Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

A. Pengertian

1. Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu

emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang

dikeluarkan oleh kelenjar mamae pada manusia. ASI merupakan salah

satu makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi

sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikososial maupun spiritual. ASI mengandung

nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti

inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan

(Hubertin, 2004).

Pada persalinan tindakan seksio sesarea seringkali ibu mengalami

kesulitan dalam memberikan ASI kepada bayinya segera setelah lahir,

terutama jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat

menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi

di bagian perut membuat proses menyusui sedikit terhambat.

Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus. Beberapa masalah yang


terjadi pada ibu setelah menjalani operasi seksio sesarea seperti tindakan

anastesi, mobilisasi terganggu, ADL terganggu, serta pemberian ASI

langsung setelah melahirkan tidak terpenuhi yang akan mempengaruhi

proses menyusui (Manuaba, 2010).

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-

keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan

oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi &

Roesli, 2009).

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin

atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat

pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi

bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang

pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu

dan bayi sakit (Depkes RI, 2007; King, 2005)

Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan

bahwa pijat oksitosin merupakan tindakan yang dapat dilakukan pada ibu

pasca seksio sesarea untuk meningkatkan produksi ASI sehingga proses

menyusui dapat terpenuhi.

a. Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya,

mempunyai nilai biologis tertentu, dan mengandung substansia yang

spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI dengan susu formula.

Pengeluaran ASI bergantung pada umur kehamilan sehingga ASI yang

keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang

bayinya cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI sudah diatur

sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan (Manuaba, 2010).

Kandungan yang terkandung dalam ASI diantaranya :

1. Kolostrum

Berwarna kuning kental dengan protein berkadar tinggi. Mengandung

immunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Z, Fe), vitamin (A, E,

K, dan D), lemak dan rendah laktosa. Pengeluaran kolostrum

berlangsung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna

putih.

2. Karbohidrat

Laktosa ialah karbohidrat primer di dalam ASI. Laktosa juga

merupakan jenis karbohidrat yang jumlahnya paling banyak dalam diet

bayi sampai usia 6 bulan (Bobak, 2004).

3. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda

dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Selain itu,


komposisi asam amino ASI sangat sesuai untuk kemampuan

metabolisme bayi baru lahir.

4. Taurin

Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI.

Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk

proses maturasi sel otak.

5. Lemak

Lemak pada ASI lebih mudah dicerna dan diabsorbsi daripada lemak

di dalam susu sapi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%.

6. Mineral dan vitamin

Kebanyakan mineral dan vitamin yang direkomendasikan terkandung

dalam jumlah adekuat dalam ASI. Susu ibu memiliki kandungan

kalsium dan zat besi yang rendah, tetapi rasio kalsium terhadap fosfat

adalah 2:1. Rasio ini optimal untuk mineralisasi tulang. Kandungan

vitamin C dan E dalam ASI dalam jumlah yang adekuat namun

kandungan vitamin K lebih rendah.

2. Proses laktasi

Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormone, reflek dan

perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-

faktor berikut ini.


a. Laktogenesis

Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir

kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar

mamalia oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai

prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses

otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.

b. Produksi susu

Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan (1) jumlah

produksi hormone prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan (2)

pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan

merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.

c. Ejeksi susu

Pergerakan susu dan alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses

ekstrusi dari sel) kemulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam

payudara. Proses ini tergantung pada let-down reflex atau reflex ejeksi

susu. Let-down reflex secara primer merupakan respon terhadap isapan

bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk

menyekresi oksitosin. Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar

alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus ke

dalam mulut bayi.

d. Kolostrum
Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi baru

lahir, kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam

volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini

yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah.

Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan

bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk mempermudah perjalanan

mekonium. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi ASI antara

hari ketiga dan kelima masa nifas.

e. ASI

Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung lebih

sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada

bagian akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa

ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan

lemak yang lebih tinggi pada akhir pemberian makan memberikan

bayi rasa puas. Pemberian makan yang cukup lama, untuk setidaknya

membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi cukup kalori

yang dibutuhkan untuk meningkatkan jarak antar menyusui, dan

mengurangi pembentukkan gas dan kerewelan bayi karena kandungan

lemak yang lebih tinggi ini akan dicerna lebih lama (Woolridge,

Fisher, 1988 dalam Bobak, 2005).

Dalam proses laktasi, pada bayiterjadi 3 macam refleks, yaitu :


a) Rooting reflex, yaitu refleks mencari putting. Bila pipi bayi

disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi

disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari

puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap

puting dan areola.

b) Sucking reflex, yaitu refleks menghisap. Refleks terjadi karena

rangsangan puting pada pallatum durum bayi bila aerola masuk ke

dalam mulut bayi. Areola dan puting tertekan gusi, lidah dan

langit-langit, sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di

bawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang

mengalirkan ASI keluar atau ke mulut bayi.

c) Swallowing reflex, yaitu refleks menelan ASI dalam mulut bayi

menyebabkan gerakan otot menelan. Pada bulan-bulan terakhir

kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil.

Setelah persalinan apabila bayi mulai menghisap payudara, maka

produksi ASI bertambah secara cepat.

3. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Lawrence, 2004)

antara lain :

1) Faktor bayi

Kurangnya usia gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan akan

mempengaruhi refleks hisap bayi. Kondisi kesehatan bayi seperti


kurangnya kemampuan bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif,

antara lain akibat struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir

sumbing, metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat

mencerna ASI, juga mempengaruhi produksi ASI, selain itu semakin

sering bayi menyusui dapat memperlancar produksi ASI.

2) Faktor ibu

a) Faktor fisik

Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah

adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik.

Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu-

ibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak

memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih

tua. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan

ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan 300 – 500 kalori tambahan

selama masa menyusui.

b) Faktor psikologis

Ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih,

kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada

ibu dapat mempengaruhi kurangnya produksi ASI. Selain itu ibu juga

khawatir bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya

serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu

yang baru pertama kali mempunyai bayi atau primipara.


c) Faktor sosial budaya

Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan

media yang memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan

masyarakat menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam

menyusui. Ibu bekerja serta kesibukan sosial juga mempengaruhi

keberlangsungan pemberian ASI.

4. Masalah Dalam Menyusui

Dalam buku yang ditulis Eny dan Diah (2009) mengemukakan

bahwa terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat proses

menyusui. Permasalahan yang sering terjadi dan cara mengatasinya antara

lain :

1) Masalah menyusui masa antenatal

a) Kurang atau salah informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya

atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu

formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih

banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan

kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak

ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa :


a. Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering,

sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas

kesehatan menyuruh menghentikan menyusui.

b. ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu

diberikan minuman lain, padahal yang lahir cukup bulan dan sehat

mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat

mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari.

c. Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan

ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi

ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya

lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama

banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap

mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik

dan benar.

b) Putting susu datar atau terbenam

Sejak kehamilan trisemester terakhir, ibu yang tidak

mempunyai resiko kelahiran premature, dapat diusahakan

mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan :

1. Teknik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2 x sehari.

2. Dibantu dengan pompa ASI

Setelah bayi lahir putting susu datar atau terbenam dapat

dikeluarkan dengan cara :


1. Susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin

menyusu.

2. Susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2-3 jam), ini akan

menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan

bayi untuk menyusu.

3. Massage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum

menyusui dapat membantu bila terdapat bendungan payudara dan

putting susu tertarik kedalam.

2) Masalah menyusui pada masa nifas dini

a. Puting susu nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.

Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi

mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera

hilang.

b. Puting susu lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan

menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-

kadang mengeluarkan darah. Putting susu lecet dapat disebabkan

oleh posisi menyusui salah, tapi dapat pula disebabkan oleh rush

(candidates) atau dermatitis.

c. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa

penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke

payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah

banyak, penyebab bengkak :

1. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah

2. Produksi ASI berlebihan

3. Terlambat menyusui

4. Pengeluaran ASI yang jarang

5. Waktu menyusui yang terbatas

Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah :

1. Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras.

Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam.

2. Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu

kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/

diisap ASI tidak keluar. Badan biasanya demam setelah 24 jam

d. Mastitis atau abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi

merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu

tubuh meningkat.Di dalam terasa ada masa padat, dan diluarnya

kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3

minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu

yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/


dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena

kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan

baju/bra.

3) Masalah menyusui pada masa nifas lanjut

a. Sindrom ASI kurang

Sering kenyataannyaASI tidak benar-benar kurang, tanda-tanda

yang “mungkin saja” ASI benar-benar kurang antara lain:

1. Bayi tidak puas setiap setelah menyusu, sering sekali menyusu,

menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga kadang

bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang

padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.

2. Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu

3. Payudara tidak membesar selama kehamilan, atau ASI tidak

datang, pasca lahir

4. BB bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan

5. BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali

6. Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin

pekat, bau dan warna kuning.

b. Ibu yang bekerja

Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti

menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan

pada ibu menyusui yang bekerja seperti mengeluarkan ASI


ditempat kerja dan ASI disimpan di lemari pendingin, serta banyak

menyusui di malam hari.

4) Masalah menyusui pada keadaan khusus

a. Ibu melahirkan dengan bedah sesar

Posisi menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

1. Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan

kepala di topang bantal, sementara bayi disusukan dengan

kakinya kearah ibu.

2. Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di bantal

di atas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke

belakang ibu di bawah lengan ibu.

3. Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu

terlentang dan bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah

atas dan tangan ibu memegang kepala bayi.

b. Ibu sakit

Ibu yang menderita hepatitis atau HIV tidak diperkenankan untuk

menyusui bayinya karena dapat menularkan kebayinya.

5. Pijat Oksitosin

Oksitosin (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang

dibentuk oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam

lobus posterior pituitary, hormone lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki


kerja mengontraksi uterus dan menginjeksi ASI (Suherni, Hesty & Anita,

2009).

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan

refleks. Selama kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi

mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera

setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan

terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai

memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi

dua refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat

yang tepat dan jumlah yang tepat pula (Bobak, 2005). Dua refleks

tersebut adalah :

1) Refleks Prolaktin

Refleks pembentukan atau produksi ASI. Rangsangan isapan bayi

melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan

hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar

untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap makin banyakprolaktin

dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel

kelanjar, sehingga makin sering isapan bayi, makin banyak produksi

ASI,sebaliknya berkurang isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang.


Mekanisme ini disebut mekanisme “supply and demand”. Efek

lain dari prolaktin yang juga penting adalah menekan fungsi indung telur

(ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang menyusui secara eksklusif

adalah memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan

kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan.

2) Refleks oksitosin

Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah

diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber

pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi

karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga

memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot-otot itu mengerut adalah suatu

hormon yang dinamakan oksitosin.

Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise

posterior untuk melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin

memacu sel-sel myoepithel yang mengelilingi alveoli dan duktus untuk

berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveoli ke duktus menuju

sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusui penting untuk

pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara

bengkak), tetapi justru memperlancar pengaliran ASI.


Gambar 2.1

Reflek Oksitosin (Bobak,2005)

Selain itu oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim,

sehingga mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan

setelah persalinan. Hal penting adalah bahwa bayi tidak akan

mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan refleks pembentukan

ASI atau refleks prolaktin saja. Ia harus dibantu refleks oksitosin. Bila

refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang

memadai, walaupun produksi ASI cukup.

Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pikiran,

perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi refleks ini.

Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran

oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi

saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong

keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh

bayi.

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-


keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan

oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi &

Roesli, 2009).

Gambar 2.2

Pijat Oksitosin (Suherni, Hesty & Anita,2009)

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin

atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat

pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi

bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang

pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu

dan bayi sakit (Depkes RI, 2007; King, 2005).

Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :

1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)

2) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya

Alat –alat yang digunakan :

1) 2 buah handuk besar bersih

2) Air hangat dan air dingin dalam baskom

3) 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk


4) Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya

Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut

(Depkes RI, 2007) :

a. Melepaskan baju ibu bagian atas

b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa

juga dengan posisi duduk

c. Memasang handuk

d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan

f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-

gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah

bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit

h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin

secara bergantian.

B. Pengkajian Fokus

1. Status maternal

Meliputi usia dan maturitas, riwayat kedekatan sebelumnya, payudara

(Pengkajian daerah areola, kaji adanya nyeri tekan, kaji adanya abses,

pembengkakan atau ASI terhenti, kaji pengeluaran ASI), tingkat


kenyamanan atau nyeri (Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi

antara hari ke-3 sampai hari ke -5 post partum)

2. Status psikososial ibu

Meliputi tingkat pemahaman, citra tubuh dan persepsi, stressor seperti

keluarga dan karier, pandangan sosiokultural tentang menyusui, dukungan

emosional dari orang lain

3. Status neonatal

Meliputi kepuasan dan kesenangan, laju pertumbuhan, hubungan usia

dengan berat badan, status neurologic, status pernafasan, reflex mengisap,

adanya faktor-faktor yang menghambat pengisapan yang benar ( celah

bibir, celah palatum), pemberian makan sebelumnya.

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang ditemukan Ketidakefektifan pemberian ASI

berhubungan dengan suplay air susu ibu tidak adekuat ( Taylor, Cynthia

M, 2010).

D. Rencana Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan

setelahdilakukan tindakan keperawatan diharapkan menyusui atau

pemberian ASI menjadi efektif

Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi pembengkakan payudara

2. ASI keluar

3. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri saat ditekan

4. Bayi mau menetek

5. Ibu memahami cara memberikan ASI, proses menyusui berjalan lancar

6. Bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan dengan

penurunan berat badan awal dibawah batas normal, tumbuh kembang

dalam batas normal, atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel

Fokus Intervensi dan rasional:

1. Kaji pengetahuan pasien tentang menyusui sebelumnya.

Rasional : Untuk mengidentifikasi pengalaman klien tentang menyusui

2. Beri informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,dan

faktor-faktor yang memudahkan atau menggangu keberhasilan

menyusui.

Rasional : Membantu menangani permasalahanklien tentang menyusui

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan klien.

3. Ajarkan teknik untuk mendapatkan let-down reflex :

a. Shower air hangat

b. Massage (Pijat Oksitosin)

c. Pengisapan bayi, mendekatkan dengan payudara

Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan pengeluaran air

susu.
4. Demonstrasikan tentang teknik-teknik menyusui.

Rasional : Agar klien mengerti dan memahami serta mampu

melaksanakan tindakan yang direncanakan

5. Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan

sesering mungkin

Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan mengurangi resiko

terjadinya pembengkakan pada payudara.

6. Anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan Bra yang terlalu

kencang.

Rasional : Dengan pelindung puting dapat menyebabkan tekanan

sehingga menggangu proses laktasi.

Anda mungkin juga menyukai