Anda di halaman 1dari 46

 

Penetasan Telur dengan Mesin Tetas


 

SEKILAS MENGENAI PENETASAN TELUR

Guna Mesin Tetas

Secara alamiah bangsa unggas yang salah satunya adalah ayam,   akan mengerami telur
telurnya bila sudah dirasa cukup baginya sebagai bagian dari memperbanyak keturunannya
(species nya).

Mesin tetas tentunya memang diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami dari se-
ekor induk ayam (atau bangsa unggas lainnya) dalam mengerami telur telur yang dibuahi
dari hasil persilangan atau perkawinan dengan pejantan.

Mesin tetas tentunya memang diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami dari se-
ekor induk ayam (atau bangsa unggas lainnya) dalam mengerami telur telur yang dibuahi
dari hasil persilangan atau perkawinan dengan pejantan. 

Hal ini mempunyai efek positif bila kita mengerti dan memahami prinsip prinsip
pengggunaan dari mesin tetas sebagai pengganti pengeraman dari unggas tersebut
terutama dalam skala ekonomis. 

Dengan menggunakan mesin tetas, menjadikan induk terus menerus dapat menghasilkan
telur, tanpa terpotong oleh masa mengerami selama 21 hari dan membesarkan anak anak
ayam setidaknya untuk jangka waktu 30 – 45 hari berikutnya sebelum sang induk betina
mulai bertelur kembali. 

Beberapa Jenis Alat Tetas

 Kami mengetahui ada cukup banyak jenis alat tetas atau mesin penetas telur yang
dihasilkan oleh kreatifitas bangsa Indonesia sendiri.

Adapun beberapa alat tetas tersebut adalah :

1. Alat tetas dengan teknologi sekam dan sumber panas matahari


2. Mesin tetas Listrik dengan lampu bohlam sebagai alat pemanasnya
3. Mesin tetas dengan menggunakan lampu minyak
4. Mesin tetas dengan kawat nekelin
5. Mesin tetas dengan kombinasi beberapa hal diatas
6. Mesin tetas otomatis.

Mesin Tetas Yang dipakai

1. Mesin Tetas Otomatis  dengan tipe GQF Hovabator Forced Air Incubator 
dengan automatic turner (pembalik telur otomatis) yang kami import langsung
dari Moyers Chicks USA.
2. Mesin tetas telor kombinasi dengan sumber pemanas bohlam lampu dan
lampu minyak dengan trade mark Cemani
3. Mesin tetas telur semi otomatik dengan sumber pemanas listrik / bohlam hasil
kreasi kami sendiri dan telah kami pakai selama hampir 10 bulan sampai
bulan September 2004 dengan hasil sangat memuaskan. Dan mesin ini
menjadi andalan kami dalam menetaskan telur-telur ayam di GloryFarm.
Sehingga kami namakan : GloryFarm Incubator  

Perbeda ketinggian dari permukaan air laut ,  musim panas atau penghujan dan daerah
(area / ruang) dimana mesin penetas telur tersebut di letakkan akan pengaruhnya terhadap
pengesetan yang diperlukan agar tercapai hasil penetasan yang maksimal. 

Menetaskan DOC yang Ber-kualitas

Berikut ini adalah topik yang dibahas meliputi : 

 Management Penetasan Telur


 Pemilihan dan Perawatan Telur
 Fumigasi
 Penyimpanan Telur Tetas
 Incubators
 Temperatur
 Kelembaban Udara (Humidity)
 Ventilasi
 Pemutaran Telur
 Pengetesan Fertilitas Telur
 Kegagalam Penetasan
 Penetasan dan menetaskan telur ayam, bebek atau burung puyuh menjadi popular di
tingkat peternak kecil dan menengah dan bahkan di tingkat rumah tangga untuk
dijadikan jenis petelur atau pedaging atau untuk menghasilkan unggas unggas yang
cantik cantik untuk dipelihara sebagai binatang piaraan.

Akan tetapi, para peternak sampai saat ini masih menggantungkan untuk mendapatkan
DOC yang ber-kualitas dari hasil persilangan telur telur galur unggul dan murni dari breeder
(perusahaan penetasan telur) besar.

Secara teknis, dasar penetasan telur dan mendapatkan telur dari persilangan galur murni
adalah tetap sama, baik untuk breeder besar dengan mesin modern yang full-otomatic
ataupun dengan menggunakan mesin sederhana di tingkat hobbiest yang diletakkan di
dapur rumah sekalipun. Yang membedakan tinggal hanyalah kualitas DOC yang dihasilkan
dan pemenuhan kebutuhan DOC yang diperlukan.

Selanjutnya melalui tulisan ini, kami ingin memperkenalkan kepada para “penetas telur”
pemula tentang tata cara menetaskan telur menggunakan incubator dan mengoperasikan
peralatan tersebut dengan benar untuk menetaskan ayam (atau jenis unggas lainnya). Yang
membedakan dalam penetasan jenis jenis unggas adalah lama waktu penetasan dan
prosedurnya.

Management Penetasan Telur

Untuk mendapatkan telur telur yang bagus untuk di tetaskan harus di yakini bahwa telut telur
tersebut berasal dari induk induk ayam yang memenuhi syarat sebagai induk yang baik
seperti:

1. Telah di Vaksinasi secara lengkap


2. Sehat
3. Mempunyai postur dan bentuk badan yang baik
4. Berasal dari galur murni
Pemilihan induk untuk menghasilkan telur tetas tersebut juga harus dijaga kualitas pakan
dan pemberian vitamin yang cukup dan mereka disatukan dengan pejantan unggul yang
telah diseleksi dengan ketat dan hanya yang berpostus baik serta jumlah yang sesuai
dengan perbandingan induk betina yang ada, sangat disarankan agar mendapatkan telur
telur fertile (dibuahi sempurna) dengan rasio yang tinggi.

Hal ini penting agar tidak menjadi sia sia bahwa setelah beberapa saat (katakan 5 hari)
setelah dimasukkan ke dalam incubator ternyata banyak yang kosong (tidak dibuahi), maka
hal ini akan menjadi kerugian dan buang waktu percuma.

Besar telur dan jumlah telur hasil persilangan / perkawinan tersebut haruslah mempunyai
bentuk dan ukuran serta jumlah yang hampir sama agar didapatkan DOC (anak ayam) yang
berukuran sama, sehat dan kuat.

Disamping itu, juga disarankan untuk memisahkan atau “membuang” anak ayam yang
cacat, kecil atau kelihatan lemah dari sejak awal mereka menetas agar tetap dapat
dipertahankan kualitas anak anak ayam yang dipelihara.

Pemilihan ini memeng memerlukan sedikit ketrampilan dan latihan untuk menentukan dan
men seleksi anak ayam yang memenuhi criteria yang diharapkan. Sehingga di kemudian
hari, bila mereka akan dijadikan induk, mereka dapat dikatakan bagus dan telah lewat
seleksi sejak dini.

Seorang peternak yang cakap haruslah tidak memiliki ayam ayam dengan kriteria dibawah
ini :

1. Paruh yang bengkok


2. Sayap yang terlipat, miring, turun
3. Kebutaan pada salah satu matanya
4. Kaki yang bengkok atau kecil dan jari jari kaki yang melengkung
5. Atau cacat lainnya yang menyebabkan kesulitan dalam makan, minum atau kawin

Sedangkan syarat yang harus dipenuhi adalah :

1. Ayam jantan harus agresif


2. Tegap dan ber perawakan tinggi
3. Suara yang nyaring, kaki dan jari jari yang lurus sempurna
4. Sedangkan untuk  betinanya harus bertelur banyak, bentuk telurnya bagus dan sehat

yang dak masuk : a.bajuri, m.rizki,Neo

amzhuri,Romlah

Selanjutnya untuk di kawinkan maka ada 4 cara yang bisa dipakai yaitu (1) kawin masal  (2)
kawin dalam kandang kandang kawin  (3) kawin yang di pacokkan dan  (4) inseminasi
buatan.

GloryFarm dalam mendapatkan telur tetas yang unggul menggunakan 2 cara pertama yaitu
kawin masal dan kawin dalam kandang kandang kawin. Hal ini dilakukan karena lebih
mudah dalam pengaturannya dan lebih sedikit campur tangan manusia dan lebih alami.
Cara lain seperti inseminasi buatan memerlukan keahlian dan pengetahuan yang lebih untuk
melakukannya.

(1) Kawin “Masal” berarti mengawinkan beberapa ayam betina dengan beberapa jantan
dalam satu kandang yang cukup luas. Cara ini efektif dipergunakan untuk mendapatkan
telur tetas dengan tingkat fertilitas yang tinggi. Sebagai perbandingan, 1 ayam pejantan
untuk 6 betina sehingga bila dalam 1 kandang  ditempatkan 4 ayam jantan maka betinanya
dapat diberikan sebanyak 24 ekor.

Dalam beberapa buku, memang dikatakan ayam arab adalah dari jenis yang jago kawin
sehingga disebutkan 1 ekor jantan sanggup mengawini 8 – 10 ekor betina. Dalam hal ini,
kami tetap memakai perbandingan yang “aman” dengan tingkat fertilitas tinggi sehingga
diberikan hanya 6 ekor betina untuk 1 ekor ayam jantan dengan hasil baik.
(2) Kawin dalam kandang kawinan berarti memberikan hanya 1 ekor
ayam jantan dan beberapa ekor betina untuk setiap kandangnya.
Biasanya 1 ekor jantan dan 5 ekor betina. Hal ini dimaksudkan agar
lebih mudah mengawasi tingkat fertilitas atau kemampuan kawin
seekor pejantan. Tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan suatu
persilangan yang direncanakan untuk kepentingan pengembangan
atau seleksi khusus.

(3) Kawin yang dipacokkan berarti ayam jantan diletakkan dalam satu kandang khusus,
selanjutnya betina yang akan di kawinkan dimasukkan dalam kandang pejantan. Bila
pejantan telah mengawini maka sang betina dikeluarkan kembali. Hal ini juga kami lakukan
terhadap ayam Bangkok sebab bila dipakai cara ke (2) diatas maka telur yang dihasilkan
selalu di makan kembali oleh ayam-ayam tersebut. Sehingga, bila betina Bangkok telah
dikawin oleh pejantannya, maka betina tersebut dikembalikan ke kandang batere agar bila
bertelur akan aman dari dimakan kembali oleh mereka.

