Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TROPIS

Oleh

Nama : Fitra Indriyani Embisa

NPM : 1420118074

Prodi : Keperawatan

Kelas : Pagi

Semester : V (Lima)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES MALUKU HUSADA

AMBON 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Penyakit Lepra/kusta”. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai gangguan sistem integumen terutama pada
penyakit lepra/kusta.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasan kami dalam penyusunan. Sehingga
dengan keterbatasan tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyelesaian makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekalongan, Januari 2016

Penulis,

2
DAFTAR ISI

1. Halaman Judul ........................................................................................................


2. Kata Pengantar ........................................................................................................
3. Daftar Isi .................................................................................................................
4. BAB I: Pendahuluan
4.1. Latar Belakang .................................................................................................
4.2. Rumusan Masalah ............................................................................................
4.3. Tujuan ..............................................................................................................
5. BAB II: Pembahasan
5.1........................................................................ Definisi penyakit leprae (kusta)
5.2.....................................................................................Penyebab leprae (kusta)
5.3.................................................................................. Klasifikasi leprae (kusta)
5.4........................................................................Tanda dan Gejala leprae (kusta)
5.5............................................................................... Patofisiologi leprae (kusta)
5.6............................................................ Pemeriksaan Diagnostik leprae (kusta)
5.7......................................................................... Penatalaksanaan leprae (kusta)
5.8................................................................. Asuhan Keperawatan leprae (kusta)
6. BAB III: Penutup
6.1. Kesimpulan ......................................................................................................
6.2. Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah
yang sangat kompleks, tidak hanya dari segi medis (misalnya penyakit atau kecacatan
fisik), tetapi juga meluas sampai masalah sosual dan ekonomi. Disamping itu, ada stigma
negatif dari masyarakat yang mengatakan penyakit kusta adalah penyakit yang
menakutkan, bahkan ada beberapa masyarakat yang menganggap penyakit ini adalah
penyakit kutukan. Ini karena dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut cukup
parah, yaitu adanya deformitas / kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk tubuh.

Kusta (Lepra atau morbus hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi mycobacterium leprae (Kapita Selekta Kedokteran UI, 2000). Penyakit kusta
adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(Mycobacterium leprae ) yang menyerang saraf tep, kulit, dan jaringan tubuh lainnya
(Departemen Kesehatan, Dit.Jen PPM & PL, 2002).

Angka kejadian penyakit kusta cukup tinggi dan menyerang beberapa negara.
Pada tahun 2000, WHO menyatakan 91 negara merupakan endemik penyakit kusta. Di
Indonesia, penderitas kusta terdapat hampir di seluruh daerah dengan penyebaran yang
tidak merata. Angka kejadian penyakit kusa tertinggi ada di wilayah Indonesia bagian
timur. Mayoritas penderita (90%) tinggal di antara keluarga mereka dan hanya beberapa
pasien saja yang tinggal di rumah sakit kusta, koloni penampungan, atau perkampungan
kusta (Departemen Kesehatan, Dit.Jen PPM & PL, 2002).

Tenaga kesehatan, khususnya keperawatan, harus dapat membantu menyelesaikan


masalah yang ditimbulkan peyakit ini agar klien yang mnederita penyakit kusta dapat
sembuh dan terhindar dari kecacatan lebih lanjut. Oleh karena itu, tindakan promotif,
pencegahan, pengobatan, sera pemulihan kesehatan untuk penyakit kusta perlu
diperhatikan dan dilaksanakan.

Dalam bab ini, kita akan mempelajari definisi, penyebab / etiologi, patofisiologi,
gejala klinisi, pentalaksanaan, dan asuhan keperawatan.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit lepra (kusta) ?
2. Apa penyebab dari penyakit lepra (kusta) ?
3. Bagaimana klasifikasi penyakit lepra (kusta) ?
4. Apa saja tanda dan gejala penyakit lepra (kusta) ?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit lepra (kusta) ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit lepra (kusta) ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit lepra (kusta) ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit lepra (kusta) ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit lepra (kusta).
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab dari penyakit lepra (kusta).
3. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi penyakit lepra (kusta).
4. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala penyakit lepra (kusta).
5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari penyakit lepra (kusta).
6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik dari penyakit lepra (kusta).
7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari penyakit lepra (kusta).
8. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada penyakit lepra (kusta).

