Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PENGARUH LATIHAN MEREMAS BOLA TENIS PADA KEKUATAN

OTOT EKSTERMITAS ATAS PADA PASIEN STROKE HEMIPARASE

DI DUSUN DARUNGAN DESA BRANI KULON

Mata Kuliah metodelogi penelitian

Dosen Pembimbing : Ro’isah SKM.,M.Kes

Disusun Oleh :Wulandari Suciwati

(14201.09.17053)

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang mana semakin

lambat pertolongan medis yang diperoleh, maka akan semakin banyak

kerusakan sel saraf yang terjadi, sehingga semakin banyak waktu yang

terbuang, semakin banyak sel saraf yang tidak bisa diselamatkan dan

semakin buruk kecacatan yang didapat (Yurida Olviani, 2017). Stroke

merupakan suatu sindrom yang terdiri dari gejala hilangnya fungsi sistem

saraf pusat fokal atau global yang mana suplai darah yang menuju keotak

terhambat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada otak maupun

sumsum tulang belakang (Dian A. Juwita, 2018).

Stroke disebabkan oleh dua hal yaitu adanya hambatan dan sumbatan,

atau adanya pembuluh darah yang pecah didalam otak ( Sofwan, Rudianto.

2013). Ada beberapa dampak stroke, tergantung pada bagian otak yang

terkena serangan. Kerusakan yang parah dapat menyebabkan kematian

permanen yang akan menimbulkan gangguan mulai dari penglihatan, bicara,

bahasa, kelumpuhan kondisi tubuh, penurunan kemampuan kognitif, sampai

kehilangan memori. Disini keluarga sangatlah berperan penting sebagai

penunjang kesehatan bagi penderita stroke dengan membantu meningkatkan

kualitas hidup mereka (Nadesul, 2011).

Berdasarkan WHO (2018) stroke merupakan penyebab kematian

terbanyak kedua di dunia setelah penyakit jantung dan merupakan penyebab

utama dari disabilitas. Secara global 70% dari stroke dan 87% dari kematian
akibat stroke diperkirakan mencapai 6,7 juta pada tahun 2012. Di Amerika

Serikat angka kejadian stroke sekitar 795.000 orang per tahun (Kristine K.

Miller, 2016). Sekitar 15 juta orang di Cina mengalami stroke setiap

tahunnya, dari hasil tingginya angka kejadian Hipertensi, Diabetes Militus,

dan penyakit Kardiovaskuler, ada lebih dari 2,4 juta korban, sekitar 70-80%

kemampuan mereka untuk bekerja, 40% mengalami disfungsi, 15-30% yang

mengalami cacat (Qi Lu, 2019).

Prevalensi stroke di dunia pada tahun 2010 adalah sebanyak 33 juta,

dengan 16,9 juta orang terkena stroke serangan pertama. Dari data South

East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka

kematian stroke terbesar di Asia Tenggara terjadi di Indonesia yang

kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia,

dan Thailand. Di Indonesia angka kejadian stroke Berdasarkan data terbaru

dari hasil RISKESDAS (2018) merupakan penyebab kematian utama di

Indonesia. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis Nakes dan gejala

tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), Yogyakarta (16,9%), Sulawesi

Tengah (16,6%), dan diikuti Jawa Timur sebesar (16%). Terjadi peningkatan

prevalensi stroke juga meningkat dari 8,3% pada tahun 2007 menjadi 12,1%

(Riskesdas, 2018).

Stroke dapat menimbulkan berbagai tingkat gangguan, seperti

penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitasi pada sebagian anggota

tubuh,menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota tubuh yang

sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien

stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan

oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakan


tubuhnya (imobilisasi). Imobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang

tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic

hypotension, deep vein thrombosis dan kontraktur (Mubarak, 2008). Efek

kelemahan otot pada tangan, wajah, dada, dan kaki dapat menyebabkan

pasien stroke mengalami hilangnya keseimbangan, kesulitan dalam berjalan,

gangguan dalam kemampuan memegang benda, keletihan otot, kurangnya

koordinasi gerakan, yang secara keseluruhan menyebabkan kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan dan melaksanakan ADL, sehingga pasien menjadi

tergantung pada orang lain dan hilangnya kemandirian pasien (NSA, 2012)

