Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TEGANGAN TINGGI IMPULS

2.1 TEGANGAN IMPULS

Tegangan Impuls (impulse voltage) adalah tegangan yang naik dalam

waktu singkat sekali kemudian disusul dengan penurunan yang relatif lambat

menuju nol. Ada tiga bentuk tegangan impuls yang mungkin menerpa sistem

tenaga listrik yaitu tegangan impuls petir yang disebabkan oleh sambaran petir

(lightning), tegangan impuls hubung buka yang disebabkan oleh adanya operasi

hubung-buka (switching operation) dan tegangan impuls petir terpotong. [1]

V V V

t t t

(a) Impuls petir (b) Impuls hubung-buka (c) Impuls petir terpotong
Gambar 2.1 Jenis tegangan impuls

Tegangan impuls didefinisikan sebagai suatu gelombang yang berbentuk

eksponensial ganda yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

(2.1)

Dari Persamaan (2.1) dapat dilihat bahwa bentuk gelombang impuls

ditentukan oleh konstanta a dan b, sedangkan nilai konstanta a dan b ini

ditentukan oleh nilai komponen rangkaian. [2]

Universitas Sumatera Utara


Definisi bentuk gelombang impuls [2]:

1. Bentuk dan waktu gelombang impuls dapat diatur dengan mengubah nilai

komponen rangkaian generator impuls.

2. Nilai puncak (peak value) merupakan nilai maksimum gelombang impuls.

3. Muka gelombang (wave front) didefinisikan sebagai bagian gelombang yang

dimulai dari titik nol sampai titik puncak. Waktu muka (Tf) adalah waktu yang

dimulai dari titik nol sampai titik puncak gelombang.

4. Ekor gelombang (wave tail) didefinisikan sebagai bagian gelombang yang

dimulai dari titik puncak sampai akhir gelombang. Waktu ekor (Tt) adalah

waktu yang dimulai dari titik nol sampai setengah puncak pada ekor

gelombang.

Penelitian menunjukkan bahwa pada tegangan impuls yang disebabkan

oleh sambaran petir maupun yang disebabkan oleh proses hubung buka, waktu

untuk mencapai puncak gelombang dan waktu penurunan tegangan sangat

bervariasi sehingga untuk pengujian perlu ditetapkan bentuk standar tegangan

impuls. [1]

Suatu tegangan impuls dinyatakan dengan tiga besaran yaitu tegangan

puncaknya (Vmaks), waktu muka (Tf), dan waktu ekor (Tt). Menurut IEC waktu

muka dan waktu ekor untuk tegangan impuls petir adalah

Universitas Sumatera Utara


V

1,0
0,9 B

0,5

0,3 A

t
0
O’
Tf
Tt
Gambar 2.2 Tegangan impuls petir berdasarkan standar IEC

Waktu muka dan waktu ekor yang dihasilkan generator impuls tidak selalu

tepat seperti yang diinginkan. Misalnya, untuk tegangan impuls petir berdasarkan

standar IEC, penyimpangan waktu muka (Tf) yang ditolerir adalah ±30%, sedang

penyimpangan waktu ekor (Tt) yang ditolerir adalah ±20%. Untuk tegangan

impuls hubung buka, penyimpangan waktu muka (Tf) yang ditolerir adalah ±20%,

sedang penyimpangan waktu ekor (Tt) yang ditolerir adalah ±60%. Dengan

demikian, waktu muka (Tf) dan waktu ekor (Tt) berdasarkan standar IEC dapat

dituliskan sebagai berikut [1]:

 Tegangan impuls petir:

 Tegangan impuls hubung buka:

60%

Standar bentuk gelombang impuls petir yang dipakai oleh beberapa negara

ditunjukkan pada Tabel 2.1:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Standar bentuk tegangan impuls petir [2]

Standar

Jepang 1 x 40 µs

Jerman dan Inggris 1 x 50 µs

Amerika 1,5 x 40 µs

IEC 1,2 x 50 µs

Nilai toleransi waktu muka dan waktu ekor gelombang untuk standar

Jepang adalah 0,5 – 2 μs dan 35 – 50 μs, standar Inggris 0,5 – 1,5 μs dan 40 – 60

μs, sedangkan untuk standar Amerika adalah 1,0 – 2,0 μs dan 30 – 50 μs seperti

ditunjukkan pada Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa standar IEC

merupakan kompromi antara standar-standar tegangan impuls berbagai negara. [2]

Tf Tt

1 40
Jepang
0,5 2,0 35 50

1 50
Inggris
0,5 1,5 40 60

1,5 40
Amerika
1,0 2,0 30 50

IEC
1,2 50

Gambar 2.3 Standar bentuk gelombang tegangan impuls petir

Universitas Sumatera Utara


2.2 GENERATOR IMPULS

Generator Impuls adalah alat yang digunakan untuk pengujian tegangan

impuls dimana generator impuls inilah yang berperan untuk membangkitkan

tegangan tinggi impuls. Terdapat beberapa jenis generator impuls diantaranya

generator impuls RLC, generator impuls RC dan generator Marx.

2.2.1 GENERATOR IMPULS RLC

Prinsip kerja generator impuls RLC ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Generator ini membutuhkan tegangan tinggi DC. Tegangan tinggi DC diperoleh

dari penyearah tegangan tinggi DC yang tegangan keluarannya dapat diatur.

Generator dilengkapi juga dengan sela picu F. Sumber tegangan tinggi DC,

melalui resistor RP mengisi kapasitor pemuat C. Misalkan tegangan kapasitor

pemuat dibuat sebesar Vo. [1]

D RP F RS L
Vdc Vo C Ro V
AT TU

Gambar 2.4 Rangkaian generator impuls RLC

Jika sela picu dioperasikan, maka sela elektroda F terhubung singkat

dalam waktu yang singkat. Melalui sela picu ini, muatan kapasitor C dilepaskan

ke rangkaian RS, L, dan RO. Nilai resistor RP dibuat besar untuk menghambat

muatan yang datang dari sumber tegangan tinggi DC selama proses pelepasan

muatan dari kapasitor C berlangsung. Karena pelepasan muatan dari kapasitor C

10

Universitas Sumatera Utara


berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan nilai resistor RP dibuat besar,

maka muatan yang datang dari sumber tegangan DC dapat dianggap tidak ada. [1]

Karena itu selama proses pelepasan muatan, tidak ada muatan yang sempat

mengisi kapasitor C. Artinya hanya muatan pada kapasitor pemuat C yang

dilepaskan ke rangkaian RS, L, dan RO. Dengan demikian, rangkaian ekivalen

generator setelah sela picu bekerja dapat dibuat seperti Gambar 2.5. [1]

Persamaan arus pada rangkaian ini adalah [1]

(2.2)

Tegangan kapasitor pemuat (V) adalah konstan sehingga turunan Persamaan (2.2)

terhadap waktu adalah

(2.3)

atau

RS L

VO C RO V
i

Gambar 2.5 Rangkaian ekivalen generator impuls RLC

(2.4)

dengan

(2.5)

11

Universitas Sumatera Utara


Penyelesaian Persamaan (2.4) di atas adalah sebagai berikut

(2.6)

dengan

(2.7)

(2.8)

Nilai R, L dan C dapat diatur sedemikian rupa sehingga nilai suku-suku

yang di bawah tanda akar menjadi positif. Dengan demikian nilai α1 dan α2

menjadi bilangan nyata dan positif. Hal ini dapat dipenuhi jika

(2.9)

Tegangan keluaran generator sama dengan tegangan pada resistor RO, yaitu

(2.10)

Substitusi Persamaan (2.6) ke dalam Persamaan (2.10) menghasilkan

(2.11)

Persamaan (2.11) dapat disederhanakan menjadi

(2.12)

dengan

(2.13)

12

Universitas Sumatera Utara


2.2.1.1 Nilai Maksimum dan Efisiensi Tegangan [1]

Nilai waktu untuk mencapai tegangan maksimum diperoleh dengan

membuat turunan pertama dari Persamaan (2.11) sama dengan nol (dV/dt = 0),

hasilnya adalah

(2.14)

Nilai Tf ini disubstitusikan ke dalam Persamaan (2.11) menghasilkan

(2.15)

Definisi efisiensi generator impuls adalah perbandingan harga maksimum

tegangan keluaran dengan tegangan pada kapasitor pemuat C, atau

(2.16)

2.2.1.2 Menentukan Nilai R, L, dan C [1]

Dalam merencanakan suatu generator impuls, terlebih dahulu ditentukan

spesifikasi tegangan keluarannya, yaitu tegangan puncak (Vmaks), waktu muka

gelombang Tf, dan waktu ekor gelombang Tt. Di samping itu, ditentukan juga

kapasitasnya (W) dan efisiensi tegangan generator (η) yang diinginkan. Dengan

diketahuinya semua spesifikasi di atas, besarnya komponen R, L, dan C dapat

ditentukan.

Kapasitas generator impuls dinyatakan sebagai energi yang tersimpan pada

kapasitor pemuat, yaitu

13

Universitas Sumatera Utara


(2.17)

Dari Persamaan (2.17) ini besar kapasitansi pemuat C dapat dihitung.

Persamaan (2.14) menyatakan bahwa waktu muka gelombang tegangan

adalah

Diketahui juga bahwa ketika , besar tegangan menjadi setengah dari

tegangan maksimum (V = 0,5Vmaks). Jika nilai-nilai ini disubstitusikan ke dalam

Persamaan (2.12) diperoleh

(2.18)

Dari Persamaan (2.14) dan (2.18) dapat diperoleh nilai dan . Nilai-

nilai dan ini ditunjukkan dalam Persamaan (2.7) dan (2.8) yaitu :

Jika nilai kapasitansi C sudah diketahui, kedua persamaan di atas

merupakan dua persamaan dengan dua bilangan yang tidak diketahui, yaitu R dan

L sehingga nilai R dan L dapat dihitung. Jika nilai η, R, dan disubstitusikan

ke dalam Persamaan (2.16) maka akan diperoleh nilai RO. Selanjutnya nilai RS

dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.5).

14

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan dengan cara di atas memerlukan waktu dan sulit dilaksanakan

secara manual. Karena itu perhitungan nilai komponen R, L, dan C dapat

dilakukan dengan pendekatan.

Jika Persamaan (2.7) dan (2.8) diperbandingkan, maka dapat dianggap

> . Dalam prakteknya, . Kedua anggapan ini menghasilkan anggapan

baru :

sehingga Persamaan (2.18) dapat disederhanakan menjadi

Misalkan , maka persamaan di atas menjadi

(2.19)

Nilai pada Persamaan (2.14) dapat ditulis sebagai

(2.20)

dengan

(2.21)

Nilai pada Persamaan (20) disubstitusikan ke dalam Persamaan (19)

menghasilkan

15

Universitas Sumatera Utara


(2.22)

Merujuk kepada Persamaan (2.22) dapat dicari harga k untuk berbagai

nilai ln b, seperti contoh yang diberikan pada Tabel 2.2. Berdasarkan tabel ini

dapat dibuat kurva yang menyatakan hubungan antara k dengan ln b seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Persamaan (2.7) dan (2.8) dapat dituliskan sebagai


(2.23)

(2.24)

Tabel 2.2 Hubungan k dengan ln b

k ln b
3 1,1
4 2,234
5 2,733
10 3,922
20 4,896
26,66 5,225
30 5,422
40 5,784
41,66 5,834
50 6,059
60 6,281

16

Universitas Sumatera Utara


7 ln b
6
5
4
3
2
1
k
0
10 20 30 40 50 60
Gambar 2.6 Kurva ln b terhadap k

dengan

(2.25)

