Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA

TEKS EDITORIAL

OLEH :

Ni Luh Komang Ayu Andina Surya Wasundari


XII MIPA 3
21

SMA N 1 KUTA UTARA


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
a. Menulis Teks Editorial

Pernikahan Dini, Solusi Absurd yang Kian Lazim

Pernikahan anak kembali membuat heboh media sosial. Ahmad Rizal yang masih duduk
di kelas XII SMKN 1 Gerung, menikahi dua perempuan dalam waktu satu minggu. Dua
perempuan yang dinikahi Rizal juga masih duduk di bangku sekolah. Pernikahan ini terjadi di
Desa Cendimanik, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat.

Istri pertama Rizal yang dinikahinya diduga masih berusia 16 tahun. Begitupun dengan
istri keduanya yang dinikahi seminggu kemudian. Merupakan perempuan usia 16 tahun yang
berinisial MR asal Desa Sekotong Tengah. Ia juga merupakan seorang siswi di salah satu
Madrasah Aliyah. Masalah pernikahan usia dini ini merupakan kegagalan dalam perlindungan
hak anak. Fenomena sosial pernikahan dini yang terjadi di Indonesia dengan berbagai latar
belakang ini biasanya disebabkan oleh perilaku seksual remaja yang melakukan hubungan seks
di luar nikah, dimana solusinya sering berakhir dengan pernikahan dini. Selain itu tuntutan sosial
budaya yang masih berlaku pada masyarakat, bahwa wanita yang sudah berusia 16 tahun
dianggap sudah cukup dewasa untuk menikah. Apabila sudah melewati usia itu, orang tua sangat
khawatir, bahwa anaknya akan menjadi pembicaraan masyarakat sebagai gadis yang tidak laku,
oleh karena itu akan menjadi bahan ejekan dengan sebutan perawan tua.

Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan realita yang harus dihadapi sebagian
anak di seluruh dunia, terutama negara berkembang. Alasan orangtua menyetujui pernikahan
anak ini seringkali dilandasi pula oleh ketakutan akan terjadinya kehamilan di luar nikah akibat
pergaulan bebas atau untuk mempererat tali kekeluargaan. Seperti yang diakui oleh Ayah Rizal,
bahwa dirinya mengaku sebelumnya tidak pernah direncanakan kalau Rizal ini akan menikahi
dua gadis. Karena Rizal sendiri membawa istri pertamanya itu untuk dinikahi. Jadi tentu sudah
ada persetujuan sebelumnya dari pihak keluarga untuk Rizal menikah dini dengan gadis di
bawah umur. Hal ini menunjukkan kurang kritisnya pola pikir masyarakat sehingga fenomena
sosial (pernikahan usia dini) masih berulang terus dan terjadi di berbagai wilayah tanah air baik
yang di kota-kota besar maupun di pelosok tanah air.
Melihat fenomena banyaknya usia menikah yang sangat muda, tentunya akan banyak
mengalami masalah dalam kehidupan sosial. Pada usia tersebut mereka terpaksa melahirkan,
memicu pasangan muda memiliki banyak anak karena tingkat fertilitas atau kesuburan yang
tinggi. Angka kelahiran yang tinggi akan memberikan dampak kesenjangan sosial (kemiskinan,
kriminalitas) yang tinggi juga di masyarakat. Sementara secara fisik dan mental mereka belum
siap untuk melahirkan, bagaimanapun juga mereka harus berhadapan dengan berbagai macam
resiko kehidupan seperti kematian ibu serta kematian bayi yang nantinya akan meningkatkan
mortalitas dan juga berakhirnya rumah tangga dengan perceraian.

Mengingat masih banyaknya aturan-aturan dalam budaya tertentu di Indonesia yang


melazimkan terjadinya pernikahan dini pada masyarakat setempat, diharapkan penanganan yang
akan diberikan untuk mencegah pernikahan dini dapat lebih efektif. Selain menggalakan
kampanye berupa penyebaran informasi dan edukasi mengenai pernikahan dini di berbagai
media massa, disarankan juga melakukan pertemuan tatap muka dengan orang tua, komunitas,
dan pemuka agama agar dapat menciptakan lingkungan dengan konsep berpikir yang lebih baik.
Menerapkan beberapa program penanganan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan anak juga bisa menjadi langkah yang tepat untuk dilakukan masyarakat ketimbang
memilih pernikahan dini sebagai solusi jalan pintas.

b. Menentukan Struktur Teks Editorial

Struktur Teks Paragraf


Pengenalan Isu (Tesis) Paragraf ke - 1
Penyampaian Pendapat (Argumentasi) Paragraf ke – 2, 3, dan 4
Penegasan Ulang Paragraf ke 5

c. Menentukan Opini pada Teks Editorial

Opini Kalimat
Kritik “Masalah pernikahan usia dini ini merupakan
kegagalan dalam perlindungan hak anak.”

“Hal ini menunjukkan kurang kritisnya pola


pikir masyarakat sehingga fenomena sosial
(pernikahan usia dini) masih berulang terus dan
terjadi di berbagai wilayah tanah air baik yang
di kota-kota besar maupun di pelosok tanah
air.”
Penilaian “Fenomena sosial pernikahan dini yang terjadi
di Indonesia dengan berbagai latar belakang ini
biasanya disebabkan oleh perilaku seksual
remaja yang melakukan hubungan seks di luar
nikah, dimana solusinya sering berakhir
dengan pernikahan dini.”

“Selain itu tuntutan sosial budaya yang masih


berlaku pada masyarakat, bahwa wanita yang
sudah berusia 16 tahun dianggap sudah cukup
dewasa untuk menikah.”

“Alasan orangtua menyetujui pernikahan anak


ini seringkali dilandasi pula oleh ketakutan
akan terjadinya kehamilan di luar nikah akibat
pergaulan bebas atau untuk mempererat tali
kekeluargaan.”
Prediksi Penulis memprediksi akan ada peningkatan
fertilitas (angka kelahiran) sekaligus mortalitas
(angka kematian) serta makin maraknya
perceraian.yang berpengaruh pada
meningkatnya juga kesenjangan sosial di
kehidupan masyarakat.
Harapan “Mengingat masih banyaknya aturan-aturan
dalam budaya tertentu di Indonesia yang
melazimkan terjadinya pernikahan dini pada
masyarakat setempat, diharapkan penanganan
yang akan diberikan untuk mencegah
pernikahan dini dapat lebih efektif.”
Saran “Selain menggalakan kampanye berupa
penyebaran informasi dan edukasi mengenai
pernikahan dini di berbagai media massa,
disarankan juga melakukan pertemuan tatap
muka dengan orang tua, komunitas, dan
pemuka agama agar dapat menciptakan
lingkungan dengan konsep berpikir yang lebih
baik. Menerapkan beberapa program
penanganan yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan anak juga bisa
menjadi langkah yang tepat untuk dilakukan
masyarakat ketimbang memilih pernikahan
dini sebagai solusi jalan pintas.”

Anda mungkin juga menyukai