merupakan ujung tombak dalam sebuah organisasi, sehingga pemimpin yang
amanah dan berkualitas sangat di butuhkan. Sesuai dengan petunjuk Allah
SWT, di dalam Al Quran telah disebutkan bagaimana memilih pemimpin
yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Dan tentunya sesuatu yang
bersumber dan di landaskan pada Al Quran akan membawa dampak yang baik
untuk kita semua.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pandangan Islam terhadap kepemimpian?

2. Bagaimana karakteristik pemimpin menurut Islam yang dapat mewujudkan


kesejahteraan?

3. Bagaimana menjadi pemimpin yang baik dengan meneladani akhlak


kepemimpinan Rasul? 
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam Terhadap Kepemimpinan

Kepemimpinan sering disalahartikan dengan hal-hal yang berbau


kesenangan, kesewenang-wenangan, dan kebebasan memerintah.
Kepemimpinan bukanlah berbuat kesewenang-wenangan memerintah,
melainkan kewenangan melayani demi terwujudnya suatu tujuan.
Kepemimpinan mencakup pengorbanan, kerja keras, tanggung jawab terhadap
pikiran, sikap, dan perilakunya.

Imam dan Khalifah adalah dua istilah yang digunakan Al Quran untuk
menunjuk “pemimpin”. Kata Imam terambil dari kata ammayaummu, yang
berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Kata Khalifah berakar kata
khalafa, yang pada mulanya berarti “di belakang”, seringkali juga diartikan
“pengganti” karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang
sesudah yang digantikannya. (Rivai, 2009: 112).

Dalam tafsirnya At-Tabrasi mengemukakan bahwa kata imam dan


khalifah berarti sama. Imam yang berarti keteladanan yang mengandung arti
“depan”, sedangkan khalifah yang mengendung arti “belakang”. Hal ini dapat
diartikan bahwa seorang pemimpin sekalinya di depan dapat dijadikan
penunjuk, panutan, dan contoh. sedangkan kata “belakang” dapat diartikan
bahwa seorang pemimpin harus mampu mendorong serta mengerti kemauan
dan kemampuan orang-orang yang dipimpinnya. (Rivai, 2009: 113).

Dari banyaknya definisi kepemimpinan di atas, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
memengaruhi orang lain supaya mau bekerjasama di bawah arahannya untuk
mencapai tujuan tertentu dengan berlandaskan Al Quran dan Hadist.
Sehubungan dengan pemimpin, terlebih dahulu Allah SWT telah
menyebutkannya dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 30, yaitu sebagai
berikut.

ً‫ض َخ لِ َيف ة‬ ِ ‫ك لِ ْل م اَل ئِ َك ِة إِ يِّن ج‬


ِ ‫اع ٌل يِف ا أْل َ ْر‬ َ َ َ‫َو إِ ْذ ق‬
َ َ ُّ‫ال َر ب‬
Artinya: Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.

Dalam firman Allah SWT tersebut tidak sekedar menunjuk pada para
khalifah saja, tetapi juga pada penciptaan Allah yang disebut sebagai manusia
untuk menjaga dan menyejahterakan bumi. Manusia diberi tugas untuk
mengajak pada kebaikan dan meninggalkan keburukan, atau amar ma’ruf nahi
mungkar. Manusia samata mata hidup dengan menjalankan perintah Allah
SWT dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surat Al A’raaf ayat 69, menerangkan


bahwa Allah telah memberikan peringatan melalui khalifahnya serta
menerangkan bahwa segala amalan akan dimintai pertanggungjawaban.

ْ ‫أ ََو َع ِج ْب تُ ْم أ‬
ُ ‫َن َج اءَ ُك ْم ِذ ْك ٌر ِم ْن َر ب‬
‫ِّك ْم َع لَ ٰى َر ُج ٍل ِم ْن ُك ْم‬

ٍ ُ‫ َو اذْ ُك ُر وا إِ ْذ َج َع لَ ُك ْم ُخ لَ َف اءَ ِم ْن َب ْع ِد َق ْو ِم ن‬Aۚ ‫لِ ُي ْن ِذ َر ُك ْم‬


‫وح َو َز َاد ُك ْم يِف‬

َ ‫ فَ اذْ ُك ُر وا آ اَل ءَ اللَّ ِه لَ َع لَّ ُك ْم ُت ْف لِ ُح‬Aۖ ً‫ا خْلَ ْل ِق بَ ْس طَ ة‬


‫ون‬

Artinya:

Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu


peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk
memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu
Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah
lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan
perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.

Karena setiap perbuatan akan selalu dipertanggungjawabkan, pemimpin


akan bertindak hati-hati terhadap segala ucapan, tindakan, bahkan peraturan-
peraturan yang dibuatnya. Seorang pemimpin juga harus mampu berlaku adil
terhadap semua orang tanpa memandang status, ras, agama, maupun kekayaan.

Selanjutnya, seorang pemimpin yang bijaksana harus memiliki empat


sifat berikut: 1. Ash-Shidq, yaitu jujur dalam berucap, bertindak, dan berjuang
dalam melaksanakan tugasnya.

2. Al-Amanah, yaitu sikap dapat dipercaya dapat mengemban amanah yang


diberikan kepadanya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak.

3. Al-Fathonah, yaitu kecerdasan dalam menghadapi masalah yang muncul dan


mengatasi maupun menyelesaikannya.

4. Al-Tabligh, yaitu menyampaikan amanah dengan jujur, bertanggung jawab,


dan apa adanya.

Dengan dimilikinya keempat sifat kepemimpinan tersebut, diharapkan


pemimpin yang terpilih merupakan pemimpin yang amanah, bertanggung
jawab dan mau mendengarkan bawahan/pengikut/rakyat.
Masyarakat/bawahan diharapkan pula dapat berperan aktif dalam setiap
kegiatan maupun program yang diadakan oleh pemimpin. Sehingga dapat
terwujud masyarakat yang makmur dan sejahtera.
B. Karakteristik Pemimpin Menurut Islam Yang Dapat Mewujudkan
Kesejahteraan

Pemimpin yang bijaksana akan menjadi teladan bagi para pengikutnya,


mampu mendorong dan mengerti kebutuhan pengikutnya. Namun tentu tidak
mudah menemukan pemimpin yang demikian. Oleh karena itu penting bagi
kita mengetahui pemimpin yang bijaksana yang tentunya akan mengarahkan
kita kepada ridho Alllah dan tercapainya tujuan serta terwujudnya
kesejahteraan.

Seorang peneliti, Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah


menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk
kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan dalam kedudukannya saebagai pengawas (supervisory ability)


atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar menanajemen, terutama pengarahan dan
pengawasan pekerjaan orang lain.

2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung


jawab dan keinginan sukses.

3) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir.

4) Ketegasan (decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan-


keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.

5) Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan


untuk menghadapi masalah.

6) Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,


mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau
inovasi. (Handoko, 2015: 295)
Dari uraian sifat-sifat pemimpin yang diuraikan oleh Edwin Gliselli
tersebut hanya tampak pemimpin yang mengurus persoalan duniawi saja tanpa
menyelipkan unsur-unsur agama sedikit pun. Padahal pada hakikatnya
kehidupan duniawi hanyalah sementara dan dimaksudkan sebagai bekal
kehidupan akhirat. Sedangkan kehidupan akhirat kekal selama-lamanya. Oleh
karena itu, penting rasanya menjalankan segala pekerjaan berlandaskan Al-
Quran dan Hadist, termasuk juga memilih pemimpin yang mukmin. Hal ini di
sebutkan Allah SWT di dalam surat QS Al-Baqarah ayat 2.

Firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 2

ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِك تَ اب اَل ر ي‬ ِ
َ‫ ُه ًد ى ل ْل ُم تَّ ق ني‬Aۛ ‫ ف يه‬Aۛ ‫ب‬
َ َْ ُ َ ‫َٰذ ل‬

Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa.