(2.26)

Persamaan (2.23) dan (2.24) disubstitusikan ke dalam Persamaan (2.21)

menghasilkan

(2.27)

Persamaan (2.27) disubstitusikan ke Persamaan (2.20), maka waktu muka

gelombang menjadi

(2.28)

Dari persamaan di atas diperoleh nilai δ sebesar

(2.29)

17

Universitas Sumatera Utara


Jika dan diketahui, dari kurva pada Gambar dapat ditentukan . Dengan

demikian nilai b dan δ dapat dihitung. Selanjutnya nilai γ dapat dihitung dari

Persamaan (2.27) yang menghasilkan

(2.30)

Seterusnya nilai C, γ dan δ disubstitusikan ke dalam Persamaan (2.26) dan

diperoleh nilai L.

(2.31)

Setelah nilai L diketahui, nilai R dapat dihitung dengan Persamaan (2.25).

(2.32)

Persamaan (2.16) dapat ditulis dengan mengganti nilai dan seperti yang

diberikan pada Persamaan (2.23) dan (2.24).

(2.33)

Selanjutnya Persamaan (2.33) digunakan untuk menghitung nilai dan

setelah nilai diketahui, nilai dapat dihitung dengan Persamaan (2.5).

Secara ringkas, tahap-tahap penentuan nilai C, L, , dan adalah sebagai

berikut [1]:

1. Menentukan kapasitas (W), tegangan puncak impuls ( ), waktu muka

( ), waktu ekor ( ), dan efisiensi ( ) generator impuls yang direncanakan.

2. Menghitung nilai k

18

Universitas Sumatera Utara


3. Dari Tabel 2.2 atau dengan menggunakan Gambar 2.7 ditentukan nilai

untuk nilai k yang dihitung pada langkah kedua di atas.

4. Menghitung nilai

5. Mencari nilai berdasarkan nilai yang telah diketahui.

6. Menghitung nilai

7. Menghitung besarnya kapasitansi kapasitor pemuat C

8. Menghitung nilai L

9. Menghitung nilai R

10. Menghitung nilai

11. Menghitung nilai

19

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 GENERATOR IMPULS RC

Rangkaian generator impuls RC diberikan pada Gambar 2.7. Seperti

halnya generator impuls RLC, generator ini membutuhkan sumber tegangan tinggi

DC yang tegangan keluarannya dapat diatur dan dilengkapi dengan sela picu F. [1]

Sumber tegangan tinggi DC, melalui resistor RP mengisi kapasitor pemuat

C1. Dengan pengaturan pada autotrafo, tegangan kapasitor pemuat C1 dapat dibuat

sebesar yang dikehendaki, misalnya sebesar Vo. Jika sela picu dioperasikan, sela

elektroda F terhubung singkat dalam waktu yang sangat singkat. Kapasitor C1

mengosongkan muatannya dan mengisi kapasitor C2, sehingga tegangan pada C2

naik (tegangan V naik). [1]

D RP F R1
Vo C1 R2 C2 V
AT TU

Gambar 2.7 Rangkaian generator impuls RC

Rangkaian ekivalen setelah sela F terhubung singkat ditunjukkan pada Gambar

2.8. [3][4]

C1
A
R1

VO R2 C2 V(t)
i(t)

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen generator impuls RC

20

Universitas Sumatera Utara


Impedansi ekivalen dilihat dari titik AB adalah [3][4]

Jadi,

Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan maka diperoleh

(2.34)

Jika diasumsikan

Persamaan (2.34) dapat ditulis ulang menjadi

21

Universitas Sumatera Utara


(2.35)

Jika

(2.36)

Nilai waktu untuk mencapai tegangan maksimum diperoleh dengan membuat

turunan pertama dari Persamaan (2.36) sama dengan nol (dv/dt = 0).

sehingga diperoleh

(2.37)

Nilai tegangan maksimum adalah

(2.38)

Untuk mendapatkan nilai , substitusikan pada Persamaan (2.36) dimana

tegangannya setengah dari nilai tegangan maksimum saat .

Jika dimana K merupakan suatu konstanta, maka

(2.39)

Nilai sehingga

22

Universitas Sumatera Utara


atau

Dengan mengalikan pada kedua sisi maka diperoleh

atau

(2.40)

Jika Persamaan (2.40) dapat direduksi menjadi

(2.41)

Dengan menggunakan Persamaan (2.39) dan (2.40) maka nilai α dan β dapat

diperoleh. Nilai α dan β untuk beberapa bentuk gelombang standar diberikan pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Nilai α dan β untuk berbagai bentuk gelombang

Bentuk Gelombang α β
0,5 / 5 4,080 3,992
1/5 1,557 1,366
1 / 10 2,040 1,961
1 / 40 2,910 2,892
1 / 50 3,044 3,029
1,2 / 50 2,445 2,431
1,5 / 40 1,776 1,757

Dengan menganggap maka

23

Universitas Sumatera Utara


(2.42)

dan

(2.43)

Nilai tegangan maksimum (Vmaks) pada saat adalah

Efisiensi generator impuls adalah perbandingan nilai tegangan keluaran

maksimum dengan tegangan pada kapasitor pemuat C1.

dengan

Ketika , maka suku dan dapat diabaikan

sehingga

Jadi

(2.44)

24

Universitas Sumatera Utara


Energi yang ditransformasikan selama proses pelepasan muatan dinyatakan

dengan

(2.45)

2.2.3 GENERATOR IMPULS RANGKAIAN MARX

Generator ini merupakan generator impuls RC yang disusun bertingkat

untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih tinggi. Pada Gambar 2.9

ditunjukkan rangkaian generator impuls Marx tiga tingkat. Generator ini memiliki

tiga kapasitor pemuat sehingga dinamakan generator Marx tiga tingkat. Selain itu,

generator ini mempunyai tiga sela picu yang dapat dipicu dalam waktu yang

bersamaan. Mula-mula ketiga kapasitor pemuat C1’ dimuati hingga tegangan tiap-

tiap kapasitor sama dengan V. Jika sela F dipicu, ketiga kapasitor pemuat ini

terhubung seri sehingga tegangan total kapasitor pemuat sama dengan 3V.

Rp Rp Rp

G1 G2 G3
DC C 1' C1' C1'

R2' R1' R2' R1' R2' R1'


C2

Gambar 2.9 Rangkaian generator impuls Marx tiga tingkat

Dapat dilihat bahwa Gambar 2.9 dapat direduksi menjadi generator impuls satu

tingkat seperti Gambar 2.8 dimana [3]

25

Universitas Sumatera Utara


dengan n = jumlah tingkatan generator impuls.

2.3 Pengaruh Induktansi pada Rangkaian Generator Impuls

Rangkaian generator impuls yang sesungguhnya memiliki komponen

induktansi sasar yang terhubung seri dengan rangkaian seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 2.10. Nilai induktansi ini biasanya berada dalam orde mikro Henry.

F R1 L
C1 R2 C2

Gambar 2.10 Rangkaian generator impuls RC dengan induktansi sasar L

Rangkaian ekivalen setelah sela F terhubung singkat ditunjukkan pada Gambar

2.11.

C1 L
A
R1
VO R2 C2 V(t)
i(t)

B
Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen generator RC dengan induktansi sasar L

26

Universitas Sumatera Utara


Impedansi ekivalen dilihat dari titik AB adalah

1 2 1 s 1 C2 s
s
C1 s 1 2 s 1 C2 s

1 2 C2 s 1 s 1 C2 s
C1 s 1 2 s C2 s 1

1 1 2 C2 s 2 C2 s2 2
C1 s 1 2 s C2 s 1

1 2 s C2 s 1 C1 s 1 2 C2 s 2 C2 s2 2
C1 s 1 2 s C2 s 1

1 C2 s 2 C2 s C 2 s2 1 1 2 C1 C2 s
2
2 C1 C2 s3 2
C1 s
C 1 C 2 s2 1 2 s C1 s

2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1
(s)
C 1 C 2 s3 C 1 C 2 1 2 s2 C1 s

