Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadihat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik dan
Context Of Psychiatric Nursing care & Legal And Ethical Context Of Psychiatric
Nursing” terwujud berkat partisipasi berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan
terimaksih yang sebesar-besarnya kepeda Bapak dan Ibu dosen pembimbing mata kuliah
“Sociocultural Context Of Psychiatric Nursing care & Legal And Ethical Context Of
Psychiatric Nursing”.
Taka ada gading yang retak begitu juga kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kami menjadi lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah
ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita, Aamiin. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………..……………………..2
BAB I PENDAHULUAN………………………………….………….………..3
A. Latar belakang………………………...…………………...….……….3
B. Tujuan.………………………………………………………………….3
C. Manfaat…………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………..………........4
Care.……………………………………………………………………..4
A. Kesimpulan………………………………………………………….…...6
B. Saran……………………………………………………………….…....6
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang spesialisasi
praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya ( ANA ). Semuanya didasarkan
pada diagnosis dan intervensi dari adanya respons individu akan masalah kesehatan
mental yang actual maupun potensial. Ada empat karakteristik keperawatan :
1. Fenomena yaitu rentang respons-respons yang berkaitan dengan kesehatan yang
teramati pada orang sakit dan sehat yang menjadi focus diagnosa dan penanganan
keperawatan.
2. Teori yaitu konsep-konsep, prinsip-prinsip dan proses yang memandu intervensi
keperawatan dan pemahaman tentang respons yang berhubungan dengan
kesehatann.
3. Tindakan-tindakan yaitu intervensi untuk mencegah kesehatan.
4. Pengaruh yaitu evaluasi tindakan keperawatan yang berhubungan dengan respon
kesehatan yang teridentifikasi dan hasil asuhan keperawatan yang diantisipasi.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Keperawatan jiwa dimulai antara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadian
penanganan pada seorang penyakit mental.
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Mahasiswa dapat memahami tentang Konteks Legal Etik dalam Asuhan
Keperawatan Jiwa.
3. Mahasiswa mengetahui pengertian keperawatan kesehatan jiwa .
4. Mahasiswa mengetahui tujuan dari program keperawatan kesehtan jiwa.
5. Mahasiswa mengetahui tentang prinsip-prinsip dalam keperawatan kesehatan jiwa
masyarakat.
C. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap hak-hak pasien dan hak legal
perawat.
2. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan jiwa.
3. Mengetahui keterkaitan keperawatan jiwa tentang konteks legal etik dalam asuhan
keperawatan jiwa.
4. Makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakukan tindakan asuhan
keperawatan pada kasus keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dari Sociocultural Context Of Psychiatric Nursing care
Dalam setiap interaksi dengan pasien, perawat psikiatris harus menyadari
kehidupan pasien dan menyadari bahwapersepsinya tentang sehat dan sakit, prilaku
mencari bantuan dan kepatuhan pada pengobatan. Perawat yang peka secara kultural
memahami pentingnya kekuatan sosial dan kultural bagi individu, mengenal keunikan
dan mengabungkan informasi sosiokultural kedalam asuhan keperawatan psikiatris.
Faktor resiko atau faktor predisposisiini dapat secara bermakna meningkatkan potensi
berkembangnya kelainan psikiatris. Mengurangi potensi penyembuhan, atau keduannya
bersamaan faktor-faktor tersebut memberikan gambaran sosiokultural pasien yang
penting dan bermutu.
1. Pasien memiliki hak untuk mendapatkan perawatan yang penuh rasa hormat dan
perhatian.
2. Pasien memiliki hak dan dianjurkan untuk memperoleh informasi yang dapat
dipahami, terkini, dan relevan tentang diagnosa, terapi, dan prognosis dari dokter
dan pemberi perawatan langsung lainnya.
3. Pasien memiliki hak untuk membuat keputusan tentang rencana perawatan
sebelum dan selama proses terapi dan menolak terapi yang direkomendasikan atau
rencana perawatan sejauh yang diperbolehkan oleh hukum dan kebijakan rumah
sakit dan diinformasikan tentang konsekuensi medis tindakan ini. Bila pasien
menolak terapi, pasien berhak memperoleh perawatan dan pelayanan lain yang
tepat, yang disediakan rumah sakit, atau dipindahkan ke rumah sakit lain. Rumah
sakit harus memberi tahu pasien tentang setiap kebijakan yang dapat
memengaruhi pilihan pasien di dalam institusi tersebut.
4. Pasien memiliki hak untuk meminta petunjuk lanjutan tentang terapi ( misalnya
living will, perwalian perawatan kesehatan, atau menunjuk pengacara untuk
mengatur perawatan kesehatan selama waktu tertentu), dengan harapan bahwa
rumah sakit akan menerima maksud petunjuk tersebut sejauh yang diperbolehkan
oleh hukum dan kebijakan rumah sakit.
5. Pasien memiliki hak terhadap setiap pertimbangan privasi. Diskusi kasus,
konsultasi, pemeriksaan, dan terapi harus dilaksankan agar privasi setiap pasien
terlindungi.
6. Pasien memiliki hak untuk berharap bahwa semua komunikasi dan catatan yang
berhubungan dengan perawatannya akan dijaga kerahasiannya oleh rumah sakit,
kecuali pada kasus seperti kecurigaan tentang penganiayaan dan bahaya kesehatan
masyarakat, ketika pelaporan kasus tersebut diizinkan atau diwajibkan oleh
hukum. Pasien memiliki hak untuk berharap bahwa rumah sakit akan menegaskan
kerahasiaan informasi ini ketika memberi tahu pihak lain yang berhak meninjau
informasi dalam catatan tersebut.
7. Pasien memiliki hak untuk meninjau catatan yang berhubungan dengan perawatan
medisnya dan meminta penjelasan atau interpretasi informasi sesuai kebutuhan,
kecuali jika dilarang oleh hukum.
8. Pasien memiliki hak untuk berharap bahwa dalam kapasitas dan kebijakannya,
rumah sakit akan merespon dengan baik permintaan pasien untuk memperoleh
perawatan dan pelayanan yang tepat dan diindikasikan secara medis.
9. Pasien memiliki hak untuk bertanya dan diinformasikan tentang adanya hubungan
bisnis antara rumah sakit, institusi pendidikan, pemberi perawatan kesehatan lain,
atau pihak pembayar yang dapat memengaruhi terapi dan perawatan pasien.
10. Pasien memiliki hak untuk menyetujui atau menolak partisipasi dalam studi
penelitian yang diajukan atau eksperimen pada manusia yang memengaruhi
perawatan dan terapi atau memerlukan keterlibatan pasien secara langsung, dan
meminta penjelasan sepenuhnya tentang studi tersebut sebelum memberi
persetujuan. Pasien yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian atau
eksperimen tetap berhak mendapat perawatan yang paling efektif, yang dapat
diberikan rumah sakit.
11. Pasien memiliki hak untuk menharapkan kontinuitas perawatan yang layak jika
tepat dan mendapat informasi dan dokter dan pemberi perawatan lain tentang
pilihan perawatan pasien yang realistis dan tersedia ketika perawatan rumah sakit
tidak lagi tepat.
12. Pasien memiliki hak untuk mendapat informasi tentang kebijakan dan praktik di
rumah sakit yang berhubungan dengan perawatan pasien, terapi, dan tanggung
jawab. Pasien memiliki hak untuk mendapat informasi tentang sumber yang
tersedia untuk mengatasi perselisihan, keluhan, dan konflik, misalnya komite etik,
perwakilan pasien, dan mekanisme lain yang tersedia di instusi. Pasien memiliki
hak mendapat informasi tentang biaya rumah sakit untuk pelayanan yang
diberikan dan metode pembayaran yang digunakan.
4. Konservator
Pengangkatan konservator atau pelindung hukum merupakan proses yang
terpisah dari komitmen sipil. Individu yang mengalami disabilitas berat terbukti
tidak kompeten tidak dapat menyediakan makanan, pakaian, dan tempat tinggal
bagi diri mereka sendiri walaupun sumber-sumber tersedia dan tidak dapat
bertindak sesuai keinginan mereka sendiri, dapat memerlukan pengangkatan
seorang konservator.
5. Lingkungan yang Kurang Restriktif
Klien memiliki hak untuk menjalani terapi di lingkungan yang kurang
restriktif yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini berarti bahwa
klien tidak harus dirawat di rumah sakit jika ia dapat diobati di lingkungan rawat
jalan atau group home.
Restrein adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu, tanpa izin
individu tersebut, untuk membatasi kebebasan geraknya. Kekuatan fisik ini dapat
menggunakan tenga manusia, alat mekanis atau kombinasi keduanya. Restrein
dengan tenaga manusia terjadi ketika anggota staf secara fisik mengendalikan
klien dan memindahkannya ke ruang seklusi. Restrein mekanis adalah peralatan,
biasanya restrein pada pergelangan kaki dan pergelangan tangan, yang diikatkan
ke tempat tidur untuk mengurangi agresi fisik klien, seperti memukul,
menendang, dan menjambak rambut.
Seklusi adalah pengurungan involunter individu dalam ruangan terkunci
yang dibangun secara khusus serta dilengkapi dengan jendela atau kamera
pengaman untuk memantau klien secara langsung (JCAHO, 2000).
• Ekstrimitas tubuh
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan upaya yang dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan
masyarakat, diharapkan juga masyarakat ikut serta dalam meningkatkan status kesehatan
sehingga akan lebih efektif bila bersama-sama menerapkannya. Sehingga diharapkan
nanti tidak ada lagi masyarakat dengan status kesehatan yang rendah selain itu tidak ada
lagi perbedaan mengenai pandangan sehat sakit dalam masyarakat dengan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
http://nuryantinoviana.wordpress.com/2010/05/15/prinsip-asuhan-keperawatan-jiwa/
Vidbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Psychiatric mental health nursing.
Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Hamid, A.Y. 2008.
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Jilid 1.Jakarta:
Bina Rupa Aksara..
Notosoedirjo, M. Latipun. 2001. Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan. Malang: UMM
Press.
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition. St. Louis:
Mos