Berbagai program dirancang untuk meningkatkan kemampuan pasien

pasca stroke yang mengalami kecacatan. Latihan fisik merupakan salah satu

program latihan yang bisa diberikan kepada pasien pasca stroke untuk

mendapatkan kembali kekuatan otot pada ekstremitas mereka. Latihan

kekuatan/ strength training merupakan salah satu latihan fisik yang berfungsi

untuk meningkatkan kekuatan otot pasien pasca stroke yaitu dengan latihan

resisten progresif (NICE, 2013). Salah satu latihan kekuatan yang sederhana

yang bermanfaat bagi penderita stroke yang selamat yaitu meremas bola

tenis (Collela, 2013). Latihan fisik sendiri baru boleh di mulai setelah pasien

melewati fase akut dan mencapai kestabilan dimana menurut Olsen (2000)

dalam Utomo (2008) fase akut pada stroke non hemoragi berlangsung

selama 5-7 hari sehingga latihan meremas bola tenis ini akan dimulai pada

≥5 hari setelah awitan terjadi.

Latihan meremas bola tenis merupakan salah satu latihan yang

direkomendasikan oleh AHA untuk meningkatkan kekuatan otot tangan

pasien pasca stroke (AHA 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh AHA (2007), yang mengadakan sebuah stroke trial untuk

memprediksi pencapaian fungsional tangan pasien pasca stroke dimana 24

pasien pasca stroke diberikan latihan yang berbeda–beda (4 pasien latihan

mengetuk jari telunjuk, 17 pasien latihan ekstensi pergelangan tangan, dan 3

pasien diberikan latihan meremas bola tenis) selama 6 minggu untuk melihat

pengaruhnya terhadap rentang gerak dan kekuatan otot tangan pasien pasca

stroke.

Berdasarkan fenomena di atas, Latihan meremas bola tenis dapat


membantu mendapatkan kembali kekuatan otot pada ekstremitas mereka
oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh
latihan meremas bola tenis pada kekuatan otot ekstermitas atas pada pasien
stroke hemiparase.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan


masalah pada penelitian ini “apakah ada pengaruh pengaruh latihan
meremas bola tenis pada kekuatan otot ekstermitas atas pada pasien stroke
hemiparase di Wilayah Dusun Darungan Desa Brani Kulon?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adakah pengaruh pengaruh latihan meremas bola tenis

pada kekuatan otot ekstermitas atas pada pasien stroke hemiparase di

Wilayah Dusun Darungan Desa Brani Kulon.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kekuatan otot ekstermitas atas pasien stroke sebelum

diberikan latihan meremas bola tenis di Wilayah Dusun Darungan Desa

Brani Kulon .
2. Mengidentifikasi kekuatan otot ekstermitas atas pasien stroke sesudah

diberikan latihan meremas bola tenis di Wilayah Dusun Darungan Desa

Brani Kulon .

3. Menganalisis pengaruh latihan meremas bola tenis di Wilayah Dusun

Darungan Desa Brani Kulon.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan

Setelah dilakukan penelitian ini dapat memberikan informasi baru

bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah tentang

pengaruh latihan meremas bola tenis di Wilayah Dusun Darungan Desa

Brani Kulon .

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber data baru yang

bisa digunakan sebagai pemecahan yang ada kaitannya dengan pengaruh

latihan meremas bola tenis di Wilayah Dusun Darungan Desa Brani Kulon.

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru bagi lahan penelitian

tentang pengaruh latihan meremas bola tenis di Wilayah Dusun Darungan

Desa Brani Kulon.

1.4.4 Bagi Responden

Dapat digunakan untuk melatih kekutan otot ekstermitas atas pada

pasien stroke di Wilayah Dusun Darungan Desa Brani Kulon.

1.4.5 Bagi Peneliti


Dapat menambah pemahaman terhadap ilmu pengetahuan tentang

pengaruh latihan meremas bola tenis di Wilayah Dusun Darungan Desa

Brani Kulon.

Anda mungkin juga menyukai