Anda di halaman 1dari 34

YULIA YUSRINI DJABIR

SASARAN PEMBELAJARAN
• Mampu menjelaskan pentingnya interpretasi hasil
pemeriksaan lab untuk menunjang profesi farmasi
• Mampu mengidentifikasi jenis pemeriksaan lab yang
dibutuhkan oleh farmasis untuk menjalankan fungsi
profesionalismenya
• Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan lab
dan mengambil keputusan yang sesuai mengenai
pengobatan pasien
Sebagai farmasis, anda
sedang mengkaji
pengobatan yang
diberikan untuk pasien A,
berumur 62 tahun. Reka
medik menunjukkan
pasien mempunyai
riwayat penyakit:
• DM tipe 2
• hipertensi
Case study. Part 1 • gagal jantung
• asma
Pengobatan yang diberikan sbb:
• Metformin 500 mg, 2 x sehari
• Hydrochlorothiazide 25 mg, 1
x sehari
• Aspirin 81 mg, 1 x sehari
• Metoprolol succinate 50 mg, 1
x sehari
• Fluticasone/salmeterol inhaler
250/50 mcg, 2 x sehari
Case study. Part 1 • Albuterol inhaler apabila sesak
/batuk
PERTANYAAN (SEBAGAI
FARMASIS):
Apakah diperlukan
pemeriksaan lab untuk
menentukan obat dan dosis
yang tepat untuk pasien A?

Case study. Part 1


PATIENT ORIENTED DRUG THERAPY
• Farmasis perlu serangkaian informasi mengenai
pasien guna menetapkan rencana pengobatan
untuk seorang pasien
• Di rumah sakit, informasi ini tersimpan di reka
medik pasien, bisa diakses oleh farmasi klinik dan
farmasi RS

REKA
MEDIK
THE IMPORTANCE OF LAB DATA FOR
PHARMACIST

• Mengidentifikasi kebutuhan pasien akan obat


tertentu
• Mengevaluasi efikasi obat selama terapi
• Mengidentifikasi pasien dengan kontraindikasi
• Memperhitungkan peningkatan/penurunan dosis
terapi
• Memonitor respon pasien dan efek samping obat
SUGGESTING LAB DATA
• Kapan seorang farmasis menyarankan pemeriksaan
lab?
– Hanya apabila pemilihan obat atau pun penentuan
dosis obat sangat membutuhkan data lab
– Pertimbangkan dampaknya pada pasien à resiko
infeksi, keuangan, ketidaknyamanan, dsb. Jangan
meminta pemeriksaan lab lebih dari yang
seharusnya
Diskusikan Pertanyaan ini:
• Melihat kasus pasien A (lihat soal), apakah farmasis
perlu melihat/merekomendasikan pemeriksaan lab?
TES$ HASIL$ REFERENSI$
White$blood$cell$(WBC)$ $ 4,500>10,000$cells/μL$
Hemoglobin$(Hb)$ $ Pria:$13.6$>17.5$g/dL$
Wanita:$12.0$–$15.5$g/dL$
Hematocrit$(Hct)$ $ Pria:$41$–$50%$
Wanita:$35$–$46%$
Platelet$$ $ 150,000$–$400,000$
platelets/μL$
Red$blood$cell$(RBC)$ $ Pria:$4.7$>6.1$x$106$cells/μL$
Wanita:$4.2$–$5.4$x$106$
cells/μL$
HbA1C$ 8.2%$ <7%$
Gula$darah$puasa$(GDP)$ 100$mg/dl$ 70>110$mg/dl$
Gula$darah$sewaktu$ 120$mg/dl$ <180$mg/dl$
(GDS)$
Kolesterol$total$ 210$mg/dl$ <200$mg/dL$

Case study. Part 2 LDL$


HDL$
136$mg/dl$
49$mg/dl$
<100$mg/dL$
>40$mg/dL$
Trigliserida$ 140$mg/dl$ <150$mg/dL$
Sodium$(Na+)$ 138$mEq/L$ 135>145$mEq/L$
Setelah mencari info data lab Potassium$(K+)$ 4.2$mEq/L$ 3.5$–$5.0$mEq/L$
Chloride$(Cl>)$ 102$mEq/L$ 95$–$107$mEq/L$
dalam reka medik pasien A, CO2$ 24$mEq/L$ 22$–$29$mEq/L$
ditemukan hasil pemeriksaan Urea$(BUN)$ 15$mg/dL$ 7$–$20$mg/dL$
laboratorium sbb: Serum$Kreatinin$(SCr)$
Albumin$
1.2$mg/dL$
$
0.6$–$1.4$mg/dL$
3.4$–$5.0$g/dL$
Alkali$phosphatase$(ALP)$ $ 41$–$133$IU/L$
Alanine$ $ <37$IU/L$
aminotransferase$(ALT)$
PERTANYAAN: Aspartate$ $ <$35$IU/L$
aminotransferase$(AST)$
Apakah data lab tsb cukup untuk Calcium$(Ca2+)$ $ 8.5$>10.5$mg/dL$
Total$Bilirubin$ $ 0.1$–$1.3$mg/dL$
memutuskan pengobatan? Total$protein$ $ 6.0$–$8.0$g/dL$
PT$ $ 10.7 –13.6 s
aPTT$ $ 21.0 –34.0 s$
$
WHAT TYPE OF LAB DATA DO WE NEED?
• Data apa yang sering dibutuhkan untuk menunjang
keputusan farmasis dalam pemilihan/monitoring obat?
– Tes Fungsi ginjal à kreatinin (SCr) dan urea (BUN)
– Tes Fungsi hati à ALP, ALT/SGPT, AST (SGOT), Bilirubin
– Tes gula darah à GDS, GDP, HbA1C
– Elektrolit serum à Na+, K+, Cl-, Ca2+
– Kadar lipid à kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida
– Parameter hematologi à WBC, Hb, Hct, RBC, platelet
PT, aPTT
TES FUNGSI GINJAL : NILAI NORMAL*
• Serum Kreatinin (SCr): 0.6 – 1.4 mg/dL
• Urea : 3.4 – 5.0 g/dL

*Based on Pharmacist’s Letter http://pharmacistsletter.therapeuticresearch.com


*Note: setiap lab mempunyai metode dan nilai referensi tersendiri jadi tetap mengacu
pada nilai lab tempat sampel dikerjakan!
TES FUNGSI GINJAL
Penting untuk :
– Mengevaluasi penggunaan obat yang diekskresi/eliminasi
melalui ginjal
• Pasien dengan gangguan ginjal perlu dikurangi dosis
obatnya karena dapat berakibat peningkatan
konsentrasi obat dan meningkatkan resiko toksisitas
– Memonitor efek samping obat yang mengganggu fungsi
ginjal
• Untuk obat yang bersifat nefrotoksik, penggunaan pada
pasien gagal ginjal dibatasi
TES FUNGSI GINJAL
Contoh obat yang memerlukan monitoring fungsi ginjal:
1. Antagonis aldosteron (spironolakton, eplerenon)
Guidelines: cek K+ dan fungsi ginjal baseline, 3 dan 7 hari
setelah pemakaian, kemudian bulan ke-1 dan ke-3.
Kontraindikasi bila serum kreatinin (SCr) >2.5 mg/dl (pria) dan
>2 mg/dl (wanita) atau CrCl <30 ml/min, atau K+ > 5 mEq/L
2. ACEI atau ARB
Guidelines: cek K+ dan fungsi ginjal setelah 1-2 minggu
penggunaan. Perfusi ginjal sangat bergantung pada angiotensin
shg gol obat tsb dapat menggangu perfusi ginjal. Hentikan
penggunaan bila K+ > 5.5 mEq/L dan SCr meningkat >30% dalam
1 bulan pemakaian
TES FUNGSI GINJAL
Contoh obat yang memerlukan monitoring fungsi ginjal:
3. Antikonvulsan (carbamazepine)
- Cek baseline fungsi ginjal dan urinalisis secara periodik.
- Dapat menyebabkan gangguan ginjal pada pemakaian kronik
4. Digoxin
Digoxin diekskresikan melalui ginjal, penting untuk mengecek
dan mengatur dosis digoxin pada pasien dengan gangguan ginjal
5. Metformin
Gagal ginjal dapat mengakumulasi metformin dalam darah dan
meningkatkan asidosis laktat
TES FUNGSI GINJAL
Contoh obat yang memerlukan monitoring fungsi ginjal:
6. NSAIDs
- Penghambatan prostaglandin dapat mengurangi aliran darah
ginjal. Cek baseline fungsi ginjal secara periodik (mis 6 bulan).
- Untuk pasien dengan resiko tinggi: gagal jantung, gagal
ginjal, penggunaan bersama diuretik atau ACEi dan ARB, umur
>60 thn, hipertensi, deplesi sodium dan penggunaan kronis à
cek tiap minggu
- NSAID seperti diklofenak, naproxen dan ketorolak tidak
dianjurkan untuk pasien dengan kerusakan ginjal
TES FUNGSI HATI: NILAI NORMAL*
• Alkali phosphatase (ALP): 41 – 133 IU/L
• Alanine aminotransferase (ALT, SGPT) : <37 IU/L
• Aspartate aminotransferase (AST, SGOT) : <35 IU/L
• Total Bilirubin: 0.1 – 1.3 mg/dL

*Based on Pharmacist’s Letter http://pharmacistsletter.therapeuticresearch.com


*Note: setiap lab mempunyai metode dan nilai referensi tersendiri jadi tetap mengacu
pada nilai lab tempat sampel dikerjakan!
TES FUNGSI HATI
• Sebagai pertimbangan penggunaan obat-obat dengan resiko
hepatotoksik
• Pasien dengan gangguan hati masih dapat diberikan obat
hepatotoksik dengan mengurangi dosis atau meningkatkan
jarak pemberian, atau keduanya
• Pemeriksaan kadar baseline perlu untuk mengestimasi kadar
obat hepatotoksik yang dapat diberikan
TES FUNGSI HATI
Obat-obat hepatotoksik termasuk:
1. Antiaritmia Amiodaron
Guidelines: Cek Liver Function Test (LFT) baseline dan setiap 6
bulan pemakaian. Bila LFT > 3x nilai normalà dosis diturunkan
atau dihentikan
2. Antikonvulsan (Carbamazepin, valproat)
Diperlukan monitoring rutin fungsi hati
3. Niasin
Monitor LFT baseline, setiap 6-12 minggu selama 1 tahun,
kemudian setiap 6 bulan. Hentikan bila LFT meningkat 3 x nilai
normal
TES FUNGSI HATI
Obat-obat hepatotoksik termasuk:
4. NSAIDs
- Beberapa NSAIDs memiliki resiko hepatotoksik pada orang
tertentu
5. Statin
- Dapat meningkatkan enzim transaminase hati
6. Obat anti tuberkulosis
- Isoniazid, rifampisin, kloramfenikol bersifat hepatotoksik
- Pengukuran LFT’s baseline dianjurkan dan secara periodik
- Bila ALT atau AST < 3x nilai normal, pengobatan masih dapat
dilanjutkan tetapi cek LFT setiap minggu
- Bila ALT atau AST > 3x nilai normal, pertimbangkan penurunan
dosis atau penghentian obat
TES GULA DARAH: NILAI NORMAL*
• GDP: 70-110 mg/dl
• GDS :<180 mg/dl
• HbA1C : <7%

*Based on Pharmacist’s Letter http://pharmacistsletter.therapeuticresearch.com


*Note: setiap lab mempunyai metode dan nilai referensi tersendiri jadi tetap mengacu
pada nilai lab tempat sampel dikerjakan!
TES GULA DARAH
• Untuk memonitor kadar gula dalam darah
• Diperlukan oleh farmasis sebagai parameter untuk:
– Memonitor efek terapetik obat diabetes
– Memonitor efek samping obat lainnya yang bisa memicu
hipoglikemia atau hiperglikemia
• Contoh obat yang memicu hipoglikemia:
– Antidiabetik (metformin, sulfonilurea, insulin)
• Contoh obat yang memicu hiperglikemia:
– Antipsikotik, atipikal (aripiprazol)
– Niasin (antihiperlipidemia)
– Diuretik (thiazide)
ELEKTROLIT SERUM: NILAI NORMAL*
• Na+ : 135-145 mEq/L
• K+ : 3.5 – 5.0 mEq/L
• Cl- : 95 – 107 mEq/L

*Based on Pharmacist’s Letter http://pharmacistsletter.therapeuticresearch.com


*Note: setiap lab mempunyai metode dan nilai referensi tersendiri jadi tetap mengacu
pada nilai lab tempat sampel dikerjakan!
ELEKTROLIT SERUM
• Untuk memonitor kadar elektrolit dalam darah, misalnya potassium
(K+), sodium (Na+), klorida (Cl), magnesium (Mg2+), calcium (Ca2+),
bicarbonate (HCO3-)
• Keseimbangan elektrolit penting untuk menjaga fungsi sel tubuh,
terutama berdampak pada fungsi jantung dan saraf
• Obat yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kadar elektrolit
tubuh termasuk:
– Diuretik (thiazide, loop diuretik, hemat kalium)
– antihipertensi (ACE inhibitors, ARBs)
– Antiaritmia Flecainid à efek terganggu pada hipokalemia dan
hiperkalemia
– Digoksin à penurunan K+, Mg dan peningkatan Ca
meningkatkan toksisitas
– Niasin à khususnya K+
KADAR LIPID: NILAI NORMAL*
• Kolesterol total: <200 mg/dL
• LDL : <100 mg/dL
• HDL : >40 mg/dL
• Trigliserida : <150 mg/dL

*Based on Pharmacist’s Letter http://pharmacistsletter.therapeuticresearch.com


*Note: setiap lab mempunyai metode dan nilai referensi tersendiri jadi tetap mengacu
pada nilai lab tempat sampel dikerjakan!
KADAR LIPID
• Untuk memonitor kadar lipid dalam darah
• Sebagai parameter faktor resiko terjadinya serangan
jantung (apabila LDL >160 mg/dL)
• Diperlukan untuk farmasis untuk mengetahui:
– Apakah pasien membutuhkan obat
antihiperlipidemia (statin) atau cukup
penyesuaian gaya hidup saja (olah raga)
– Apakah obat antihiperlipidemia yang diberikan
sudah sesuai dosisnya (target LDL <100 mg/dL)
PARAMETER HEMATOLOGI: NILAI NORMAL*
• White blood cell (WBC): 4,500-10,000 cells/μL
• Hemoglobin (Hb) : Pria: 13.6 -17.5 g/dL
Wanita: 12.0 – 15.5 g/dL
• Hematocrit (Hct) : Pria: 41 – 50%
Wanita: 35 – 46%
• Platelet : 150,000 – 400,000 platelets/μL
• Red blood cell (RBC) : Pria: 4.7 -6.1 x 106 cells/μL
Wanita: 4.2 – 5.4 x 106 cells/μL
• PT : 10.7 – 13.6 s
• aPTT : 21.0 – 34.0 s
PARAMETER HEMATOLOGI
• Untuk mendeteksi abnormalitas dalam darah termasuk:
infeksi, anemia, leukimia dan gangguan koagulasi
• Untuk keperluan terapi, farmasis dapat meninjau:
– WBC >> normal (leukositosis) mungkin menandakan
adanya infeksi dan inflamasi >> rasionalitas penggunaan
antibiotik
– Hb, Hct , RBC, platelet << normal à anemia, pendarahan,
leukimia, efek samping penggunaan obat tertentu à bisa
diatasi dengan penggunaan obat penambah darah,
suplemen vitamin & mineral
– PT (prothrombin time) dan aPTT (activated partial
thromboplastin time) >> normal à gangguan koagulasi,
efek anti koagulan (warfarin)
PARAMETER HEMATOLOGI
Beberapa obat mempengaruhi parameter hematologi:
1. Obat yang indikasinya menurunkan/meningkatkan
koagulasi
- Antikoagulan (Warfarin, Heparin)
- Antiplatelet (Klopidogrel, Aspirin)
- Koagulan (Fibrinogen, asam tranexamat)
Beberapa obat mempengaruhi parameter hematologi:

2. Obat yang berefek samping menyebabkan anemia


– NSAIDs à dapat menyebabkan anemia dari ulkus
peptikum dan supresi sumsum tulang
– Metformin à dapat menyebabkan kekurangan
B12 dan anemia megaloblastik
– Fibrates à dapat mengurangi kadar Hb, Hct, WBC
INTERPRETATION OF LAB RESULT
• Walaupun sejumlah tes darah dapat mencerminkan
fungsi/disfungsi organ, hasil pemeriksaan lab dapat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, diantaranya: umur, gender,
diet, kehamilan, waktu pengambilan, postur tubuh, pengolaan
sampel. Contoh: kadar kreatinin juga meningkat bila
mengkonsumsi banyak protein
• Nilai sedikit diatas/dibawah normal belum tentu memberikan
efek klinis yang signifikan. Contoh: LDL normal <100 mg/dL
tetapi efek klinis mulai terlihat bila LDL >160 mg/dL
PEMERIKSAAN KADAR OBAT DALAM DARAH
• Farmasis dapat menyarankan pemeriksaan kadar
obat dalam darah terutama untuk obat-obat dengan
indeks terapi sempit
• Contoh obat dengan indeks terapi sempit:
– Warfarin (antikoagulan)
– Teofilin (Bronkodilator)
– Pengganti Tiroid
– Digoksin
– Antikonvulsan
KESIMPULAN
• Pemeriksaan lab selain dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis, juga dibutuhkan oleh
farmasis untuk menentukan efikasi obat, dosis yang
tepat dan memonitor efek samping dan toksisitas
obat
• Oleh karena itu, seorang farmasis harus mampu
menginterpretasikan hasil pemeriksaan lab agar
dapat berdiskusi dan memberikan saran tentang
pengobatan pasien kepada profesi kesehatan lainnya

Anda mungkin juga menyukai