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratosius bagian atas, kemudian dapat ke organ
lain kecuali susunan saraf pusat. (Djuanda Adhi, 2010)

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit kusta adalah mycobacterium leprae yang merupakan bakteri tahan
asam, bersifat obligat intraseluler, yang ditemukan oleh G. A Hansen. Cara penularan
yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian ahli, kusta menular melalui saluran
pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat.
Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti.
Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain :
1. Patogenitas kuman penyebab
2. Cara penularan
3. Keadaan sosial ekonomi
4. Hygiene dan sanitasi
5. Varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan
6. Sumber penularan
7. Daya tahan tubuh

C. KLASIFIKASI
Menurut WHO, kusta dibagi menjadi multibasiler dan paulibasiler.
1. Multibasiler (MB)
Berarti mengandung banyak basil. Tipenya adalah BB, BL, dan LL
2. Pausibasiler (PB)
Berarti mengandung sedikit basil. Tipenya adalah TT, BT, dan I

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Becak kulit berbentuk seperti koin dimana pada tempat bercak tersebut hilangnya atau
berkurangnya kemampuan untuk merasakan sensasi sentuhan, nyeri, panas atau dingin
(mati rasa)
6
2. Hilangnya kemampuan saraf yang terkena infeksi untuk merasakan sensasi di kulit
3. Lemas dan kelemahan otot
4. Berubahnya kulit menjadi lebih tebal (pada kusta lanjut)
5. Kulit kering
6. Mengalami demam atau panas tinggi
7. Mengalami kerontokan pada alis rambut

E. PATOFISIOLOGI

M. Leprae
M. Tuberkoloid

7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes sensilibilitas pada kulit yang mengalami kelainan
2. Laboratorium : basil tahan asam. Diagnosa pasti apabila adanya mati rasa dan kuman
tahan asam pada kulit yang (+) (positif)
3. Pengobatan kusta / lepra lamanya pengobatan tergantung dari berbagai jenis kusta
leprotamus pengobatan minimal 10 tahun, obat yang diberikan Dapsone (DSS) (dosis
2 x seminggu)

G. PENATALAKSANAAN
1. Beri penjelasan pada penderita tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Korek septum nasi dengan oese untuk mendapatkan sekret hidung (tindakan ini sudah
jarang dilakukan karena tidak nyaman untuk penderita).
3. Kerokan dihasilkan dengan membuat irisan dangkal dengan skalpel pada cuping
telinga yang sebelumnya di desinfeksi dengan kapas alkohol kemudian dijepit dengan
jari sehingga pucat.
4. Korokan yang dihasilkan setelah mengadakan irisan dangkal dengan skalpel pada lesi
(makula) yang sebelumnya dijepit dengan pinset sampai pucat.
5. Luka sayatan cukup ditekan dengan kapas steril yang kering untuk menghentikan
perdarahan.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Biodata
Kaji secara lengkap tentang umur, penyakit kusta dapat menyerang semua usia,
jenis kelamin; rasio pria dan wanita 2,3:1,0. Paling sering terjadi pada daerah dengan
sosial-strip ekonomi yang rendah dan insidennya meningkat pada daerah tropis atau
sub tropis. Kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien untuk mengetahui tingkat
sosial-ekonomi, resiko trauma pekerjaan, dan kemungkinan kontak dengan penderita
kusta.
b. Keluhan Utama
Pasien sering datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan adanya
bercak putih yang tidak terasa atau datang dengan keluhan kontraktur pada jari-jari.
c. Riwayat penyakit sekarang
8
Pada saat melakukan anamnesis pada pasien, kaji kapan lesi atau kontraktur
tersebut timbul, sudah berapa lama timbulnya, dan bagaimana proses perubahannya,
baik warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada beberapa kasus, ditemukan keluhan,
gatal, nyeri, panas atau rasa tebal. Kaji juga apakah klien pernah menjalani
pemeriksaan laboratorium. Ini penting untuk mengetahui apakah klien pernah
menderita penyakit tersebut sebelumnya. Pernahkah klien memakai obat kulit yang
dioles atau diminum? pada beberapa kasus, reaksi obat juga dapat menimbulkan
perubahan warna kulit dan reaksi alergi yang lain. Perlu juga ditanyakan apakah
keluhan ini pertama kali dirasakan. Jika sudah, obat apa yang diminum? Teratur atau
tidak?
d. Riwayat penyakit dahulu.
Salah satu faktor penyebab penyakit kusta adalah daya tahan tubuh yang menurun.
Akibatnya, M. Leprae dapat masuk ke daam tubuh. Oleh karena itu, perlu dikaji
adakah riwayat penyakit kronis atau penyakit lain yang pernah diderita.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Penyakit kusta ukan penyakit turunan, tetapi jika anggota keluarga atau tetangga
menderita penyakit kusta, risiko tinggi tertular sangat mungkin terjadi. Perlu dikaji
adakah anggita keluarga lain yangmenderita atau memiliki keluhan yang sama, baik
yang masih hidup maupun sudah meninggal.
f. Riwayat psikososial.
Kusta terkenal sebagai penyakit yang menakutkan dan menjijikan. Ini disebabkan
adanya deformitas atau kecacatan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, perlu dikaji
bagaimana konsep diri klien dan respons masyarakat di sekitar klien.
g. Kebiasaan sehari-hari.
Pada saat melakukan anamnesis tentang pola kebiasaan sehari-hari, perawat perlu
mengkaji status gizi, pola makan / nutrisi klien. Hal ini sangat penting karena faktor
gizi berkaitan erat dengan sistem imun. Apabila sudah ada deformitas atau kecacatan,
maka aktivitas dan kemampuan klien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dapat
terganggu.
h. Pemeriksaan fisik

Seperti pada kasus yang lain, pemeriksaan fisik harus dilakukan secara
menyeluruh tidak hanya terbatas pada lesi saja. Kelenjar regional juga harus diperiksa
karena pada penderita kusta dapat pula ditemukan adanya pembesaran beberapa
kelenjar limfe. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan denagan cara inpeksi,palpasi dan

9
pemeriksaan sederhana menggunakan jarum, kapas, tabung reaksi (masing-masing
dengan air panas dan es), pensil tinta dan sebagaiya.
Inpeksi dilakukan untuk menetapkan ruam yang ada pada kulit. Biasanya dapat
ditemukan adanya macula hipopigmentasi/ hiperpigmentasi dan eritematosa dengan
permukaan yang kasar atau licin denga batas yang kurang jelas atau jelas, bergantung
pada tipe yang diderita. Pada tipe tuber kuloid, dapat ditemukan gangguan saraf kulit
yang disertai dengan penebalan serabut saraf, nyeri akibat peradangan atau reaksi
fibrosis,anhidrasis, dan kerontokan rambut (sering dijumpai pada rambut asli dan bulu
mata).
Pada kusta tipe repromatus , dijumpai hidung pelana dan wajah singa(lionin face).
Selain itu, ada pula kelainan otot berupa atrofi distese otot di yang di tandai dengan
keumpuhan otot otot, diikuti kekakuan, sendi atau kontraktur sehingga terjadi clow
hean , drop put, dan drop hean, kelainan pada tulang dapat berupa osteomilitis dan
resopsi tulang yang mengakibatkan pemendakan dan kerusakan tulang( ujung
bengkok),terutama jari jari tangan dan kaki.
Pada penderita kusta, dapat juga ditemukan kelain pada mata akibat kelumpuhan
m.orbicularis aulisehingga terjadi lago pthalamus atau mata tidak dapat dipejam kan,
akibatnya mata menjadi kering dan berlanjut pada keratitis,ulkus
kornea,iritis,iridosikilitik dan berahir dengan kebutaan.
Pada testis dapat terjadi patrofi yang mengakibatkan ginekomastia. Kecatatan
yang seringa diderita oleh penderita kusta disebabkan kerusakan fungsi saraftepi dan
neuritis waktu terjadi reaksi kusta, juga cidera pada anesthesia.

B. ANALISA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan citra tubuh terhadap lesi pada
kulit.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot dan kaku sendi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan
kerusakan integritas kulit.
4. Resiko trauma berhubungan dengan peningkatan resiko cidera jaringan karena
neuritis.
5. Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
C. INTERVENSI
No Diagnosa NOC / Tujuan NIC/ Intervensi
Keperawatan
10
1 Gangguan citra Tujuan:  Kaji secara verbal dan non
tubuh berhubungan  Body image verbal respon klien
dengan perubahan  Self esteem terhadap tubuhnya
citra tubuh terhadap Kriteria hasil:  Monitor frekuensi
lesi pada kulit.  Body image positif mengkritik dirinya
 Mampu mengindetifikasi  Jelaskan tentang
kekuatan personal pengobatan, perawatan,
 Mendriskripsikan secara kemajuan dan prognosis
faktual perubahan fungsi penyakit
tubuh  Dorong klien
 Mempertahankan interaksi mengungkapkan
sosial perasaannya
 Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu.
2 Hambatan mobilitas Tujuan :  Monitor TTV
fisik berhubungan  Joint movement : aktive sebelum/sesudah latihan
dengan kontraktur  Mobility level dan lihat respon pasien saat
otot dan kaku sendi.  Self care : ADLs latihan

 Tranfer performance  Konsultasikan dengan

Kriteria hasil : terapi fisik tentang rencana

 Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan

aktivitas fisik kebutuhan

 Mengerti tujuan dalam  Ajarkan pasien tentang

peningkatan mobilitas teknik ambulasi

 Mengungkapkan perasaan  Kaji kemampuan pasien

secara lisan dalam dalam mobilisasi

meningkatkan kekuatan dan  Latih pasien dalam


kemampuan berpindah. pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
3 Resiko infeksi Tujuan:  Bersihkan lingkungan
berhubungan  Immune status setelah dipakai pasien lain
dengan  Knowledge : Infection  Pertahankan teknik isolasi
ketidakadekuatan control  Batasi pengunjung bila
11
pertahanan tubuh  Risk control perlu
primer dan Kriteria hasil:  Instruksikan pada
kerusakan integritas  Klien bebas dari tanda dan pengunjung untuk mencuci
kulit. gejala infeksi tangan saat berkunjung dan
 Mendiskripsikan proses setelah berkunjung
penularan penyakit, factor meninggalkan pasien
yang mempengaruhi  Gunakan sabun
penularan serta antimikrobia untuk cuci
penatalaksanaannya tangan
 Menunjukkan kemampuan  Cuci tangan sebelum dan
untuk mencegah timbulnya sesudah tindakan
infeksi keperawatan
 Jumlah leukosit dalam  Gunakan baju, sarung
batas normal tangan sebagai alat
 Menunjukkan perilaku pelindung
hidup sehat  Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
4 Resiko trauma Tujuan : NIC :
berhubungan  Knowledge: personal safety  Sediakan lingkungan yang
dengan peningkatan  Safety behaviour: fall aman untuk pasien
resiko cidera prevention  Identifikasi kebutuhan
jaringan karena  Safety behaviour: fall keamanan pasien sesuai
neuritis. occurance dengan kondisi fisik dan
 Safety behaviour: physical fungsi kognitif serta
injury riwayat penyakit terdahulu
 Tissway intregity: skin and pasien
mucosa membrane  berikan penjelasan pada
Kriteria Hasil: pasien dan keluarga atau

 Pasien terbebas dari trauma pengunjung adanya

fisik perubahan status kesehatan

 Lingkungan rumah aman dan penyebab penyakit

 Perilaku pencegaha jatuh


 Dapat mendeteksi resiko

12
 Pengendalian resiko :
pengetahuan personal
safety

5. Resiko cidera Tujuan : NIC :


berhubungan  Risk control  Sediakan lingkungan yang
dengan kerusakan Kreteria hasil : nyaman untuk pasien
integritas kulit.  Pasien tebebas dari cidera  Identifikasi kebutuhan
 Pasien mampu menjelaskan keamanan pasien sesuai
cara untuk mencegah cidera dengan kondisi fisik dan
 Mampu mengenali fungsi kognitif serta
perubahan status kesehatan riwayat penyakit terdahulu
pasien
 Sediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
 Hindarkan lingkungan yang
berbahaya
 Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan
prioritas diagnosa sesuai kebutuhan pasien. Tindakan dilaksanakan berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah disusun dari hasil pengkajian dan analisa data. Implementasi
keperawatan berfokus pada pencapaian tujuan, intervensi dengan batas waktu yang telah
ditentukan.

E. EVALUASI
Evaluasi mengidentifikasii kriteria hasil untuk mengukur keberhasilan,
mengumpulkan data sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan, mengevaluasi
pencapaian tujuan dengan membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria, lalu
memodifikasi rencana keperawatan bila tujuan belum tercapai.
BAB III

13
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratosius bagian atas, kemudian dapat ke
organ lain kecuali susunan saraf pusat. (Djuanda Adhi, 2010)

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang
penyakit lepra dan mampu melaksanakan pemberian asuhan keperawatan pada pasien
lepra yang berkualitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

Loetfia Dwi Rahariyani ; editor, Eka Anisa Mardella, Monica Ester. 2007. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai