a. Etiologi
- Trauma tembus
- Akselerasi / Deselerasi
- Tatrogenik
Biopsi ginjal, koliktomi.
- Ginjal patologis
b. Patofisiologi
Ginjal merupakan organ yang banyak mengandung urine dan darah yang
terlindung oleh lapisan lemak, tulang rusuk dan otot abdomen. Karena
benturan yang keras, maka benturan ini akan diteruskan kesemua tekanan
hidrostatik dan capsula fibrosa parenkhim ginjal yang selanjutnya
menyebabkan kerusakan.
- Rasa sakit / nyeri daerah trauma ---- ginjal ---- bahkan sampai syok.
- Hematuri.
Diagnosa banding
TRAUMA URETER
TRAUMA BULI-BULI
DEFINISI
Hematuria makroskopis hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine
yang berwarna merah.
Hematuria mikroskopis hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai
urin yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan lebih dari 2
sel darah merah per lapangan pandang.
Secara umum kehilangan darah 10% dari Estimated Blood Volume dapat ditolerir tanpa
perubahan-perubahan yang serius (EBV dewasa 70 cc/kg BB), anak < 2 th (80 cc/kg BB).
Kehilangan > 10% memerlukan penggantian berupa Ringer Laktat. Batas penggantian
darah dengan Ringer Laktat adalah sampai Kehilangan 20% EBV atau Hematokrit 28%
atau Hemoglobin ± 8 gr%. Jumlah cairan masuk harus 2- 4 x jumlah perdarahan. Cara
hemodilusi begini bukan untuk menggantikan tempat transfusi darah, tetapi untuk :
Tindakan sementara, sebelum darah datang.
Mengurangi jumlah transfusi darah sejauh transpor oksigen masih memadai.
Menunda pemberian transfusi darah sampai saat yang lebih baik (misalnya pemberian
transfusi perlahanlahan/postoperatif setelah penderita sadar, agar observasi lebih baik
kalau-kalau terjadi reaksi transfusi)
Cairan Ringer Laktat mengembalikan sequestrasi/third space loss yang terjadi pada
waktu perdarahan/shock.Jumlah darah yang hilang tidak selalu dapat diukur namun
dengan melihat akibatnya pada tubuh penderita, jumlah darah yang hilang dapat
diperkirakan sbb. :
preshock : kehilangan s/d 10%
shock ringan : kehilangan 10 - 20%. Tekanan darah turun, nadi naik, perfusi dingin,
basah, pucat.
Shock sedang : kehilangan 20 - 30%. Tekanan darah turun sampai 70 mmHg. Nadi naik
sampai diatas 140. Perfusi buruk, urine berhenti.
Shock berat : kehilangan lebih dari 35% : Tekanan Darah sampai tak terukur, nadi sampai
tak teraba
Untuk fluid lose pada kasus-kasus abdomen akut diberikan Ringer Laktat dengan
pedoman Berkurangnya volume cairan intersisial menyebabkan terjadinya tanda-tanda
interssisial yaitu : turgor kulit jelek, mata cekung, ubun-ubun cekung, selaput lendir
kering. Berkurangnya volume plasma menyebabkan terjadinya "tanda-tanda plasma"
yaitu : takhikardia, oli-guria, hipotensi,shock.
http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/11718016.pdf
6. Mengapa ditemukan jejas di abdomen kiri atas, nyeri di pinggang kiri dan abdomen
kiri atas ?
• Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan
kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velisitas tinggi sering menimbulkan
kerusakan organ multipel, seperti organ padat ( hepar, lien, ginjal ) dari pada organ-
organ berongga
• Adanya trauma: derajat minor dan mayor
• Derajat ringan/minor: nyeri derajat ringan hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang,
adanya jejas, terdapat hematuria makroskopis, mikroskopis
• Derajat mayor: syok, hematoma makin lama makin besar
• Dengan trauma derajat ringan
• Minor : 1-2
1: ada kontusio ginjal hematom perirenal
2: laserasi ginjal terbatas pd korteks
• Mayor 3-4
3: laserasi ginjal pada medulla, trombosis arteri segmentaslis
4: laserasi sampe ke sistem kalises ginjal
5: avulsi ginjal terjadi trombosis a.renalis
Airway
Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) Periksa cedera tulang
belakang leher dan menentukan apakah jalan nafas dilindungi dan diposisikan secara
memadai setelah trauma. Amati untuk tingkat kesadaran, air liur dan sekresi, benda
asing, luka bakar wajah, karbon di dahak. Palpasi untuk setiap deformitas wajah atau
leher dan memeriksa refleks muntah .Mendengarkan untuk suara serak atau stridor.
Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan perubahan pada pola napas,
kedalaman, frekuensi, irama, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / gangguan depresi
narcotic, respirasi cepat, dangkal.
Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan efek anathesi
yang berlebihan, obstruksi. diafragma, retraksi sterna.
Untuk menilai kecukupan alat pernapasan, amati :
Amati tanda-tanda deviasi trakea, distensi vena jugularis (JVD), tanda Kussmaul's
(meningkat JVD dengan inspirasi),
Palpasi untuk Krepitus tulang, udara subkutan atau lunak
Auscultates untuk menilai masuknya udara, simetri, suara adventitial (crackles,
mengeluarkan bunyi dan menggosok), dan
Perkusi, jika perlu, untuk hyperresonance atau kusam di setiap sisi.
Sirkulasi
Palpasi denyut nadi untuk tingkat, kontur keteraturan, dan kekuatan
Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia).
Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan
Disability
Tingakt kesadaran : GCS
Grace, Pierce A. Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga
8. Dd?
Definisi
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam trauma baik tumpul maupun tajam.
Epidemiologi
Trauma ginjal merupakan trauma yang paling sering terjadi.
a. Etiologi
- Trauma tembus
- Akselerasi / Deselerasi
- Tatrogenik
- Ginjal patologis
Ginjal patologis lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan lemahnya
pertahanan ginjal ( seperti : Ginjal polikistik, hidronefrosis, ginjal ektopik. ).
b. Patofisiologi
Ginjal merupakan organ yang banyak mengandung urine dan darah yang
terlindung oleh lapisan lemak, tulang rusuk dan otot abdomen. Karena
benturan yang keras, maka benturan ini akan diteruskan kesemua tekanan
hidrostatik dan capsula fibrosa parenkhim ginjal yang selanjutnya
menyebabkan kerusakan.
- Rasa sakit / nyeri daerah trauma ---- ginjal ---- bahkan sampai syok.
- Hematuri.
Diagnosa banding
TRAUMA URETER
TRAUMA BULI-BULI
DEFINISI
ETIOLOGI
Dari traumanya:
Trauma yang mencederai buli – buli dapat berasal dari luar yaitu
merupakan trauma tajam akibat tusukan maupun tembakan, dan
trauma tumpul yang mengenai regio suprasimpisis.
Trauma tumpul yang mengenai perut sebelah bawah menyebabkan fraktur
tulang pelvis dan fragmennya menusuk buli – buli. Selain itu trauma tumpul
dapat mencederai buli – buli yang terisi penuh. Kurang lebih 90 % trauma buli
– buli adalah akibat dari fraktur pelvis
Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli – buli iatrogenic antara
lain pada reseksi buli – buli transuretral ( TUR buli – buli ) atau litotripsi
Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo
KLASIFIKASI
Secara klinis cedera buli – buli dibedakan menjadi kontusio buli – buli, cedera
buli – buli ekstra peritoneal dan cedera intra peritoneal.
Pada kontusio buli – buli hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin
didapatkan hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urine
ke luar buli – buli
Cedera buli – buli intra peritoneal biasanya terjadi pada saat buli – buli dalam
kedaan terisi penuh kemudian mendapatkan trauma dari luar. Tekanan dari
trauma itu diteruskan ke bagian terlemah buli – buli yaitu fundus yang
dilingkupi oleh peritoneum. Trauma ini menyebabkan robeknya fundus buli –
buli sehingga urine mengalir ke rongga peritoneal
Cedera ekstra peritoneal terjadi akibat tertusuk oleh fragmen tulang pelvis
yang mengalami fraktur. Fragmen ini akan mencederai dinding buli – buli
sebelah inferiolateral dan terjadi ekstravasasi urine ke rongga ekstraperitoneal
MANIFESTASI KLINIS
PATOFISIOGENESIS
DIAGNOSIS
Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien mengeluh nyeri di
daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat
miksi. Gambaran klinis yang lain tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli
yang mengalami cedera yaitu intra/ekstraperitoneal, adanya organ lain yang
mengalami cedera, serta penyulit yang terjadi akibat trauma. Dalam hal ini
mungkin didapatkan tanda fraktur pelvis, syok,hematoma perivesika, atau
tanpa tanda sepsis dari suatu peritonitis atau abses perivesika.
URETHRA
space.
peritoneum.
Tipe III : Trauma uretra parsial atau komplit kombinasi anterior/ posterior