0 C1 C2 s3 C1 C2 1 2 s2 C 1 s
I s .
s 2 C1 C 2 s3 1 2 C1 C2 C2 s
2
1 C2 2 C1 2 C2 s 1

Jadi,

2 . 1 C2 s 2
s I s I s .
1 2 s 1 C2 s 1 2 s C2 s 1

0 2C 1 C 2 s3 C 1 C 2 1 2 s2 C 1 s
s 2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1 1 2 s C2 s 1

0 2 C1 s C2 s2 C2 1 2 s 1
s 2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1 1 2 s C2 s 1

2 C1 1 2 s C2 s 1
0
2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1 1 2 s C2 s 1

0 2 C1
s
2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1

Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan 2 C1 C2 maka diperoleh

27

Universitas Sumatera Utara


0 1
s 1 1 1 1
C2 s3 1
s2 1
s
2 C1 2 C1 C2 C1 2 C1 C2

0 1
C2 1 2 C1 1 C2 2 C1 2 C2 1
s3 s2 s
2 C1 2 C1 C2 2 C1 C2

Misalkan

1 2 C1
a
2 C1

1 C2 2 C1 2 C2
b
2 C1 C2

1
2 C1 C2

Maka

0 1
s
C2 s3 as2 bs

Jika nilai komponen generator impuls petir adalah sebagai berikut:

C1 1 0n 1 13 10 μ

C2 1 n 2 400

Maka

13 400 1 0 10 9 10 10
a 1,315 25 10
400 1 0 10 9 10 10

13 1 10 9 400 1 0 10 9 400 1 10 9
b 9 9 ,2 1012
400 1 0 10 1 10 10 10

1
9 , 101
400 1 0 10 1 10 9 10 10

Dengan memasukkan nilai a,b dan c maka diperoleh

28

Universitas Sumatera Utara


0 1
s
C2 s3 1,315 25 10 s2 ,2 1012 s , 101

0 1
1 10 9 10 10 s3 1,315 25 10 s2 ,2 1012 s , 101

0 0,1 22 0.0 11 0,0215 0,0 11 0,0215


10 12
1 10 14 s 0,014 10 s 0, 50 2,399 10 s 0, 50 2,399 10

0 0,014 10 t 0, 50 2,399 10 t 0, 50 2,399 10 t


t 0,1 22e e e e e
1 10 2

dimana

0,0 112 0,02152 0,0 39

0,0215
tan 1 1 5,1520 2 , 2 rad
0,0 11

0
t 2 0,1 22e 0,014 10 t
e 0, 50 10 t
e 2,399 10 t
e 0, 50 10 t
e 2,399 10 t
1 10

0
0,1 22e 0,014 10 t
e 0, 50 10 t
e 2,399 10 t
e 2,399 10 t
1 10 2

2,399 10 t 2,399 10 t
0 0,014 10 t 0, 50 10 t
e e
0,1 22e 2 e
1 10 2 2

0
2 0,1 22e 0,014 10 t
2 e 0, 50 10 t
os 2,399 10 t
1 10

0 0,014 10 t 0, 50 10 t
(t) 2 0,1 22e 0,1 e os 2,399 10 t 2 , 2
1 10

Jika 100 k maka

100 0,014 10 t 0, 50 10 t
(t) 2 0,1 22e 0,1 e os 2,399 10 t 2 , 2 k
1 10

0,014 10 t 0, 50 10 t
(t) 555,5 0,1 22e 0,1 e os 2,399 10 t 2 , 2 k

29

Universitas Sumatera Utara


Jika t dinyatakan dalam mikrosekon (µs) maka persamaan di atas dapat ditulis

menjadi

0,014t 0, 50 t
(t) 555,5 0,1 22e 0,1 e os 2,399 t 2 , 2 k

Bentuk gelombang dari persamaan di atas ditunjukkan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Bentuk gelombang impuls petir dengan induktansi sasar L

