NPM :195020011
KELAS :A
2. Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah
membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku dan sedikitpun tidak ada
kaitannya dengan kesadaran. Menurut teori ini yang dapat dikaji oleh psikologi adalah
benda-benda atauhal-hal yangdapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan
(stimulus), dan gerak balas (respons), sedangkan hal-hal yang terjadi pada otak tidak
berkaitan dengan kajian. Maka dalam proses pembelajaran menurut Watson, tidak
ada perbedaan antar manusia dan hewan.Teori behaviorisme hanya menganalisis
perilaku yang tampak pada diri seseorang yang dapat diukur, dilukiskan, dan
diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya
manusia tidak membawa bakat apa-apa.
Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan
sekitar. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk, lingkungan
yang baik akan menghasilkan manusia yang baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya
pada pendekatan ilmiah yang benar-benar objektif. Kaum behavioris mencoret dari
kamus ilmiah mereka, tentang semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti
sensasi, persepsi, hasrat,tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi secara
subjektif.Oleh karena kesadaran tidak termasuk benda yang dikaji oleh behaviorisme,
maka psikologi ini telah menjadikan ilmu mengenai perilaku manusia menjadi sangat
sederhana dan mudah dikaji. Mengapa? Karena semua perilaku menurut behaviorisme,
termasuk tindak balas (respons) yang ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus).
Jadi, jika gerak balas telah diamati dan diketahui, maka rangsangan dapat
diprediksikan.Begitu juga jika rangsangan telah diamati dan diketahui, maka gerak
balas pun dapat diprediksikan. Dengan demikian, setiap perilaku itu dapat diprediksikan
dan dikendalikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan
kesadaran terhadap perilaku. Jadi semua perilaku dipelajari menurut hubungan stimulus
– respons.
3. Lingkungan merupakan salah satu faktor pembentuk kepribadian baik fisik maupun
perilaku. Bagaimana tidak, jika lingkungannya baik maka individu itu akan memiliki
pribadi yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Contoh saja di lingkungan
masyarakat atau di lingkungan tempat tinggalnya, apabila dilingkungan tersebut
teman-temannya suka bermabuk-mabukan, berjudi atau bahkan sampai melakukan
hubungan bebas, maka ia akan seperti itu pula. Berbeda dengan lingkungan
pesantren yang dimana