Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Malaria

1. Pengertian

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

genus plasmodium yang di tularkan oleh nyamuk Anopheles.infeksi

malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan

ikterus, (Harijanto 2011).

Plasmodium vivax merupakan infeksi yang paling sering dan

menyebabkan malaria tertian/vivaks (demam pada tiap hari ketiga).

Penyebabnya plasmodium vivax, penyakitnya disebut malaria tertiana.

Plasmodium vivax, spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah

merah yang muda (retilkulosit), kira-kira 43% dari kasus malaria di

seluruh dunia disebabkan oleh plasmodium vivax. Bentuknya mirip

dengan plasmodium falcifarum, namun sering dengan maturasi,

tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri terdiri dari 12-24

merozoitovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval

hampir memenuhi seluruh eritrosit kromatinin eksentris, pigmen

kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala

klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 3 hari sekali

dengan puncak demam 72 jam, (Harijanto 2011).


2. Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam

genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat

intraseluler. Manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax,

Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodiumovale.

Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles

ataupun ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik

yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya (Harjianto, 2011).

Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax, disebut juga

malaria tertiana benigna (jinak), Pl. falciparum menimbulkan malaria

Falciparum atau malaria Tertiana maligna (ganas). Selain itu Pl.

falciparum juga menimbulkan malaria Perniciosa dan Blackwater fever.

Pl. malariae menimbulkan malaria malariae, dan Pl.ovale menimbulkan

malria ovale, (Soedarto 2012).

Sarang nyamuk bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada

pula yang bersarang di genangan air pada cabang-cabang pohon yang

besar, (Soedarto 2012). Karakteristik nyamuk Anopheles adalah sebagai

berikut :

a. Hidup di daerah tropik dan sub tropik, ditemukan hidup di dataran

rendah.

b. Menggigit di antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari.

c. Biasanya tinggal di dalam rumah, diluar rumah dan senang menggit

manusia (mengisap darah).

11
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km.

e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah keatas dengan

sudut 48 derajat.

f. Daur hidupnya memerlukan waktu ±1 minggu.

g. Lebih senang hidup di daerah rawa.

3. Siklus Hidup

Daur hidupPlasmodium mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata

dan nyamuk. Siklus seksual yang berbentuk sporozoit di dalam nyamuk

sebagai sporogoni dan siklus aseksual di dalam hospes vertebrata

dikenal sebagai skizoni.

Gambar 2.1. siklus hidup plasmodium penyebab malaria

12
a. Sporogoni (Seksual)

Siklus sporogoni disebut siklus seksual karena menghasilkan

bentuk sporozoit yang siap ditularkan ke manusia, terjadi di dalam

tubuh nyamuk. Siklus ini juga disebut siklus ekstrinsik karena

masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk hingga menjadi

sporozoit yang terdapat di dalam kelenjar ludah nyamuk. Waktu 12

sampai 24 jam setelah nyamuk mengisap darah, zigot berubah

bentuk menjadi ookinet yang dapat menembus dinding lambung,

(Susana 2011).

Di lambung ini berubah menjadi ookista yang besarnya lima kali

lebih besar dari ookinet. Di dalam ookista dibentuk ribuan

sporozoit, dengan pecahnya ookista, sporozoit dilepaskan ke dalam

rongga badan dan bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Bila

nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit masuk ke dalam darah

dan jaringan, dan mulailah siklus eritrositik, (Susana 2011).

1. Siklus di luar sel darah merah

Siklus di luar sel darah merah (eksoeritrositer) berlangsung

dalam hati. Stadium ini dimulai saat nyamuk anopheles betina

menggigit manusia dan memasukan sporozoit yang terdapat

pada air liurnya ke dalam darah manusia. Beberapa menit

kemudian (0,5-1 jam) sporozoit tiba di hati dan menginfeksi

13
hati. Di hati sporozoit mengalami reproduksi aseksual

(skizogoni) atau proses pemisahan dan menghasilkan parasit

anak (merozoit) yang kemudian akan di keluarkan dari sel hati.

Plasmodium vivax dan plasmodium ovale ditemukan dalam

bentuk laten dalam hati yang disebut hipnosoit, yang merupakan

suatu fase hidup parasit malaria yang nantinya dapat

menyebabkan kumat/kambuh/rekurensi (long term relapse).

Plasmodiumvivax dapat kambuh berkali-kali sampai jangka

waktu 3-4 tahun sedangkan Plasmodium Ovale sampai

bertahun-tahun jika tidak di obati dengan baik.

2. Siklus dalam sel darah merah

Siklus dalam darah dimulai dengan keluarnya merozoit dari

skizon matang di hati ke sirkulasi. Siklus dalam sel darah merah

(eritrositer) ini terbagi menjadi siklus sisogoni yang

menimbulkan demam dan siklus gametogoni yang

menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan bagi

nyamuk, (Depkes RI2014).

b. Skizoni (Aseksual)

Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles sp,

dimasukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia).

Waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati, memulai siklus

eksoeritrositik. Pada Plasmodiumvivax dan Plasmodiumovale ada

yang ditemukan dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit ini

14
merupakan suatu fase dari siklus parasit yang nantinya dapat

menyebabkan kumat / kambuh / rekurensi (long term relapse).

Plasmodiumvivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka

waktu 3-4 tahun. Sedangkan Plasmodiumovale dapat kambuh

sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan

dengan baik, Susana (2011).

Kumat pada P.falciparum disebut rekrudensi (short term

relapse), karena siklus di dalam sel darah merah masih berlangsung

sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Sel hati parasit

tumbuh menjadi skizon. Pembelahan inti skizon menghasilkan

merozoit di dalam satu sel hati. Siklus eritrositik dimulai pada

waktu merozoit hati memasuki sel darah merah. Merozoit berubah

bentuk menjadi tropozoit. Tropozoit tumbuh menjadi skizon muda

yang kemudian matang menjadi skizon matang dan membelah

menjadi banyak merozoit. Kemudian sel darah merah pecah dan

merozoit, pigmen dan residu keluar serta masuk ke dalam plasma

darah.Parasit ada yang masuk sel darah merah lagi untuk

mengulang siklus skizoni. Beberapa merozoit yang memasuki

eritrosit tidak membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit,

yaitu stadium seksual. Waktu masuk ke dalam tubuh manusia,

parasit malaria dalam bentuk sporozoit, (Susana 2011).

Gametosit matang dalam darah penderita yang terhisap oleh

nyamuk akan mengalami pematangan menjadi gamet

15
(gametogenesis) sedangkan parasit malaria yang berbentuk

trofozoit, skizon, merozoit dicerna dalam lambung nyamuk. Mikro

gametosit membelah menjadi 4-8 mikro gamet (gamet jantan) dan

makro gametosit mengalami kematangan menjadi makro gamet

(gamet betina). Kemudian pembuahan terjadi antara mikro gamet

dan makro gamet yang disebut zigot. Mulanya berbentuk bulat

kemudian berubah menjadi memanjang dan dapat bergerak dan

disebut ookinet. Ookinet menembus dinding lambung dan menjadi

bentuk bulat disebut ookista. Ookista makin lama makin besar dan

di dalamnya intinya membelah-belah dan masing-masing inti

diliputi protoplasma dan mempunyai bentuk memanjang (10-15

mikron) di sebut sporozoit. Ookista akan pecah dan ribuan sporozoit

akan dibebaskan dalam rongga nyamuk yang kemudian akan

mencapai kelenjar liur. Nyamuk anopheles betina menjadi siap

menularkan penyakit malaria. Prinsip pemberantasan malaria antara

lain didasarkan pada siklus ini yaitu dengan mengusahakan umur

nyamuk lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik sehingga siklus

sporogoni (karena menghasilkan sporozoit) tidak dapat berlangsung,

(Gandahusada 2013).

4. Penularan

Penularan sporozoit malaria terjadi melalui gigitan nyamuk

anopheles betina, yang berbeda spesiesnya sesuai dengan daerah

geografisnya. Penularan dalam bentuk aseksual (trofozoit)

16
menimbulkan trophozoite-induced malaria, yang dapat ditularkan

melalui transfuse darah (transfusion malaria), melalui jarum suntik atau

menular dari ibu ke bayi yang dikandungannya melalui plasenta

(congenital malaria), (soedarto, 2012).

Penularan penyakit malaria dapat dibedakan ke dalam dua macam

cara penularan, yaitu penularan secara alamiah (Natural Infection) dan

penularan yang tidak alamiah (Not Natural Infection), Menurut

(Harmendo,2014)

1. Penularan secara alamiah (natural infection)

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles. Jumlah

dari nyamuk ini kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis

tersebut terdapat kurang lebih 16 jenis sebagai vector

penyebaran malaria di Indonesia

2. Penularan yang tidak alamiah (not natural infection)

Seseorang yang terkena penyakit malaria dapat menulari 25

orang di sekitarnya dalam waktu satu musim penularan atau 3

bulan, (Pedoman Hidup Sehat dalam Martinus Vinsensius

Ndona 2013).

a. Malaria Bawaan (Congenital)

Penularan ini dapat terjadi pada bayi yang baru dilahirkan,

apabila ibunya penderita malaria maka penularannya terjadi

melalui tali pusat atau plasenta.

b. Secara Mekanik

17
Penularan secara mekanik adalah penularan yang terjadi

melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang tidak

steril.

c. Secara Oral (Melalui Mulut)

Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia

adalah manusia lain yang terkena penyakit malaria baik

dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Cara penularan ini

pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium),

burung dara (P.Relection), dan monyet (P. Knowlesi), (Arsin

2012).

5. Epidemologi

Malaria tersebar luas di seluruh dunia, baik di daerah tropis,

subtropics maupun daerah beriklim dingin. Di Indonesia malaria

tersebar baik di jawa-bali maupun di luar pulau lainnya. Untuk

mengetahui tingkat endemisitas malaria di suatu daerah, harus

dilakukan pemeriksaan indeks limpah (spleen index, SI),dan indeks

parasit (parasite index, PI). Selain itu harus diteliti nyamuk anopheles

untuk menentukan angka infeksi (infection rate) dan kepadatan nyamuk

(mosquito density). Selain itu di kehidupan social budaya penduduk dan

lingkungan hidup daerah endemis harus dipelajari dengan seksama.

Menurut World Health Organization (WHO), berdasar indeks limpa

daerah malaria diklasifikasi atas empat tingkatan, yaitu :

Hipoendemis : indeks limpa antara 0 sampai 10 persen

18
Mesoendemis : indeks limpa antara 11 sampai 50 persen

Hiperendemis : indeks limpah selalu di atas 75 persen disertai tingginya

indek limpa pada orang dewasa.

Holoendemis : indeks limpa selalu di atas 75 persen dengan indeks

limpa pada orang dewasa adalah rendah. Hal ini menunjukan toleransi

yang kuat orang dewasa terhadap malaria.

Berbagai faktor berpengaruh pada epidemologi malaria, yaitu

adanya sumber infeksi, baik berupa penderita maupun karier gmetosit,

adanya vector penular yaitu nyamuk anopheles, dan terdapatnya

manusia yang peka. Didaerah endemis, penderita terutama anak-anak

merupakan sumber infeksiyang paling utama.

Faktor-faktor anopheles yang harus diperhatikan adanya tempat

berkembang biak nyamuk (breeding places), panjangnya umur nyamuk,

dan efektifitas anopheles dalam bertindak selaku vector penular, serta

dosis sporozoit yang diinokulasi setiap kali mengisap darah penderita

donor maupun resipien (Sodarto, 2011).

6. Tanda dan Gejala

Gejala klinis malaria merupakan petunjuk yang penting dalam

diagnosis malaria. Manifestasi klinis malaria sangat khas dengan

adanya serangan demam yang intermitten, anemia dan splenomegali.

Penyakit ini cenderung untuk beralih dari demam akut ke keadaan

menahun. Selama stadium akut terdapat masa demam yang intermitten.

Sedangkan pada infeksi oleh plasmodium vivax, panas bersifat ireguler,

19
kadang-kadang remiten atau intermiten. Stadium menahun berikutnya

terdapat masa laten yang diselingi kambuh beberapa kali. Kambuhnya

penyakit ini sangat mirip dengan serangan pertama. Sementara itu

rekrudensi sering terjadi pada infeksi yang disebabkan plasmodium

malariae, (Harijanto2010).

Hari pertama panas ireguler, kadang remiten atau intermiten,

perasaan dingin, menggigil jarang terjadi. Akhir minggu tipe panas

menjadi intermitendan periodik selama 48 jam, dengan gejala klasik

trias malaria. Serangan paroksimal biasanya terjadi dalam sore hari.

Kepadatan parasit mencapai maksimal, dalam waktu 7 – 14 hari. Limpa

mulai teraba, parasetimia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih

membesar dan panas masih berlangsung. Akhir minggu kelima panas

mulai menurun secara krisis. Malaria vivaks manifestasi klinis dapat

berlangsung secara berat, tetapi kurang membahayakan dan mengalami

pembesaran limpa. Malaria vivaks dapat memberikan pola relapse yang

berbeda, demam ireguler 2 – 4 hari, menjadi intermiten dan jelas pada

sore hari, hipertermi, timbul nauseavomiting, sering anemia, biasanya

parasetimia rendah dan ada splenomegali.

Masa inkubasi setiap jenis malaria berbeda-beda. Malaria vivax dan

malaria ovale inkubasi berlangsung antara 10-17 hari, pada malaria

falciparum antara 8-12 hari dan pada malaria malariae, masa inkubasi

berlangsung antara 21 dan 40 hari, (Soedarto 2011).

20
Demam yang terjadi pada penderita berhubungan dengan proses

skizogoni(pecahnya merozoit/skizon). Berat ringannya pun tergantung

pada jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi. Di Indonesia sampai

saat ini terdapat empat macam plasmodium penyebab infeksi malaria

yaitu :

1. Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang

menimbulkan demam tiap 24-48 jam.

2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana yang

menimbulkan demam tiap hari ke 3.

3. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana yang

menimbulkan demam tiap hari ke 4.

4. Plasmodium ovale penyebab malaria ovale, memberikan infeksi

yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa

pengobatan, (Harijanto 2010).

Selain itu, pada infeksi malaria terdapat gejala klasik malaria akut

yang sering di sebut Trias Malaria, secara berurutan :

1. Periode dingin.

Stadium ini mulai dengan menggigil, kulit dingin dan

kering.Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup

tubuhnya dengan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah.

Bibir dan jari pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat.

21
Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. diikuti

meningkatnya temperatur.

2. Periode demam

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa

kepanasan. Suhu badan dapat meningkat sampai 40°C atau

lebih. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti

terbakar, sakit kepala, nadi cepat, respirasi meningkat, muntah-

muntah dan dapat terjadi syok (tekanan darah turun) bahkan

sampai terjadi kejang (pada anak). Stadium ini berlangsung

lebih lama dari periode dingin, antara 2 sampai 4 jam. Demam

disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan

masuknya merozoit kedalam aliran darah.

3. Periode Berkeringat.

Periode ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai

tempat tidurnya basah. Temperatur turun dan penderita merasa

capek dan biasanya dapat tidur nyenyak. Saat bangun dari tidur

merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini

berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang

disebutkan di atas tidak selalu sama pada setiap penderita,

tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala

klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika. Hal ini

disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit

dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh

22
seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan

tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.

Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung

pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status

kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal atau campuran, (Munazir

2012).

Terdapat beberapa macam cara atau jenis pemeriksaan untuk

keperluan diagnosis malaria di antaranya adalah pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium, adapun tanda dan gejala yang didapat pada

saat pemeriksaan fisik yaitu Demam (=37,5°C), Kunjunctiva atau

telapak tangan pucat, Pembesaran limpa, Pembesaran hati. Sedangkan

pada penderita tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis

sebagai berikut: Temperature rectal =40°C, Temperature rectal =40°C,

Nadi cepat dan lemah. Untuk pemeriksaan Laboratorium yaitu :

1. Pemeriksaan dengan mikroskopik Sebagai standar emas

pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita adalah

mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi.

Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan :

a. Ada/tidaknya parasit malaria

b. Spesies dan stadium

c. Plasmodium

d. Kepadatan parasit

23
- Semi kuantitatif:

(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB

(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB

(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB

(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB

(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB

- Kuantitatif

Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan

darah tebal atau sediaan darah tipis.

2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic

Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit

malaria, dengan menggunakan metoda immunokromatografi

dalam bentuk dipstik.

3. Tes serologi

Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik

terhadap malaria atau pada keadaan di mana parasit sangat

minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik

sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia.

Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes > 1:20

dinyatakan positif, (Harjianto 2010).

24
7. Pengobatan

Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi

kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan

mengurangi kerugian akibat sakit. Selain itu upaya pengobatan

mempunyai peranan penting yaitu mencegah kemungkinan terjadinya

penularan penyakit dari seorang yang menderita malaria kepada orang-

orang sehat lainnya. Untuk membunuh semua parasit malaria pada

berbagai stadium (di hati maupun di eritrosit), dilakukan pengobatan

secara radikal), dengan pengobatan ini diharapkan terjadi kesembuhan

serta terputusnya rantai penularan, (Widoyono 2012).

Pengobatan malaria, faktor pilihan dan penggunaan obat-obat anti

malaria yang efektif disesuaikan dengan jenis kasus malaria yang

dihadapi merupakan hal yang sangat penting. Pengobatan malaria yang

tidak tepat dapat menyebab resistensi, sehingga menyebabkan

meluasnya malaria dan meningkatnya morbiditas. Untuk itu WHO telah

merekomendasikan pengobatan malaria secara global dengan

penggunaan regimen obat ACT (Artemisin Combination Therapy) dan

telah disetujui oleh Depkes RI sejak tahun 2004 sebagai obat lini I

diseluruh Indonesia. Pengobatan dengan ACT harus disertai dengan

kepastian ditemukannya parasit malaria secara mikroskopik atau

sekurang-kurangnya dengan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic

Test). Pengobatan ACT yang direkomendasikan meliputi :

1. Kombinasi artemeter + lumefantrin (AL)

25
2. Kombinasi artesunate + amodikuin

3. Kombinasi artesunate + meflokuin

4. Kombinasi artesunate + sulfadoksin – pirimetamin

Berikut ini adalah penatalaksanaan malaria ringan/tanpa komplikasi

berdasarkan konsensus Departemen Kesehatan, rekomendasi Tim ahli

Malaria Depkes RI serta pedoman WHO tahun 2006 :

1. Pengobatan Malaria oleh P. vivax/ovale/malariae

Tabel 2.1 Pengobatan Lini I malaria vivaks dan malaria ovale

Hari Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok umur


Dosis 0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 > 15
Tunggal bulan bulan tahun tahun tahun tahun
1 Artesunate ¼ 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ 1/2 1 2 3 4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
2 Artesunate ¼ 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ 1/2 1 2 3 4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
3 Artesunate ¼ 1/2 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ 1/2 1 2 3 4
Primakuin - - 1/4 ½ ¾ 1
4-14 Primakuin - - 1/4 ½ ¾ 1

Jika terjadi kegagalan pengobatan lini I maka dapat digunakan

kombinasi dihidroartemisin+piperakuin atau artemeter-lumefantrin atau

artesunate + meflokuin, (Harijanto 2010).

8. Pencegahan dan pemberantasan malaria

Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai

hasil yang optimal karena beberapa hambatan di antaranya yaitu

26
:tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah

penderita yang sangat banyak serta keterbatasan SDM, infrastruktur dan

biaya. Prinsip pencegahan malaria ada dua macam yaitu mencegah

infeksi melalui pencegahan kontak dengan nyamuk dan pencegahan

sakit apabila sudah terlanjur infeksi, (Harahap, 2012).

Mencegah infeksi dilakukan dengan pemberantasan vektor misalnya

dengan penyemprotan rumah juga dengan perlindungan perseorangan,

misalnya pemakaian kelambu pada saat tidur malam hari. Pemakaian

kasa rumah atau obat nyamuk bakar atau lotion, (Sarianto 2011).

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan

penyakit malaria, di antaranya :

1. Berbasis masyarakat

a. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus

selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan

kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye masal

untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan

sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan

genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau

menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang

memungkinkan sebagai tempat air tergenang, (Widoyono 2010).

Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara

penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting

pengenalan gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria,

27
pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan,

(Tapan 2010).

b. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan

sangat membantu mencegah penularan, (Widoyono2010). Usaha

pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah-

daerah endemis malaria dengan obat dari puskesmas, dari toko-

toko obat seperti kina, chlorokuin dan sebagainya. Obat-obat

tradisionil seperti air dari daun johar, daun kates dan meniran

atau obat pahit yang lain, (Werner dkk,2010).

c. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang

bionomik Anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak

terbang, dan resistensi terhadap insektisida, (Widoyono, 2010).

2. Berbasis pribadi Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain:

a. Tidak keluar rumah antara senja dan malam hari, bila terpaksa

keluar, sebaiknya menggunakan kemeja dan celana panjang

berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap,

( Widoyono, 2010).

Tindakan menghindari gigitan nyamuk sangat penting, terutama

di daerah di mana angka penderita malaria sangat tinggi.

Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau pinggiran kota

yang banyak sawah, rawa-rawa, tambak ikan (tempat ideal

untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai

baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah,

28
terutama pada malam hari. Nyamuk malaria biasanya mengigit

pada malam hari, (Natalia,2010).

b. Menggunakan repelan yang mengandung dimetiltalat atau zat

anti nyamuk lainnya.

c. Membuat kontruksi rumah yang tahan nyamuk dengan

memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela,

(Widoyono, 2010).

Mereka yang tinggal di daerah endemis, sebaiknya memasang

kawat 18 kasa di jendela dan ventilasi rumah serta

menggunakan kelambu saat tidur, (Natalia 2010).

d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida

(insecticide-treated mosquito net, ITN), (Widoyono 2010).

Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara

untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat

yang telah digunakan sejak dahulu (Natalia 2010).

e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan

obat anti nyamuk bakar, (Widoyono 2010).

Penyemprotan dengan menggunakan semprotan pembasmi

serangga di dalam dan di luar rumah dan serta mengoleskan

obat anti nyamuk di kulit, (Zulkoni dalam Harahap 2012), serta

penyemprotan dengan insektisida sebaiknya dilaksanakan dua

kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan di daerah

endemis malaria, (Harahap,2012).

29
B. Pengetahuan

1. Defenisi

Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sendirinya pada waktu

pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). Ndona (2013) pengetahuan

adalah realita yang berasal dari luar diri manusia yang lalu menjadi

mengerti dan dipahami, yakni diketahui melalui kegiatan empiris

yaitu pengideraan dan atau penalaran rasional atas hasil kegiatan

empiris sebelumnya, sedangkan ilmu pengetahuan adalah

sistematisasi pemahaman tentang filsafat. Pengetahuan atau

kongnitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Sifat dasar

manusia adalah keingintahuan tentang suatu dorongan untuk

memenuhi keingintahuan manusia tersebut menyebabkan seseorang

melakukan upaya-upaya pencarian selama proses interaksi dengan

lingkungannya menghasilkan suatu pengetahuan bagi orang

tersebut. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

30
mata dan telinga. Awal perkembangan pengetahuan, pengetahuan

yang mula-mula dimiliki manusia adalah pengetahuan biasa atau

yang timbul dari pengalaman indera manusia. Dan karena

keingintahuan manusia begitu besar, maka ia sendiri berusaha untuk

memenuhi dan mencari jawaban dan kebenarannya. Tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif secara garis besarnya dibagi

dalam 6 tingkat pengetahuan:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : Tahu

bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa

darah yang masuk ke Genus Plasmodium, yang penularannya pada

manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopeles. Mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

pertanyaan- pertanyaan misalnya: apa penyebab penyakit malaria,

apa tanda dan gejala penyakit malaria serta bagaimana melakukan

PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

31
3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang diimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat

32
(Notoatmodjo, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Dalam Harahap (2012) pengetahuan dipengaruhi oleh

beberapa faktorinternal dan eksternal.

Faktor internal meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

kelompok dan masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai

pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada

umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera

penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya.Setiap orang

mempunyai persepsi berbeda, meskipun objeknya sendiri.

c. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan

mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini

diwujudkan dalam bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan

munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri

individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang

betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan

33
suatu kebutuhan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui,

dirasakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang

tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman

yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya

pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa

yang akan datang menentukan perilaku masa kini.

e. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usiaini.

Menurut Notoatmodjo, (2012) sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan selama hidup sebagai berikut:

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

34
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuan.

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan

pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ

seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan

bertambahnya usia.

f. Informasi/Media

Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediet

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-

lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

35
terbentuknya terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2012).

g. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akanmenentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang (Notoatmodjo, 2012).

3. Pengukuran tingkat pengetahuan.

Menurut Skiner dalam Budiman (2013), seseorang mampuh

menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan,

maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut.

Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut dinamakan

pengetahuan.pengukuran bobot pengetahuan seseorang ditetapkan

menurut hal- hal sebagai berikut: 1) Bobot 1: tahap tahu dan

memahami. 2) Bobot II : tahap tahu, memahami, aplikasi dan analisis.

3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penilitian atau

responden.

36
Arikunto (2006) membuat katagori tingkat pengetahuan seseorang

menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase yaitu

sebagai berikut: 1) tingkat pengetahuan kategori baikjika nilainya ≥

75%. 2) tingkat pengetahuan cukup jika nilainya 56-75%. 3) tingkat

pengetahuan katagori kurang jika nilainya < 55%.

Dalam membuat katagori tingkat pengetahuan bisa juga

dikelompokan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat

umum, yaitu sebagai berikut : 1) tingakat pengetahuan katagori baik

jika nilainya > 50%. dan.2) tingkat pengetahuan katagori kurang baik

jika nilainya ≤ 50%.

Namun, jika diteliti respondenya petugas kesehatan, maka

presentasinya akan berbeda yaitu sebagai berikut:1) tingakat

pengetahuan katagori baikjika nilainya > 75%. 2). tingkat pengetahuan

katagori kurang baik jika nilainya ≤ 75%.

C. Perilaku

1. Defenisi

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang diamatilangsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2012). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh

37
Notoatmodjo (2012), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh

karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme,dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori

Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2012) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati

atau dilihat oleh orang lain.

5. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2012) adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan,

38
makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan

(health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya

atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau

kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan

sebagainya.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama,

yaitu :

a. Faktor predisposisi

(predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap

hasl-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut

39
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi, pekerjaan

dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling

factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan

seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes,

pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk

juga dukungan social baik dukungan suami maupun keluarga.

c. Faktor penguat (reinforcing

factors)

Factor-factor ini meliputi factor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama, sikap dan perilaku pada petugas

kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang peraturan-

peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang

terkait dengan kesehatan.

40
D. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Kejadian Malaria
Tertiana

Perilaku

Keterangan :

: Independen

: Dependen

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan.

1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian malaria tertian

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian malaria

tertiana

2. Ha : Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian malaria tertiana.

Ho : Tidak ada hubungan antara perilaku degan kejadian malaria.

41

Anda mungkin juga menyukai

  • Lampiran
    Lampiran
    Dokumen20 halaman
    Lampiran
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen12 halaman
    Lampiran 1
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • BAB V Enak Ahhhhhhhh
    BAB V Enak Ahhhhhhhh
    Dokumen3 halaman
    BAB V Enak Ahhhhhhhh
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Daftar Gambar
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Lampiran 1
    Daftar Lampiran 1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Lampiran 1
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel-1
    Daftar Tabel-1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel-1
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR ISI Pakeeee
    DAFTAR ISI Pakeeee
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR ISI Pakeeee
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen14 halaman
    Bab Iv
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Baru
    Baru
    Dokumen2 halaman
    Baru
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Pernapasan
    Gangguan Pernapasan
    Dokumen37 halaman
    Gangguan Pernapasan
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii3
    Bab Iii3
    Dokumen14 halaman
    Bab Iii3
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen9 halaman
    Bab 1
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • KASUS AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT
    KASUS AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT
    Dokumen8 halaman
    KASUS AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT
    agiil solissa
    Belum ada peringkat
  • Askep Stemi (KMB)
    Askep Stemi (KMB)
    Dokumen33 halaman
    Askep Stemi (KMB)
    agiil solissa
    Belum ada peringkat