Adanya induktansi sasar dapat mengakibatkan osilasi pada muka dan ekor

gelombang impuls. Osilasi pada muka gelombang dapat diredam dengan

memperbesar nilai resistansi seri.[5] Secara umum bentuk gelombang tegangan

impuls petir dengan adanya induktansi sasar ditunjukkan oleh Persamaan 2.46.

(2.46)

2.4 Pengaruh Beban pada Generator Impuls

Generator impuls sering digunakan untuk menguji peralatan yang bersifat

induktif seperti trafo daya dan reaktor. Rangkaian generator impuls dengan beban

induktif ditunjukkan pada Gambar 2.13. Biasanya, tidak sulit untuk

30

Universitas Sumatera Utara


membangkitkan tegangan impuls dengan waktu muka yang sesuai standar, tetapi

untuk mendapatkan waktu ekor gelombang yang sesuai standar akan sangat sulit.

F R1
C1 R2 C2 L

Gambar 2.13 Rangkaian generator impuls RC dengan beban induktif L

Rangkaian ekivalen setelah sela F terhubung singkat ditunjukkan pada Gambar

2.14.

C1
A
R1
VO R2 C2 L V(t)
i(t)

Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen generator impuls RC dengan beban induktif L

Impedansi ekivalen (Z1) yang dibentuk oleh C2 dan L adalah

1
s s
C2 s
1 1
s C2 s2 1
C2 s

Impedansi ekivalen (Z2) yang dibentuk oleh R1 dan Z1 adalah

2 1 1

s
1
C 2 s2 1

31

Universitas Sumatera Utara


s 1 C 2 s2 1
C 2 s2 1

1 C 2 s2 s 1
2
1 C 2 s2

Impedansi ekivalen (Z3) yang dibentuk oleh R2 dan Z2 adalah

1 C2 s2 s 1
2 1 C2 s2 2 1 C 2 s2 s 1
3
1 C2 s
2 s 1 2 1 C2 s2 1 C 2 s2 s 1
2 1 C2 s2

2 1 C 2 s2 s 1
3
1 2 C 2 s2 s 1 2

Impedansi ekivalen (Z4) yang dibentuk oleh C1 dan Z3 adalah

1
4 3
C1 s

1 2 1 C 2 s2 s 1
C1 s 1 2 C 2 s2 s 1 2

1 2 C 2 s2 s 1 2 2 1 C 2 s2 s 1 C1 s
C1 s 1 2 C2 s2 s 1 2

1 2 C1 C2 s3 s2 1 2 C2 2 C1 1 2 C1 s 1 2
4
C1 s 1 2 C 2 s2 s 1 2

0 C1 s 1 2 C 2 s2 s 1 2
i s
s 1 2 C1 C2 s3 1 2 C2 2 C1 s
2
1 2 C1 s 1 2

2
s 1 i s
2 2

2 s
s i s
1 C2 s
2 s 1 C2 s2 1
2 1 C2 s2

2 1 C 2 s2 s
s i s
2 1 C2 s2 1 C 2 s2 s 1 C2 s2 1

32

Universitas Sumatera Utara


Dengan memasukkan nilai i(s) yang telah dihitung sebelumnya ke dalam

persamaan di atas maka diperoleh

0 2 sC1
(s)
1 2 C1 C2 s3 1 2 C2 2 C1 s
2
1 2 C1 s 1 2

0 2 sC1
1 2 C1 C 2 s3 1 C2 2 C1 2 C2 s
2
1 2 C1 s 1 2

Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan 1 2 C1 C2 maka diperoleh

0 s
(s) 1 1 1 1 1
1 C2 s3 s2 s 1 2
2 C1 1 C2 1 C1 C2 1 2 C1 C2 1 2 C1 C2

Misalkan

1 1 1
a
2 C1 1 C2 1 C1

1 1
b
C2 1 2 C1 C2

1 2

1 2 C1 C2

Maka

0 s
s
1 C2 s3 as2 bs

Jika nilai komponen generator impuls petir adalah sebagai berikut:

