Anda di halaman 1dari 14

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH MADU TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN


REMAJA PUTRI KELAS X YANG MENGALAMI ANEMIA
DI SMKN 01 MEMPAWAH HILIR

NUR ISLAMIYAH
I1031131018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PENGARUH MADU TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA
PUTRI KELAS X YANG MENGALAMI ANEMIA
DI SMKN 01 MEMPAWAH HILIR

Nur Islamiyah1, Rita Hafizah2, Desy Wulandari2

ABSTRAK

Latar Belakang: Pemenuhan nutrisi mempengaruhi status kesehatan remaja.


Kekurangan komponen nutrien di dalam tubuh dapat mengakibatkan penurunan
kadar hemoglobin, sehingga menyebabkan terjadinya anemia. Anemia yang tidak
ditangani dengan baik mengakibatkan remaja putri sulit berkonsentrasi, disamping
itu remaja putri akan tampak pucat, sering lelah, lemas, serta terjadi penurunan daya
tahan tubuh. Salah satu pemenuhan nutrisi yang dapat meningkatkan kadar
hemoglobin adalah dengan mengkonsumsi madu, sehingga penting untuk
memperbaiki nutrisi remaja yang mengalami anemia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap kadar
hemoglobin remaja putri kelas X yang mengalami anemia di SMKN 01 Mempawah
Hilir
Metode: Penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan one group pre test-post
test design, pada 22 orang responden remaja putri kelas X, sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Uji analisis yang digunakan adalah uji T berpasangan.
Hasil: Hasil analisis uji T berpasangan diperoleh hasil p value sebesar 0,002
(p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat pengaruh madu terhadap kadar hemoglobin remaja putri
kelas X yang mengalami anemia di SMKN 01 Mempawah Hilir. Sehingga dapat
diedukasikan kandungan madu sebagai pemenuhan nutrisi terhadap remaja yang
mengalami penurunan kadar hemoglobin.
Kata Kunci: Madu, anemia, remaja.
Referensi: (2006 – 2017)
1
Mahasiswa Keperawatan,Fakultas Kedokteran,Universitas Tanjungpura
2
Staf Pengajar Program Studi Keperawatan

1
THE INFLUENCE OF HONEY ON HEMOGLOBIN LEVEL OF GIRL
TEENAGERS OF TENTH GRADE EXPERIENCED ANEMIA
AT SMKN 01 MEMPAWAH HILIR

Nur Islamiyah1, Rita Hafizah2, Desy Wulandari2

ABSTRACT

Background:The nutrition fulfillment will influence teenagers health status. Lack


of nutrient components in the body can lead to hemoglobin decreased levels thus
causing anemia. Anemia is not handled properly making teenagers difficulty to
concentrate in study, besides that they will look pale, often tired, weak,
anddecreased endurance. One of the fulfillment of nutrients can increase
hemoglobin level by consuming honey, so it is important to improve the nutrition of
teenagers having anemia.
Aim: This study aims to determine the effect of honey on hemoglobin levels of girl
teenagers of tenth grade who experienced anemia at SMKN 01 Mempawah Hilir.
Method: Quasy experimental research with one group pre-test-post test in
approachment design. The were 22 respondents girl teenagers of tenth grade.
purposive sampling is used in this research. The analysis test used is paired T test.
Results: Analysis results of paired T test was obtained p value of 0,002 (p <0,05).
Conclusion: The result shows that there is influence of honey on hemoglobin level
of girl teenagers of tenth grade who have anemia at SMKN 01 Mempawah Hilir.
So it can be educated about the content of honey as the fulfillment of nutrition to
teenagers who experienced a decrease hemoglobin levels.
Keywords: Honey, anemia, teenager
Reference: (2006 - 2017)
1
Undergraduate Student of Nursing Department, Faculty of Medicine, Tanjungpura
University
2
Nursing Lecture Tanjungpura University

2
3

PENDAHULUAN gizi termasuk sumber zat besi yang


adekuat.3 Remaja putri memiliki
Remaja merupakan bentuk
risiko sepuluh kali lebih besar untuk
masa peralihan dari kanak-kanak
menderita anemia dibandingkan
menuju ke dewasa yang ditandai
dengan remaja putra, hal ini
dengan perubahan biologis, kognitif,
dikarenakan remaja putri mengalami
dan emosional. Oleh karena itu, masa
menstruasi setiap bulannya.4
remaja adalah masa yang lebih
Menurut data hasil Riskesdas
banyak membutuhkan zat gizi untuk
tahun 2013, prevalensi anemia di
pertumbuhan dan perkembangannya.1
Indonesia yaitu 21,7% dengan
Pada beberapa penelitian yang
penderita anemia berumur 5-14 tahun
telah dilakukan menunjukkan
sebesar 26,4% dan 18,4% penderita
kelompok remaja mengalami banyak
berumur 15-24 tahun. Dari data hasil
masalah gizi. Satu diantara bentuk
penjaringan kesehatan peserta didik
permasalahan gizi dan kesehatan
puskesmas Mempawah Hilir,
remaja putri yaitu anemia. Anemia
diketahui bahwa jumlah penderita
diartikan sebagai rendahnya sel darah
remaja anemia pada tahun 2016
merah atau konsentrasi hemoglobin
sebanyak 114 orang dan meningkat
(Hb) yang mengakibatkan turunnya
pada tahun 2017 sebanyak 339 orang.
kemampuan darah untuk mengangkut
Prevalensi remaja anemia terbanyak
oksigen.2
yaitu pada SMKN 01 Mempawah
Anemia pada remaja putri
Hilir dengan persentase 20%, dimana
disebabkan oleh meningkatnya
71 dari 352 orang remaja mengalami
kebutuhan akan zat besi pada remaja
anemia.
putri yang dibutuhkan untuk
Berbagai studi menunjukkan
pertumbuhan fisik, remaja putri juga
dampak negatif dari anemia akibat
memiliki kebiasaan makan tidak
kekurangan zat gizi besi terhadap
teratur, dan seringnya mengkonsumsi
pertumbuhan dan perkembangan anak
makanan berisiko seperti fast food,
dan remaja.5 Pengaruh anemia zat gizi
snack dan soft drink dan tingginya
besi yang terjadi pada remaja putri
keinginan mereka untuk berdiet
yaitu hilangnya keinginan untuk
sehingga mempengaruhi asupan zat
4

belajar dan berkonsentrasi, muka farmakologis yang berasal dari bahan


tampak pucat, sering merasakan alam yaitu madu, dimana madu
kelelahan dan kurang energi, badan mengandung mineral - mineral
terasa lemas serta mudah mengantuk, penting seperti kalsium, fosfor,
serta menurunkan daya tahan tubuh potasium, sodium, besi, magnesium,
sehingga menyebabkan mudahnya dan tembaga. Kandungan lainnya
terserang penyakit.6 yaitu terdapat glukosa 75%, asam
Dampak jangka panjang dari organik sebesar 8%, protein, enzim,
anemia ini pada remaja putri yang garam mineral 18%, vitamin, biji
nantinya akan hamil dan menjadi renik, minyak, kandungan zat besi
calon ibu, maka remaja putri tidak yang tinggi yang dapat mengobati
akan mampu memenuhi zat-zat gizi penyakit anemia serta mengandung
bagi dirinya dan juga janin dalam antibiotik.9
kandungan, sehingga menyebabkan TUJUAN
komplikasi pada kehamilan dan Untuk mengetahui pengaruh
persalinan, risiko untuk melahirkan madu terhadap kadar hemoglobin
dengan berat bayi lahir rendah remaja putri kelas X yang mengalami
(BBLR) dan angka kematian anemia di SMKN 01 Mempawah
perinatal.7 Hilir
Untuk mengatasi permasalahan BAHAN DAN METODE
anemia akibat kekurangan zat gizi Jenis penelitian ini adalah
besi, secara farmakologis umumnya penelitian kuantitatif. Penelitian ini
kaum wanita mengkonsumsi menggunakan desain penelitian quasy
suplemen mineral zat besi dalam experiment dengan pendekatan one
bentuk tablet, akan tetapi dapat group pre test-posttest design.
memberi efek samping yaitu mual- Populasi pada penelitian ini adalah
muntah dan feses mengeras dan seluruh remaja putri yang berada di
berwarna kehitaman.8 kelas X di SMKN 01 Mempawah
Pengobatan alternatif lainnya yang berjumlah 175 orang. Metode
untuk mengatasi anemia kekurangan sampel pada penelitian ini
zat gizi besi dapat memberikan terapi menggunakan purposive sampling.
5

Jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan kembali pengecekan kadar


adalah 22 orang. Tempat penelitian hemoglobin pada hari kedelapan.
ini dilaksanakan di SMKN 01 HASIL
Mempawah Hilir pada tanggal 15 Mei 1. Analisis univariat
sampai dengan 24 Mei 2017. Tabel 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia, Indeks Massa
Terdapat beberapa tahap dalam
Tubuh, Lingkar Lengan Atas,
pengumpulan data penelitian ini yaitu Lama Menstruasi, dan Riwayat
Penaykit (n=22)
melakukan pretest, pengambilan data
Variabel f (%)
dilakukan pada hari pertama sebelum Usia
diberikan intervensi dengan cara Remaja Menengah 15 68,2 %
(14-16 tahun)
memeriksa kadar hemoglobin remaja Remaja Akhir 7 31,8 %
(17-19 tahun)
putri yang bersedia menjadi Indek Massa Tubuh (IMT)
Kurus (<18) 6 27,3 %
responden selanjutnya selanjutnya Normal (≥18,5 - <24.9) 15 68,2 %
Berat badan lebih 1 4,5 %
diberikan lembar persetujuan (≥25,0 - <27)
(informed consent). Setelah mendapat Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Normal ≥23,5 14 63,6 %
persetujuan, peneliti kemudian Tidak Normal < 23,5 8 36,4 %
Lama Menstruasi
melakukan pretest dengan instrumen Normal (1-7 hari) 19 86,4 %
Tidak normal (>7 hari) 3 13,6 %
alat Easy Touch GCHb, tempat darah Riwayat Penyakit
yang akan diambil yaitu darah kapiler Tidak sakit 9 40,9 %
Sakir Maag 10 45,5 %
pada ujung jari. Jika hasil kadar Alergi 2 9,1 %
Asma 1 4,5 %
hemoglobin berada pada rentang hb Sumber : data primer (2017), telah diolah

11,0–11,9 gr/dl (anemia ringan), Tabel 2. Kadar Hemoglobin


Sebelum Pemberian Madu (n=22)
maka responden akan diberikan madu
Kadar Hemoglobin f (%)
selama 7 hari. Madu yang digunakan Anemia ringan 22 100
sebanyak 28 gr/hari, madu asli berasal (11,0 – 11,9 gr/dl) %
Sumber : data primer (2017), telah diolah
dari daerah Kapuas Hulu, dan waktu
Berdasarkan tabel 2 diperoleh
pemberian madu dilakukan pada pagi bahwa kadar hemoglobin sebelum
hari dan diberikan setiap hari selama pemberian madu berada pada rentang
anemia ringan dengan kadar
7 hari berturut – turut. Setelah
hemoglobin 11,0 – 11,9 gr/dl hal ini
pemberian madu selama 7 hari maka sesuai dengan kriteria inklusi
penelitian.
6

Tabel 3. Kadar Hemoglobin Setelah sesudah intervensi terapi pemberian


Pemberian Madu (n=22)
madu. Dengan demikian dapat
Kadar
Hemoglobin
F (%) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Tidak Anemia 13 59 % madu terhadap kadar hemoglobin
(≥ 12 gr/dl)
Anemia ringan 7 31,8% remaja putri yang mengalami anemia
(11,0 – 11,9 gr/dl)
Anemia sedang 2 9% di SMKN 01 Mempawah Hilir, yaitu
(8,0 – 10,9 gr/dl)
Sumber : data primer (2017), telah diolah untuk meningkatkan kadar
hemoglobin.
Berdasarkan tabel 3 diperoleh
PEMBAHASAN
bahwa kadar hemoglobin setelah
Karakteristik Responden
pemberian madu diperoleh bahwa
Hasil penelitian yang dilakukan
sebanyak 59% tidak mengalami
pada remaja putri di SMKN 01
anemia, 31,8% berada pada anemia
Mempawah Hilir diperoleh responden
ringan, serta 9% mengalami anemia
terbanyak yaitu pada usia remaja
sedang.
menengah (14-16 tahun) dengan
2. Analisa Bivariat persentase 68,2%. Pada umumnya
Tabel 4. Hasil Analisis Kadar seseorang memiliki pertumbuhan
Hemoglobin Sebelum dan Setelah
Pemberian Madu Di SMKN 01, yang berbeda-beda berdasarkan
Mempawah Hilir (n=22) tingkat usia yang dimilikinya.
Mean± Perbedaan p
Variabel
Sd Mean±sd value
Menurut Gibson dalam Sugiarti
Kadar (2014) menyatakan setiap
hemoglobin 11,4364±
sebelum 0,30945 pertumbuhan yang tidak diimbangi
intervensi 0,559±
0,002 dengan nutrisi dan zat besi yang
Kadar 0,724
hemoglobin 11,9955±
setelah 0,79790 seimbang maka dapat menurunkan
intervensi kadar hemoglobin dalam tubuh.10
Sumber : data hasil Uji T berpasangan, (2017)
Berdasarkan tabel 4 dapat Penelitian ini didukung oleh

disimpulkan bahwa hasil uji statistik penelitian yang dilakukan oleh Noor

dengan menggunakan uji T Cholifah (2016) menyatakan bahwa

berpasangan didapatkan nilai p = lebih dari 50% penderita anemia

0,002, maka ada perbedaan yang berada pada kisaran usia 15-16

signifikan antara sebelum dan tahun.11 Hal tersebut menunjukkan


7

kecenderungan siswi usia tersebut kurang dapat menjadi salah satu


mengalami risiko anemia lebih tinggi faktor resiko terjadinya anemia.15
dibandingkan kelompok usia lainnya. Status gizi yang diukur melalui
Pada kisaran usia 15-16 tahun IMT dan LiLA remaja putri maka
dikarenakan seorang remaja putri diperoleh hasil penelitian bahwa IMT
sudah mengalami menstruasi terbanyak yaitu pada kategori normal
sehingga kecenderungan anemia lebih (≥18,5 - <24,9) yaitu sebanyak 15
besar akibat kehilangan darah pada (68,2%) dari 22 orang remaja putri.
saat menstruasi. Hal tersebut sesuai Hasil penelitian juga didukung oleh
dengan teori ketika remaja putri penelitian yang dilakukan Lisma La
mengalami menstruasi yang pertama Pou (2015) di SMP Negeri 10
kali membutuhkan lebih banyak besi Manado menunjukkan hasil yang
untuk menggantikan kehilangan sama yaitu status gizi normal
akibat menstruasi.12 memiliki distribusi terbanyak yaitu
Pengukuran antropometri sebanyak 83,3% dari total 186 siswi.3
merupakan satu diantara pengukuran Berdasarkan karakteristik status
status gizi, yaitu pengukuran gizi yang diukur melalui LiLA,
dilakukan terhadap dimensi tubuh dan responden terbanyak mempunyai
komposisi tubuh. Satu diantaranya ukuran LiLA normal yaitu sebanyak
adalah dengan mengukur indeks 14 responden (63,6%), dan sebanyak
massa tubuh yang merupakan 8 responden (36,4%) mempunyai
indikator penilaian status gizi saat ini ukuran LiLA kurang dari normal.
(current nutrition status).13 Hasil penelitian ini sejalan dengan
Pengukuran pendukung IMT untuk penelitian yang dilakukan oleh
melihat status gizi remaja adalah Hastutik (2016) yang menyatakan
lingkar lengan atas (LiLA).14 Status bahwa pada hasil penelitian diperoleh
gizi merupakan gambaran secara sebagian besar responden yaitu
makro akan zat gizi dalam tubuh kita, sebanyak 30 responden (55,6%)
termasuk salah satunya adalah zat mempunyai ukuran LiLA normal, dan
besi. Bila status gizi tidak normal atau sebanyak 24 responden (44,4%)
8

mempunyai ukuran LiLA kurang dari mengembalikan zat besi yang hilang
normal.16 bersama darah menstruasi sehingga
Hasil penelitian yang diperoleh tetap mengalami anemia. Departemen
maka ketika remaja yang memiliki Gizi dan Kesehatan Masyarakat
IMT dan LiLA dalam rentang normal FKUI dalam Martini (2015)
belum tentu untuk tidak memiliki menyatakan pengetahuan yang
resiko untuk mengalami anemia, hal kurang dapat meningkatkan risiko
ini dikarenakan remaja putri sering remaja terkena anemia terutama
kali memiliki kebiasaan makan yang remaja putri pada saat menstruasi
kurang baik sehingga berpengaruh yang seharusnya mengkonsumsi
terhadap pemenuhan kebutuhan, tambahan asupan zat besi, hal tersebut
seperti sering mengkonsumsi dikarenakan pengetahuan dapat
makanan cepat saji yang sedikit akan mempengaruhi perilakunya termasuk
kandungan zat besi (Fe), vitamin dan pola hidup dan kebiasaan makan.19
mineral, serta keinginan para remaja Hasil karakteristik riwayat
untuk tampil langsing.17 penyakit responden, maka diperoleh
Lama menstruasi remaja putri riwayat penyakit terbanyak yaitu sakit
terbanyak berada pada rentang maag sebanyak 10 orang (45,5%), hal
normal yaitu 1-7 hari (86,4%). Hasil ini sesuai dengan teori yang
penelitian ini didukung oleh menyatakan bahwa malabsorpsi zat
penelitian terdahulu yang dilakukan besi yang di alami remaja pada
oleh Rochmah, S (2013) yang saluran cerna akibat gastritis, ulkus
menyatakan bahwa kecenderungan peptikum, diare, adanya parasit
kejadian anemia lebih tinggi pada cacing tambang, dan sebagainya
remaja putri dengan lama menstruasi dapat menyebabkan anemia.20
yang normal (52%).18 Hal ini Pengaruh Madu Terhadap Kadar
disebabkan oleh faktor kurangnya Hemoglobin Remaja Putri Sebelum
pengetahuan remaja putri serta tidak dan Sesudah Diberikan Intervensi
memperhatikan akan asupan zat gizi Hasil penelitian yang telah
yang seharusnya dikonsumsi selama dilakukan di SMKN 01 Mempawah
menstruasi, sehingga tidak dapat Hilir didapatkan hasil uji statistik
9

menggunakan uji T berpasangan karena dapat berfungsi sebagai


sesudah pemberian intervensi madu pembentuk sel darah merah.
selama 7 hari berturut-turut diperoleh Kandungan zat besi dapat mensintesis
p value (0,002) < α (0,05), sehingga pembentukan heme yang dapat
dapat disimpulkan bahwa terdapat memacu kadar Hemoglobin.22
peningkatan kadar hemoglobin Kandungan lain madu yang berperan
sesudah dilakukannya intervensi penting dalam melarutkan zat besi
pemberian madu. yaitu vitamin C.
Hasil tersebut menunjukkan Zat besi dengan vitamin C
bahwa intervensi pemberian madu membentuk askorbat besi kompleks
terhadap kadar hemoglobin remaja yang larut dan mudah untuk diserap
putri yang mengalami anemia oleh organ-organ pada tubuh
memiliki efek untuk meningkatkan manusia. Pengubahan zat besi non-
kadar hemoglobin. Hal ini heme dalam bentuk senyawa etabolis
dikarenakan madu memiliki Ferri menjadi Ferro akan semakin
kandungan mineral dalam madu besar bila pH di dalam lambung
diantaranya; belerang (S), kalsium semakin asam. Vitamin C dapat
(Ca), tembaga (Cu), mangan (Mn), menambah keasaman sehingga
besi (Fe), fosfor (P), klor (Cl), kalium membantu meningkatkan penyerapan
(K), magnesium (Mg), iodium (I), zat besi sebanyak 30%.6 Selain itu,
seng (Zn), silikon (Si), natrium (Na), adanya asam folat yang juga penting
molibdenum (Mo) dan aluminium untuk pembentukan sel baru,
(Al) sedangkan potasium merupakan sehingga dapat mempengaruhi Fe
mineral utama pada madu, disamping dalam darah dan diharapkan
itu madu pun mengandung vitamin terjadinya peningkatan hemoglobin.10
diantaranya vitamin E, vitamin C Hasil penelitian ini sejalan
serta vitamin B1, B6, dan asam dengan penelitian terdahulu yang
folat.21 dilakukan oleh Haddad A. El Rabey
Madu mengandung zat besi (2013) yang melakukan percobaan
(Fe), yang merupakan mikromineral pada tikus diperoleh peningkatan
yang sangat penting di dalam tubuh kadar hemoglobin yang signifikan
10

dalam darah tikus yang puskesmas dengan melakukan


mengkonsumsi madu.23 penyuluhan kepada masyarakat
Berdasarkan penjelasan diatas sebagai bentuk upaya promosi dan
maka peneliti berpendapat bahwa preventif untuk menanggulangi dan
madu dapat berpengaruh terhadap meminimalkan angka kejadian
kadar hemoglobin pada remaja putri anemia. Peneliti juga berharap
yang mengalami anemia. Hal ini kepada peneliti selanjutnya untuk
didukung oleh faktor lain yang dapat mengontrol makanan
mempengaruhi peningkatan kadar responden, menggunakan kelompok
hemoglobin pada responden kontrol sebagai pembanding, dapat
penelitian yaitu dikarenakan status mengkombinasi madu dengan
gizi yang diukur melalui indeks massa makanan lainnya, serta variasi dosis
tubuh dan lingkar lengan atas berada madu.
pada rentang yang normal, lama DAFTAR PUSTAKA
menstruasi responden juga berada 1. Indartanti D dan Kartini A.
(2014). Hubungan Status Gizi
pada waktu yang normal yaitu dalam
Dengan Kejadian Anemia Pada
rentang 1-7 hari, serta didukung oleh Remaja Putri. Journal of
Nutrition College, Vol. 3, No 2
tidak adanya riwayat penyakit infeksi
2. Febrianti. (2013). Lama Haid
pada seluruh responden, sehingga Dan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri. Jurnal Kesehatan
hasil yang didapatkan dapat tercapai
Reproduksi, Vol. 4 No. 1.
dengan optimal. 3. Pou LL, Kapantow NH, Punuh
MI. (2015). Hubungan Antara
KESIMPULAN DAN SARAN
Status Gizi Dengan Kejadian
Hasil penelitian menunjukkan Anemia Pada Siswi Smp Negeri
10 Manado. NJurnal Ilmiah
terdapat pengaruh madu terhadap
Farmasi – UNSRAT Vol. 4, No.
kadar hemoglobin remaja putri kelas 4. Lewa, Farid. (2016). Hubungan
Asupan Protein, Zat Besi Dan
X yang mengalami anemia di SMKN
Vitamin C Dengan Kejadian
01 Mempawah Hilir. Penelitian ini Anemia Pada Remaja Putri Di
Man 2 Model Palu. Jurnal
diharapkan untuk menambah
Publikasi Kesehatan Masyarakat
wawasan khususnya bagi masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1.
5. Yulianti H, Hadju V, Alasiry E.
dan para remaja yang mengalami
(2016). Pengaruh Ekstrak Daun
anemia, serta perawat komunitas di Kelor Terhadap Peningkatan
11

Kadar Hemoglobin Pada Remaja Remaja Putri Di Sma Kifayatul


Putri Di Smu Muhammadiyah Achyar Wilayak Kec.Cibiru-
Kupang. JST Kesehatan, Vol.6, Bandung. Bhakti Kencana
No.3. Medika, Vol. 2, No. 4.
6. Sulistiyowati. (2015). Pengaruh 14. Sicilia. (2016). Penilaian Status
Jambu Biji Merah Terhadap Gizi Siswi Kelas X Dan Xi Di
Kadar Hb Saat Menstruasi Pada Sman 1 Depok, Kabupaten
Mahasiswi Diii Kebidanan Stikes Sleman, Yogyakarta. Media Ilmu
Muhammadiyah Lamongan. Kesehatan, Vol. 5, No. 1.
Jurnal Kebidanan dan 15. Listiana, Akma. (2016). Analisis
Keperawatan, Vol. 11, No. 2. Faktor-Faktor Yang
7. Marlina, Hastuti. (2015). Berhubungan Dengan Kejadian
Pemberian Tablet Fe Dan Jus Anemia Gizi Besi Pada Remaja
Jambu Biji Pada Remaja Putri Putri Di Smkn 1 Terbanggi Besar
Yang Anemia Defisiensi Besi. Lampung Tengah. Jurnal
Jurnal Ilmu Kebidanan, Vol. III, Kesehatan, Vol. VII, No. 3.
No 1. 16. Hastutik. (2016). Analisis Kadar
8. Susane LMA, Ristyaning P. Hemoglobin Berdasarkan
(2016). Madu sebagai Peningkat Lingkar Lengan Atas (Lila) Pada
Kadar Hemoglobin pada Remaja Remaja Putri Di Stikes Mitra
Putri yang Mengalami Anemia Husada Karanganyar. Maternal,
Defisiensi Besi. Jurnal Majority, Vol.1, No. 1.
Vol. 5, No 1. 17. Indartanti D dan Kartini A.
9. Rista, Yuziani. (2014). (2014). Hubungan Status Gizi
Efektifitas Madu Terhadap Dengan Kejadian Anemia Pada
Peningkatan Hb Pada Tikus Remaja Putri. Journal of
Putih. Jesbio Vol. III, No. 5. Nutrition College, Vol. 3, No 2
10. Sugiarti. (2014). Pengaruh 18. Rochmah, S. (2013). Faktor-
Konsumsi Jus Bayam Merah Dan Faktor Yang Berpengaruh Pada
Madu Terhadap Peningkatan Status Anemia Remaja Putri Di
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil. SMAN 13 Kota Tangerang
11. Noor Cholifah. (2016). Aplikasi Provinsi Banten. FKM UI.
Pemberian Kurma Sebagai 19. Martini. (2015). Faktor - Faktor
Upaya Peningkatan Kadar Yang Berhubungan Dengan
Hemoglobin Pada Remaja Putri Kejadian Anemia Pada Remaja
Yang Mengalami Anemia. ISBN Putri Di Man 1 Metro. Jurnal
978-979-3812-42-7. Kesehatan Metro Sai Wawai Vol.
12. Desri S. (2015). Analisis Pola VIII, No. 1.
Makan Dan Anemia Gizi Besi 20. Dieny FF. (2014). Permasalahan
Pada Remaja Putri Kota Gizi pada Remaja Putri.
Bengkulu. Jurnal Kesehatan Yogyakarta: Graha Ilmu.
Masyarakat Andalas, Vol. 10, 21. Haqiqi, FN. (2015). Efek
No. 1. Pemberian Madu Hutan terhadap
13. Abidin, Imam. (2012). Hubungan Mukosa Gaster yang Diinduksi
Indeks Massa Tubuh (Imt) Ibuprofen Suspensi. Majority
Dengan Kejadian Anemia Pada Vol. 4, No. 8.
12

22. Zen HAT. (2013). Pengaruh


Pemberian Sari Kurma (Phoenix
dactylifera) terhadap Kadar
Hemoglobin. Sains Medika, Vol.
5, No. 1.
23. El Rabey, Al-Seeni, Al-Solamy.
(2013). Bee’s Honey Protects the
Liver of Male Rats against
Melamine Toxicity. Biomed
Research International, Vol
2013, ID 786051.

Anda mungkin juga menyukai