(4) Inseminasi Buatan adalah cara yang biasa dipakai untuk mengawinkan ayam ayam
dengan beda umur yang cukup jauh, atau untuk mendapatkan persilangan tertentu karena
dalam keadaan normal mereka tidak saling / susah untuk kawin seperti misalkan
mengawinkan ayam kate dengan ayam Bangkok. Metode ini tidak atau jarang digunakan
karena tidak praktis dan memerlukan peralatan dan keahlian serta pengetahuan khusus.

Di dalam mendapatkan telor tetas, seorang peternak ayam harus juga melengkapi kandang
kandang nya dengan sangkar untuk bertelur atau setidaknya bila menggunakan kandang
postal maka kandang tersebut harus selalu menggunakan sekam yang cukup ketebalannya
dan kebersihannya. Hal ini dimaksudkan agar telur tetas yang dihasilkan akan terjaga
kebersihannya dari tanah, kotoran ayam atau malah bibit penyakit menular lainnya. Hal ini
kembali kami tekankan untuk selalu menjaga sanitasi kandang yang baik, program vaksinasi
dan penyemprotan dengan bahan pembasmi kuman dan bibit penyakit untuk menekan
tingkat penyakit yang mungkin ada dan terbawa di kulit telur tetas.

Pemberian vitamin dalam air minum yang bersih dan diganti setidaknya 2 kali sehari,
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam nutrisi dan jumlahnya juga membantu
dalam mendapatkan telur tetas yang ber kualitas.

Pemilihan dan Perawatan Telur

Dalam mengumpulkan telur tetas biasanya peternak mengambilnya sekali setiap hari. Tetapi
dalam kasus telur telur tersebut akan ditetaskan untuk menghasilkan anak ayam yang ber
kualitas, maka pengambilan telur dapat dilakukan lebih sering. Memang disarankan untuk
mengambilnya antara 4 sampai 5 kali sehari. Tapi kami melakukan mengumpulan telur
sebanyak 3 kali dalam sehari dan ini kami rasa cukup. Mengingat bila terlalu sering masuk
keluar kandang juga dapat menyebabkan ayam ayam tersebut menjadi terganggu / stress.

Pengambilan telur juga dimaksudkan agar telur telur yang didapat lebih bersih dari kotoran
ayam dan juga tentunya bibit penyakit yang ada di kandang. Telur telur yang agak kotor
sebaiknya di bersihkan dengan lap / kain halus sebisa mungkin tetapi tidak menggunakan
air. Bila menggunakan air sekalipun maka disarankan untuk menggunakan sedikit air hangat
bersih dan tidak dengan menekan kulit telur. Tetapi hal ini tetap dikawatirkan akan merusak
selaput pertahanan alami kulit telur dari bibit penyakit. Karena kuman, bakteri, virus atau
bibit penyakit yang mempunyai ukuran sangat kecil itu dapat menembus lapisan berpori
pada dinding kulit telur.

Juga tidak disarankan untuk mencampur telur yang kotor tadi dengan telur telur yang bersih
agar tidak ada perpindahan bibit penyakit. Terutama bila akan dimasukkan dalam incubator
yang sama. Karena kekawatiran yang sama seperti diatas.

Tetaskan telur telur dengan ukuran yang seukuran. Telur telur yang mempunyai ukuran
raksasa atau lebih besar dari lainnya atau malah terlalu kecil sebaiknya tidak ikut ditetaskan.
Juga tidak di sarankan untuk menetaskan telur telur yang cacat atau abnormal seperti, telur
yang mempunyai permukaan kasar sekali, tipis kulitnya, aneh bentuknya atau bentuk bentuk
abnormal lainnya. Biasanya telur telur seperti ini tidak akan menetas pada akhirnya atau
kalaupun menetas biasanya anak ayam yang ada akan lemah.

Singkirkan juga telur telur yang retak karena kalaupun telur tersebut fertile maka dalam
perkembangan nya telur tersebut dapat “meledak” atau bocor dan mengotori telur telur
lainnya. Juga karena retakan yang ada maka penguapan yang terjadi tidak berjalan
semestinya dan pada akhirnya juga embrio yang ada di dalamnya akan mati. Demikian juga
dengan telur telur yang ada udara di dalamnya haruslah juga tidak ikut di tetaskan dalam
mesin incubator.

Fumigasi

Sanitasi atau pembersihan terhadap telur dan peralatan penetasan dapat menggunakan
sistim fumigasi. Fumigasi dengan tingkat yang rendah tidak akan membunuh bakteri dan
bibit penyakit tetapi fumigasi yang terlalu tinggi dapat mebunuh embrio didalam telur. Maka
amatlah di haruskan untuk memakai ukuran yang tepat terhadap bahan kimia yang akan
digunakan dalam melakukan fumigasi.

 Dalam melakukan fumigasi, sebueh ruangan yang cukup atau lemari yang besar diperlukan
untuk menampung semua telur telur yang akan di tetaskan dan ruangan atau tempat
tersebut juga dilengkapi dengan kipas angin untuk sirkulasi udara didalamnya.

Susun telur telur yang ada


didalam ruangan atau lemari
dengan rak rak dari bahan
berlubang lubang (seperti
kawat nyamuk atau kasa)
sehingga udara dapat
bergerak bebas diantaranya.
Bahan kimia yang biasa
dipakai untuk fumigasi
adalah gas Formaldehyde
yang di hasilkan dari
campuran 0.6 gram 
potassium permanganate
(KmnO4) dengan  1.2 cc formalin (37.5 percent formaldehyde) untuk setiap kaki kubik
ruangan yang dipakai. Buat campuran bahan bahan tersebut pada tempat terpisah
sebanyak setidaknya 10 kali dari volume total ruangan atau lemari.
Sirkulasikan gas tersebut di dalam ruangan atau lemari selama 20 menit dan kemudian
keluarkan / buang gas nya. Suhu yang diperlukan selama fumigasi adalah diatas 70oF.
Selanjutnya biarkan telur telur tersebut di udara terbuka selama beberapa jam sebelum
menempatkannya di dalam mesin incubator.

Penyimpanan Telur Tetas

Hal yang terbaik untuk memperlakukan telur tetas adalah langsung memasukkannya
kedalam incubator. Tetapi tentunya cara ini tidaklah mudah dan praktis untuk dilakukan.  Hal
yang masih baik dilakukan adalah mengumpulkan telur dan menyimpannya untuk hanya
beberapa hari saja dan disimpan pada keadaan yang sejuk dan lembab. Keadaan yang
sempurna adalah 60oF dan kelembaban udara 75 %. Tetapi tidak dalam lemari es atau
tempat lain yang mempunyai suhu dibawah 40oF karena akan menurunkan daya tetasnya
dan biasanya dalam lemari es kelembaban udaranya adalah dibawah 50%. Dikatakan perlu
suhu yang cukup rendah tadi disebabkan karena  suhu yang rendah memperlambat
perkembangan embrio sampai telur telur siap untuk dimasukkan kedalam ruang incubator,
sedangkan kelembaban yang tinggi akan mengurangi kelembaban didalam telur karena
penguapan. Untuk akurasi pengukuran maka diperlukan peralatan Termometer (untuk suhu)
dan Hygrometer (untuk kelembaban udara).

Temperatur (Wet Bulb) untuk penyimpanan


  Temperature, oF.
Rel. Humidity 55 60 65 70
55% 47.2 51.4 55.5 60.0
60% 48.1 52.4 56.7 61.2
65% 49.0 53.4 57.8 62.3
70% 50.0 54.5 59.0 63.5
75% 50.9 55.4 60.0 64.6
80% 51.7 56.4 61.0 65.8

Department of Animal Science, the University of Minnesota Extension Service

Setelah telur telur dirasa cukup untuk jumlahnya sesuai kemampuan incubator atau
keinginan kita maka telur harus segera dimasukkan kedalam incubator. Kemampuan daya
tetas telur fertile masih baik jika penyimpanan sekitar 7 hari dan maksimum 10 hari.
Selebihnya maka daya tetas telur akan menurun dan setelah 3 minggu maka telur tidak ada
yang bisa menetas atau daya tetasnya 0%.

Syarat lain yang harus dilakukan selain kondisi suhu dan kelembaban pada saat
penyimpanan sementara sebelum dimasukkan kedalam incubator adalah telur telur tersebut
setelah 3 atau 4 hari disimpan harus diputar pagi dan sore seperti gambar dibawah. Hal ini
penting untuk mencegah kuning telur didalam telur tersebut tidak sampai menyentuh kulit
telur dan merusak embrionya. Peletakannyapun sebaiknya dalam tray telor (biasanya isi 30
setiap tray) yang dapat dibeli mudah di poultry shop dengan harga sekitar  3.000
perbuahnya, dengan ujung telur yang lebih tajam dibagian bawah kemudian dimiringkan
sekitar 30 sampai 40 derajat. Selanjutnya rubah kedudukan telur tersebut pada pagi dan
sore hari dengan kemiringan yang berubah ubah untuk tiap waktunya.
Telur telur tersebut selanjutnya secara perlahan lahan harus dihangatkan dahulu sebelum
dimasukkan kedalam incubator. Perubahan temperatur yang draktis atau mendadak akan
menyebabkan terjadi pengembunan secara cepat didalam telur dan hal ini akan berakibat
buruk untuk daya tetas atau kerusakan struktur kulit telurnya.

Incubator

Pada halaman web yang terpisah, kita ketahui dan telah diterangkan bahwa banyak tipe
incubator dengan kemampuannya menetaskan telur mulai dari beberapa butir telur sampai
dengan puluhan ribu bahkan ratusan ribu butir telur untuk sekali penetasan. Secara garis
besar incubator hanya dikelompokkan menjadi 2 tipe dasar yaitu tipe forced air (dengan
sirkulasi udara) dan still air (tanpa sirkulasi udara).

Di Indonesia (Jakarta), kami hanya menemukan tipe still air yang banyak dijual di dengan
kapasitas mulai dengan 40, 100, 200 butir telur, walau pada prakteknya yang
berkemampuan 100 butir hanya bisa dipakai untuk menetaskan 70 butir agar ada cukup
ruang, tidak terlalu padat dan baik daya tetasnya.  Jenis ini membutuhkan banyak
penanganan dalam pemutaran telur yang biasanya dilakukan sedikitnya 3 kali sehari secara
satu persatu dan dengan cara membuka tutup incubatornya. Suhu penetasannya selalu
dibuat 2o sampai 3oF lebih tinggi dari type forced air atau sekitar 102 o   sampai 103oF. Hal ini
karena panas untuk penetasan dirambatkan melalui udara dari bohlam lampu diatasnya.

Kami juga pernah menghubungi sebuah badan usaha di Jogjakarta yang khusus membuat
incubator type forced air dan full otomatik dengan daya tampung telur minimum 7.000 telur
tetas. Incubator ini menggunakan system komputer yang terprogram untuk pengaturan suhu
dan kelembaban udara. Sedangkan telur tetas di dalamnya di letakkan dalam tray tray
didalamnya untuk pemutaran telur secara otomatis berdasarkan program dan perubahan
sudut secara periodic 24 jam penuh.
Selain itu sampai saat ini belum ada yang menjual mesin tetas dengan daya tampung 500,
1.000 atau 2.000 butir telur tetas yang dijual di pasaran. Hal ini mungkin berhubungan
dengan faktor ekonomis dan kebutuhan pasar.

Kami membuat sendiri incubator sesuai kebutuhan kami yaitu type forced air dengan
kapasitas 500 butir, sirkulasi udara panasnya menggunakan motor fan dan pemanan yang
bersumber dari bohlam lampu yang diletakkan di ruang bagian belakang incubator. Untuk
telur tetas kami juga menggunakan system tray bertingkat tingkat dan semi otomatik, karena
pemutarannya tidak dengan motor yang terprogram tetapi dengan tuas yang ditarik dan
ditekan untuk membuat perputaran telur telur di tray secara bersamaan untuk semua tray
dan kami lakukan perputarannya 5 kali sehari yaitu jam 6, 10, 14, 18 dan 22.  Demikian
seterusnya dengan mengandalkan tenaga orang tetapi tanpa membalik telur secara manual
dan membuka buka incubator. Jauh lebih praktis tentunya.

Ada 2 buah incubator yang kami pakai, Incubator yang pertama kami gunakan sebagai
incubator pengeram karena untuk keperluan kami, kami menggunakan incubator ini secara
berkala dengan selalu memasukkan telur tetas setiap 3 hari dengan posisi tray yang
bergantian pada 4 tray vertical yang ada di dalamnya. 1 try dalam incubator ini dapat
memuat 150 butir telur.

Bila usia telur tetas dalam proses “pengeraman” tadi telah mencapai usia 18 hari, maka
kami memindahkannya dan menggunakan incubator yang kedua sebagai “penetas”. Selama
3 hari berikutnya sampai menetasnya telur telur tadi dan membiarkan anak ayam (DOC)
tersebut sedikitnya 12 jam dan selamanya 24 dalam mesin penetas ini untuk kemudian
dipindahkan ke kandang box. Biasanya 1 tray dengan 150 butir telur tersebut memerlukan 2
tray bertingkat untuk penetasan dalam incubator “penetas” (hatching). Hal ini dimaksudkan
agar tersedia cukup ruang untuk DOC dan mempercepat proses pengeringan DOC yang
menetas.

Prosedur Penetasan

Semua Incubator  yang digunakan harus diletakkan dalam satu ruang khusus yang
terlindungi dari perubahan suhu dan kelembaban udara secara draktis. Lagipula hal ini
dimaksudkan untuk pengontrolan yang lebih baik terhadap suhu dan kelembaban udara bila
diletakkan dalam ruangan dan ruangan tersebut dilengkapi dengan ventilasi udara.

Kebersihan di dalam ruangan, mesin incubator baik luar dan dalamnya termasuk sanitasinya
harus diperhatikan dengan seksama. Mesin incubator harus dicoba dahulu setidaknya 1 – 2
jam dan di kontrol suhu dan kelembabannya sebelum digunakan. Hal ini untuk melihat
apakan semua system telah berjalan

Temperatur

Standart untuk suhu dalam incubator “penetasan” tipe forced air adalah 100 oF. untuk jenis
forced-air incubators dan 102oF. untuk type still-air incubators. Suhu pada incubator penetas
(hatching) di set 1o F lebih rendah dibandingkan dengan incubator “pengeram” selama 3 hari
sebelum penetasan. 

Keterangan Ayam
Periode Incubator (Hari) 21
Temperatur (oF) 100
Humidity 65-70
Tidak ada pemutaran telur Hari ke 18th
Buka Vents tambah ¼ hari ke 10th
Buka Vents (jika diperlukan) hari ke 18th

Sedangkan untuk tipe still air, posisi termometer adalah sejajar atau rata dengan tinggi
bagian atas telur atau sekitar 5 cm dari dasar telur. Termometer haruslah tidak diletakkan
diatas telur atau diluar bidang penetasan tetapi bersebelahan dengannya. Selain itu, mesin
incubator juga harus tertutup rapat untuk menghindari hilang panas atau kelembaban
udaranya.

Fluktuasi temperatur sebanyak 1 derajat atau kurang tidak menjadi masalah tetapi
pengontrolan Temperature secara berkala amat diperlukan untuk menjaga agar suhu tidak
ketinggian atau kerendahan dari standart tersebut. Sebagai catatan : suhu sekitar 105 oF.
untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada
90oF untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur.

Kelembaban Udara (Humidity)

Pengontrolan kelembaban udara harus dilakukan dengan hati hati. Hal ini diperlukan untuk
menjaga hilangnya air dari dalam telur secara berlebihan. Pengukuran dapat dilakukan
dengan hygrometer atau psychrometer. Psychrometer atau termometer bola basah (wet
bulb) menunjukkan derajat kelembaban udara dan dapat dibaca berdasarkan tabel dibawah
ini:

Pembacaan temperatur system bola basah (wet Bulb )


untuk incubator
  Temperatur, oF.
Rel. Humidity 99 100 101 102
45% 80.5 81.3 82.2 83.0
50% 82.5 83.3 84.2 85.0
55% 84.5 85.3 86.2 87.0
60% 86.5 87.3 88.2 89.0
65% 88.0 89.0 90.0 91.0
70% 89.7 90.7 91.7 92.7

Kelembaban relatif (relatif humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau periode 18 hari
pertama harus dijaga pada 50 – 55 % atau 83.3 oF – 85.3 oF dengan wet bulb. Dan 3 hari
setelahnya (21 hari dikurangi  3 hari) atau pada hari ke 19 – 21 sebelum penetasan,
kelembaban udara harus dinaikkan menjadi 60 oF - 65 oF atau 87.3 oF - 89 oF.

Pada saat 3 hari menjelang penetasan dapat dikatakan kita harus lepas tangan “hand-off”
karena pada saat ini tidak diperlukan campur tangan manusia sama sekali selain menunggu
proses penetasan berjalan sampai selesai dengan sendirinya. Incubator tidak boleh dibuka
karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban udara yang amat diperlukan dalam
penetasan. Kehilangan kelembaban dapat mencegah keringnya membran pada kulit telur
pada saat penetasan (hatching).
Kelembaban yang rendah menyebkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena
lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat / lengket di selaput bagian
dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak
ayam didalam telur juga sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur dapat
dipecahkan maka anak ayam tetap berada didalam telur dan dapat mati tenggelam dalam
cairan dalam telur itu sendiri.

Adapun cara yang sempurna untuk menentukan kelembaban udara adalah dengan
memperhatikan ukuran kantong udara didalam telur bagian atas atau bagian tumpulnya
seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan teropong telur. Kelembaban dapat diatur
setelah peneropongan telur pada hari ke 7, 14, dan 18 pada masa penetasan.

Ventilasi

Ventilasi yang cukup adalah penting untuk diperhatikan mengingat didalam telur ada embrio
yang juga bernafas dalam perkembangannya dan memerlukan O2 dan membuang CO2.

Pemutaran Telur

. Pemutaran dilakukan secara manual dengan menarik dan menekan tuas untuk
memindahkan posisi tray didalam mesin incubator agar terjadi sudut 30 – 45 derajat untuk
tiap tiap waktu yang ditetapkan secara berkesinambungan dan bergantian sudutnya.

Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari baik untuk
mencegahembrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam telur. Oleh sebab itu
jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam 1 hari pada
masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari pertama
penetasan. Tetapi JANGAN membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur
menetas. Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio dalam telur atau anak ayam
yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi penetasannya.

. Biasanya untuk mempermudah dalam mengetahui posisi terakhir telur pada saat di putar
maka telur tetas diberi tanda “O” pada satu sisis dan “X”. pada sisi lainnya,. Selanjutnya
putar telur menurut waktu dan tanda secara bergantian dan secara berhati hati terutama 1
minggu pertama dalam incubator.

Biasanya anak ayam (DOC) akan mulai menetas pada usia penetasan ke 20 dan 21 hari
pada keadaan mesin penetasan yang bekerja normal dan sesuai prosedur. Anak ayam yang
menetas setelah waktu itu atau setelah hari ke 22 biasanya tidak sehat atau lemah.

Sedangkan untuk mesin incubatornya dapat dimatikan dan dibersihkan dari bulu bulu halus,
pecahan pecahan kulit telur atau lainnya serta disemprot dengan bahan desinfektan atau
dilakukan prosedur fumigasi. Sanitasi yang baik untuk mesin incubator penting untuk
menjamin kebersihan dari bibit bibit penyakit.

Pengetesan Fertilitas Telur

Pengetesan fertilitas telur adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama diperlukan
untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak
fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan .

Ada beberapa istilah untuk alat melihat fertilitas telur


disebut teropong telur atau tester atau candler. Alat ini
mudah dibuat dengan cara menempatkan bohlam lampu.
Penggunaannya adalah dengan menyalakan bohlam lampu dan melalui lubang yang ada
(pada bagian atasnya) diletakkan telur yang akan dilihat dengan cara menempelkan bagian
bawah telur (bagian yang lebih tajam dari telur) ke lubang dan melihat perkembangan yang
ada di dalam telur. Cara yang paling baik adalah dengan menggunakan alat ini pada
ruangan yang gelap sehingga bagian dalam telur yang terkena bias cahaya lampu dapat
lebih jelas terlihat.
Telur biasanya di test setelah 5 – 7 hari setelah di tempatkan dalam incubator. Telur dengan
kulit yang putih seperti telur ayam kampung akan lebih mudah dilihat daripada telur negri
atau yang warna kulitnya cokalat atau warna lainnya.

Pada saat test fertilitas, maka hanya telur yang ada bintik hitam dan jalur jalur darah yang
halus yang akan terus di tetaskan. Tetapi singkirkan telur telur yang ada pita darahnya, tidak
ada perubahan (tetap tidak ada perkembangan), ada blok kehitaman karena mati atau
seperti contoh pada gambar berikut:

 Apabila karena kurang pengalaman atau karena ragu ragu seperti missal menurut
pengalaman kami perkembangan embrio kadang tidak terlihat jelas di bagian pinggir telur
karena perkembangannya ada di tengah telur. Keadaan ini akan tampak seakan akan telur
tidak berkembang tetpi nyatanya berkembang dengan baik.

Dalam kasus tersebut maka hal yang bijaksana adalah dengan mengembalikan telur telur
tersebut kedalam incubator dan test kembali pada hari ke 10 atau 14 misalnya. Jika ternyata
berkembang maka telur terus di tetaskan tetapi bila tidak maka harus dibuang.

Kegagalan Penetasan

Bila karena suatu sebab telur tersebut gagal untuk menetas maka harus dicari penyebab
masalahnya. Dalam kasus kasus seperti ini maka klik link berikut untuk mengetahui
penyebab dan penang-gulangannya serta memperbaikinya pada kesempatan penetasan
berikutnya.

Akhirnya besar harapan kami, anda dapat menetaskan telur menjadi DOC yang berkualitas
unggul.

Ada 5 poin utama yang harus diperhatikan dalam penetasan telur yaitu :
1. Suhu (Temperatur)

2. Kelembaban Udara (Humidity)

3. Ventilasi (Ventilation)

4. Pemutaran Telur (Egg Turning)

5. Kebersihan (Cleanliness).

 
 
 
 
Peralatan Mesin Penetas yang digunakan :
 

Wafel Thermostat
 
 
 

Hygrometer
 
 
 
 

Termometer 
Sederhana
 
 
 
 
 
Tanda "X" dan "O"
 
 
 
 
 

Penempatan Telur
pada tray penetasan
incubator FloryFarm
 
 
Semua Mesin Penetas Telur yang dijual pasti di sertakan petunjuk tata cara penggunaannya.
 
Tatapi, perubahan suhu dan kelembaban udara sekitar harus di perhitungkan agar diperoleh hasil penetas telur yang maksimal
 
 
Tips  Penetasan dan Setelah Penetasan
 
 
Tips ini di ilustrasikan dari tulisan dengan sumber berikut dan disesuaikan dengan
keadaan dan keperluan dalam pembahasan di website ini :

HELPFUL HINTS FOR TEACHERS ON INCUBATION

AND EMBRYOLOGY OF THE CHICK

Memulai Penetasan

Sebelum memulai atau bahkan sebelum berfikir untuk menetaskan telur, kita harus terlebih
dahulu mengenal dengan baik incubator atau mesin tetas yang akan dipakai dalam
mengerjakan penetasan telur dan persyaratan lainnya seperti :

A. Pilihlah lokasi yang cukup luas dengan tidak terkena panas matahari secara
langsung dan tidak terkena angin yang dapat menyebabkan perubahan suhu.

B. Sanitasi adalah hal yang paling penting. Bersihkan incubator dengan campuran
larutan Desoderm campur air atau chlorox bleach campur air atau Lysol campur air
untuk men-suci hamakan (sterilisasi) incubator.

C. Pelajari buku petunjuk penggunaan incubator atau menanyakan dengan penjualnya


secara langsung. Mencoba beberapa jam dengan memperhatikan karakteristik dan
fungsi dari masing masing peralatan pada incubator adalah hal yang harus
dikerjakan. Yang pasti, apapun macam incubator yang dipakai pasti memerlukan
kalibrasi sesuai standart yang diperlukan untuk digunakan

KALIBRASI

A.   Wafer Thermostat (standard yang dipakai oleh Incubator Cemani) dan yang kami pakai
pula harus di atur agar mempunyai temperatur di dalam ruang incubator senilai 100-
101oF dry bulb temperature, dengan range yang dapat diterima senilai 97-103 oF. Lihar
manual dari incubator yang dipakai mengenai aturan standard dan caranya.  Dalam
beroperasi, thermostat akan bekerja berdasarkan kembang-kempis nya wafer yang ada
di dalam ruang incubator. Sehingga adalah normal jika ada siklus perbedaan temperatur
yang terjadi di pembacaan pada termometer dan ini adalah hal yang normal. Yang harus
kita lakukan adalah menjaga dan men-set thermostat agar selalu bekerja pada kisaran
angka 100oF atau untuk mudahnya : pertama, perhatikan berapa range atas dan bawah
temperatur yang terjadi. Kemudian bagi 2 dan hasilnya tersebut tambahkan dengan
standard yaitu 100oF. Dengan demikian maka didapat range yang mempunyai
temperatur tengah adalah tepat 100oF. Bila temperatur lebih rendah atau lebih tinggi
maka pengesetan thermostat diperlukan. Biasanya pengesetan seperti ini memakan
waktu beberapa jam dan dibiarkan atau dicoba selama semalaman agar dapat
diyakinkan sistem telah bekerja dengan baik dan sempurna.

B.  Kelembaban udara yang diukur dengan Hygrometer didalam ruang incubator haruslah
dijaga pada pembacaan menggunakan hygrometer pada kisaran 55-60% untuk 18 hari
pertama di incubator, dan 65-70% untuk 3 hari berikutnya. Hal ini menjadi penting
karena ke tidak akuratan dalam penerapan kelembaban udara dapat mempengaruhi
secara siknifikan keberhasilan dalam penetasan telur. Bila kelembaban udara terlalu
rendah maka akan terjadi peningkatan penguapan udara dari kulit telur yang kemudian
dapat menyebabkan embrio ayam tidak kuat memecah kulit telur karena lapisan /
selaput bagian dalam telur menjadi keras. Dalam hal demikian maka penambahan
sebuah nampan dan diisi air diperlukan untuk mencapai kisaran angka yang diperlukan.
Sebaliknya jika kelembaban udaranya terlalu tinggi maka penurunan kelembabannya
dapat ngan cara mengganti nampan dengan yang lebih kecil atau menutupi sebagian
permukaan nampan dengan kertas aluminium foil (sebagai contoh) atau tutup lainnya.

Kalibrasi untuk mesin penetas telur (incubator) pada prinsipnya adalah mengadakan
pengetesan sebelum incubator tersebut siap dipakai. Dengan demikian maka pengenalan
akan karakteristik mesin dan fungsi dari masing masing alatnya dapat dipahami dengan
baik. Sehingga bila ada permasalahan yang terjadi dikemudian hari akan mudah dicari
penyelesaiannya disamping hal ini akan meningkatkan keberhasilan dalam penetasan yang
menjadi tujuan utamanya.

Jika incubator telah terlebih dahulu dibersihan, disuci hamakan atau di desinfektan dan
terakhir di kalibrasi terhadap temperatur dan kelembaban udara maka incubator telah diap
diuji coba atau dipakai.

Bila hari pertama memasukkan telur kedalam incubator adalah hari sabtu sebagai contoh,
karena tentunya mudah bagi kita yang bekerja untuk mengamati perubahan suhu dan
kelembaban udaranya sepanjang akhir pekan yaitu sabtu dan minggu. Maka kita juga dapat
mengharapkan bahwa penetasan akan terjadi pada hari sabtu juga pada 3 minggu (21 hari)
setelahnya.

Kemudian haruslah dibuatkan sebuah catatan mengenai semua kegiatan mengenai waktu
memasukkan telur (tanggal dan jam) serta jumlah telurnya dapat dimasukkan, kemudian
waktu menetas dan –3 hari sebelum penetasan termasuk prosentasi hasil penetesan. Tabel
terebut juga haruis dilengkapi dengan catatan pemutaran telur minimal 3 kali sehari atau
sebaiknya 5 kali sehari dengan waktu pemutaran dapat ditentukan sendiri dan sebagai
contoh: jam 06.00, 10.00, 14.00, 18.00 dan 22.00.

PENETASAN TELUR

Setelah incubator selesai di kalibarasi dan anda sudah familier dengan pengoperasiannya,
selanjutnya adalah memasukkan telur kedalam incubator.

Ada 5 poin utama yang harus diperhatikan dalam penetasan telur yaitu :

1. Suhu (Temperatur)

2. Kelembaban Udara (Humidity)

3. Ventilasi (Ventilation)

4. Pemutaran Telur (Egg Turning)

5. Kebersihan (Cleanliness).

Setiap poin diatas akan dibahas dibawah ini :

SET-UP 

A.   Cuci tangan anda sebelum mulai dengan penanganan telur. Ingat kebersihan dan
sanitasi yang baik sangat diperlukan untuk menjamin keberhasilan penetasan telur.

B.   Operasikan incubator selama beberapa jam atau semalaman sampai anda yakin akan
kestabilan incubator yang akan dipergunakan.

C.   Jika telur telur tetas yang akan dipergunakan sebelumnya disimpan pada tempat yang
dingin maka telur telur tersebut harus dikeluarkan dan di angin-angin atau dibiarkan
pada suhu kamar sampai telur-telur tersebut mempunyai suhu yang sama dengan suhu
ruangan. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada telur itu sendiri dan mempengaruhi
pembacaan temperatur dalam incubator akibat terganggunya kestabilan incubator
sebagai akibat perbedaan suhu yang mencolok.

D.   Bila telur dimasukkan dalam incubator jenis still-air seperti incubator Cemani, maka beri
tanda terlebih dahulu pada permukaan kulit telur dengan pinsil Tanda "O" pada satu sisi
dan pada sisi lainnya dengan Tanda "X". Hal ini penting untuk penandaan dalam proses
pemutaran telur nantinya. Telur setidaknya diputar minimal 3X atau sebaiknya 5X seperti
penjelasan diatas. Dibuatnya angka ganjil dalam banyaknya jumlah pemutaran
dimaksudkan agar pada satu malam dan malam lainnya salah satu sisi akan mengalami
waktu yang sama. Misal malam ini bagian atas tanda “O” maka besok malam tentunya
akan menjadi “X”.

E.  Tidak ada masalah bila telur telur tersebut saling bersentuhan dalam tray penetasan
sepanjang pemutaran dan pemindahan telur dari satu bagian ke bagian lainnya tetap
dilakukan. Hal ini mempunyai kepentingan untuk meretakan suhu pada seluruh bagian
dari telur tetas dan sebagai koreksi terhadap suhu karena faktor letak telur dalam mesin
penetas telur (incubator).

F.   Pada tipe forced-air seperti incubator GloryFarm maka telur telur tersebut cukup hanya
dimasukkan dalam grid susunan yang telah ada pada Tray. Pemutaran akan terjadi
karena pergerakan tuas diatas incubator yang menyebabkan tiap tiap telur akan
mempunyai sudut kemiringan 45 tiap waktu pemutaran telur. Hal demikian menjadikan
yang jauh lebih mudah dan praktis dalam penanganannya.

SUHU (TEMPERATURE) 

A.   Suhu atau temperatur yang diukur dengan Termometer memegang peranan yang
sangat penting dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan faktor
perkembangan embrio didalam telur

B.   Suhu optimum dalam incubator tipe still-air adalah 102-103 oF dan untuk tipe forced-air
adalah 100-101oF.

C.   Termometer harus diletakkan 2,5 cm (1 inch) diatas wire mesh (tray) incubator atau
setara dengan tinggi telur jika diletakkan mendatar. Hal berbeda untuk posisi termometer
pada incubator forced-air yang mempunyai temperatur merata di dalam incubator karena
menggunakan fan sebagai sirkulasi udara panasnya

Hal yang harus diwaspadai terhadap ketidak normalan temperatur:

1. Temperatur Terlalu Tinggi:

Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh dengan temperatur yang
tinggi. Pengoperasian incubator dengan temperatur setinggi 105oF untuk  30 menit
akan mempunyai efek yang mematikan pada embrio ayam.

Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah
di syaraf, hati, masalah di peredaran darah, ginjal atau cacat pada kaki, kebutaan
dan persoalan lainnya yang menjadilkan anak ayam cacat, lemah dan kemudian
mati.

2. Temperatur Terlalu Rendah:


Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak terlalu lama
tidak terlalu mempengaruhi dalam embrio kecuali memperlambat perkembangannya
untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika hal ini terjadi pada embrio yang
lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang.

Jika temperatur lebih rendah dari yang di syaratkan untuk waktu yang agak lama
maka hal ini akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan organ-organnya
yang berkembang tidak secara proporsional. Jika hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan gangguan pada hati, peredaran darah, jantung atau perkembangan
yang lambat kalaupun menetas nantinya.

 KELEMBABAN UDARA (HUMIDITY)

Kelembaban udara (Humidity) adalah penting karena hal ini untuk menjaga telur dari
kehilangan terlalu banyak atau terlalu sedikit kelembabannya selama proses penetasan
telur.  Kelambaban relative 55-60% untuk 18 hari penetasan telur dan  65-70% untuk 3 hari
terakhir.

A.   Kelembaban diperoleh dari nampan yang berisi air, atau sponse yang basah dan
sejenisnya yang diletakkan dibagian bawah atau dibagian atas tergantung tipe incubator
dan settingnya. Tingkat kelembaban udara tergantung dari banyaknya / lebar permukaan
air yang ter-expose atau dipengaruhi oleh system incubator itu. Semakin lebar luas
permukaannya tentunya semakin tinggi kelembaban yang didapat atau sebaliknya.
Dalam beberapa kasus, missal udara terlalu kering, kadang diperlukan menambahkan
sponse (busa) pada nampan. Hal ini cukup untuk membantu menaikkan kelembaban
udara seperti yang disyaratkan dalam penetasan telur. Bila terjadi hal kelembaban
terlalu tinggi malah diharuskan memperkecil nampan, mengurangi luas permukaannya
(misal ditutup dengan aluminium foil) atau malah mengeluarkan nampan air dari
incubator. Keadaan seperti ini malah sering kami lakukan di tempat kami terutama pada
saat musim hujan

B.  Dianjurkan untuk tidak atau sesedikit mungkin membuka tutup incubator selama
penetasan telur. Hal ini disebabkan karena kelembaban udara akan cepat hilang dengan
dibukanya pintu incubator. Bila ini terjadi maka dianjurkan untuk menambahkan air
hangat pada nampan agar lebih cepat menguap dan mencapai titik kelembaban yang
diperlukan

C.  Meneropong telur juga diperlukan dalam melihat dan mengukur perkembangan embrio
dan tingkat kehilangan kadar air di dalam telur. Peneropongan sebaiknya dilakukan pada
hari ke 7,14 dan 18. Teropong telor dapat dengan mudah dibuat sendiri dengan bahan
bahan yang sederhana sejauh cukup sinar yang dihasilkan untuk melihat / menembus
kulit telur dan mengintip dalamnya.

D.  Setelah hari ke 19, sedikit kondensasi diatas incubator masih diijinkan atau lebuh
akuratnya kami menyarankan untuk mengukurnya dengan menggunakan hygrometer.
Karena keberadaan alat ini cukup vital dalam kesuksesan penetas telur.
Pada hari ke 19,20 dan 21 atau 3 hari terakhir penetasan, TIDAK DIANJURKAN untuk
membuka atau memutar telur. Hal yang diperlukan adalah menjaga temperatur dan tentunya
kelembaban udara pada posisi 65% - 70%. Jika kelembaban udara tidak dijaga, hal ini dapat
menyebabkan embrio telur terperangkap didalam dan tidak bisa memecah kulit telur dan
mati. Pemutaran telur jika dilakukan dapat menyebabkan kehilangan posisi tetas
(malposition) dan hal ini juga menjadikan telur gagal menetas.

PERBANDINGAN ANTARA JANTAN DAN BETINA DALAM MENGHASILKAN PEMBIBIT

Unggas Jantan Betina

1. AYAM RAS PETELUR PUTIH 1 6


2. Ayam ras Petelur coklat 1 5
3. Ayam bibit pedaging 1 4
4. Puyuh Pembibit 1 2
5. Itik Petelur Bibit 1 5

1. Bagian-bagian telur
Gambar 2. Bagian-bagian telur

Telur terdiri dari :


1. Yolk (kuning telur)
Yolk menyusun 30-33% berat telur. Yolk berbentuk hampir bulat dengan warna
kuning sampai jingga tua, dan terletak di pusat telur. Bahan yang memberi warna pada
yolk adalah xanthophil, yaitu suatu pigmen carotenoid yang diturunkan dari pakan.
Yolk terdiri dari latebra, germinal disc (balstoderm), lapisan konsentris terang dan
gelap, dan membran vitellin yang membungkus yolk, bersifat halus, elastis dan
berkilau.

2. Albumen (putih telur)

Albumen menyusun kira-kira 60% dari berat telur total.


Albumen terdiri dari 4 fraksi yaitu, lapisan chalaziferous
(lapisan kental dalam), lapisan encer dalam (inner thin
layer), lapisan kental luar (firm gel-like layer), dan lapisan
encer luar (outher thin layer). Albumen yang berwarna
sedikit kehijauan disebabkan oleh riboflavin (vitamin B2)

3. Lapisan Chalaziferous

Lapisan ini menyusun 3% albumen. Lapisan ini sangat


kental tetapi sangat tipis, mengelilingi yolk dengan rapat
pada sisi yang berlawanan dengan yolk, lanjutan dari
selaput ini bercabang ke arah kedua ujung telur sebagai
chalaza. Chalaza tampak seperti pintalan tali yang
berwarna keputihan. Chalaza membantu menstabilkan
yolk pada posisi sentris dan menghambat naiknya atau
menempelnya yolk ke cangkang bila telur berada dalam
keadaan istirahat.

4. Lapisan Putih Telur Encer Dalam

Lapisan ini menyusun 21% (kisaran 1-40%) albumen


yang mengelilingi lapisan chalaziferous.

5. Lapisan Putih Telur Kental Luar

Lapisan ini menyusun 55% (kisaran 30-80%) albumen


yang mengalilingi lapisan putih telur encer dalam dan
berperan sebagai pembungkus lapisan putih telur encer
dalam dan yolk.

6. Lapisan Putih Telur Encer Luar

Lapisan ini menyusun 21% (kisaran 10-60%) albumen.


Lapisan ini terletak di sebelah dalam membran kulit telur,
kecuali pada bagian ujung telur yang putih kentalnya
melekat pada ujung telur. Prosentase albumen kental dan
encer dalam telur bervariasi pada strain, individu,
kesegaran, kondisi, dan waktu penyimpanan.

7. Shell Membrane (Membran Kulit Telur)

Membran ini terdiri atas dua lapisan, yaitu membran


kulit telur dalam dan membran kulit telur luar yang
masing-masing tersusun oleh 2 atau 3 lapis anyaman
serabut protein yang tidak teratur. Serabut tersebut
disatukan oleh suatu bahan albuminous cementing unruk
membentuk membran tipis, kuat, melekat erat, dan
bersama-sama membatasi cangkang di sebelah dalam dan
melekat erat padanya. Membran dalam lebih tipis dari
membran luar dengan tebal keseluruhan 0,01-0,02 mm.

8. Shell (Cangkang)

Cangkang merupakan lapisan berkapur yang menyusun


9-12% dari berat telur total. Cangkang tersusun kira-kira
94% kalsium karbonat, 1% magnesium karbonat, 1%
kalsium fosfat, dan 4% bahan organik terutama protein.

9. Air Cell (Rongga Udara)

Pada saat ditelurkan, rongga udara tidak ada. Segera


setelah telur dingin, isinya mengkerut. Sedikit vakum
menyebabkan udara masuk melewati pori-pori cangkang
untuk membentuk rongga udara diantara kedua
membran. Rongga udara biasanya terbentuk pada bagian
ujung telur yang tumpul karena porositas cangkang
paling besar terdapat pada daerah ini. Tetapi rongga
udara bisa terjadi pada bagian lain, tergantung di daerah
mana membran kulit telur mudah terpisah.

B. Alat Reproduksi dan Proses Pembentukan Telur

1. Alat Reproduksi Ayam Betina


Pembentukan telur merupakan suatu fungsi dari sistem
reproduksi hewan betina (lihat gambar 1.) yang terdiri
dari ovarium dan oviduct serta melewati dua proses yaitu
pertumbuhan dan pematangan germchell dan diposisi non
living material: yolk, albumen dan bungkus telur

Gambar 1. Saluran reproduksi pada ayam betina

Struktur oviduct terlibat dalam translokasi ejeksi telur


dari ovarium sampai kloaka. Struktur oviduct unggas dan
peran pentingnya dalam pembentukan telur beserta
waktu yang dibutuhkan bagi setiap ovum secara singkat
adalah sebagai berikut :

Ovarium (Indung Telur)

Indung telur ayam yang sudah dewasa berkembang


dengan mulai mengeluarkan hormon Estrogen. Hormon
ini menyebabkan saluran telur menjadi berkembang dan
terjadi kenaikan kadar kalsium, protein, lemak, vitamin,
dan substansi lain dalam darah yang menjadi unsur
penting dalam pembentukan telur.
Indung telur juga menghasilkan hormon progresteron
yang bertindak sebagai hormon releasing factor dari
hipotalamus yang menyebabkan pembebasan Luteinizing
Hormone (LH) dari pituitari depan. Hormon LH akan
menyebabkan kuning telur yang telah masak akan
terlepas dari indung telur.

Infundibulum

Bagian ini melakukan sekresi chalazae dan membentuk


lapisan terluar dari selaput perivitelin. Sebutir ovum
berada pada bagian ini selama 15-25 menit. Infundibulum
merupakan tempat fertilisasi, dilengkapi dengan epitel
dengan cilia pseudostratify, mengandung sel-sel sekretori
termasuk kelenjar tubuler.

 Magnum

Bagian ini membentuk putih telur atau lapisan-lapisan


albumen, kuning telur yang terselaputkan berada pada
magnum selama 90-180 menit, merupakan bagian yang
sangat tipis dan terbesar. Magnum ini berlipat-lipat dan
terdiri dari sel-sel glandular, terlapisi atas epitel-epitel
sekretori yang mempunyai cilia, disini juga terjadi
pengikatan avidin.

Isthmus

Bagian ini membentuk dua selaput cangkang (tetapi


bukan selaput perivitelin yang membatasi kuning telur),
bakal telur berada disini selama 70 menit, mengandung
sel-sel sekretori yang tidak mempunyai cilia, terjadi
penangkapan air.

 Uterus

Bagian ini juga disebut sebagai kelenjar cangkang,


menimbun cangkang keras yang berbentuk kalsium-
karbonat-fosfat, bakal telur yang mendapatkan cangkang
berada di uterus selama 18-20 jam, berbentuk kantung
yang permanen, mengandung epitel stratify yang
mempunyai cilia dan tidak mempunyai cilia, terjadi
pewarnaan (pigmentasi) cangkang dan bercak-bercak
noda, sangat peka terhadap arginin vacotosin dan
oksitosin.

Vagina

Bagian ini secara esensial tidak berperan dalam


pembentukan telur, merupakan tempat penyimpanan
sementara sperma (sperma hidup mampu bertahan 12
hari setelah kopulasi), bentuk telur sempurna berada di
bagian ini hanya beberapa menit.

Cloaca

Merupakan penampungan (reservoir) telur yang telah


sempurna. Sebelum peneluran mungkin telur bertahan
beberapa jam di dalam cloaca, tetapi biasanya lebih cepat
dikeluarkan.
Pada oviduct terdapat keseragaman dalam syaraf-syaraf
sensor somatik termasuk syaraf simpatetis dan para-
simpatetis, meskipun pada bagian uterus dan bagian atas
vagina mempunyai inervasi yang lebih banyak. Terdapat
pula otonomi yang pasti pada masing-masing bagian
oviduct karena bakal telur melintas dengan tingkat
kecepatan yang berbeda pada masing-masing bagian
tersebut

2. Biokimia Pembentukan Telur

1. Pembentukan Kuning telur

Kuning telur dihasilkan oleh ovarium sedangkan pigmen


yang terdapat pada kuning telur yang menambah warna
kuning adalah xantophyl yaitu suatu pigmen carotenoid
yang termasuk golongan oxycarotenoid diturunkan dari
pakan yang dimakan unggas. Tiap ova (kuning telur)
berada dalam folikel, folikel-folikel itu berkumpul,
bergerombol sehingga tampak seperti buah anggur,
terikat satu sama lain oleh jaringan ikat yang banyak
mengandung pembuluh darah, lymphe dan urat syaraf.
Ketika ovarium mulai berfungsi, ukuran ova yang
terdapat dalam ovarium itu mulai bertambah besar. Ova
ini dibungkus oleh membran vitelin.
Kuning telur mengalami perkembangan dalam ovarium
selama 10 hari, sesudah itu dilepaskan (diovulasikan).
Ovulasi adalah pelepasan kuning telur dari ovarium dan
jatuhnya ke dalam mulut oviduct dan terus menuju ke
funnel atau telur ini akan lepas dari mulut oviduct dan
jatuh ke rongga tubuh. Kuning telur yang jatuh ke rongga
tubuh ini biasanya bisa jatuh kembali kedalam mulut
oviduct. Rata-rata pertambahan diameter dari kuning
telur ini 4 mm sehari dan diovulasikan pada saat
berdiameter + 40 mm. Pada hari ke 8 dan 9 sebelum
kuning telur meninggalkan ovarium, pertumbuhan terjadi
sangat cepat, pada hari ke 7 sampai ke 4 sebelum
diovulasikan pertumbuhannya agak lambat. Menjelang
telur diovulasikan pertumbuhan kuning telur ini lambat
sekali.
Selama pertumbuhan kuning telur ini, germinal disc
selalu terdapat dibagian atas kuning telur. Kuning telur
dilepaskan berganti-ganti, berselang 24-36 jam tergantung
proses penelurannya. Dalam keadaan normal kuning telur
diovulasikan 15 menit sebelum bertelur.
Kuning telur yang telah dilepaskan oleh ovarium
ditangkap dan menempel pada mulut oviduct. Kuning
telur ini bergerak menuju ke funnel, sprmatozoa yang
dihasilkan oleh ayam jantan sewaktu kopulasi, dengan
aktif bergerak menembus saluran oviduct mencari sel
telur.
Sperma ini akhirnya akan bertemu dengan sel telur atau
kuning telur (yolk) ini pada funnel sehingga proses
pembuahanpun terjadi. Sel sperma yang membuahi sel
telur ini hanya satu. Lainnya tidak terus mati tetapi bisa
tahan sampai beberapa hari dan menunggu datangnya
dan jatuhnya yolk yang berikutnya.

2. Pembentukan Lapisan Putih Telur dan Chalaza

Setelah kuning telur diovulasikan dan ditangkap oleh


mulut oviduct, bergerak ke funnel. Dalam funnel ini telur
dibuahi atau tidak terus bergerak ke magnum. Dalam
funnel inui telur tinggal selama + 15 menit.
Telur ini bergerak karena adanya gerak peristaltik
dinding oviduct. Pada magnum ini disekresikan albumen
yang kaya akan mucin sebanyak 50-60% dari putih telur
seluruhny. Kuning telur tinggal dalam magnum ini selama
2 jam 45 menit
Lapisan putih telur tebal daerah ujung-ujung telur
mengalami differensiasi membentuk benang-benang
mucin. Benang-benang mucin ini akan berputar membelit
seperti tali yang menuju ke arah ujung telur dan disebut
chalaza. Chalaza ini sangat penting untuk menjaga
kedudukan kuning telur dan embrionya selama
pengeraman.

3. Pembentukan Putih Telur Tipis

Dari isthmus telur bergerak menuju lapisan uterus. Disini


mendapat penambahan-penambahan yang meliputi :
a. penambahan air
b. mineral dan
c. lapisan putih telur yang tipis (cair)
Jadi lapisan putih teluryang tipis ini dihasilkan oleh
dinding uterus. Mineral-mineral yang penting dalam telur
adalah unsur-unsur Ca, Na, dan K. Putih telur yang
disekresikan oleh bagian-bagian uterus ini 30-40% dari
putih telur seluruhnya.

4. Pembentukan Cangkang Telur

Telur di dalam uterus tinggal selama 20 jam 45 menit.


Selain kelenjar uterus mensekresikan albumen juga
menghasilkan bahan cangkang telur, yang terdiri dari
sebagian besar CaCo3.
CaCo3 di bawa aliran darah ke dalam kelenjar uterus.
Pada temperatur yang tinggi, lubang pori-pori ini semakin
besar dan cangkang telur cenderung menjadi tipis karena
Ca dalam aliran darah sedikit. Pigmentasi terjadi di
uterus dan vagina 5 jam terakhir sebelum dikeluarkan.
Sebelum telur dikeluarkan di simpan dahulu dalam
vagina untuk beberapa waktu. Disini disekresikan mucus
yang ditimbun diluar cangkang telur. Mucus ini
mempermudah dan memperlicin keluarnya telur. Setelah
telur dikeluarkan mucus ini dengan segera mengering,
sehingga meninggalkan sisa yang disebut kutikula.
Lama telur berada dalm oviduct adalah + 25 jam. Jadi
lamanya pembentukan telur sejak awal pertumbuhan ova
dalam ovarium adalah + 11 hari 2 jam.

C. Ovoposisi

Ovoposisi atau proses peneluran merupakan proses


peneluran nyata yang melibatkan fenomena neural dan
endokrin. Meskipun proses peneluran telah dipelajari
dengan seksama, tetapi faktor pemicu terhadap proses
peneluran belum diketahui dengan jelas. Beberapa aspek
yang dapat menjadikan pemicu adalah adanya proses
ovulasi pada 24-25 jam sebelum peneluran, aktivitas
syaraf, rangsangan kadar arginin vasotosin dalam plasma
darah yang tinggi. Oleh karena itu, pengangkatan folikel
setelah ovulasi akan menunda peneluran. Rangsangan
pada daerah hipothalamus tertentu dan daerah lain akan
mempercepat ovoposisi. Kadar oksitosin dan arginin
vasotosin dalam plasma dara meningkat secara mencolok
terjadi segera menjelang ovoposisi. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kontraksi otot uteri secara kuat, khususnya
pada daerah kelenjar cangkang.
Periode kelambatan diantara masa bertelur berperan
sebagai sebuah kesempatan bagi ayam petelur untuk
mekanisme pengaturan ulang yang akan menginisiasikan
ovulasi dan ovoposisi dari peneluran pertama pada masa
bertelur berikutnya. Lamanya masa bertelur dan masa
kelambatan diantara dua periode bertelur akan beragam
diantara spesies unggas, tetapi dalam satu spesies unggas
terdapat keseragaman.
PENUTUP

Pembentukan telur merupakan suatu fungsi dari sistem


reproduksi hewan betina yang terdiri dari ovarium dan
oviduct serta melewati dua proses yaitu pertumbuhan dan
pematangan germchell dan diposisi non living material:
yolk, albumen dan bungkus telur (cangkang telur).

Sistem Reproduksi Ayam Betina


Jumat, 19 Oktober 2007 Galuh Adi Insani Tinggalkan komentar Go to comments

Ovarium

dan oviduk. Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan
perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Oviduk adalah tempat menerima
kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Pada unggas
umumnya dan pada ayam khususnya, hanya ovarium kiri yang berkembang dan berfungsi,
sedangkan yang bagian kanan mengalami rudimenter.

- Ovarium. Ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Bentuk ovarium seperti buah
anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada
ligamentum meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0,3 g kemudian mencapai
panjang 1,5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 g pada tiga
minggu sebelum dewasa kelamin.

Ovarium terbagi dalam dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian
dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur
dapat mencapai lebih dari 12.000 buah. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa
buah saja (pada ayam dara dapat mencapai jutaan buah).

Folikel akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan
ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh ayam yang tidak homogen maka penimbunan
materi penyusun folikel menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan
ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang
dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di ovarium sebagai
volikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur).

Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum ovulasi dan
fase lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum ovulasi. Akibat
perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran konsentris pada kuning telur.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan karotenoid pada pakan yang dibelah
oleh latebra yang menghubungkan antara inti yolk dan diskus germinalis.

Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak,
stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma ini dikontrol oleh hormon LH.
Melalui pembuluh darah ini, ovarium mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material
kimiawi yang diangkut melalui sistem vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui
beberapa lapisan, antara lain theca layer yang merupakan lapisan terluar yang bersifat
permeabel sehingga memungkinkan cairan plasma dalam menembus ke jaringan di
sekelilingnya. Lapisan kedua berupa lamina basalis yang berfungsi sebagai filter untuk
menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga sebelum sampai pada
oocyte adalah lapisan perivitellin yang berupa material protein bersifat fibrous (berongga).

Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah reseptor yang akan
membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun kuning telur. Sehingga besar
penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa high density lipoprotein (HDL) dan
lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks
fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk
vitelogenin, yaitu prekursor protein yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap
estradiol.

Komponen vitelogenin lebih mudah larut dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium
dan besi. Oleh adanya reseptor pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses
pembentukan vitelogenin ini dinamakan vitelogenesis.

Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen. Protein
kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:

1. Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di hati
hampir 60% dari total kuning telur.
2. Phosvitin dan lipoprptein yang terdiri dari high density lipoprotein (HDL) dan low density
lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis dalam hati.
Pada ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui hati. Sintesis ini
dikontrol oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan ion kalsium, besi dan
zinc membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian masuk ke dalam kuning
telur.

Adapun urutan perjalanan terbentuknya sebutir telur pada saluran reproduksi ayam betina
adalah sebagai berikut:

a. Infundibulum/papilon : panjang 9 cm fungsi untuk menangkap ovum yang masak.


Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran
vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara
infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.
b. Magnum : bagian yang terpanjang dari oviduk (33cm). Magnum tersusun dari glandula
tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi disini. Mukosa dan
magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair.
Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.

c.Isthmus: mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm
dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang
berdekatan dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus
mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.

d. Uterus : disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. Pada bagian ini terjadi
dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau /plumping/ kemudian terbentuk kerabang
(cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di
bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 – 21 jam.

e. Vagina: bagian ini hampir tidak ada sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali
pembentukan kutikula. Telur melewati vagina dengan cepat, yaitu sekitar tiga menit,
kemudian dikeluarkan (/oviposition/) dan 30 menit setelah peneluran akan kembali terjadi
ovulasi.

f. Kloaka: merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat dikeluarkannya telur. Total
waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa
ayam tidak mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran reproduksi
ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang.
Padahal, ketika ada benda asing seperti /yolk/ (kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi
tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria
bagian belakang.
Gambar Proses Dari Telur Menjadi Ayam… Subhanallah…
Monday
Mar 16,2009
Pada prinsipnya semua jenis telur mempunyai struktur yang sama, Telur terdiri dari enam bagian
yaitu: kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput kerabang, putih telur (albumin), kuning telur
(yolk), tali kuning telur (chalaza) dan sel benih (germ plasm). Masing-masing bagian memiliki fungsi
khas.Kerabang telur berfungsi sebagai pelindung embrio dari gangguan luar yang tidak
menguntungkan. Kerabang juga berfungsi melindungi putih telur dan kuning telur agar tidak keluar
dan terkontaminasi dari zat-zat yang tidak diinginkan. Kerabang telur memiliki pori-pori sebagai
media lalu lintas gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) selama proses penetasan. Oksigen
diperlukan embrio untuk proses pernapasan dan perkembangannya.Putih telur merupakan tempat
penyimpanan air dan zat makanan di dalam telur yang digunakan untuk pertumbuhan embrio.
Kuning telur merupakan bagian telur yang bulat bentuknya, berwarna kuning sampai jingga dan
terdapat di tengah-tengah telur. Kuning telur mengandung zat lemak yang penting bagi
pertumbuhan embrio. Di dalam kuning telur terdapat sel benih yang menjadi unsur utama embrio
unggas. Pada bagian ujung yang tumpul dari telur terdapat rongga udara yang berguna untuk
bernapas bagi embrio selama periode penetasan, yang berlangsung rata-rata 20-22 hari.

Rahasia Penciptaan Telur

Tak dipungkiri telur merupakan sebuah keajaiban besar di alam yang mengandung zat gizi sempurna
untuk kehidupan embrio ternak unggas. Meskipun begitu, untuk dapat menghasilkan bakal anak,
telur harus mendapatkan lingkungan yang nyaman (comfort zone) supaya embrio yang ada di
dalamnya dapat berkembang dengan baik dan menetas pada waktunya. Biasanya sang induk akan
mengerami telur secara alami atau bisa juga menggunakan mesin tetas. Sebelumnya, sang induk
harus menyediakan sejumlah 'makanan' yang cukup di dalam telur untuk perkembangan embrio
mulai dari awal peneloran sampai embrio bertumbuh menjadi seekor anak ayam dan
menetas.Uniknya, perkembangan embrio unggas terjadi di luar tubuh induknya. Dengan kata lain,
sejak telur terpisah dari induknya, embrio akan berkembang dengan memanfaatkan zat putih telur
dan kuning telur yang ada di dalam telur.

Subhanallah, inilah kebesaran Allah yang diperlihatkan dalam sebutir telur. Bandingkan dengan
embrio manusia yang terus menerus menerima suplai makanan dari ibunya di dalam rahim,
normalnya selama 9 bulan 10 hari. Sedikit saja supiai makanan terganggu, maka pertumbuhan janin
juga akan terganggu, dan tidak jarang berdampak fatal bagi sang janin. Begitu berhasil memecahkan
kerabang, anak ayam akan bercuap-cuap untuk pertama kalinya. Inilah tasbih-nya anak ayam.
Bukankah semua makhluk yang ada di muka bumi bertasbih mensucikan nama Allah. Firman Allah,
"Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepadaNya bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi
dan burung (pun bertasbih) dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui
(cara) berdoa dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (QS An Nur
[24] ; 41).

Ya Allah, sungguh dalam sebutir telur ayam yang kecil mungil terserak pelajaran penting yang bila
diamati seyogianya akan membuat kita bertafakkur dan takjub akan kemahabesaran Allah Maha
Pencipta. Wallahu a'lam.
Unggas sebagai hewan ternak menghasilkan produk pangan berupa telur dan daging. Produk unggas cenderung
lebih populer di kalangan masyarakat dibandingkan dengan daging sapi karena harganya lebih terjangkau,
terutama telur.

Produk yang dihasilkan instalasi unggas berupa telur konsumsi dan telur tetas. Telur yang dihasilkan berasal dari
ayam arab dan ayam kampung. Telur konsumsi merupakan telur non fertile/tidak dibuahi sehingga tidak
mengandung bakal bibit, sedangkan telur tetas merupakan telur fertile/yang telah dibuahi sehingga jika
ditetaskan akan menghasilkan anak ayam/DOC (day old chik), anak itik/DOD (day old duck) dan anak
puyuh/DOQ (day old quail).

Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara konvensional/alami
dan artificial/buatan. Penetasan secara konvensional dilakukan melalui proses yang
berlangsung secara alami yaitu dengan menggunakan induk ayam/bab on, sedangkan
penetasan artificial dilakukan oleh manusia dengan menggunakan mesin tetas. Prinsip kerja dari mesin
tetas yaitu mengkondisikan telur seperti berada dalam pemeraman induk.

Apa kelebihan menetaskan dengan mesin tetas dibandingkan menggunakan induk ayam? Telur di dalam
mesin juga mengalami proses pemeraman selama 21 hari. Kestabilan suhu dilakukan dengan alat pengatur suhu
yang telah melekat pada mesin, kita kenal sebagai thermostat, alat ini bekerja secara otomatis, sedangkan untuk
mengetahui keadaan suhu digunakan thermometer. Pembalikan telur, pengaturan ventilasi dan kelembaban
udara diatur sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi pemeraman yang “sebenarnya”. Hal yang perlu
diperhatikan ketika kita menetaskan telur adalah telur yang akan kita tetaskan, serta petugas yang memiliki
ketelatenan, keuletan dan ketelitian. Keunggulan yang kita peroleh jika menetaskan telur dengan mesin tetas
yaitu jumlah telur yg dapat kita tetaskan bisa lebih banyak jumlahnya, bisa ratusan, ribuan bahkan ratusan ribu
telur, tergantung kapasitas tampung dari mesin. Yang menjadi pertanyaan; Bagaimana cara menetaskan telur
agar sukses? penjelasan berikut, akan menjawab pertanyaan tersebut, sesuai dengan standard operating
procedure/SOP tentang penetasan telur yang berlaku dan diterapkan di instalasi ternak unggas dan aneka
ternak – STPP Malang. SOP tentang penetasan dibuat dan diberlakukan sebagai pedoman untuk menerapkan
budidaya ternak yang baik (good farming practice) pada instalasi ternak unggas dan aneka ternak.

I .     Pra proses:


a.    Penyiapan telur tetas
1)    Pemilihan telur/penilaian secara eksternal:
Ø     Kerabang telur: pilih yang utuh/tidak retak/tidak
berlubang, untuk menghindari masuknya mikroba
yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan
telur.
Ø     Bentuk telur: pilih telur tetas yang berbentuk
oval/bulat telur, tidak terlalu bulat atau terlalu lonjong
karena bentuk telur dapat mempengaruhi posisi
embrio menjadi abnormal sehingga banyak yang
tidak menetas.
Ø     Bobot telur tetas: yang baik untuk ayam kampung
adalah 45-50 gr dan untuk ayam ras adalah 55-60 gr.
Bobot berpengaruh terhadap anak ayam yang
dihasilkan, jika bobotnya seragam maka hasil tetasan
juga akan seragam.
Ø     Besar telur/indeks telur: dipilih yang seragam.
Indeks telur =    lebar telur   X  100%
                       Panjang telur
Besar telur yang baik memiliki indeks telur sekitar
74%.
Telur yang terlalu besar menyebabkan kantung
udara relatif kecil sehingga telur akan lama/terlambat
menetas. Jika terlalu kecil, kantung udaranya terlalu
besar sehingga akan cepat menetas.
Ø     Umur: telur yang dipakai berumur kurang dari 7
hari, umur telur tetas yang digunakan seragam
sehingga akan serempak menetas.
Ø     Kerabang: Pilih telur yang memiliki kerabang/cangkang yang bersih
dari kotoran {bersih alami bukan karena dicuci}.
2)    Telur yang akan ditetaskan berasal dari induk dengan mutu produksi
yang baik, dapat diketahui dari rekording produksi dan rekording
reproduksi.
3)    Pembersihan telur:
Ø     Lakukan dengan menggunakan kapas/lap yang telah dibasahi
dengan air hangat dan deterjen telur.
Ø     Telur yang terlalu kotor sebaiknya tidak dipilih untuk ditetaskan.
4)    Penyimpanan telur
Jika telur tetas masih akan disimpan, maka;
Ø     Tempat penyimpanan harus terlindung dari pengaruh panas dan
angin langsung, bersih serta tidak berbau, karena tempat yang panas
dapat menyebabkan kematian embrio yang sangat dini.
Ø     Lama penyimpanan tidak lebih dari 14 hari sebelum ditetaskan.
Ø     Suhu ruangan penyimpanan 12-15oC {55-60oF} dengan kelembaban
75-80%.
b.    Penyiapan mesin tetas
1)    Siapkan alat dan bahan pendukung
2)    Lakukan sanitasi
Ø     Lakukan sanitasi mesin tetas setiap kali akan digunakan.
Ø     Pelaksanaan: awali dengan pencucian menggunakan air bersih atau air hangat, kemudian lap
dengan menggunakan 2-3% larutan creosol/obat anti hama {desinfektan}.
3)    Lakukan fumigasi mesin
Ø     Tujuan: agar bibit penyakit yang masih hidup dan tersisa dalam mesin tetas menjadi mati.
Ø     Alat yang digunakan: wadah tahan panas/cawan porselen dan pengaduknya.
Ø     Bahan yang digunakan {fumigan}: campuran formalin dan kalium permanganat {KmnO4} dan
diuapkan didalam mesin tetas selama 30 menit.
Ø     Cara penguapan: tuangkan formalin ke wadah yang berisi KmnO4, masukkan ke dalam mesin
tetas, segera tutup mesin tetas dan diamkan selama 24-48 jam dengan kondisi pemanas tetap
hidup/on.
Ø     Dosis fumigan untuk ruangan sebesar 2,83m2
Kekuata Formalin {cc} KmnO4 {gr}
n
1 kali 40 20
2 kali 80 40
3 kali 120 60
4 kali 160 80
5 kali 180 100
 
Ø     Gunakan sarung tangan serta penutup mulut dan hidung sebagai pelindung, karena jika kulit
terkena larutan formalin akan terasa pedih dan mengelupas. Sedangkan jika terkena gas
formaldehida, mata dan hidung yang akan terasa pedih.
4)    Pengoperasian mesin
Ø     Suhu diatur hingga berkisar 39-39,7 oC dan kelembaban 60-70%.
Ø     Cara mengatur suhu dan kelembaban:
a.     Hidupkan mesin tetas, kemudian isi bak air sebanyak 2/3 bagiannya.
b.     Untuk meningkatkan suhu, sekrup pengatur termostat diputar ke arah kiri sedangkan
untuk menurunkan diputar ke kanan.
c.     Suhu dianggap stabil jika sudah dicoba selama 24 jam.
 
II.     Proses pemeraman dalam mesin:
1)    Penanganan telur tetas dlm mesin
Ø     Pengaturan suhu
  Suhu ideal ruang mesin tetas:
Suhu ideal
Hari ke- Tanpa kipas angin Dengan kipas angin
o o o o
C F C F
1-18 39,0 102,0 37,5 99,5
19 39,7 103,5 37,0 98,5
20 40,0 104,0 37,0 98,5
21 40,5 105,0 37,0 98,5

 
Agar suhu dapat stabil, lakukan pengamatan dan pengontrolan suhu dengan menggunakan termometer
dan termostat {terpasang pada mesin tetas}.
 
Ø     Pengaturan ventilasi/sirkulasi udara
Hari ke Pengaturan ventilasi
1-3 Tertutup seluruhnya
4 Terbuka ¼ bagian
5 Terbuka ½ bagian
6 Terbuka ¾ bagian
7-21 Terbuka seluruhnya
 
2)    Penempatan telur dalam rak penetasan
Ø     Penempatan: posisi bagian tumpul berada di sebelah atas dengan kemiringan 450.
Ø     Posisi yang terbalik/tidak benar akan menyebabkan posisi embrio menjadi tidak normal
bahkan embrio mati setelah kerabang telur retak.
3)    Peneropongan telur
Ø     Tujuan: untuk mengetahui keberadaan dan perkembangan embrio sejak dini.
Ø     Prinsip peneropongan: memeriksa bagian dalam telur dengan bantuan cahaya dengan
menggunakan alat teropong telur/egg candler.
Ø     Dilakukan pada hari ke-4, ke-14 dan ke-18.
Ø     Ketentuan dari hasil peneropongan: jika pada hari ke-4 menunjukkan gejala infertil (kosong),
telur dapat diafkir dan dikonsumsi. Jika pada hari ke-14 dan ke-18 tidak ada gejala kehidupan
embrio maka telur tersebut sebaiknya dibuang.
4)    Pembalikan telur
Ø     Tujuan: meratakan panas yang diterima telur selama periode penetasan, dan mencegah agar
embrio tidak lengket pada salah satu sisi kerabang.
Ø     Pembalikan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan, sebanyak 3 kali sehari
yaitu pagi, siang dan sore/malam.
Ø     Pembalikan telur dimulai pada hari ke-4 hingga ke-18.
Ø     Teknik membalik telur:
a)    Lakukan pembalikan selama beberapa menit saja.
b)    Tandai salah satu sisi atau dua sisi bagian telur agar tidak keliru sehingga panasnya
merata.
c)    Cara membalik: telur yang diletakkan dengan ujung tumpul di atas hanya digerakkan ke
salah satu arah pada sumbunya, yaitu ke arah kanan dan ke kiri dari posisi semula.
d)    Yang harus diperhatikan: jangan membalik telur dengan pola lingkaran, yaitu bagian telur
yang tumpul diputar hingga berada di bagian bawah. Hal ini menyebabkan kantung udara
pecah sehingga menyebabkan embrio mati.
5)    Pengaturan kelembaban
Ø    Kelembaban ideal yang diperlukan dalam penetasan telur ayam;
 
Hari ke-
Kelembaban
1-18 55-60%
19-21 70%
 
Ø     Gunakan higrometer untuk mengukur kelembaban.
Ø     Untuk mencapai kondisi kelembaban yang diinginkan bisa juga menggunakan bak yang diisi
air dengan patokan: jumlah air sebanyak 2/3 bagian bak dan diberi kain/lap.
 III.   Penetasan:
Penanganan telur menetas {DOC/DOD/DOQ}:
1)      Penanganan kesulitan pipping/keluar dari cangkang.
2)      Penyortiran/seleksi hasil tetasan {sehat,normal/abnormal,cacat}.
3)      Seleksi/penyortiran hasil tetasan berdasarkan bobot DOD/DOC/DOQ.
4)      Pemindahan DOC/DOD/DOQ ke dalam box.

Anda mungkin juga menyukai