Anda di halaman 1dari 11

Bersama saya,

Syarifah Arsih Nur


Saya Syarifah
Arsih Nur,
dari kelas IX A
Akan
Bapakku, menceritakan
kembali

Maafkan aku sepotong kisah


gadis dewasa
dengan
seorang
ayahnya yang
tua dan rentan.
Kulangkahkan kakiku menuju rumahku, aku benar benar lelah dan penat
seusai bekerja di kantorku. Pada saat itu, hari sudah petang dan adzan pun
sudah berkumandang.

Sesampainya dirumah, kubuka maskerku dan kudapati bapakku yang


sedang memegang palu dan paku. Ia bertanya, “Sudah pulang, Nak?”Aku
tidak terlalu memperhatikannya dan hanya berkata, “iya Pak.” Setelah itu,
aku segera menaruh tas dan nasi bungkus yang tadi kubeli sebelum pulang ke
rumah.

Ayahku masih terlihat sibuk dengan palu dan pakunya. Aku sempat
memperhatikannya mengambil sesuatu yang berada di bawah tv sambil
berkata, “Rasanya tadi ada disini.” Akupun bingung dan bertanya, “Cari apa
sih, Pak?” “Ini... paku, jatuh.... Buat pasang foto, Nak,” katanya sambil sibuk
mencari paku tersebut.
Sambil menyiapkan makanan dan minuman untuk berbuka, aku berkata,
“Buka dululah, Pak.” “Iya... sebentar, Nak,” katanya halus menolak saranku.

“Masang fotonya juga bisa besok,” kataku menyarankan bapakku untuk


makan terlebih dulu. Namun, ia malah menjawab sebaliknya dengan berkata
halus, “Iya... sebentar... aja.”

Selesai aku menyiapkan makanan dan minuman, aku segera duduk di kursi
makan dan berkata kepada bapakku, “Masih lama gak, Pak?” Namun, dia
tetap menyautiku dengan perkataan yang sama yakni “Sebentar, Nak.”
Merasa kesal dan kecewa dengan jawaban bapak, akupun berkata, “Klau
masih lama, aku beresin makanannya dan nanti ambil sendiri di dapur. Aku
capek soalnya...” lanjutku dengan nada kasar.
Akhirnyapun, ia mengambil foto yang ingin dipasangnya tadi, lalu
memutuskan duduk dan makan bersamaku sambil berkata dengan nada sedih,
“Bapak memang sengaja ingin memasang foto ini untuk menemani bapak
makan, ketika kamu sibuk bekerja....” “hehhhhh...” dia menghembuskan
nafasnya tanda sedih ketika mengingat dikala ia makan sendirian.

Setelah itu, ia bertanya kepadaku dengan nada halusnya, “Kapan terakhir


kali kita makan bersama, Nak?” Begitu kudengar serpihan serpihan kata yang
menjadi kalimat menyentuh itupun, aku sedikit tersentuh dan merasa
kasihan terhadap bapakku. Aku menatap wajahnya yang sudah tua dan lemah.
“Rasanya....” “Kring.... Kringg...” suara HP ku berdering. Ternyata ada yang
menelpon. Akupun berkata kepada ayahku, “Sebentar pak yah... dari kantor,
bapak lanjutin aja makan duluan...” kataku dan segera mengangkat telpon.
Keesokan harinya, aku masak di dapur. Terdengan suara langkah bapakku
mendekat, ia pun bertanya, “Kamu masih tetap bekerja, Nak?” Aku pun
menjawab, “Iya, habis masak Yanti juga berangkat kerja, Pak.” Namun,
bapakku berkata, “Tidak sebaiknya kamu dirumah saja, Nak?” Iapun
melanjutkan dengan berkata, “Di luar sana sudah banyak virus Corona yang
menular, Nak.” Akupun menjawabnya, “Yanti belum dapat libur Pak dari
kantor. Lagian... kalau Yanti gak kerja, kita mau makan apa? Ayahku tetap
menasihatiku dengan mengatapakan bahwa aku harus segera menikah,
“Sebaiknya kamu segera menikah, Nak. Suapaya kamu tidak susah susah lagi
untuk bekerja. Bapak sarankan, kalau kamu sudah menikah, kamu tetap
tinggal disini, agar bapak dekat dengan kamu, Nak.”
Setelah bersiap siap, akupun berangkat bekerja. Aku berkata kepada
bapakku, “Yanti berangkat dulu ya, Pak.”

Di saat itu, bapakku memang berada di Wc. Namun, tak ku tau dan
kuduga, ia terpeleset disana. Dan akhirnya, meninggalkanku untuk selama
lamanya.

Mulai saat itu, segalanya kuisi dengan kesendirian. Tanpa bapak dan juga
nasehat bapak. Namun, bapak benar. Foto itu serasa sebagai teman, ia
menemaniku dikala makan dan dikala aku merindukanmu, OH Bapakku,
Maafkan aku.
THE END
Adakah Amanat
yang dapat kita Kita harus patuh terhadap
ambil dari nasehat orang tua kita,
cerpen diatas? apalagi jika nasehatnya
yang baik. Karena apa?
Kalau ada, apa Karena nasehat itulah yang
saja? dapat menyelamatkan kita.
Selain itu, orang tualah yang
merawat kita hingga besar dan
bekerja.
Demikian dari saya, semoga dapat
menambah wawasan kita semua
dalam menjalani hidup yang penuh
warna warni ini.
Salam bahasa! Majukan bangsa!
Dan terus jaya!
Bye, Bye!

Anda mungkin juga menyukai