C1 1 0n 1 13 10 μ

C2 1 n 2 400

Maka

1 1 1
a 9 9 4, 0 10
400 1 0 10 13 1 10 13 1 0 10 9

33

Universitas Sumatera Utara


1 1
b 9 3 9 9 ,233 1010
1 10 10 10 13 400 1 0 10 1 10

13 400
9 9 3 2, 5 1015
13 400 1 0 10 1 10 10 10

Dengan memasukkan nilai a,b dan c maka diperoleh

0 s
s
1 C2 s3 4, 0 10 s2 ,233 1010 s 2, 5 1015

0 s
9
13 1 10 s3 4, 0 10 s2 ,233 1010 s 2, 5 1015

0 109 0,2110 0,1055 0,0342 0,1055 0,0342


(s) 10
234 s 4, 549 10 s 0,00 5 0,0229 10 s 0,00 5 0,0229 10

0 4, 549 10 t 0,00 5 0,0229 10 t 0,00 5 0,0229 10 t


t 0,2110e e e e e
234

dimana

0,10552 0,03422 0,1109

0,0342 0
tan 1 1 ,9 0,3135 rad
0,1055

0 103 4, 549 10 t
t 0,2110e e 0,00 5 10 t
e 0,0229 10 t
e 0,00 5 10 t
e 0,0229 10 t
234

0 103 4, 549 10 t 0,00 5 10 t 0,0229 10 t 0,0229 10 t


0,2110e e e e
234

0 103 4, 549 10 t 0,00 5 10 t


e 0,0229 10 t
e 0,0229 10 t
0,2110e 2 e
234 2

0 103 4, 549 10 t 0,00 5 10 t


0,2110e 2 e os 0,0229 10 t
234

0 103 4, 549 10 t 0,00 5 10 t


(t) 0,2110e 0,221 e os 0,0229 10 t 0,3135
234

Jika 100 k maka

34

Universitas Sumatera Utara


100 103 4, 549 10 t 0,00 5 10 t
(t) 0,2110e 0,221 e os 0,0229 10 t 0,3135 k
234

4, 549 10 t 0,00 5 10 t
(t) 42 ,35 0,2110e 0,221 e os 0,0229 10 t 0,3135 k

Jika t dinyatakan dalam mikrosekon (µs) maka persamaan di atas dapat ditulis

menjadi

4, 549t 0,00 5t
(t) 42 ,35 0,2110e 0,221 e os 0,0229t 0,3135 k

Bentuk gelombang dari persamaan di atas ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Bentuk gelombang impuls petir dengan beban induktif L

Kehadiran beban induktif akan menyebabkan waktu ekor yang lebih

singkat daripada batas toleransi.[5] Secara umum bentuk gelombang tegangan

impuls petir dengan adanya beban induktif ditunjukkan oleh Persamaan 2.47.

(2.47)

Pada generator impuls RC masalah ini dapat diatasi dengan

menghubungkan induktansi yang dipasang paralel dengan resistor R1 (Gambar

35

Universitas Sumatera Utara


2.16). Nilai induktansi ini harus lebih kecil daripada nilai induktansi beban (LP <

LB). [5]

LP

F R1
C1 R2 C2 LB

Gambar 2.16 Rangkaian pengujian untuk beban induktif

Pada kasus tertentu diperlukan sebuah resistor yang terhubung paralel dengan

objek uji (Rangkaian Glaninger). Ini ditunjukkan pada Gambar 2.17. [5]

LP

F R1
C1 R2 RP C2 LB

Gambar 2.17 Rangkaian Glaninger untuk pengujian beban induktif

36

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai