Anda di halaman 1dari 12

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PELAKSANAAN

PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA GLOBALISASI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Teknik Penulisan Karya Ilmiah”

Dosen Pengampu :
Mochammad Choirudin, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh :
Nurul Imaniyah (NIM : 2019.59.01.3585)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
QOMARUDDIN
GRESIK
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
sederhana ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil
karya tulis sederhana ini dapat di rampungkan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Mochammad Choirudin, S.Pd.I., M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik
Penulisan Karya Ilmiah sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis sederhana ini
dengan judul “Peran Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter di
Era Globalisasi”.
Besar harapan kami bahwa karya tulis sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat
di jadikan sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang mata kuliah Teknik
Penulisan Karya Ilmiah dan akan mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan
pada mata kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah.
Sesuai kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran
dan kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami
lakukan dapat bermanfaat, amin.

Gresik, 22 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Pendidikan Karakter di Era Globalisasi ................................................... 3
B. Metode Pendidikan dalam Pondok Pesantren ..........................................5
C. Peran Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter ...........6
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 8
A. Simpulan ................................................................................................ 8
B. Saran ......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi merupakan era yang penuh dengan persaingan teknologi, di
mana hal tersebut menuntut manusia untuk lebih berkembang dalam ilmu
pengetahuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia pun merasakan dampak dari
adanya proses globalisasi. Sehingga penguasaan terhadap ilmu pengetahuan umum
sangat ditekankan dalam setiap kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini.
Salah satu dampak terjadinya globalisasi budaya adalah mulai pudarnya
kebudayaan dan karakter asli bangsa Indonesia yang memiliki nilai moral yang
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendidikan yang mampu mengembalikan
karakter bangsa Indonesia sehingga tidak hanya ilmu pengetahuan yang dikuasai
namun juga pengendalian karakter yang baik demi pemanfaatan ilmu pengetahuan
secara bijak.
Dari berbagai macam konsep pendidikan di Indonesia, pendidikan pondok
pesantren merupakan konsep pendidikan yang dinilai mampu untuk mengembalikan
karakter budaya bangsa Indonesia. Di mana dalam konsep pendidikannya lebih
menekankan pada pendidikan moral dan ilmu agama sebagai proses pembentukan
karakter.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari karya tulis sederhana ini antara lain :
1. Apa pentingnya pendidikan karakter di era globalisasi?
2. Bagaimana metode pendidikan dalam pondok pesantren?
3. Bagaimana peran pesantren dalam pelaksanaan pendidikan karakter?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
1. Untuk menjelaskan mengenai pentingnya pendidikan karakter di era globalisasi.
2. Untuk menjelaskan mengenai metode pendidikan dalam pondok pesantren
3. Untuk menjelaskan mengenai peran pesantren dalam pelaksanaan pendidikan
karakter.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoretis
Bagi Santri : Meningkatkan pemahaman diri terhadap penulisan Karya
Tulis dan kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai sarana peningkatan mutu
generasi masa depan bangsa.
2. Manfaat Praktis
Bagi Masyarakat Luas : Mengubah paradigma masyarakat bahwa pondok
pesantren juga dapat dijadikan sebagai pilihan utama dalam mengenyam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Karakter di Era Globalisasi


Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global yang
bermakna universal. Menurut Aim Abdulkarim, Globalisasi merupakan proses
pengembangan pada masa kini (kontemporer) yang mempunyai pengaruh dalam
mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan
berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan
rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama
lainnya.
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat,
termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal lain. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan
dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam
pikiran manusia. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari,
bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam
pikiran orang yang bersangkutan.
Tidak lain halnya dengan kejiwaan para remaja yang pada dasarnya masih
mencari jati diri dan terkadang belum bisa menentukan dan menyaring segala
informasi yang baik bagi diri mereka sendiri, sehingga para remaja ini harus selalu
diarahkan dan dibimbing supaya dapat menjadi generasi penerus yang tidak
melupakan kebudayaan yang bermoral dan mampu bersaing dengan bangsa lain.
Pendidikan yang diterapkan di Indonesia masih menitikberatkan kepada
penguasaan kurikulum dibandingakan dengan pembentukan karakter. Hal ini
menyebabkan terbentuknya generasi bangsa yang ahli pikir namun terbelenggu
dalam kerendahan moral. Meskipun pemerintah telah menerapkan kurikulum
pendidikan berkarakter, namun dampak yang dirasakan belum mampu membebaskan
generasi bangsa dari belenggu rendahnya moralitas.
Oleh karena itu, perlulah sebuah pendidikan yang mampu mempertahankan
dan mengembangkan karakter yang dapat menjadi teladan bagi yang lainnya. Sebab
pada dasarnya, untuk menjadi individu yang bertanggungjawab di dalam masyarakat,
setiap individu harus mengembangkan berbagai macam potensi yang ada dalam
dirinya, terutama mengokohkan moral yang akan menjadi panduan bagi praktis
mereka dalam lembaga.
Sebagaimana Ratna Megawangi menyatakan bahwa pendidikan karakter
adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good,
and acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif,
emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart,
and hands.
Adapun nilai yang layak diajarkan kepada anak, di rangkum oleh Indonesia
Heritage Foundation (IHF) yang digagas oleh Ratna Megawangi 270 menjadi
sembilan pilar karakter, yaitu:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (love Allah, trust, reverence, loyalty).
2. Kemandirian dan Tanggung Jawab (responsibility, excellence, self reliance,
dicipline, orderliness).
3. Kejujuran, Amanah dan Bijaksana (trustworthiness, reliability, honesty).
4. Hormat dan Santun ( respect, courtesy, obedience).
5. Dermawan, Suka menolong dan Gotong Royong (caring, empathy, genrousty,
moderation, cooperation, love, compassion).
6. Percaya Diri, Kreatif, dan Pekerja Keras (confidence, assertiveness, creativity,
determination, and enthusiasm).
7. Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership).
8. Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humanity, modesty).
9. Toleransi, Kedamaiaan dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefullness).
Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekadar berurusan dengan proses
pendidikan tunas muda yang sedang mengenyam masa pembentukan di dalam
sekolah, melainkan juga setiap individu di dalam lembaga pendidikan.
B. Metode Pendidikan Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat, sekaligus memadukan unsur-unsur
pendidikan yang amat penting. Pertama, ibadah unuk menanamkan iman dan takwa
terhadap Allah SWT. Kedua, tabligh untuk menyebarkan ilmu. Ketiga, amal untuk
mewujudkan kemasyarakatan dalam kehiduan sehari-hari.
Dalam sejarahnya, perkembangan pondok pesantren memiliki sistem
pendidikan dan pengajaran non-klasikal yang dikenal dengan nama : Bandongan,
Sorogan, dan Wetonan. Penyelenggaraan sistem ini berbeda-beda antara pondok
pesantren satu dengan pondok pesantren lainnya. Ada sebagian pondok pesantren
yang penyelenggarannya semakin lama semakin berubah, karena dipengaruhi oleh
perkembangan pendidikan di tanah air, serta tuntutan dari masyarakat di lingkungan
pondok psantren itu sendri. Dan sebagian pondok pesantren ada yang masih
mempetahankan sistem pendidikan yang semula.
Dalam kenyataannya, dewasa ini, penyelenggaraan sistem pendidikan dan
pengajaran di pondok pesantren dapat digolongkan menjadi tiga bentuk, yaitu
sebagai berikut.
Pertama, pondok pesantren yang cara pendidikan dan pengajarannya
menggunakan metode sorogan dan bandongan, yaitu seorang kyai mengajarkan
santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab klasik yang ditulis dalam bahasa arab dengan
sistem terjemahan. Dalam hal itu, biasanya para santri tinggal di dalam pondok,
asrama pondok, dan ada pula yang diluar pondok. Umumnya pondok pesantren
semacam ini “steril” dari ilmu pengetahuan umum, dan orang biasanya menyebut
Pondok salaf (tradisional).
Kedua, pondok pesantren, walaupun mempertahankan pendidikan dan
pengajaran, akan tetapi lembaga pendidikan ini telah mamasukkan pendidikan umum
ke pesantren, seperti SMP SMA, STM, SMEA, atau memasukkan sistem madrasah
ke pondok pesantren.
Ketiga, pondok pesantren di dalam sistem pendidikan dan pengajarannya
mengintegrasikan sistem madrasah kedalam pondok pesantren dengan segala jiwa,
nilai, dan atribut lainnya. Di dalam pengajarannya memakai metode dedaktik dan
sistem evaluasi pada setiap semester. Dan pengajarannya memakai sistem klasikal
ditambah dengan disiplin yang ketat dengan full asrama atau santri diwajibkan
berdiam di asrama. Para pengamat menamakannya dengan pondok modern.
Searah perkembangan zaman, pondok pesantren selalu berusaha
meningkatkan kualitasnya dengan mendirikan madrasah-madrasah di dalam komplek
pesantren masing-masing. Dengan cara ini, pesantren tetap berfungsi sebagai
pesantren dalam pengertian aslinya, yakni tempat pendidikan dan pengajaran bagi
para santri yang ingin memperoleh ilmu pengetahuan Islam secara mendalam.
C. Peran Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Pesantren memiliki pola pendidikan yang berbeda dengan pola pendidikan
pada umumnya. Di pesantren terdapat pengawasan yang ketat menyangkut tata
norma atau nilai terutama tentang perilaku peribadatan khusus dan norma-norma
mu’amalat tertentu. Bimbingan dan norma belajar supaya cepat pintar dan cepat
selesai boleh dikatakan hampir tidak ada. Jadi, pendidikan di pesantren titik tekannya
bukan pada aspek kognitif, tetapi justru pada aspek afektif dan psikomotorik.
Pesantren sebagai salah satu sub sistem Pendidikan Nasional yang indigenous
Indonesia, mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam pengaplikasian
pendidikan karakter santri. Hal itu dikarenakan: pertama, adanya jiwa dan falsafah.
Kedua, terwujudnya integralitas dalam jiwa, nilai, sistem danstandar operasional
pelaksanaan. Ketiga, terciptanya tripusat pendidikan yang terpadu. Keempat, totalitas
pendidikan.
Karakter pesantren yang demikian itu menjadikan pesantren dapat dipandang
sebagai institusi yang efektif dalam pembangunan akhlak. Disinilah pesantren
mengambil peran untuk menanggulangi persoalan-persoalan tersebut khususnya
krisis moral yang sedang melanda, karena pendidikan pesantren merupakan
pendidikann yang terkenal dengan pendidikan agama dan seharusnya mampu untuk
mencetak generasi-generasi berkarakter yang sarat dengan nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, pondok pesantren diharapkan mampu mencetak manusia
muslim sebagai penyuluh atau pelopor pembangunan yang takwa, cakap, berbudi
luhur untuk bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan
bangsa serta mampu menempatkan dirinya dalam mata rantai keseluruhan sistem
pendidikan nasional, baik pendidikan formal maupun non formal dalam rangka
membangun manusia seutuhnya.
Dalam konteks kekinian, pesantren masih tetap relevan dan menjanjikan
untuk menjadi garda depan dalam mengawal kelangsungan bangsa yang terancam
oleh krisis moral, krisis identitas, dan krisis kepribadian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dihadapan perubahan sosio-kultur yang kian deras dan globalisasi masif,
pesantren tetap tumbuh dan berkembang. Bahkan telah mendapat kepercayaan
masyarakat dalam mendidik umat. Krisis-krisis moral yang kian mendera anak-anak
bangsa yang ditunjukan oleh tawuran, kenakalan remaja, narkoba dan lain-lain
memunculkan pemahaman bahwa keberadaan pesantren menjadi alternatif
pendidikan. Namun, sejalan dengan kepercayaan masyarakat, pesantrenpun telah
melakukan perubahan-perubahan yang perlu sehingga eksistensinya benar-benar
dapat berkelanjutan.
Dengan posisi ini, dunia pesantren tampil dengan teladan indah, dengan
kontribusi nilai-nilai keteladanan dan dalam memproduksi anak-anak bangsa yang
berkarakter. Merujuk ke ajaran islam awal, jauh sebelum kewajiban shalat, puasa,
haji, dan zakat diperintahkan oleh Allah, kesempurnaan akhlak yang pertama
diserukan. Dalam semangat ajaran dasar Islam ini maka pesantren tentu harus
menjadi agen yang pertama dalam membangun karakter bangsa dalam arti
sesungguhnya.
B. Saran
Bagi pemerintah seharusnya lebih memperhatikan lembaga lembaga
pendidikan yang memprioritaskan pendidikan yang berbasis agama sehingga dapat
menghasilkan generasi yang ahli fikir dan dzikir.
Bagi masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya pendidikan berbasis
agama yang mampu menjadikan generasi-generasi bangsa, sebagai bangsa yang
berakhlakul karimah dan mampu bersaing di era globalisasi yang penuh tantangan
saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara


yang Demokratis. Bandung: Grafido Media Pratama.
Amin, Zamzami. 2014. Baban Kana: Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin dalam
Kancah Sejarah untuk Melacak Perang Kedongdong 1802-1919. Bandung:
Pustaka Aura Semesta.
Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar pada Karakter. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Mulyana, Rahmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Sasono, Adi. 1998. Solusi Islam atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan, dan
Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai