Chapter II
Chapter II
waktu singkat sekali kemudian disusul dengan penurunan yang relatif lambat
menuju nol. Ada tiga bentuk tegangan impuls yang mungkin menerpa sistem
tenaga listrik yaitu tegangan impuls petir yang disebabkan oleh sambaran petir
(lightning), tegangan impuls hubung buka yang disebabkan oleh adanya operasi
V V V
t t t
(a) Impuls petir (b) Impuls hubung-buka (c) Impuls petir terpotong
Gambar 2.1 Jenis tegangan impuls
(2.1)
1. Bentuk dan waktu gelombang impuls dapat diatur dengan mengubah nilai
dimulai dari titik nol sampai titik puncak. Waktu muka (Tf) adalah waktu yang
dimulai dari titik puncak sampai akhir gelombang. Waktu ekor (Tt) adalah
waktu yang dimulai dari titik nol sampai setengah puncak pada ekor
gelombang.
oleh sambaran petir maupun yang disebabkan oleh proses hubung buka, waktu
impuls. [1]
puncaknya (Vmaks), waktu muka (Tf), dan waktu ekor (Tt). Menurut IEC waktu
1,0
0,9 B
0,5
0,3 A
t
0
O’
Tf
Tt
Gambar 2.2 Tegangan impuls petir berdasarkan standar IEC
Waktu muka dan waktu ekor yang dihasilkan generator impuls tidak selalu
tepat seperti yang diinginkan. Misalnya, untuk tegangan impuls petir berdasarkan
standar IEC, penyimpangan waktu muka (Tf) yang ditolerir adalah ±30%, sedang
penyimpangan waktu ekor (Tt) yang ditolerir adalah ±20%. Untuk tegangan
impuls hubung buka, penyimpangan waktu muka (Tf) yang ditolerir adalah ±20%,
sedang penyimpangan waktu ekor (Tt) yang ditolerir adalah ±60%. Dengan
demikian, waktu muka (Tf) dan waktu ekor (Tt) berdasarkan standar IEC dapat
60%
Standar bentuk gelombang impuls petir yang dipakai oleh beberapa negara
Standar
Jepang 1 x 40 µs
Amerika 1,5 x 40 µs
IEC 1,2 x 50 µs
Nilai toleransi waktu muka dan waktu ekor gelombang untuk standar
Jepang adalah 0,5 – 2 μs dan 35 – 50 μs, standar Inggris 0,5 – 1,5 μs dan 40 – 60
μs, sedangkan untuk standar Amerika adalah 1,0 – 2,0 μs dan 30 – 50 μs seperti
ditunjukkan pada Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa standar IEC
Tf Tt
1 40
Jepang
0,5 2,0 35 50
1 50
Inggris
0,5 1,5 40 60
1,5 40
Amerika
1,0 2,0 30 50
IEC
1,2 50
Generator dilengkapi juga dengan sela picu F. Sumber tegangan tinggi DC,
D RP F RS L
Vdc Vo C Ro V
AT TU
dalam waktu yang singkat. Melalui sela picu ini, muatan kapasitor C dilepaskan
ke rangkaian RS, L, dan RO. Nilai resistor RP dibuat besar untuk menghambat
muatan yang datang dari sumber tegangan tinggi DC selama proses pelepasan
10
maka muatan yang datang dari sumber tegangan DC dapat dianggap tidak ada. [1]
Karena itu selama proses pelepasan muatan, tidak ada muatan yang sempat
generator setelah sela picu bekerja dapat dibuat seperti Gambar 2.5. [1]
(2.2)
Tegangan kapasitor pemuat (V) adalah konstan sehingga turunan Persamaan (2.2)
(2.3)
atau
RS L
VO C RO V
i
(2.4)
dengan
(2.5)
11
(2.6)
dengan
(2.7)
(2.8)
yang di bawah tanda akar menjadi positif. Dengan demikian nilai α1 dan α2
menjadi bilangan nyata dan positif. Hal ini dapat dipenuhi jika
(2.9)
Tegangan keluaran generator sama dengan tegangan pada resistor RO, yaitu
(2.10)
(2.11)
(2.12)
dengan
(2.13)
12
membuat turunan pertama dari Persamaan (2.11) sama dengan nol (dV/dt = 0),
hasilnya adalah
(2.14)
(2.15)
(2.16)
gelombang Tf, dan waktu ekor gelombang Tt. Di samping itu, ditentukan juga
kapasitasnya (W) dan efisiensi tegangan generator (η) yang diinginkan. Dengan
ditentukan.
13
adalah
(2.18)
Dari Persamaan (2.14) dan (2.18) dapat diperoleh nilai dan . Nilai-
nilai dan ini ditunjukkan dalam Persamaan (2.7) dan (2.8) yaitu :
merupakan dua persamaan dengan dua bilangan yang tidak diketahui, yaitu R dan
ke dalam Persamaan (2.16) maka akan diperoleh nilai RO. Selanjutnya nilai RS
14
baru :
(2.19)
(2.20)
dengan
(2.21)
menghasilkan
15
nilai ln b, seperti contoh yang diberikan pada Tabel 2.2. Berdasarkan tabel ini
(2.24)
k ln b
3 1,1
4 2,234
5 2,733
10 3,922
20 4,896
26,66 5,225
30 5,422
40 5,784
41,66 5,834
50 6,059
60 6,281
16
dengan
(2.25)
(2.26)
menghasilkan
(2.27)
gelombang menjadi
(2.28)
(2.29)
17
demikian nilai b dan δ dapat dihitung. Selanjutnya nilai γ dapat dihitung dari
(2.30)
diperoleh nilai L.
(2.31)
(2.32)
Persamaan (2.16) dapat ditulis dengan mengganti nilai dan seperti yang
(2.33)
berikut [1]:
2. Menghitung nilai k
18
4. Menghitung nilai
6. Menghitung nilai
8. Menghitung nilai L
9. Menghitung nilai R
19
halnya generator impuls RLC, generator ini membutuhkan sumber tegangan tinggi
DC yang tegangan keluarannya dapat diatur dan dilengkapi dengan sela picu F. [1]
C1. Dengan pengaturan pada autotrafo, tegangan kapasitor pemuat C1 dapat dibuat
sebesar yang dikehendaki, misalnya sebesar Vo. Jika sela picu dioperasikan, sela
D RP F R1
Vo C1 R2 C2 V
AT TU
2.8. [3][4]
C1
A
R1
VO R2 C2 V(t)
i(t)
20
Jadi,
(2.34)
Jika diasumsikan
21
Jika
(2.36)
turunan pertama dari Persamaan (2.36) sama dengan nol (dv/dt = 0).
sehingga diperoleh
(2.37)
(2.38)
(2.39)
Nilai sehingga
22
atau
(2.40)
(2.41)
Dengan menggunakan Persamaan (2.39) dan (2.40) maka nilai α dan β dapat
diperoleh. Nilai α dan β untuk beberapa bentuk gelombang standar diberikan pada
Tabel 2.3.
Bentuk Gelombang α β
0,5 / 5 4,080 3,992
1/5 1,557 1,366
1 / 10 2,040 1,961
1 / 40 2,910 2,892
1 / 50 3,044 3,029
1,2 / 50 2,445 2,431
1,5 / 40 1,776 1,757
23
dan
(2.43)
dengan
sehingga
Jadi
(2.44)
24
dengan
(2.45)
untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih tinggi. Pada Gambar 2.9
ditunjukkan rangkaian generator impuls Marx tiga tingkat. Generator ini memiliki
tiga kapasitor pemuat sehingga dinamakan generator Marx tiga tingkat. Selain itu,
generator ini mempunyai tiga sela picu yang dapat dipicu dalam waktu yang
bersamaan. Mula-mula ketiga kapasitor pemuat C1’ dimuati hingga tegangan tiap-
tiap kapasitor sama dengan V. Jika sela F dipicu, ketiga kapasitor pemuat ini
terhubung seri sehingga tegangan total kapasitor pemuat sama dengan 3V.
Rp Rp Rp
G1 G2 G3
DC C 1' C1' C1'
Dapat dilihat bahwa Gambar 2.9 dapat direduksi menjadi generator impuls satu
25
induktansi sasar yang terhubung seri dengan rangkaian seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.10. Nilai induktansi ini biasanya berada dalam orde mikro Henry.
F R1 L
C1 R2 C2
2.11.
C1 L
A
R1
VO R2 C2 V(t)
i(t)
B
Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen generator RC dengan induktansi sasar L
26
1 2 1 s 1 C2 s
s
C1 s 1 2 s 1 C2 s
1 2 C2 s 1 s 1 C2 s
C1 s 1 2 s C2 s 1
1 1 2 C2 s 2 C2 s2 2
C1 s 1 2 s C2 s 1
1 2 s C2 s 1 C1 s 1 2 C2 s 2 C2 s2 2
C1 s 1 2 s C2 s 1
1 C2 s 2 C2 s C 2 s2 1 1 2 C1 C2 s
2
2 C1 C2 s3 2
C1 s
C 1 C 2 s2 1 2 s C1 s
2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1
(s)
C 1 C 2 s3 C 1 C 2 1 2 s2 C1 s
0 C1 C2 s3 C1 C2 1 2 s2 C 1 s
I s .
s 2 C1 C 2 s3 1 2 C1 C2 C2 s
2
1 C2 2 C1 2 C2 s 1
Jadi,
2 . 1 C2 s 2
s I s I s .
1 2 s 1 C2 s 1 2 s C2 s 1
0 2C 1 C 2 s3 C 1 C 2 1 2 s2 C 1 s
s 2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1 1 2 s C2 s 1
0 2 C1 s C2 s2 C2 1 2 s 1
s 2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1 1 2 s C2 s 1
2 C1 1 2 s C2 s 1
0
2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1 1 2 s C2 s 1
0 2 C1
s
2 C1 C2 s3 1 2 C1 C2 C2 s2 1 C2 2 C1 2 C2 s 1
27
0 1
C2 1 2 C1 1 C2 2 C1 2 C2 1
s3 s2 s
2 C1 2 C1 C2 2 C1 C2
Misalkan
1 2 C1
a
2 C1
1 C2 2 C1 2 C2
b
2 C1 C2
1
2 C1 C2
Maka
0 1
s
C2 s3 as2 bs
C1 1 0n 1 13 10 μ
C2 1 n 2 400
Maka
13 400 1 0 10 9 10 10
a 1,315 25 10
400 1 0 10 9 10 10
13 1 10 9 400 1 0 10 9 400 1 10 9
b 9 9 ,2 1012
400 1 0 10 1 10 10 10
1
9 , 101
400 1 0 10 1 10 9 10 10
28
0 1
1 10 9 10 10 s3 1,315 25 10 s2 ,2 1012 s , 101
dimana
0,0215
tan 1 1 5,1520 2 , 2 rad
0,0 11
0
t 2 0,1 22e 0,014 10 t
e 0, 50 10 t
e 2,399 10 t
e 0, 50 10 t
e 2,399 10 t
1 10
0
0,1 22e 0,014 10 t
e 0, 50 10 t
e 2,399 10 t
e 2,399 10 t
1 10 2
2,399 10 t 2,399 10 t
0 0,014 10 t 0, 50 10 t
e e
0,1 22e 2 e
1 10 2 2
0
2 0,1 22e 0,014 10 t
2 e 0, 50 10 t
os 2,399 10 t
1 10
0 0,014 10 t 0, 50 10 t
(t) 2 0,1 22e 0,1 e os 2,399 10 t 2 , 2
1 10
100 0,014 10 t 0, 50 10 t
(t) 2 0,1 22e 0,1 e os 2,399 10 t 2 , 2 k
1 10
0,014 10 t 0, 50 10 t
(t) 555,5 0,1 22e 0,1 e os 2,399 10 t 2 , 2 k
29
menjadi
0,014t 0, 50 t
(t) 555,5 0,1 22e 0,1 e os 2,399 t 2 , 2 k
Adanya induktansi sasar dapat mengakibatkan osilasi pada muka dan ekor
impuls petir dengan adanya induktansi sasar ditunjukkan oleh Persamaan 2.46.
(2.46)
induktif seperti trafo daya dan reaktor. Rangkaian generator impuls dengan beban
30
untuk mendapatkan waktu ekor gelombang yang sesuai standar akan sangat sulit.
F R1
C1 R2 C2 L
2.14.
C1
A
R1
VO R2 C2 L V(t)
i(t)
1
s s
C2 s
1 1
s C2 s2 1
C2 s
2 1 1
s
1
C 2 s2 1
31
1 C 2 s2 s 1
2
1 C 2 s2
1 C2 s2 s 1
2 1 C2 s2 2 1 C 2 s2 s 1
3
1 C2 s
2 s 1 2 1 C2 s2 1 C 2 s2 s 1
2 1 C2 s2
2 1 C 2 s2 s 1
3
1 2 C 2 s2 s 1 2
1
4 3
C1 s
1 2 1 C 2 s2 s 1
C1 s 1 2 C 2 s2 s 1 2
1 2 C 2 s2 s 1 2 2 1 C 2 s2 s 1 C1 s
C1 s 1 2 C2 s2 s 1 2
1 2 C1 C2 s3 s2 1 2 C2 2 C1 1 2 C1 s 1 2
4
C1 s 1 2 C 2 s2 s 1 2
0 C1 s 1 2 C 2 s2 s 1 2
i s
s 1 2 C1 C2 s3 1 2 C2 2 C1 s
2
1 2 C1 s 1 2
2
s 1 i s
2 2
2 s
s i s
1 C2 s
2 s 1 C2 s2 1
2 1 C2 s2
2 1 C 2 s2 s
s i s
2 1 C2 s2 1 C 2 s2 s 1 C2 s2 1
32
0 2 sC1
(s)
1 2 C1 C2 s3 1 2 C2 2 C1 s
2
1 2 C1 s 1 2
0 2 sC1
1 2 C1 C 2 s3 1 C2 2 C1 2 C2 s
2
1 2 C1 s 1 2
0 s
(s) 1 1 1 1 1
1 C2 s3 s2 s 1 2
2 C1 1 C2 1 C1 C2 1 2 C1 C2 1 2 C1 C2
Misalkan
1 1 1
a
2 C1 1 C2 1 C1
1 1
b
C2 1 2 C1 C2
1 2
1 2 C1 C2
Maka
0 s
s
1 C2 s3 as2 bs
C1 1 0n 1 13 10 μ
C2 1 n 2 400
Maka
1 1 1
a 9 9 4, 0 10
400 1 0 10 13 1 10 13 1 0 10 9
33
13 400
9 9 3 2, 5 1015
13 400 1 0 10 1 10 10 10
0 s
s
1 C2 s3 4, 0 10 s2 ,233 1010 s 2, 5 1015
0 s
9
13 1 10 s3 4, 0 10 s2 ,233 1010 s 2, 5 1015
dimana
0,0342 0
tan 1 1 ,9 0,3135 rad
0,1055
0 103 4, 549 10 t
t 0,2110e e 0,00 5 10 t
e 0,0229 10 t
e 0,00 5 10 t
e 0,0229 10 t
234
34
4, 549 10 t 0,00 5 10 t
(t) 42 ,35 0,2110e 0,221 e os 0,0229 10 t 0,3135 k
Jika t dinyatakan dalam mikrosekon (µs) maka persamaan di atas dapat ditulis
menjadi
4, 549t 0,00 5t
(t) 42 ,35 0,2110e 0,221 e os 0,0229t 0,3135 k
impuls petir dengan adanya beban induktif ditunjukkan oleh Persamaan 2.47.
(2.47)
35
LB). [5]
LP
F R1
C1 R2 C2 LB
Pada kasus tertentu diperlukan sebuah resistor yang terhubung paralel dengan
objek uji (Rangkaian Glaninger). Ini ditunjukkan pada Gambar 2.17. [5]
LP
F R1
C1 R2 RP C2 LB
36