Untuk memimpin dibutuhkan orang-orang pilihan yang telah memiliki


iman, akhlaq, kompetensi dan kemampuan yang cukup. Sesuai dengan
penjelasan Al- Quran hendaklah memilih pemimpin yang mukmin. Adapun
ciri/karakteristik pemimpin menurut Islam:

1. Menjunjung tinggi nilai kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.

2. Senantiasa berpegang teguh pada syariat dan akhlak Islam.

3. Dapat dipercaya dalam memegang amanah.

4. Memiliki kemampuan dan kompetensi di bidangnya dan berpengetahuan


luas.

5. Disiplin, konsisten, bertanggung jawab, konsekuen.

6. Terbuka terhadap kritik orang lain.


7. Kreatif , inovatif, dan inspiratif.

Pemimpin yang demikian akan menjadi idaman banyak masyarakat


yang mendambakan sosok pemimpin yang bijaksana dan agamis. Sosok
pemimpin inilah yang akan mampu membawa pengikutnya untuk mencapai
tujuan bersama- sama dan mewujudkan kesejahteraan tanpa mengabaikan
unsur keagaamaan. Hal inilah yang tentunya akan semakin mendekatkan diri
kepada sang Maha Pencipta. Bukan hanya keberhasilan duniawi yang didapat,
tetapi juga menuju kebahagiaan akhirat.

C. Pemimpin yang Baik dengan Meneladani Akhlak Kepemimpinan Rasul 


Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang baik. Di dalam Al
Quran dan Hadist pun diungkapkan bahwa beliau memiliki akhlak terpuji dan
patut dijadikan teladan umat manusia. Beliau di utus ke dunia dengan
membawa tugas Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia.

َ ُ ُ ‫إ َّن َما ُبع ِْث‬


ِ ‫ار َم األ ْخ‬
‫الق‬ ِ ‫ت أل َت ِّم َم َم َك‬ ِ
Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam
kitab syu’bil Iman dan Hakim).
Nabi Muhammad SAW lahir, tumbuh, dan menjadi dewasa di tanah
Arab Jahilliah yang memiliki akhlak buruk. Masyarakat tersebut suka minum-
minuman keras, berjudi, berbuat zina, dan menyembah berhala yang sangat
jauh dari kebenaran Allah. Namun, di lingkungan yang seperti itu tak
membuat Nabi Muhammad SAW tumbuh menjadi manusia yang berakhlak
rendah. Kanyataannya Nabi Muhammad SAW tidak hanyut dalam arus
kesesatan, namun beliau justru memiliki kepribadian yang jauh bertolak
belakang.
Allah telah memenuhi janji-Nya untuk menyempurnakan seorang
manusia untuk menjadi rasul dengan kepribadian yang sempurna yang di
kenal dengan sifat wajib rasul. 1. Shiddiq (Benar)
Yang berarti bahwa Nabi Muhammad SAW mencintai dan berpihak pada
kebenaran yang datang dari Allah SWT, sehingga seluruh pikiran, sikap, dan
emosi yang ditampilkan dalam perilaku, ucapan (sabda) dan diamnya beliau
merupakan sesuatu yang pasti benar. 2. Amanah (Terpercaya)
Sifat ini berarti bahwa Rasulullah SAW merupakan seseorang yang dapat
dipercaya, kerena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan
sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan
sesuatu yang seharusnya di sampaikan.
3. Tabligh (Menyampaikan)
Sifat ini sejalan dengan sifat amanah, meskipun yang dimaksud terutama
sekali bukan terpercaya, tetapi memiliki kemampuan dalam menyampaikan
atau mendakwahkan wahyu dari Allah SWT, sehingga jelas maksudnya dan
dapat dimengerti.
4. Fathonah (Cerdas)
Sifat ini berarti Allah SWT pasti membekali Rasulullah SAW dengan tingkat
kecerdasan yang tinggi.
5. Maksum (Bebas Dosa)
Sifat ini berarti Rasulullah SAW merupakan seseorang yang berakhlak mulia,
yang tidak dapat dan tidak mungkin ditipu dan disesatkan setan yang terkutuk.
(Nawawi, 2001: 273)
Seorang pemimpin harus mengutamakan dan mempercayai kebenaran
yang datang dari Allah SWT, dapat dipercaya dalam mengemban amanah,
menyampaikan, dan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang luas di
bidangnya. Pemimpin juga diharapkan memiliki sifat maksum. Sebagai
manusia biasa, tentu tidak terlepas dari salah dan dosa. Namun, seorang
pemimpin seharusnya mampu menata hati, pikiran, lisan, dan tindakannya,
agar tidak mudah terjerat oleh tipuan setan.
Akhlak/ karakteristik yang menonjol dari kepemimpinan Rasulullah
adalah kejujurannya. Kejujuran adalah kunci untuk membangun kepercayaan
dari seorang pemimpin.
Kejujuran adalah keselarasan antara pikiran, ucapan, dan
perbuatannya. Tentu saja bukan hal mudah membuat orang lain peracaya
kepada kita. Namun dengan melihat kejujuran yang kita miliki, orang-orang
akan mudah percaya dengan kita. Namun alangkah baiknya jika kita
menggunakan kepercayaan orang lain dengan sebaik-baiknya. Peribahasa
mengatakan “Gajah di depan mata tak tampak, semut di seberang pulau
tampak”. Sekali kesalahan akan terlihat di banding seribu kebaikan. Karena
itulah sekali saja kita berbuat keburukan, bahkan ingkar janji selamanya
orang-orang tidak akan percaya kepada kita. Untuk itu jujur sangat dibutuhkan
dalam memimpin umat.
Firman Allah SWT dalam Al-Ahzah: 21.

َ ‫ُس َو ةٌ َح َس نَ ةٌ لِ َم ْن َك‬
‫ان َي ْر ُج و‬ ِ ِ
ْ ‫ان لَ ُك ْم يِف َر ُس ول اللَّ ه أ‬
َ ‫لَ َق ْد َك‬

‫اللَّ هَ َو الْ َي ْو َم ا آْل ِخ َر َو ذَ َك َر اللَّ هَ َك ثِ ًري ا‬


Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab:
21)
Telah ada suri tauladan yang baik yang patut kita jadikan contoh.
Sehingga akhlak Rasulullah pantas dijadikan materi pembelajaran dalam
berbagai jenjang pendidikan, mengingat betapa pentingnya penanaman sifat
terpuji ini. Dengan adanya materi pembelajaran ini di berbagai jenjang
pendidikan, diharapkan para pelajar telah mengetahui sifat-sifat terpuji yang
dapat diteladani sedari kecil. Para pelajar yang telah dibekali dengan sifat ini
diharapkan mampu menjadi pribadi yang berakhlak terpuji ketika dewasa
nanti dan mampu menjadi penerus bangsa yang berakhlak mulia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi


orang lain supaya mau bekerjasama di bawah arahannya untuk mencapai
tujuan yang di ridhoi Allah SWT. Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mukmin. Pemimpin ini harus memiliki sifat-sifat yang dapat
diteladani dari Nabi Muhammad SAW yaitu sidiq, amanah, tabligh,
fathonah, dan maksum. Kunci untuk membangun kepercayaan seorang
pemimpin adalah kejujurannya. Dengan terpenuhinya sifat-sifat ini
diharapkan pemimpin baru kita dapat membawa kita kepada kesejahteraan
dunia, dan kebahagian akhirat.

B. Saran
Semoga kita bisa menjadi pemimpin yang bijaksana terutama
memimpin bagi diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin dan Veithzal Rivai. 2009. Islamic Leadership. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Handoko T Hani. 2015. Manajemen.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 2001. Kepemimpinan menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai