TEKS EDITORIAL
OLEH :
Pernikahan anak kembali membuat heboh media sosial. Ahmad Rizal yang masih duduk
di kelas XII SMKN 1 Gerung, menikahi dua perempuan dalam waktu satu minggu. Dua
perempuan yang dinikahi Rizal juga masih duduk di bangku sekolah. Pernikahan ini terjadi di
Desa Cendimanik, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat.
Istri pertama Rizal yang dinikahinya diduga masih berusia 16 tahun. Begitupun dengan
istri keduanya yang dinikahi seminggu kemudian. Merupakan perempuan usia 16 tahun yang
berinisial MR asal Desa Sekotong Tengah. Ia juga merupakan seorang siswi di salah satu
Madrasah Aliyah. Masalah pernikahan usia dini ini merupakan kegagalan dalam perlindungan
hak anak. Fenomena sosial pernikahan dini yang terjadi di Indonesia dengan berbagai latar
belakang ini biasanya disebabkan oleh perilaku seksual remaja yang melakukan hubungan seks
di luar nikah, dimana solusinya sering berakhir dengan pernikahan dini. Selain itu tuntutan sosial
budaya yang masih berlaku pada masyarakat, bahwa wanita yang sudah berusia 16 tahun
dianggap sudah cukup dewasa untuk menikah. Apabila sudah melewati usia itu, orang tua sangat
khawatir, bahwa anaknya akan menjadi pembicaraan masyarakat sebagai gadis yang tidak laku,
oleh karena itu akan menjadi bahan ejekan dengan sebutan perawan tua.
Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan realita yang harus dihadapi sebagian
anak di seluruh dunia, terutama negara berkembang. Alasan orangtua menyetujui pernikahan
anak ini seringkali dilandasi pula oleh ketakutan akan terjadinya kehamilan di luar nikah akibat
pergaulan bebas atau untuk mempererat tali kekeluargaan. Seperti yang diakui oleh Ayah Rizal,
bahwa dirinya mengaku sebelumnya tidak pernah direncanakan kalau Rizal ini akan menikahi
dua gadis. Karena Rizal sendiri membawa istri pertamanya itu untuk dinikahi. Jadi tentu sudah
ada persetujuan sebelumnya dari pihak keluarga untuk Rizal menikah dini dengan gadis di
bawah umur. Hal ini menunjukkan kurang kritisnya pola pikir masyarakat sehingga fenomena
sosial (pernikahan usia dini) masih berulang terus dan terjadi di berbagai wilayah tanah air baik
yang di kota-kota besar maupun di pelosok tanah air.
Melihat fenomena banyaknya usia menikah yang sangat muda, tentunya akan banyak
mengalami masalah dalam kehidupan sosial. Pada usia tersebut mereka terpaksa melahirkan,
memicu pasangan muda memiliki banyak anak karena tingkat fertilitas atau kesuburan yang
tinggi. Angka kelahiran yang tinggi akan memberikan dampak kesenjangan sosial (kemiskinan,
kriminalitas) yang tinggi juga di masyarakat. Sementara secara fisik dan mental mereka belum
siap untuk melahirkan, bagaimanapun juga mereka harus berhadapan dengan berbagai macam
resiko kehidupan seperti kematian ibu serta kematian bayi yang nantinya akan meningkatkan
mortalitas dan juga berakhirnya rumah tangga dengan perceraian.
Opini Kalimat
Kritik “Masalah pernikahan usia dini ini merupakan
kegagalan dalam perlindungan hak anak.”