PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan
waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup (Fatimah,
2010). Menurut Priyoto (2015) menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam
memenuhi kebutuhan hidup, menua ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut yang memutih, penurunan pendengaran, penglihatan yang menjadi
semakin buruk, sensivitas emosi, sehingga proses menua merupakan proses
yang terus-menerus (berlanjut) secara ilmiah yang pada umumnya dimiliki oleh
lansia.
Lansia digolongkan menjadi dua yakni lansia potensial dan tidak potensial,
lansia potensial adalah orang yang masih mampu melakukan segala
aktivitasnya dengan baik dan melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan
baik barang maupun jasa. Sementara lansia yang tidak potensial orang yang
tidak mampu mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung kepada bantuan
orang lain, seperti lansia penghuni panti tresna werdha. Di negara berkembang,
lansia digolongkan berdasarkan usia 60 tahun ke atas, sedangkan di negara
maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan Belanda lansia digolongkan
usia 65 tahun keatas (Priyoto, 2015).
Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2019, populasi lansia di sunia
antara tahum 2019-2050 diperkirakan meningkat dua kali lipat dari 12%
menjadi 22% atau sekitar 900 juta menjadi 2 milyar pada usia 60 tahun.
Populasi lansia di perkirakan mencapai 22% dari penduduk dunia atau
mencapai 2 milyar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara
berkembang. Di Indonesia diperkirakan mencapai pada tahun 2020 jumlah
penduduk lansia sekitar 12% dan tahun 2050 sekitar 28% ( Kemenkes,2014).
Populasi lansia di Jawa Timur tahun 2019 12,64% dan pada tahun 2020
diperkirakan mencapai 13,48%. Pravelensi lansia di Kabupaten Pasuruan tahun
2019 mencapai 19,17% akan bertambah menjadi 20,13% ditahun 2020
(BPS,2019).
Lansia memiliki potensi yang harus dijaga, dipelihara, dirawat dan
dipertahankan bahkan diakulisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang
optimal (Depsos,2008). Kualitas hidup diusia tua dapat digolongkan sebagai
suatu yang komplek, multidimensi dan holistik yang mencakup social,
lingkungan, structural, serta aspek kesehatan (Prazeres& Flguiredo,2014).
Menurut Nugroho (2008) bahwa lansia akan mengalami banyak perubahan
fungsioanal dan psikologis hal ini dapat menimgulkan berbagai masalah
diantaranya hipertensi. Hipertensi kini menjadi masalah global karena
pravelensinya yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup
seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stress psikososial. Hipertensi
didefiniskan sebagai tekanan darah peristen dengan tekanan sistolik 160mmHg
dan diastolic 90mmHg pada lansia ( Kusuma dkk 2020).
Menurut WHO ( World Health Organization ) 2018 menunjukan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunya,dan diperkirakan setiap tahunya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. Menurut (Riskesdas, 2018). Estimasi jumlah
kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Prevalensi
hipertensi dijawa timur sebesar 36,32% .
Menurut hasil Studi penelitian yang dilakukan terdapat penderita hipertensi
di Wisma Cendana terdapat 6 dari 8 orang mengidap hipeternsi, Hipertensi apa
bila tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan beberapa komplikasi
diantaranya adalah stroke, gagal ginjal, resiko jatuh pada lansia
(Nugroho,2019).
Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya
riwayat pernah jatuh berkurangnya fungsi sensorik dan motoric (missal
penglihatan, pendengaran, hemianopia), gaya berjalan tidak stabil, hipotensi
postural khususnya dengan keluhan pusing, bingung, penyakit kardiovaskuler
seperti hipertensi yang mempengaruhi perfusi dan oksigen otak, penyakit
neurologis yang mempengaruhi pergerakan, gangguan ortopedik atau alat bantu
yang mempengaruhi pergerakan dan keseimbangan . pengobatan yang
mempengaruhi tekanan darah atau tingkat kesadaran, agitasi meningkatnya
ansietas, emosi yang labil dan faktor situsional seperti perubahan ruangan,
aktivitas dan lingkungan misalnya lantai yang licin, dan tidak merata,
tersandung oleh benda - benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang
terang dan sebagainya (Lynda Juall,2012).
Menurut Stanley (2010) jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cidera
fisik, selain itu jatuh juga bisa menyebabkan masalah psikologis diantaranta
lansia dapat menjadi lebih kwatir mengenai masa depan, khususnya mengenai
kemampuanya untuk tetap mandiri. Lansia dapat mengalami kehilangan harga
diri atau takut akan jatuh lagi, takut untuk tidak mampu melakukan AKS, atau
penolakan sosial, yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi dan menarik
diri. Akibatnya adalah penurunan aktivitas, penurunan lebih lanjut pada
kemampuan fungsional dan penngkatkan resiko jatuh (Stockslager,2012,Alih
Bahasa Nike Budhi S,2007).
Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk menimalkan kejadian jatuh pada
lansia, Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah sumber terjadinya
jatuh pada lansia, mengindentifikasi faktor resiko dilakukan untuk mencarinya
adanya faktor resiko jatuh , keadaan lingkungan yang berbahaya yang dapat
menyebabkan jatuh harus dihilangkan (Stanley,2006). Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti beralasan mengambil judul “ “
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan, diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori yang sudah didapat kedalam asuhan keperawatan
pada kelompok khusus lansia dengan masalah Hipertensi, dikelompok
khusus lansia yang berada di Wisma Cendana.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang nyeri akibat Hipertensi.
b. Mengetahui penyebab nyeri pada lansia yang muncul akibat Hipertensi
c. Mengetahui tata cara penatalaksanaan nyeri pada klien dengan kejadian
Hipertensi.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiwa
Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan teori asuhan
keperawatan gerontik sesuai keluhan yang diarasakan klien di Wisma
Cendana.
2. Lansia
Diharapkan dapat menambah wawasan bagi lansia bahwa pengetahuan
tentang Hipertensi sangat dibutuhkan agar lansia terhindar dari komplikasi
penyakit Hipertensi serta memiliki motivasi yang tinggi untuk menerapkan
hidup sehat.
3. Pendidikan
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada
lansia di lingkungan UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan.
4. Bagi Profesi
Dapat memberikan gambaran mengenai sikap lansia dengan penyakit
Hipertensi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dan pemberdayaan kesehatan tentang
penyakit Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan
sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan
dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan
jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
B. Teori Proses Menua
1. Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies–spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul–molekul / DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel
tubuh lelah (rusak). Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di
dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
b. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
c. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
d. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
e. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
f. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas
maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada
usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow).
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan
dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada
tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
tersebut tercapai.
b. Teori individual jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-
kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai
lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari
dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada
setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan
mental.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
1. Hereditas atau ketuaan genetik
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
D. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
(Azizah dan Lilik M, 2011, 2011).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem pendengaran
Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan
kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan
menjadi rentan terhadap gesekan.
Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian
dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan
lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin,
klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru-paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,
indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary
dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.
2. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
j. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement) meninggalnya pasangan hidup, teman dekat,
atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,
lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan
obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan
dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat.
5) Parafrenia suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes adalah suatu kelainan dimana lansia menunjukkan
penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan
bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering
menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan,
keadaan tersebut dapat terulang kembali.
E. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semua makhluk hidup secara normal akan mengalami proses penuaan.
Proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat
universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan ini menyebabkan
berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan kemampuan
bertahan hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi proses penuaan setiap
individu dan setiap organ tubuh, hal ini dipengaruhi gaya hidup, lingkungan, dan
penyakit degeneratif. Proses menua pada berbagai organ seperti komposisi tubuh,
otak, jantung, paru, ginjal dan saluran kemih, gastrointestinal, serta
muskulosketal pada lansia dijelaskan sebagai berikut.
a. Komposisi tubuh
Pada lansia massa otot berkurang akibat penuaan sedangkan massa
lemak bertambah. Massa tubuh yang tidak berlemak berkurang sebanyak
6,3% sedangkan sebanyak 2% massa lemak bertambah dari berat badan
perdekade setelah usia 30 tahun. Jumlah cairan tubuh berkurang dari sekitar
60% berat badan pada orang muda menjadi 45% dari berat badan wanita
lanjut usia. Tinggi badan lansia dapat lebih rendah dibandingkan tinggi badan
saat usia muda, akibat osteoporosis.
b. Otak
Seiring bertambahnya usia berat otak akan mengalami penurunan.
Berat otak pada usia 90 tahun berkurang 10% dibandingkan saat masih muda.
Jumlah sel neuron berkurang kira-kira sebanyak 100.000 sel sehari. Pada
lansia sehat sekitar 10% mengalami atrofi otak difus. Bila dibandingkan
seseorang yang berusia 25 tahun, lansia 75 tahun menunjukkan kemunduran
sebesar 20-45% dalam kecepatan menulis tangan, memasang kancing, dan
memotong dengan pisau. Selain itu, akibat hilangnya mekanisme autoregulasi
otak banyak lansia menjadi rentan terhadap iskemia otak apabila tekanan
darahnya di bawah 80 mmHg. Kondisi lain yang berubah adalah melambatnya
proses informasi, menurunnya daya ingat jangka pendek, berkurangnya
kemampuan otak untuk membedakan stimulus atau rangsang yang datang, dan
kemampuan kalkulasi. Namun demikian, banyak lansia tetap mempertahankan
fungsi intelektual dengan baik sampai mereka berusia 80 tahun.
c. Jantung dan pembuluh darah
Manusia sehat dapat meningkatkan curah jantung secara efektif
sebagai tanggapan terhadap latihan jasmani sebagai bentuk kompensasi
perubahan. Akibat proses menua denyut jantung berubah, antara lain
berkurangnya frekuensi jantung, respon terhadap stres, dan compliance
ventrikel kiri. Akibatnya timbul keterbatasan dalam aktifitas keseharian pada
lansia terutama aktifitas yang berat. Frekuensi denyut jantung maksimal
menurun ada lansia (frekuensi denyut jantung = 220 – umur), curah jantung
yang meningkat sebagai tanggapan terhadap stres sangat tergantung pada
volume sekuncup (stroke volume) dan kinerja jantung lansiaakan lebih rentan
terhadap kondisi kekurangan cairan seperti pada keadaan dehidrasi dan
perdarahan. Sklerosis dan kalsifikasi dapat menyebabkan disfungsi katup
terutama pada stenosis aorta. Elastisitas jaringan penyambung pembuluh
darah berkurang dan kejadian aterosklerosis meningkat. Keadaan ini akan
mengakibatkan resistensi pembuluh darah perifer. Respon otot polos
pembuluh darah terhadap stimulasi adrenergic beta menurun sehingga
menyebabkan relaksasi dan vasodilatasi berkurang. Selain menambah stres
pada jantung, perubahan ini dapat meningkatkan prevalensi penyakit
aterosklerosis sehingga menempatkan lansia pada risiko tinggi mengalami
morbiditas dan mortalitas akibat kegawatan jantung dan pembuluh darah
termasuk hipertensi. Fibrosis pada nodus AV dan sistem konduksi merupakan
predisposisi henti jantung dan gangguan irama jantung lainnya.
d. Paru-Paru
Perubahan fungsi paru-paru lansia meliputi compliance paru dan
rongga dada menurun, aktivitas silia menurun, volume residu meningkat,
kapasitas vital berkurang, refleks batuk menurun, volume ekspirasi paksa
menit pertama (FEV1) berkurang 25 ml/tahun setelah usia 30 tahun,
pertukaran gas terganggu dan kekuatan otot pernapasan berkurang. Akibatnya
tekanan oksigen berkurang (PaO2), arus udara ekspirasi melambat, retensi
dahak dan menurunnya sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia.
e. Ginjal dan Saluran kemih
Gangguan jantung dan aterosklerosi menyebabkan berkurangnya
jumlah darah yang sampai ke ginjal. Keadaan ini juga disebabkan oleh
bekurangnya jumlah dan ukuran glomerulus sebagai tempat menyaring
plasma. Proses menua menyebabkan kapasitas untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar berkurang karena ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin
yang encer. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium serum sampai
dengan hiponatremia yang mengakibatkan timbulnya rasa lelah, letargi,
kelemahan non spesifik dan bingung (Arisman, 2016).
f. Gastrointestinal
Memasuki usia 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang.
Akibatnya penyerapan vitamin 12 dan zat besi menurun. Absorpsi karbohidrat
juga menurun, namun absorpsi protein tampaknya tidak terganggu. Produksi
1-25 dihidroksivitain D menurun sehingga berpengaruh pada kejadian
osteoporosis dan osteomalasia pada lansia. Motilitas lambung dan
pengosongan 7lambung menurun seiring dengan meningkatnya usia. Selain
itu lapisan lambung lansia menipis sehingga lansia rentan terhadap kelainan di
lambung seperti gastritis. Walaupun berat total usus halus (diatas usia 40
tahun) berkurang, namun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam
batas normal, kecuali kalsium (diatas usia 60 tahun) dan zat besi hal ini
disebabkan oleh motilitas usus halus yang masih normal, sedangkan motilitas
usus besar tidak jelas terganggu walaupun konstipasi sering terjadi pada lansia
(Padila 2013).
g. Muskuloskeletal
Komposisi otot berubah sepanjang waktu saat miofibril digantikan
oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut. Aliran darah ke otot berkurang
sebanding dengan meningkatnya usia seseorang, hal ini diikuti berkurangnya
jumlah zat-zat gizi dan energi yang tersedia untuk otot sehingga kekuatan otot
berkurang. Pada usia 60 tahun, kehilangan total adalah 10-20% dari kekuatan
otot yamg dimiliki pada usia 30 tahun.
h. Massa Tulang
Umumnya berkurang setelah usia 45 tahun sesuai dengan jenis
kelamin. Pada wanita kehilangan sekitar 25% dan pada pria sekitar 12% dari
total masa tulang awal. Reabsorpsi tulang terjadi lebih besar daripada formasi
tulang. Akibatnya kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama pada
tulang trabekular. Penurunan kekuatan dan stabilitas tulang terutama
ditemukan pada tulang vertebra, pergelangan, dan paha. Kejadian osteoporosis
dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut. Kejadian ini terutama terjadi
pada lansia wanita akibat pengaruh esterogen. Perubahan degeneratif terjadi
pada sendi-sendi penyangga tubuh seperti lutut, paha, dan lumbal. Pada usia
30 tahun, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga mulai
rusak.
i. Dengan berjalannya waktu, fisura vertikal yang dalam muncul dan sel yang
memproduksi kartilago mati atau menjadi kurang aktif. Akhirnya lapisan
kartilago mengalami erosi, sehingga tulang di bawahnya menjadi terpajan
dengan tulang yang berhadapan. Kontak ini akan menimbulkan rasa nyeri dan
menghasilkan krepitasi ketika sendi digerakkan. Pembentukan tulang baru
distimulasi, tetapi pertumbuhan tulang baru tersebut tidak rata dan sering
mengganggu ketika sendi digerakkan akibat osteofit yang makin besar. Akibat
perubahan fisiologis lansia mengalami beberapa kemunduran dan kelemahan,
serta implikasi klinik berupa penyakit kronik dan infeksi.
F. Konsep Dasar Jatuh
a. Definsi
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo,2019).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang
sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk
jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran atau kejang. Kejadian jatuh
tersebut adalah dari penyebab spesifik yang jenis dan konsekuensinya
berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley,
2006).
b. Faktor Penyebab Resiko Jatuh
Faktor penyebab jatuh pada lansia dibagi menjadi 2 bagian yaitu
faktor intrinsic dan faktor ekstrinsik:
a. Faktor Intrinsik
1) System saraf pusat
Stroke dan TIA (Tarancient Ischemic Attack) yang menyebabkan
hemiprase sering mengakibatkan jatuh pada lansia. Parkinson yang
mengakibatkan kekakuan alat alat gerak, maupun depresi yang
menyebabkan lansia tidak terlalu perhatiaan saat berjalan.
2) Demensia
Demensia adalah suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan atau memori yang menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari. Lansia dengan demensia menunjukan persepsi
yang salah terhadap bahaya lingkungan, terganggunya keseimbangan
tubuh dan apraxia sehingga insiden jatuh meningkat.
3) Gangguan sistem sensorik
Gangguan penglihatan (gangguan sistem sensori) seperti katarak,
glukoma, degenerasi mokular, gangguan visus paska stroke, dan
reiopati diabetic meningkat sesuai dengan umur. Adanya gangguan
penglihatan pada lansia menyebabkan lansia kesulitan saat berjalan
sehingga lansia sering menabrak objek kemudian terjatuh. Dalam
pebelitian Kerr et. all. (2011) menyatakan bahwa gangguan
penglihatan memiliki resiko untuk menyebabkan kejadian jatuh
atau insiden lain yang membuat cidera.
4) Muskuloskeletal
Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan
dan keseimbangan. Hal ini berhubungan dengan proses menua
yang fisiologis. Perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan
gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran
bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan
cenderung mudah goyah. Keterlambatan mengantisipasi bila
terpleset, tersandung, dan kejadian tiba-tiba dikarenakan terjadi
perpanjangan waktu reaksi sehingga memudahkan jatuh (Reuben,
1996; Kane, 1994; Tinneti, 1992; Campbell & Brochlehurst, 1987
dalam Darmojo, 2008).
5) Gangguan gaya berjalan
Gangguan gaya berjalan dapat disebabkan oleh karena gangguan
musculoskeletal dan ini berhubungan dengan proses menua yang
fisiologis. Ada beberapa gangguan gaya berjalan yang sering
ditemukan pada lansia diantaranya:
a. Gangguan gaya berjalan Hemiplegik
Hemiplegik yaitu adanya kelemahan dan spastisitas ekstermitas
uniteral dengan fleksi pada ekstermitas atas dan bawah dalam
keadaan ekstensi sehingga berakibat kaki memanjang. Pasien
harus mengayunkan sambal memutar kakinya untuk melangkah
kedepan. Jenis gangguan berjalan ini ditemukan pada lesi tipe
Upper Motor Neuron (UMN)
b. Gangguan gaya berjalan Diplegik
Jenis gangguan gaya berjalan ini biasanya ditemukan pada lesi
periventricular bilateral. Ekstermitas bawah lebih lumpuh
dibandingan dengan ekstermitas atas karena akson trakus
kortikospinalis yang mempersarafi ektermitas bawah letaknya lebih
dekat dengan ventrikel otak.
c. Gangguan gaya berjalan Neurophaty
Gangguan berjalan jenis ini biasanya ditemukan pada penyakit
perifer dimana ekstermitas bawah bagian distal lebih sering
diserang. Karena terjadi kelemahan dalam dorsifleksi kaki maka
pasien harus mengangkat kakinya lebih tinggi untuk
menghindari pergeseran ujung kaki dengan lantai.
d. Gangguan gaya berjalan Miophaty
Adanya kelainan otot, otot-otot proksimal pelvic girdle(tulang
pelvis yang menyokong pergerakan ekstermitas bawah) menjadi
lemah. Oleh karena itu, terjadiketidakseimbangan pelvis bila
melangkah kedepan, sehingga pelvis miring ke kaki sebelahnya,
akibatnya ada terjadi goyangan saat berjalan.
e. Gangguan gaya berjalan Parkinsonian
Terjadi regiditas dan bradiknesia dalam berjalan akibat
gangguan di ganglia basalis. Tubuh membungkuk kedepan, langkah
kaki memendek, lamban dan terseret disertai dengan ekspresi
wajah seperti topeng.
f. Gangguan gaya berjalan Ataxia
Langkah berjalan menjadi melebar, tidak stabil dan mendadak
akibatnya badan memutar kesamping dan jika berat badan
pasien akan terjatuh. Jenis gangguan berjalan ini dijumpai pada
gangguan cerebellum.
g. Gangguan gaya berjalan Khoreoform
Merupakan gangguan gaya berjalan dengan hyperkinesiaakibat
gangguan ganglia basalis tipe tertentu. Terdapat pergerakan
yang ireguler seperti ular dan involunter baik pada ekstermitas
bawah maupun atas. Gangguan gaya berjalan yang terjadi
akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh:
kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot,
perlambatan konduksi saraf,
b. Faktor Ekstrinsik
1. Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yanb kurang, bendabenda di
lantai (seperti tersandung karpet), peralatan rumah yang tidak stabil,
tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air terlalu rendah,
lantai yang tidak rata, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem
dengan baik, keset yang tebal atau menekuk pinggirnya, benda-benda
alas lantai yang licin dan mudah tergeser serta alat bantu jalan yang
tidak tepat (Yuli Reny, 2014).
2. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktifitas biasa
seperti berjalan, naik atau turun tangga dan mengganti posisi. Jatuh
juga sering terjadi pada lansia dengan banyak melakukan kegiatan
dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar
bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang
immobile (jarang bergerak ketika tiba-tiba ingin pindah tempat atau
mengambil sesuatu tanpa pertolongan (Suyanto, 2008).
3. Obat-obatan
Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang bermakna
terhadap penderita. Obat-obatan meningkatkan resiko jatuh
diantaranya obat golongan sedative dan hipnotik yang dapat
mengganggu stabilitas postur tubuh, yang mengakibatkan efek
samping menyerupai sindrom Parkinson seperti
diuretic/antihipertensi, antidepresen, antipsikotik, obat-obatan
hipoglikemik dan alkohol.
c. Akibat Jatuh Pada Lansia
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusak fisik
dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh
adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat
jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta
kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera
fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi
dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa
percaya diri, pembatasan dalam aktifitas sehari-hari, falafobia atau fobia
jatuh (Stanley, 2006).
d. Komplikasi Jatuh
Menurut Kane (1996), dalam Darmojo (2004), komplikasikomplikasi jatuh
adalah:
a) Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa
sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteria
tau vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,
humerus, lengan bawah, tungkai atas.
b) Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan
dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu
kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.
c) Kematian
e. Pencegahan Jatuh
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok untuk
pencegahan jatuh yaitu:
a. Identifikasi faktor resiko
Setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya
faktor intrinsic risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik,
neurologis, musculoskeletal dan penyakit sistematik yang sering
menyebabkan jatuh.Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan
dapat menyebabakan jatuh harus dihilangkan. Penerangan harus cukup
tetapi tidak terlalu menyilau, lantai datar tidak licin dan bersih sehingga
tidak menganggu jalan atau aktivitas lansia.
b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
Lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan tubuhnya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan tubuh
pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan
oleh rehabilitas medis.
c. Mengatur atau mengatasi faktor situasional
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
mengusahakan perbaikan lingkungan, faktor situasional yang berupa
aktivitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia.
Aktivitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan
baginya sesuai pemeriksaan kondisi fisik. Maka dianjurkan lanjut usia
tidak melakukan aktivitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko
tinggi untuk terjadinya jatuh.
F. Asuhan Keperawatan
Format Pengkajian Departemen Keperawatan Gerontik
Nama :
NIM :
Tanggal Pengkajian :
Nama : Klien S
Alamat : Jepara
Telp. :-
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan :-
Alamat : Jepara
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: cukup
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg Suhu : 36°C
RR :22x/menit Nadi : 90x/menit
TB : 140 cm
BB : 42 Kg
a. Pengkajian Sistem Persyarafan
Gasglow coma scale (GCS)
E:4
V: 5
M:6
b. Mata
Klien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan.
Inspeksi: sklera putih,
Palasi : tidak ada nyeri tekan
c. Ketajaman Pendengaran
Pendengaran klien normal
d. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : bunyi lup dup
e. Sistem Gastrointestinal
1. STATUS FUNGSIONAL
Mandiri Tergantung
No Aktivitas Nilai Nilai
(1) (0)
1. Mandi di kamar mandi ( Menggosok, membersihkan dan
mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan menggunakannya
3. Memakan makanan yang disiapkan
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri ( Menyisir
rambut, mencuci rambaut, menggosok gigi, mencukur kumis )
5. BAB di WC ( memberikan dan mengeringkan daerah bokong )
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses
7. Membuang air kecil di kamar mandi ( Membersihakan dan
mengeringkan daerah kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar rauangan
tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang di
anut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur,
mencuci pakaian, memasak dan membersihakn ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga
13. Mengelola keuangan ( menyimpan dan mengunakan uang
sendiri )
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan
( takaran obat dan waktu minum obat tepat )
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosialnyg
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktivitas di waktu luang ( kegiatan keagamaan,
sosial, rekreasi, olah raga dan menyalurkan hobi.
Jumlah 14 3
Analisis Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in
membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Analis Hasil
0-6 Depresi tidak ada atau minimal
7-13 Depresi ringan
14-21 Depresi sedang
22-39 Depresi berat
DATA PENUNJANG
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
..............................................................................................
BAB III
PROFIL UPT
A. Definisi UPT
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan merupakan
salah satu Unit Pelaksana Tehnis dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang
melaksanakan tugas pelayanan, dan bimbingan sosial bagi lanjut usia terlantar,
berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 119 tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur.
B. Landasan Hukum
1. Pancasila dan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34.
2. UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
3. UU No. 11 Th 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
4. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 71 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur.
5. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 85 Tahun 2018, tentang Nomenklatur,
Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
6. Peraturan Gubernur No. 63 Tahun 2019 tentang Pedoman Kerja dan
Pelaksanaan Tugas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020.
C. Visi Dan Misi
Visi :
Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misi :
1. Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia dalam
upaya memenuhi kebutuhan rohani, jasmani dan sosial sehingga dapat
menikmati hari tua yang diliputi kebahagiaan dan ketentraman lahir batin.
2. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia potensial, sehingga dapat
mandiri dan dapat menjalankan fungsi sosial secara wajar.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia terlantar.
D. Sejarah Berdirinya UPT
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan ini
didirikan pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan nama SASANA TRESNA
WERDHA (STW) "SEJAHTERA" PANDAAN yang pada awalnya melayani
30 orang. Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakaiannya oleh Menteri
Sosial Bapak Saparjo dengan dasar KEP.MENSOS RI NO. 32/HUK / KEP/VI/82
di bawah pengendalian Kanwil Depsos Propinsi Jawa Timur dengan kapasitas
tampung 110 orang dan menempati areal seluas 13.968 M ².
Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat / Panti /
dilingkungan Departemen Sosial dengan SK. Mensos RI No.14/HUK/1994
dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera " Pandaan.
Lanjut usia terjadi perubahan dengan melalui SK. Mensos RI.
No.8/HUK/1998 ditetapkan menjadi panti percontohan tingkat propinsi dengan
kapasitas 107 orang
Pada bulan Oktober tahun 1999 ketika Departemen Sosial RI Dihapus,
panti ini sempat dikelola melalui Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat.
Dan pada tahun 2000 pada saat pelaksanaan otonomi daerah diberlakukan maka
semua perangkat pusat termasuk aset-asetnya diserahkan pada Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, melalui Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2000. tentang
Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha “
Sejahtera “ Pandaan, merupakan Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial
Propinsi Jawa Timur.
Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia
melalui Perda No.14 Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12 Tahun
2000 tentang Dinas Sosial, bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan
berubah nama menjadi : Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan- Bangkalan,
yang jangkauan pelayanannya bertambah untuk wilayah Madura dengan
penambahan Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia di Bangkalan.
Berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 119 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur, Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan- Bangkalan berubah menjadi : Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan dengan jangkauan
pelayanan wilayah Kabupaten Pasuruan dan Kab./Kota sekitarnya ditambah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Lamongan dengan jangkauan pelayanan
wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten sekitarnya
E. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud
Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih sayang terhadap para Lanjut
Usia terlantar (potensial dan tidak potensial) dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Tujuan
a. Terpenuhinya kebutuhan rohani meliputi:
Ibadah sesuai dengan agama masing masing kebutuhan kasih sayang,
peningkatan semangat hidup dan rasa percaya diri.
b. Terpenuhinya kebutuhan jasmani meliputi:
Kebutuhan pokok secara layak ( Sandang, pangan dan papan ), pemeliharan
kesehatan, pemenuhan kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang.
c. Terpenuhinya kebutuhan sosial, terutama bimbingan sosial antar penghuni
panti, pembina maupun dengan masyarakat.
KEPALA UPT
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa keluhan kepala terasa berat
yang dirasakan lansia yaitu seperti tertekan sebanyak 3 lansia. Kepala terasa
berat seperti pusing berputar sebanyak 1 lansia. Kepala terasa pusing sebelah
sebanyak 2 lansia.
Tabel 4.3 Skala nyeri sendi yang diderita lansia
No Skala Jumlah
1 0 (Tidak ada nyeri) 0
2 1-3 (Nyeri Ringan) 2
3 4-6 (Nyeri Sedang) 3
4 7-10 Nyeri Berat 0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa besaran skala yang dirasakan
lansia adalah pada skala 1-3 (nyeri ringan) sejumlah 2 lansia. Skala nyeri 4-6
(nyeri sedang) sebanyak 3 lansia.
Tabel 4.4 Kualitas nyeri yang di rasakan lansia berdasarkan McGill Pain
Quertionnarre (MPQ)
No Kualitas Jumlah
1 Cekot-cekot 3
2 Diremas kuat 1
3 Seperti disayat-sayat 0
4 Keram 0
5 Menggigit 0
6 Terbakar/panas 1
7 Ngilu 0
8 Berat atau Pegal 0
9 Nyeri Sentuh 0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kualitas nyeri yang dirasakan
klien adalah sebanyak 3 lansia merasakan nyerinya seperti cekot-cekot, 1 lansia
merasakan nyerinya seperti diremas kuat dan 1 orang merasakan nyerinya seperti
terbakar/panas.
Tabel 4.5 Regional nyeri yang di derita lansia
No Lokasi Jumlah
1 Ektremitas Atas 0
2 Ektremitas Bawah 5
Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa regional nyeri yang dirasakan
lansia terbanyak adalah pada daerah ekstremitas bawah yaitu sebanyak 5 lansia.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa waktu yang dirasakan lansia
yaitu nyerinya hilang timbul sebanyak 1 lansia, dan 4 lansia nyerinya dirasa pada
saat beraktivitas.
Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa gangguan rasa nyaman yang
disebabkan oleh kelemahan fisik sebanyak 1 lansia. Dan gangguan rasa nyaman
yang disebabkan oleh sulit untuk tidur sebanyak 3 lansia.
Tabel 4.8 Gangguan pola tidur yang dirasakan pada lansia
No Gangguan pola tidur Jumlah
1 Sering terjaga 1
2 Sulit mengawali tidur 3
3 Kurang tidur 0
4 Merasa tidak puas tidur 0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa gangguan pola tidur yang
disebabkan sering terjaga ada 1 lansia. Gangguan pola tidur yang disebabkan
oleh sulit untuk mengawali tidur sebanyak 3 lansia.
B. Fungsi Kemandirian
Tabel 5.1 Jumlah lansia yang mandiri dan tergantung dalam melakakan aktifitas
sehari-hari
No Aktivitas Mandiri Tergantung
Mandi di kamar mandi (Menggosok,
1. 8 -
membersihkan dan mengeringkan badan)
Menyiapkan pakaian, membuka dan
2. 8 -
menggunakannya
3. Memakan makanan yang disiapkan 8 -
Memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut, mencuci
4. 8 -
rambut, menggosok gigi, mencukur
kumis )
BAB di WC (membersihkan dan
5. 8 -
mengeringkan daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses 8 -
Membuang air kecil di kamar mandi
7. (membersihkan dan mengeringkan daerah 8 -
kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih 7 1
Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau
9. keluar rauangan tanpa alat bantu, seperti 7 1
tongkat
Menjalankan agama sesuai agama dan
10. 8 -
kepercayaan yang di anut
Melakukan pekerjaan rumah seperti
11. merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, 8 -
memasak dan membersihakn ruangan
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
12. - 8
kebutuhan keluarga
Mengelola keuangan (menyimpan dan
13. 8 -
mengunakan uang sendiri)
Menggunakan sarana transportasi umum
14. 8
untuk berpergian
Menyiapkan obat dan minum obat sesuai
15. dengan aturan (takaran obat dan waktu 8 -
minum obat tepat)
Merencanakan dan mengambil keputusan
untuk kepentingan keluarga dalam hal
16. penggunaan uang, aktivitas sosial yang 8 -
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan.
Melakukan aktivitas di waktu luang
17. (kegiatan keagamaan, sosial, rekreasi, olah 8 -
raga dan menyalurkan hobi)
Dari tabel 5.1 didapatkan bahwa pola aktivitas lansia pada poin 1-7, 10-11,
13, 15-17 dilakukan secara mandiri. Pada point nomor 8 dan 9 didapatkan bahwa
7 lansia melakukan aktivitas secara mandiri. Dan 1 lansia melakukan aktivitas
secara tergantung. Pada point no 12 lansia masuk dalam kategori tergantung
karena lansia di Wisma Cendana tidak belanja dan tidak makan sendiri karena
sudah disediakan oleh panti. Pada point nomor 14 didapatkan bahwa 8 lansia
tergantung karena lansia di UPT PSTW tidak memiliki kendaraan pribadi.
C. Fungsi Intelektual (Psikologi) Lansia
Tabel 6.1 Indikator Penilaian tingkat psikologis pada lansia
Sko
Uraian
r
A. Kesedihan
Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
3
menghadapinya
Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
2
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih√
B. Pesimisme
Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak
3
dapat membaik
Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke
2
depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan√
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat
2
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
Saya tidak merasa gagal√
0
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas√
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
1
baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah√
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri√
G. Membahayakan diri sendiri
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
3
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan
0
diri sendiri√
H. Menarik diri dari social
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
3
perduli pada mereka
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
2
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain√
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik√
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan
2
saya dan in membuat saya tidak tertarik√
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
2
melakukan sesuatu
Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
1
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya√
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya√
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya√
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Tabel 6.2 Hasil penilaian tingkat psikologis pada lansia
No Tingkatan Psikologi Lansia Jumlah
1 Depresi tidak ada atau minimal 5
2 Depresi ringan 3
3 Depresi sedang 0
4 Depresi berat 0
D. Fungsi Psikososial
Tabel 7.1 Hasil penilaian status fungsi psikososial pada lansia
No Fungsi Selalu Kadang-kadang Hampir tidak pernah
1 Adaptation 6 2 -
2 Partneship 8 0 -
3 Growth 8 0 -
4 Affection 3 5 -
5 Resolve 8 0 -
Berdasarkan tebel 7.1 didapatkan bahwa fungsi adaptasi yang dilakuakn lansia
sebanyak 6 lansia selalu dan 2 kadang-kadang. Pada fungsi partneship 8 lansia
selalu. Pada fungsi growth 8 lansia selalu. Pada fungsi affection 3 lansia selalu, 5
lansia kadang-kadang. Pada fungsi resolve didapatkan 8 lansia selalu.
E. Fungsi Spiritual
Tabel 8.1 Hasil pengkajian fungsi spiritual
Tidak Kadang-
No Pertanyaan Sering Selalu
pernah kadang
1 Saya bertambah yakin 0 2 3 3
dengan keberadaan
Tuhan setelah
mempelajari ilmu
pengetahuan dan
penyajian data
(Pengajian)
Saya berdoa sebelum
dan sesudah
2 0 6 1 1
melakukan suatu
kegiatan
Saya mengucap rasa
syukur atas segala
3 0 1 7 0
karunia tuhan sesuai
agama saya
Saya mengungkapkan
keagunangan tuhan
4 apabila melihat 0 6 2 0
kebesarannya sesuai
agama saya
Saya memberi salam
sebelum dan sesudan
mengungkapkan
5 0 5 3 0
pendapat di depan
umum sesuai agama
saya
No Data Masalah
1. Ds :
Dari hasil pengkajian di wisma Nyeri akut berhubungan dengan
cendana dengan klien Ny. R meningkatnya tekanan darah (0077)
menderita nyeri di bagian sendi dan
pusing ketika bangun tidur.
Do :
keadaan umum: Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4, V5, M6
TD : 160/100 mmhg
N : 90 x / menit
Rr : 22 x / menit
S : 36,5 oC
Skala nyeri :
P : Meningkat nya tekanan darah
Q : Cekot-cekot
R : Di ekstremetas bawah
S : 5 (Lima)
T : Ketika berjalan
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi di
lanjutkan
Skala nyeri :
P :meningkatnya
tekanan darah
Q : cekot-cekot
R: di ekstremitas
bawah
S:3
T : ketika berjalan
O: k/u: cukup
Td: 150/100
mmhg
Rr: 22x/m
N : 90x/ m
S : 36,5oc
A : masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Skala nyeri :
P : meningkatnya
tekanan darah
Q.: cekot-cekot
R: di ekstremitas
bawah
S:2
T: ketika berjalan
O : k/u: cukup
Td: 140/100
mmhg
Rr: 22x/m
N : 90x/ m
S : 36,5oc
A : masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan .
A. KESIMPULAN
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup
(Fatimah, 2010). Menurut Priyoto (2015) menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk melakukan
fungsinya dalam memenuhi kebutuhan hidup, menua ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut yang memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
yang menjadi semakin buruk, sensivitas emosi, sehingga proses menua
merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara ilmiah yang pada
umumnya dimiliki oleh lansia.
B. SARAN
Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang kebih
tua dari kita harus dihormati, dikasihi dan disayangi. Betapa beruntungnya
menjadi tua, ada banyak sekalin orang yang tidak bisa menginjak usia tua, ada
banyak sekali mereka yang bisa melihat anak serta cucunya tumbuh menjadi
dewasa. Jadi, ketika kita melihat orang tua kita menjadi tua atau menginjak
usia lanjut itulah saat kesempatan untuk kita menyenangkan masa-masa tua
mereka dengan kesuksesan anak-anaknya.
Sebagai perawat yang professional yang sudah mempelajari ilmu
gerontik sudah sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yamh sebaik-
baiknya untuk para lansia tidak hanya memberikan pelayanan terhadap
kebutuhan boilogisnya saja tetapi mencakup kebutuhan psikologis dan
spiritual
PENUTUP
Kepala UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan,