Anda di halaman 1dari 16

Step 7

1. Macam macam trauma dan manifestasinya !

Etiologi dan Patofisiologi


Ada 2 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1.      Trauma tajam
2.      Trauma Iatrogenik
3.      Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman merupakan 10 – 20 %
penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.Baik luka tikam atau tusuk pada
abdomen bagian atas atau pinggang maupun luka tembak pada abdomen
yang disertai hematuria merupakan tanda pasti cedera pada ginjal. 
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin
meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma
iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah
diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan,
kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah
raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma
berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung
misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara
tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan
avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang
menimbulkan trombosis.

a.       Etiologi

-    Trauma tumpul ( tersering ).

Perkelahian, terjatuh, olah raga dengan kontak, kecelakaan lalu


lintas.

-    Trauma tembus

Tembakan, ruda paksa tusukan, senjata tajam.

-    Akselerasi / Deselerasi

Kecelakaan lalu lintas yang mengenai pedical ginjal.

-    Tatrogenik
Biopsi ginjal, koliktomi.

-    Ginjal patologis

Ginjal patologis lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan lemahnya


pertahanan ginjal ( seperti : Ginjal polikistik, hidronefrosis, ginjal ektopik. ).

b.      Patofisiologi

Ginjal merupakan organ yang banyak mengandung urine dan darah yang
terlindung oleh lapisan lemak, tulang rusuk dan otot abdomen. Karena
benturan yang keras, maka benturan ini akan diteruskan kesemua tekanan
hidrostatik dan capsula fibrosa parenkhim ginjal yang selanjutnya
menyebabkan kerusakan.

c.       Tanda dan gejala

-    Rasa sakit / nyeri daerah trauma ---- ginjal ---- bahkan sampai syok.

-    Hematuri.

-    Hematom pada pinggang.

-    Teraba masa pada pinggang.

-    Nyeri tekan pada daerah trauma.

 Diagnosa banding

-        Fraktur vertebra / iga dan hematom retroperineal.

-         Trauma traktus urogenitalis lain.

TRAUMA URETER

Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang


atau manifestasi ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke
jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian bawah dan
pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus
paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan
adanya urine pada luka terbuka.
- Pada umumnya tanda dan gejala klinik umumnya tidak spesifik.
- Hematuria menunjukkan cedera pada saluran kemih.
- Bila terjadi ekstravasasi urin dapat timbul urinom pada pinggang
atau abdomen, fistel uretero-kutan melalui luka atau tanda
rangsang peritoneum bils urin masuk ke rongga intraperitoneal.

TRAUMA BULI-BULI

DEFINISI

cedera pada buli-buli akibat trauma tumpul

Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo

2. Mengapa didapatkan kencing berwarna merah ?

Hematuria :didapatkannya sel darah merah di dalam urin

Pseudohematuria urin yang berwarna merah/kecoklatan yang bukan disebabkan karena


sel darah merah.

Hematuria makroskopis hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine
yang berwarna merah.

Hematuria mikroskopis hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai
urin yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan lebih dari 2
sel darah merah per lapangan pandang.

Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo


Hematuria :didapatkannya sel darah merah di dalam urin
 Pseudohematuria à urin yang berwarna merah/kecoklatan yang
bukan disebabkan karena sel darah merah.
 Hematuria makroskopis à hematuria yang secara kasat mata
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah.
 Hematuria mikroskopis à hematuria yang secara kasat mata
tidak dapat dilihat sebagai urin yang berwarna merah tetapi
pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan lebih dari 2 sel
darah merah per lapangan pandang.
 Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo

3. Mengapa didapatkan sakit perut dan pinggang ?


Kecelakaan à kena stang à nyeri perut dan pinggang kiri à
kemungkinan besar ada trauma ginjal karena disertai dengan
hematuria à trauma ginjal ada 2, langsung (benturan), tdk
langsung(pergerakan ginjal tiba2 dlm ruang peritoneum cedera
iatrogenik ( tindakan bedah dokter saat operasi) à goncangan pada
ginjal dalam rongga peritoneumà regangan pedikel pemb darah pd
ginjal à robekan di tunika intima a.renalis à terbentuk bekuan darah à
trombosis a.renalis dan cabang cabangnya
Cedera pada ginjal bisa dipermudah jika ada hidronefrosis, kista
ginjal/tumor ginjal

Curiga trauma pd ginjal


 Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah,
abdomen bagian atas, disertai nyeri dan didapatkan jejas di
daerah lokasinya.
 Ada hematuria
 Ada fraktur costa 11/12, atau terjadi fraktur proc.spinosus
 Trauma yg menembus abdomen/pinggang (luka tusuk, tembak)
 Cedera deselari yang berat akibat jatuh dari ketinggian ,
kecelakaan lalu lintas

Kontusio : perdarahan parenkim ginjal tanpa adanya kerusakan


kapsul jaringan atau calix (hematom)
Laserasi :robekan parenkim biasanya dari kapsul sampe pelvio calix
Pedikel: cedera pada vasa

Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo


4. Mengapa dia diberi infus RL 1 liter dan oksigen?

Ringer Laktat (RL)


RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada kebutuhan volume
dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai replacement therapy, antara lain
untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar.
Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi
bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium
yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk
kasus defisit kalium.
Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai
sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah
terjadinya ketosis.
Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+
(130 mEq/L), Cl-
(109 mEq/L), Ca+
(3 mEq/L),
dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml
dan 1.000 ml.

Secara umum kehilangan darah 10% dari Estimated Blood Volume dapat ditolerir tanpa
perubahan-perubahan yang serius (EBV dewasa 70 cc/kg BB), anak < 2 th (80 cc/kg BB).
Kehilangan > 10% memerlukan penggantian berupa Ringer Laktat. Batas penggantian
darah dengan Ringer Laktat adalah sampai Kehilangan 20% EBV atau Hematokrit 28%
atau Hemoglobin ± 8 gr%. Jumlah cairan masuk harus 2- 4 x jumlah perdarahan. Cara
hemodilusi begini bukan untuk menggantikan tempat transfusi darah, tetapi untuk :
Tindakan sementara, sebelum darah datang.
Mengurangi jumlah transfusi darah sejauh transpor oksigen masih memadai.
Menunda pemberian transfusi darah sampai saat yang lebih baik (misalnya pemberian
transfusi perlahanlahan/postoperatif setelah penderita sadar, agar observasi lebih baik
kalau-kalau terjadi reaksi transfusi)

Cairan Ringer Laktat mengembalikan sequestrasi/third space loss yang terjadi pada
waktu perdarahan/shock.Jumlah darah yang hilang tidak selalu dapat diukur namun
dengan melihat akibatnya pada tubuh penderita, jumlah darah yang hilang dapat
diperkirakan sbb. :
preshock : kehilangan s/d 10%
shock ringan : kehilangan 10 - 20%. Tekanan darah turun, nadi naik, perfusi dingin,
basah, pucat.
Shock sedang : kehilangan 20 - 30%. Tekanan darah turun sampai 70 mmHg. Nadi naik
sampai diatas 140. Perfusi buruk, urine berhenti.
Shock berat : kehilangan lebih dari 35% : Tekanan Darah sampai tak terukur, nadi sampai
tak teraba

Untuk fluid lose pada kasus-kasus abdomen akut diberikan Ringer Laktat dengan
pedoman Berkurangnya volume cairan intersisial menyebabkan terjadinya tanda-tanda
interssisial yaitu : turgor kulit jelek, mata cekung, ubun-ubun cekung, selaput lendir
kering. Berkurangnya volume plasma menyebabkan terjadinya "tanda-tanda plasma"
yaitu : takhikardia, oli-guria, hipotensi,shock.

http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/11718016.pdf

5. Mengapa dipasang kateter ?


Pemasangan kateter itu untuk mengetahui cairan yang keluar itu seimbang atau
tidak
Kateter untuk mendeteksi lokasi yang terkena trauma melalui kontrol pengeluaran
urin

6. Mengapa ditemukan jejas di abdomen kiri atas, nyeri di pinggang kiri dan abdomen
kiri atas ?
• Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan
kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velisitas tinggi sering menimbulkan
kerusakan organ multipel, seperti organ padat ( hepar, lien, ginjal ) dari pada organ-
organ berongga
• Adanya trauma: derajat minor dan mayor
• Derajat ringan/minor: nyeri derajat ringan hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang,
adanya jejas, terdapat hematuria makroskopis, mikroskopis
• Derajat mayor: syok, hematoma makin lama makin besar
• Dengan trauma derajat ringan
• Minor : 1-2
1: ada kontusio ginjal hematom perirenal
2: laserasi ginjal terbatas pd korteks
• Mayor 3-4
3: laserasi ginjal pada medulla, trombosis arteri segmentaslis
4: laserasi sampe ke sistem kalises ginjal
5: avulsi ginjal terjadi trombosis a.renalis

7. Bagaimana penanganan awal pasien kecelakaan pada skenario ( kedaruratan) ?

Airway
Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) Periksa cedera tulang
belakang leher dan menentukan apakah jalan nafas dilindungi dan diposisikan secara
memadai setelah trauma. Amati untuk tingkat kesadaran, air liur dan sekresi, benda
asing, luka bakar wajah, karbon di dahak. Palpasi untuk setiap deformitas wajah atau
leher dan memeriksa refleks muntah .Mendengarkan untuk suara serak atau stridor.

Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan perubahan pada pola napas,
kedalaman, frekuensi, irama, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / gangguan depresi
narcotic, respirasi cepat, dangkal.

Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan efek anathesi
yang berlebihan, obstruksi. diafragma, retraksi sterna.
Untuk menilai kecukupan alat pernapasan, amati :
Amati tanda-tanda deviasi trakea, distensi vena jugularis (JVD), tanda Kussmaul's
(meningkat JVD dengan inspirasi),
Palpasi untuk Krepitus tulang, udara subkutan atau lunak
Auscultates untuk menilai masuknya udara, simetri, suara adventitial (crackles,
mengeluarkan bunyi dan menggosok), dan
Perkusi, jika perlu, untuk hyperresonance atau kusam di setiap sisi.
Sirkulasi
Palpasi denyut nadi untuk tingkat, kontur keteraturan, dan kekuatan
Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia).
Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan
Disability
Tingakt kesadaran : GCS

Grace, Pierce A. Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga

8. Dd?

Definisi
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam trauma baik tumpul maupun tajam.

Epidemiologi
Trauma ginjal merupakan trauma yang paling sering terjadi.

Etiologi dan Patofisiologi


Ada 2 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1.      Trauma tajam
2.      Trauma Iatrogenik
3.      Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman merupakan 10 – 20 %
penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.Baik luka tikam atau tusuk pada
abdomen bagian atas atau pinggang maupun luka tembak pada abdomen
yang disertai hematuria merupakan tanda pasti cedera pada ginjal. 
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin
meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma
iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah
diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan,
kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah
raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma
berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung
misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara
tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan
avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang
menimbulkan trombosis.

a.       Etiologi

-    Trauma tumpul ( tersering ).

Perkelahian, terjatuh, olah raga dengan kontak, kecelakaan lalu


lintas.

-    Trauma tembus

Tembakan, ruda paksa tusukan, senjata tajam.

-    Akselerasi / Deselerasi

Kecelakaan lalu lintas yang mengenai pedical ginjal.

-    Tatrogenik

Biopsi ginjal, koliktomi.

-    Ginjal patologis
Ginjal patologis lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan lemahnya
pertahanan ginjal ( seperti : Ginjal polikistik, hidronefrosis, ginjal ektopik. ).

b.      Patofisiologi

Ginjal merupakan organ yang banyak mengandung urine dan darah yang
terlindung oleh lapisan lemak, tulang rusuk dan otot abdomen. Karena
benturan yang keras, maka benturan ini akan diteruskan kesemua tekanan
hidrostatik dan capsula fibrosa parenkhim ginjal yang selanjutnya
menyebabkan kerusakan.

c.       Tanda dan gejala

-    Rasa sakit / nyeri daerah trauma ---- ginjal ---- bahkan sampai syok.

-    Hematuri.

-    Hematom pada pinggang.

-    Teraba masa pada pinggang.

-    Nyeri tekan pada daerah trauma.

 Diagnosa banding

-        Fraktur vertebra / iga dan hematom retroperineal.

-         Trauma traktus urogenitalis lain.

TRAUMA URETER

Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang


atau manifestasi ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke
jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian bawah dan
pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus
paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan
adanya urine pada luka terbuka.
- Pada umumnya tanda dan gejala klinik umumnya tidak spesifik.
- Hematuria menunjukkan cedera pada saluran kemih.
- Bila terjadi ekstravasasi urin dapat timbul urinom pada pinggang
atau abdomen, fistel uretero-kutan melalui luka atau tanda
rangsang peritoneum bils urin masuk ke rongga intraperitoneal.

TRAUMA BULI-BULI

DEFINISI

cedera pada buli-buli akibat trauma tumpul

Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo

ETIOLOGI

Dari traumanya:

 Trauma yang mencederai buli – buli dapat berasal dari luar yaitu
merupakan trauma tajam akibat tusukan maupun tembakan, dan
trauma tumpul yang mengenai regio suprasimpisis.
 Trauma tumpul yang mengenai perut sebelah bawah menyebabkan fraktur
tulang pelvis dan fragmennya menusuk buli – buli. Selain itu trauma tumpul
dapat mencederai buli – buli yang terisi penuh. Kurang lebih 90 % trauma buli
– buli adalah akibat dari fraktur pelvis
 Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli – buli iatrogenic antara
lain pada reseksi buli – buli transuretral ( TUR buli – buli ) atau litotripsi
Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo

KLASIFIKASI

Secara klinis cedera buli – buli dibedakan menjadi kontusio buli – buli, cedera
buli – buli ekstra peritoneal dan cedera intra peritoneal.

 Pada kontusio buli – buli hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin
didapatkan hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urine
ke luar buli – buli
 Cedera buli – buli intra peritoneal biasanya terjadi pada saat buli – buli dalam
kedaan terisi penuh kemudian mendapatkan trauma dari luar. Tekanan dari
trauma itu diteruskan ke bagian terlemah buli – buli yaitu fundus yang
dilingkupi oleh peritoneum. Trauma ini menyebabkan robeknya fundus buli –
buli sehingga urine mengalir ke rongga peritoneal
 Cedera ekstra peritoneal terjadi akibat tertusuk oleh fragmen tulang pelvis
yang mengalami fraktur. Fragmen ini akan mencederai dinding buli – buli
sebelah inferiolateral dan terjadi ekstravasasi urine ke rongga ekstraperitoneal

MANIFESTASI KLINIS

 pasien mengeluh nyeri di suprasimpisis


 hematuria dan mungkin pasien tidak dapat miksi
 bagian buli-buli yang mengalami trauma pada intra atau ekstra peritoneal
adanya organ lain yang mengalami cedera serta penyulit yang terjadi
akibat trauma.

Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo

Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat. - Nyeri


suprapubik - Ketegangan otot dinding perut bawah - Hematuria -
Ekstravasasi kontras pada sistogram.

Trauma terbuka : luka tusuk,luka tembak


Klinis : luka tusukan/tembakan, hematuria dll
Trauma tertutup : sering karena KLL terjadi ekstravasasi urine ke cavum
Retzii atau intra peritoneal atau herektum
Klinis :
 hematuria
 nyeri suprapubik/abdomen bagian bawah
 hematome abdomen bagian bawah
 tanda2 peritonitis bagian bawah

Dasar – Dasar Urologi Edisi kedua, Basuki B Purnomo

PATOFISIOGENESIS

 Jika penderita kencing sebelum terjadi kecelakaan à kecil kemungkinan


adanya rupture intraperitoneal.
 Jika penderita belum kencing sebelum terjadi kecelakaan à buli-buli
dalam keadaan penuh à jika terjadi trauma benturan à buli-buli robek,
ruptur à ektravasasi urin dan darah ke intraperitoneal dan dapat meluas
ke bagian yang lebih dalam lagi pada dinding anterior abdomen.

DIAGNOSIS

Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien mengeluh nyeri di
daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat
miksi. Gambaran klinis yang lain tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli
yang mengalami cedera yaitu intra/ekstraperitoneal, adanya organ lain yang
mengalami cedera, serta penyulit yang terjadi akibat trauma. Dalam hal ini
mungkin didapatkan tanda fraktur pelvis, syok,hematoma perivesika, atau
tanpa tanda sepsis dari suatu peritonitis atau abses perivesika.

URETHRA

a. Perdarahan per-uretram : darah yang keluar dari meatus uretra


eksternum
b. Pada trauma berat, mengalami retensi urin à tidak boleh melakukan
pemasangan kateter karena dapat menyebabkan kerusakan uretra yang
lebih parah
Dasar-dasar urologi. Basuki B Purnomo. Sagung Seto
 RUPTUR URETHRA POSTERIOR
o Paling sering disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.
o Fraktur pada ramus / simfisis pubis à kerusakan cincin pelvis à
robek pada uretra pars prostate-membranasea. Fraktur pelvis &
robekan pembuluh darah dalam cavum pelvis à hematom yang luas
di cavum retzius à jika ligamentum pubo-prostatikum ikut robek,
prostate + buli-buli terangkat ke cranial.
 RUPTUR URETHRA ANTERIOR
 Ruptur uretra dan corpus spongiosum à darah dan urin keluar dari
uretra tapi masih terbatas pada fascia Buck à terlihat hematoma
yang terbatas pada penis.
 Jika fascia Buck ikut robek à ekstravasasi urin dan darah hanya
dibatasi oleh fascia Colles à darah menjalar hingga scrotum atau ke
dinding abdomen à berikan gambaran seperti kupu2 (butterfly
hematoma)

 Klasifikasi trauma uretra Colapinto & McCallum 1977: 3

Tipe I : Uretra teregang (stretched) akibat ruptur ligamentum

puboprostatikum dan hematom periuretra. Uretra masih intack.

Tipe II : Uretra pars membranacea ruptur diatas diafragma urogenital yg

masih intack. Ekstravasasi kontras ke ekstraperitoneal pelvic

space.

Tipe III : Uretra pars membranacea ruptur. Diafragma urogenital ruptur.

Trauma uretra bulbosa proksimal. Ekstravassasi kontras ke

peritoneum.

 Klasifikasi trauma uretra menurut Pediatric Radiologi5

Tipe I : Uretra posterior intak tetapi teregang (retrograde urethrogram)


Tipe II : Trauma uretra posterior murni parsial atau komplit dengan

robekan uretra pars membranosa diatas diafragma urogenital.

Tipe III : Trauma uretra parsial atau komplit kombinasi anterior/ posterior

dengan disrupsi diafragma urogenital.

Type IV : Trauma leher vesika urinaria dengan ekstensi di dalam uretra.

Type IVA : Trauma dasar vesika urinaria dengan extravasasi periuretra

seperti pada trauma uretra tipe IV

Type V : Trauma uretra anterior parsial atau total.

MENGAPA PADA PENATALAKSANAAN TRAUMA GINJAL GRADE 2 -5


DILAKUKAN OPERASI DAN PADA GRADE 1 TIDAK????????????????????

Terapi dan Prognosis


Lesi minor, grade 1, biasanya diobati secara konservatif. Pengobatan
konservatif tersebut meliputi istirahat di tempat tidur, analgesik untuk
menghilangkan nyeri, serta observasi status ginjal dengan pemeriksaan
kondisi lokal, kadar hemoglobin, hematokrit serta sedimen urin.
Penanganan trauma ginjal grade 2 masih menimbulkan suatu
kontroversi.  Penenganan secara konservatif, seperti yang dipilih oleh
kebanyakan dokter, mengandalkan kemampuan normal ginjal untuk
menyembuhkan dirinya sendiri. Penenganan secara operatif biasanya
dilakukan apabila pasien tidak memberikan respon positif terhadap
pengobatan konservatif, seperti kehilangan darah yang terus bertambah,
bertambah besarnya massa pada regio flank,  rasa sakit yang terus
menerus dan disertai dengan adanya demam. Pengecualian dari indikasi
diatas adalah oklusi pada A. Renalis ( grade 3 ). Tindakan konservatif ini
dilakukan untuk menghindari dilakukannya tindakan nephrektomi.
Sedangkan dokter yang memilih tindakan operatif secara dini
mengemukakan bahwa finsidens terjadinya komplikasi lanjut dapat
diturunkan dengan tindakan nephrektomi.
Penanganan trauma ginjal unuk grade 3,4,dan 5 memerlukan
tindakan operatif berupa laparotomi.

Anda mungkin juga menyukai