Ayahku masih terlihat sibuk dengan palu dan pakunya. Aku sempat
memperhatikannya mengambil sesuatu yang berada di bawah tv sambil
berkata, “Rasanya tadi ada disini.” Akupun bingung dan bertanya, “Cari apa
sih, Pak?” “Ini... paku, jatuh.... Buat pasang foto, Nak,” katanya sambil sibuk
mencari paku tersebut.
Sambil menyiapkan makanan dan minuman untuk berbuka, aku berkata,
“Buka dululah, Pak.” “Iya... sebentar, Nak,” katanya halus menolak saranku.
Selesai aku menyiapkan makanan dan minuman, aku segera duduk di kursi
makan dan berkata kepada bapakku, “Masih lama gak, Pak?” Namun, dia
tetap menyautiku dengan perkataan yang sama yakni “Sebentar, Nak.”
Merasa kesal dan kecewa dengan jawaban bapak, akupun berkata, “Klau
masih lama, aku beresin makanannya dan nanti ambil sendiri di dapur. Aku
capek soalnya...” lanjutku dengan nada kasar.
Akhirnyapun, ia mengambil foto yang ingin dipasangnya tadi, lalu
memutuskan duduk dan makan bersamaku sambil berkata dengan nada sedih,
“Bapak memang sengaja ingin memasang foto ini untuk menemani bapak
makan, ketika kamu sibuk bekerja....” “hehhhhh...” dia menghembuskan
nafasnya tanda sedih ketika mengingat dikala ia makan sendirian.
Di saat itu, bapakku memang berada di Wc. Namun, tak ku tau dan
kuduga, ia terpeleset disana. Dan akhirnya, meninggalkanku untuk selama
lamanya.
Mulai saat itu, segalanya kuisi dengan kesendirian. Tanpa bapak dan juga
nasehat bapak. Namun, bapak benar. Foto itu serasa sebagai teman, ia
menemaniku dikala makan dan dikala aku merindukanmu, OH Bapakku,
Maafkan aku.
THE END
Adakah Amanat
yang dapat kita Kita harus patuh terhadap
ambil dari nasehat orang tua kita,
cerpen diatas? apalagi jika nasehatnya
yang baik. Karena apa?
Kalau ada, apa Karena nasehat itulah yang
saja? dapat menyelamatkan kita.
Selain itu, orang tualah yang
merawat kita hingga besar dan
bekerja.
Demikian dari saya, semoga dapat
menambah wawasan kita semua
dalam menjalani hidup yang penuh
warna warni ini.
Salam bahasa! Majukan bangsa!
Dan terus jaya!
Bye, Bye!