Anda di halaman 1dari 42

1.

RELAI DIFERENSIAL

Proteksi diferensial merupakan salah satu pelindung utama pada transformator daya.
Relai ini sangat selektif sehingga biasanya tidak perlu dikoordinasikan dengan relai proteksi
lainnya, dan bekerjanya sangat cepat,tidak memerlukan waktu.

1.1. Sifat relai diferensial


- Sangat selektip dan cepat
- Sebagai pengaman utama
- Tidak dapat digunakan sebagai pengaman cadangan
- Daerah pengamanannya dibatasi oleh pemasangan trafo arus ( CT ).

1.2. APLIKASI
Relai diferensial digunakan sebagai pengaman utama untuk :
- Generator
- Transformator tenaga
- Busbar
- Motor listrik kapasitas besar

1.3. PRINSIP KERJA RELAI PROTEKSI DIFERENSIAL UNBIAS


Prinsip kerja relai proteksi diferensial adalah membandingkan dua vektor
arus atau lebih yang masuk ke relai (lihat gambar 1), apa bila pada sisi primer trafo
arus(CT1) dialiri arus I1, maka pada sisi primer trafo arus (CT2) akan mengalir arus I2,
pada saat yang sama sisi sekunder kedua trafo arus (CT 1 dan CT2), akan mengalir arus i1
dan i2 yang besarnya tergantung dari rasio yang terpasang, jika besarnya i 1 = i2 maka
relai tidak bekerja, karena tidak ada selisih arus (∆i = 0), tetapi jika besarnya arus i 1 ≠ i2
maka relai akan bekerja, karena adanya selisih arus (∆i ≠ 0). Selisih arus ini disebut
arus diferensial. arus inilah yang menjadi dasar bekerjanya relai diferensial.
Dalam keadaan normal (tidak ada gangguan), arus yang mengalir kerelaii
pengaman sama dengan nol, arus hanya bersikulasi dalam sirkit sekunder kedua trafo
arus (CT).

1
Untuk daerah pengamanan dari relai diferensial dibatasi antara dua buah CT (lihat
gambar 1.)

KAWASAN
PENGAMANAN

CT1 I1 CT2 I2
Alat yang
diproteksi

i1 i2

I = 0

Gambar 1, gambar sederhana relai diferensial unbias

Agar relai diferensial dalam kondisi normal (tidak terjadi gangguan) relai tidak
bekerja, maka persyaratannya adalah sebagai berikut :
1. CT 1 dan CT2 (maupun ACT nya) harus mempunyai rasio sedemikian sehingga besar
arus i1 = i2
2. Sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 maupun ACT nya harus benar.

1.3.1. KERJA PROTEKSI RELAI DIFERENSIAL JIKA TERJADI GANGGUAN


a. jika terjadi gangguan didalam daerah pengamanannya
Jika relai differensial dipasang sebagai proteksi suatu peralatan dan terjadii gangguan
didaerah pengamanannya maka relai diferensial harus bekerja, seperti terlihat pada
gambar 2, pada saat CT1 mengalir arus I1 maka pada CT2 tidak ada arus yang
mengalir (I2 = 0), disebabkan karena arus gangguan mengalir pada titik gangguan
sehingga pada CT2 tidak ada arus yang mengalir, maka disisi sekunderr CT 2 tidak
ada arus yang mengalir (i2 = 0) yang mengakibatkan i1 ≠ i2 (1 ≠ 0) sehingga relai
diferensial bekerja .

2
KAWASAN PENGAMAN

CT1 I1 CT2 I2 = 0
Alat yang
diproteksi

i1 i2 = 0

i ≠ 0

Gambar 2. Relai diferensial jika terjadi ganguan didalam daerah pengamanan

b. Jika terjadi gangguan diluar daerah pengamanan


Apabila terjadinya gangguan diluar daerah pengamanannya maka relai diferensial
tidak bekerja lihat gambar 3, pada saat sisi primer kedua CT dialiri arus I 1 dan I2,
dengan adanya rasio CT1 dan CT2 yang sedemikian, maka besar arus yang mengalir
pada sekunder CT1 dan CT2 yang menuju relai besarnya sama (i1 = i2) atau dengan
kata lain tidak ada selisih arus yang mengalir pada relai sehingga relai tidak bekerja,
karena sirkulasi arus gangguan diluar daerah pengamanan kerja relai diferensial tidak
mempengaruhi arus yang mengalir pada kedua CT yang terpasang pada peralatan
yang diproteksi, karena apa bila pada arus primer CT ! dan CT2 mengalir arus
gangguan dengan adanya perbandingan rasio trafo arus pada sisi sekunder juga akan
mengalir arus gangguan yang besarnya i1 = i2 sehingga relai diferensiall tidak bekerja
karena tidak ada perbandingan arus (∆i = 0).

3
KAWASAN
PENGAMANAN

CT1 I1 CT2 I2
Alat yang
diproteksi

i1 i2

i = 0

Gambar 3. relai diferensial jika terjadi gangguan diluar daerah pengamanannya.

1.3.2.DALAM PRAKTEKNYA DIFERENSIAL UNBIAS MEMPUNYAI 3


KESULITAN
UTAMA :
a) Karakteristik CT
Pada saat gangguan eksternal ,karakteristik CT yang tidak sama, akan menghasilkan
tegangan pada masing masing sekunder Ct tidak sama, Juga panjang kabel kontrol
sekunder CT tidak sama.
b) Perubahan rasio akibat ON LOAD TAP CHANGER
Arus sisi sekunder CT dapat dibuat match hanya pada satu titik dari rentang
pengubahan tap. Pada posisi lain akan timbul arus tak seimbang.
c) Magnitising Inrush Current
Arus ini muncul disisi primer dan condong mengerjakan relai.

1.3.3. UNTUK MEMBUAT RELAI STABIL :


1. kesulitan (a) dan (b) diatasi dengan relai diferensial persentase atau
bias.
2. kesulitan (c) diatasi dengan harmonic restraint.

4
1.3.4. RELAI DIFERENSIAL BIAS ( PERCENTAGE RELAI DIFERENSIAL )
Pada saat kondisi normal (tidak ada gangguan) didalam daerah pengaman an, ada
kemungkinan muncul arus tidak seimbang (∆i’) sehingga relai pengaman salah kerja.
Penyebab timbulnya arus tidak seimbang (∆i’) lihat gambar 4, dapat disebabkan oleh :
- Karakteristik kelengkungan magnetik dari CT1 dan CT2, terutama pada arus
hubung singkat yang besar yang menyebabkan arus sekunder tidak lagi linier ter
hadap arus primer karena kejenuhan CT.
- Perubahan posisi tap changer trafo tenaga
- Inrush Current

i 1 - i2 i2 CT1

i1 CT2
∆i =Perbedaan
arus sekunder CT1
Ideal dan CT2
∆i’ = i1 - i2

∆i’
IF

Gambar 4, gambar karakteristik dari trafo arus

Dengan melihat adanya perbedaan arus (∆i’) diantara kedua CT yang terpasang,
dibuatlah relai differensial jenis persentase yang mempunyai karakteristik kerja
mengikuti kemungkinan terjadi ∆i’. Untuk mencegah arus gangguan (I F) yang besar
diluar daerah pengamanannya maka pada relaii diferensial dipasang kumparan penahan
(restrain) pada kedua sisinya dapat dilihat dalam gambar 5, kumparan penahan inilah

5
yang menahan relai tidak bekerja apa bila terjadi arus gangguan yang besar, karena
makin besar arus gangguan yang melewati relai makin besar pula kopel penahan yang
dihasilkan oleh kumparan penahan sehingga relai tidak bekerja.

1.3.5..CARA KERJA RELAI DIFERENSIAL BIAS


Relai ini mempunyai dua atau lebih kumparan penahan. Torsi yang dihasilkan oleh
arus yang mengalir melalui kumparan penahan lihat gambar 5, torsi penahan akan
membuat kontak pemutus relai diferensial persentase tetap pada posisi membuka.
Torsi penahan tersebut sebanding dengan jumlah vektoris arus-arus masuk dan keluar.
Jika terjadi gangguan diluar, torsi penahan ini menjadi besar sehingga mencegah
terjadinya kesalahan pemutus karena adanya arus diferensial yang mengalir melalui
belitan operasi akibat kejenuhan trafonsformator arus, sebaliknya jika terjadi gangguan
didalam, arus-arus yang mengalir melalui
kumparan penahan akan saling memperlemah (berlawanan arah satu dengan lainnya)
sehingga pengendali torsi yang terjadi sangat kecil.

CT1 ALAT YANG CT2


DIPROTEKSI

i1 i2

i1 i2 
 kontak i2
i1
i2
P
W0
i2 i2
i1
i1
i2 Wr

i1
Gambar 5. gambar relai persentage diferensial
Penjelasan :
Wr = Kumparan restraint ( penahan )
Wo = Kumparan operating ( kerja )
P = Pegas

6
Wr = Menimbulkan kopel penahan Tr
Wo = Menimbulkan kopel Kerja To
P = Menimbulkan kopel pegas Tm
Tm = K1. Wo2.Io min Io min = arus kerja minimum pada saat arus restrain
(Ir = 0)
Relai tidak bekerja : To < Tr + Tm
Relai bekerja : To > Tr + Tm
K1.Wo2.Io2 = K2.WR2.IR2 + K1.Wo2.Io 2 min2
2
K 2 Wr
Io2 = 2 Ir2 + Io2 min
K 1 Wo

Pada saat gangguan Io min dapat diabaikan :


2
K W
2
Io = K . IRR
2 2
KR = 2 r
2
2
K 2 Wo

Io = KR.IR Jadi
Io
KR = IR
KR = Faktor restraint yang dinyatakan dalam persen
= 10, 20, 30, 40, 50%

1.4. KARAKTERISTIK RELAI DIFERENSIAL


Gambar 6 menunjukan karakteristik persentage diferensial, bila terjadi arus
gangguan yang besar akan menimbulkan perbedaan arus (∆i’), tetapi relai tidak
bekerja.

arus operating
(Io)
KR = V% (factor restrain)
Daerah kerja
Daerah blok
tg = V

Io min

g% i1 + i2
2

7
Gambar 6 Karakteristik persentase diferensial

Kecuraman Karakteristik (slope) dapat diatur dengan memilih KR ( V% ) dan


Iomin dinyatakan dalam g%, besarnya Io min diyatakan dalam persen dari arus
nominal relai (In).
g% yang menunjukan arus kerja minimum hal ini dimaksud untuk mengatasi
keadaan :
- Ketidak seimbangan antara arus i1 dan i2.
- Ketidak seimbangan antara CT bantu.
- Arus magnetisasi.
- Perubahan rasio trafo daya akibat perubahan tap Changer.
Sedangkan V% adalah untuk mengantisipasi besaran arus kerja relai (I), yang
disebabkan oleh kejenuhan CT1 dan CT2. jika terjadi gangguan diluar (eksternal)
transformator.

Komposisi arus saat trafo daya dienergise atau gangguan

KOMPONEN
ARUS INRUSH ARUS GANGGUAN
ARUS
SIKLUS SIKLUS SIKLUS CT CT
KE 1 KE 2 KE 3 TIDAK JENUH JENUH

DC 58 58 58 38 0

HARMONISA
100 100 100 100 100
KE 1
HARMONISA
62 63 65 9 4
KE 2
HARMONISA
25 28 30 4 32
KE 3
HARMONISA
4 5 7 7 9
KE 4
HARMONISA
2 3 3 4 2
KE 5

8
Harmonic restraint / blocking

Karena arus serbu ( inrush ) terjadi hanya pada salah satu sisi trafo, arus ini
akan mengalir dalam sirkuit diferensial dan dapat mengerjakan relai .
Maka digunakan metode harmonic restraint / blocking untuk menstabilkan relai
diferensial persentase .
- Harmonic restraint
Metode ini membuat relai diferensial tidak sensitip terhadap arus inrush , yaitu
dengan memfilter arus beda, disearahkan dan menambah restraint persentase relai
disetel sedemikian sehingga tidak akan bekerja,bila harmonis ke dua tidak
melebihi 15% dari arus frekuensii fundamental .
- Harmonic blocking
Metode ini memberikan relai blocking secara terpisah yang mana kontaknya
disambung seri dengan kontak relai diferensiall persentase , dan akan bekerja
bila harmonis ke dua kurang dari 15% arus fundamental .

2. RELAI DIFERENSIAL HIGH IMPEDANCE

Relai diferensial Impedansi tinggi yang digunakan sebagai proteksi gangguan


tanah ( restricted earth fault = REF ).
Dalam keadaan tertentu relai diferensial hanya dapat mengamankan sebagian kumparan
(40%) saja pada saat terjadi gangguan tanah internal dan sebagian lainnya (60%)
tidak terproteksi. Terbatasnya sensitivitas relai differensial dalam mendeteksi gangguan
tanah tersebut menyebabkan proteksi diferensial perlu ditunjang oleh proteksi gangguan
tanah terbatas (Restricted fault relay).

2.1 APLIKASI
Relai ini hanya mendeteksi gangguan tanah yang terjadi didalam :
- Trafo tenaga yang disambung bintang
- Generator.

9
- Bus bar
Relai ini tidak bekerja bila gangguan diluar daerah pengamanan, dan memberikan
perintah trip tanpa tunda waktu.
Syarat relai diferensial impedansi tinggi untuk proteksi REF:
- Rasio CT line harus sama dengan rasio CT Earth
- Tegangan lutut CT harus lebih besar dari tegangan setting relai REF.
2.2 PRINSIP KERJA
Relai ini tidak bekerja bila gangguan diluar daerah pengamanan, dan memberikan
perintah trip tanpa tunda waktu.Bila terjadi gangguan di F(seperti pada gambar 8),
dalam hal ini akan muncul arus IF dan IoF pada sisi primer CT 1 dan CT2, maka disisi
sekunder CT1 dan CT2 akan mengalir loop arus iF dan ioF.
Loop ini tidak menimbulkan tegangan drop (dv) pada resistor non linear (Rnl),
sehingga relai REF tidak bekerja.

Trafo Daya Kawasan Proteksi


CT1

IF
F
iF

IoF
ioF REF
CT2
Resister
non lionier

Gambar 8, gambar relai REF jika terjadi gangguan diluar daerah pengamanan.

Bila terjadi gangguan di F1(seperti pada gambar 9), dalam hal ini akan muncul loop arus
IoF pada sisi primer dan loop arus ioF pada sisi sekunder CT 2, sedangkan pada CT1
Kawasan
tidak ada loop arus, karena tidak ada arus Proteksi pada CT1.
yang mengalir
Trafo Daya CT1

IF = 0
Gambar 9, gambar relai REF jika terjadi gangguan didalam daerah pengaman
F1
iF = 0

IoF ioF REF


CT2 10
Resister
non lionier
Loop arus ioF ini yang menimbulkan tegangan drop (dv) pada rangkaian sehingga relai
REF bekerja.
Resistor non linear (Rnl) berfungsi megamankan relai apa bila terjadi tegangan yang
melampaui kapasitas kemapuan relai (burden relai) akibat adanya gangguan.
3 WIRING RELAI DIFERENSIAL

Didalam pemasangan atau wiring relai diferensial perlu diperhatikan


Syarat-syarat sebagai berikut:
- Besarnya arus yang masuk dan keluar dari relai diferensial harus sama.
- Phasa arus yang masuk dan yang keluar dari relai harus sama atau berlawanan.
Agar persyaratan tersebut terpenuhi, dapat dipergunakan trafo arus bantu (ACT),
Yang berfungsi untuk :
- Mencocokan arus yang masuk ke relai diferensial dari masing-masing sisi, Ini
disebut penyesui arus.
- Mencocokan pergeseran phasa dari arus-arus yang akan masuk kerelai diferensial, ini
disebut penyesuai phasa .
Persyaratan pengawatan suatu proteksi diferensial untuk trafo dapat dilihat pada tabel
dibawah, dengan penjelasan sebagai berikut.: Jika trafo daya dihubungkan bintang (Y), maka
CTdan ACT primer dihubungkan bintang sedangkan ACT sekunder dihubungkan segitiga.
Dan apabila trafo dayanya dihubungkan segitiga maka CT,ACT primer dan ACT sekunder
dihubungkan bintang.

Hubungan Hubungan Auxilary CT


Hubungan CT Primer Sekunder
Trafo Daya
Y Y Y 
 Y Y Y
Tabel hubungan CT pada trafo daya dengan ACT

Jika pengawatan relai diferensial tidak menggunakan ACT maka pengawatannya dapat dilihat
pada tabel dibawah, dimana bila trafo daya dihungkan bintang maka trafo arusnya(CT)
dihubungkan segitiga dan sebaliknya jika trafo daya hubungannya segitiga maka hubungan
CT nya adalah bintang.

11
Hubungan Trafo Daya Hubungan CT
Y 
 Y
Tabel hubungan CT pada trafo daya (tanpa CT Bantu)

3.1. GAMBAR PENGAWATAN / VEKTOR GROUP TRAFO


Terdapat dua macam sambungan Yy pada trafo, yaitu Yy0 dan Yy6 ( dapat di lihat pada
tabel dibawah )
Tabel sambungan Yy
Gambar Pengawatan Gambar Vektor Group

r R r
R
A1 A2 a2 a1 A1 a1
S
s
B1 B2 b2 b1
c1 b1
T t A2 B2
t
C1 C2 c2 c1 C2 B1
s
Yy0 C1
S
R
R r A1
A1 A2 a2 a1 s b1 c1 t
S
s
B1 B2 b2 b1
A2 B2
T t a1
C1 C2 c2 c1 C2 B1 r
Yy6 S
T

Tabel sambungan Yd.


r
r A1 c2
R a2 a1 c1
A1 A2 a1
t
S b2 b2
s a2
B1 B2 b1 A2 B2
b1 s
C2 B1
T t
C1 C2 c2 c1 T S
C1
Yd1

12
R t
c c2
A1 a1
R
A1 A2 a2 a1
r
s 1
b2
S a2
B1 B2 b2 b1 A2 B2
s b1
T C2 r
C1 C2 c2 c1 B1
t T S
C1
Yd5

a2 a1 r
R r A1
a1 b1
A1 A2
S b2 b1 s
s a2
B1 B2 A2 B2 t c1
c2 c1
T t C2 B1
C1 C2
Yd11 T C1 S
r
R
a2 a1 A1 s
R b2
A1 A2 s a1 b1
S
b2 b1
c2 t
B1 B2 t A2 B2 a2 c1
c2 c1 r
T C2
C1 C2 B1
C1 S
Yd7

13
P1 CT P2
R R
S S1 S
Ir
T

Y0 r s t n T It Is S

CT P2
P1
R R
S S1 S2

T Is It

n t s r T S
Y6 Ir

Gambar 7 , gambar sambungan trafo arus (CT)

3.2. Gambar Pengawatan External dan Internal relai diferensial

14
CT IR TRAFO DAYA ir CT
P1 1 YY0 2 P1
IS is
IT it

P1 Y0 Y0 P1

YD1 YD1
ACT1 ACT2

S1 S1
RELAI DIFERENSIAL

i’R –i’T i’r –i’t

Gambar 10.Pengawatan Proteksi Diferensial.


GENERATOR
CT1 CT2
R
5
S
2
T

RELAI DIFERENSIAL

Gambar 11.Pengawatan Proteksi Generator.

Gambar internal diagram relai

15
Gambar 12. internal Diagram Relai Diferensial type D202

Gambar 13. karakteristik / slope relai diferensial type D202.

16
Gambar 14. Karakteristik waktu

17
Gambar 15 Internal dan Eksternal Diagram Relai Diferensial type D202

18
Gambar16. Internal Diagram Relai diferensial Type
MBCH 12

Gambar 17. karakteristik relai diferensial type MBCH 12

19
Gambar 18. Internal Diagram Relai Diferensial Type KBCH 12 D

20
Gambar 19. Karakteristik Relai Diferensial Type KBCH 12 D

Gambar 20. Internal diagram relai REF type MCAG 34.

21
Gambar 21. Internal dan Eksternal Diagram Relai REF type MCAG 34

Gambar 22, karakteristik relai REF type MCAG 34

22
4. SETTING RELAI DIFERENSIAL

Untuk menyetel atau menyetting relai diferensial diperlukan :


1) Data peralatan yang diperlukan
2) Perhitungan untuk setelan relai.

4.1. Data peralatan


Data peralatan yang diperlukan untuk menyetel relai diferensial adalah
sebagai berikut :
- Trafo daya :meliputi : Daya nominal, sistem tegangan dan
Vektor grup. (Sambungan trafo arus)
- Trafo arus (CT): meliputi: Rasio CT
- Trafo arus bantu (ACT) meliputi: Rasio ACT
- Type relai diferensial yang digunakan.

4.2. Perhitungan relai diferensial :


- Menghitung Arus nominal trafo daya dari sisi primer dan sisi sekunder :
In = MVA Trafo/ 3.VL (Tergantung wektor group trafo)
- Menghitung besar arus sekunder CT yang terpasang pada sisi primer dan
sekunder trafo daya :
i’S CT = IS/IP X In trafo
- Menghitung Arus sekunder ACT ( arus yang menuju relai)
i”SACT = arus secunder CT X rasio ACT X 3
- Menghitung besarnya ketidak seimbangan arus(∆i) yang sebenarnya (ideal)
adalah :
∆i = (i1 – i2)/ Inominal relai X 100%
- Maka untuk menyetel besarnya g% (arus kerja minimum) pada relai
diferensial, adalah lebih besar dari ∆i.
- Sedangkan penyetelan V% (faktor restrain) digunakan untuk memilih
kecuraman karakteristik, dimana untuk penyetelan V% tergantung dari
besarnya arus gangguan diluar daerah pengamanan.

23
CONTOH PERHITUNGAN SETTING.
suatu trafo daya : 150 / 20 kv , 10%: 60 mva
ACT yang digunakan adalah tipe MBCH

* sisi 150 kv :

60  1000
I150   230,946A  CT150  300/5A
3  150
ISEK CT150  5/300  230,946  3,849A
TapACT150  (SambunganΥΔ)
5  43
I2 N 2
N1    32,25turns
I1 3 x3,849
5  43
Dipilih  N1  32turns  I1   3,879 A
3  32

SISI 20 KV :
1000  60
I 20   1732,1A  CT20  2000/5A
3  20
5
I SEK CT20  1732,1  4,33A
2000
TapACT20  ΥΔ  N 2 dipilih  43turns
I2 N 2
5  43
N1    28,67turns  28turns
I1 3  4,33
NI 28  4,33
I2  1 1   2,819A
N2 43
2,819  3  4,882A
5  43
Tap  tersedia  I1   4,433A
3  4,33

24
MISMATCH ;

0,078
mismatch  4,960  4,882  0,078A   100%  1,56%
5
atau :
3,849/4,33  3,879/4,433
mismatch   100%
3,879/4,33
0,8889  0,87502
  100%  1,58%
0,87502

TAP CHANGER
:
 150KV  10%/20KV
Tap  10%  165KV  (150  10%  150)
60 x1000
I150   209,95A
3  165
5
ISEK CT   209,95  3,499A
300
RasioACT  32/43
3,499  32
I sekACT   2,604A  ..  3  4,5099A
43

TAP CHANGER
:  150KV  10%  (150  10%  150)  135KV
60  1000
I135   256,60A
3 135
5
ISEK CT   256,60  4,276A
300
RasioACT  32/43
4,276  32
ISEK ACT   3,182A  ..  3  5,512A
43

25
# ARUS BEDA I
[ ]

 Tap  10%  4,5099  4,882  0,372A


 0,372
  100%  7,44%
5
 Tap  10%  5,512  4,882  0,63A
0,63
  100%  12,6%
5

# Arus magnitisasi trafo daya = 3


%

# setting arus operating min .


g%(I 0MIN )  3  12,6  15,6% 
disetel  20%  margin  4,4%

26
5. PENGUJIAN RELAI

5.1. ALAT UJI MULTI AMP SR 51 A

5.1.1 Pengenalan alat


Alat yang digunakan :
- Alat uji (test set relai ) type Multi Amp SR.51 a
- Relai diferensial type D202.merk BBC.
- Suplai tegangan 110 Vdc dan 220 V ac.
- Kabel konektor

6 5 10 11

Multi Amp SR.51 a

2
3 13

Gambar 23. Alat uji Multi Amp 51 a


7 8 9 12
5.1.2. Jenis Pengujian :
1. Arus kerja minimum ( Pick Up )
2. Waktu kerja relai.
3. Karakteristik ( Slope )

5.1.3. Prosedur Pengujian :


Posisi kontrol dari alat uji :
1. Saklar ‘Power On’ ............................ Off.
2. Saklar ‘Timer Operation Selector’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Atas ‘No MOM’,
Bawah “Cont”.

27
3. Main Control . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Nol.
4. Saklar ‘Aux Power’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . INT.
5. Saklar ‘Range Volt Meter’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 300.
6. Saklar ‘Voltmeter Selector’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ‘EXT AC’.
7. Saklar ‘Aux Selector . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ‘VERN’
8. Aux Control . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . NOL.
9. Saklar ‘AC Range’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 A.
10. Saklar ‘DC Range’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Lebih besar.
11. Saklar ‘Main Ammeter Range’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Lebih bsar
Dari arus uji.
12. ‘Voltage Relai Test’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Set Norm.
13. Saklar ‘Output # 1 / # 2’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Output # 1.

5.1.4. Pengujian Arus kerja minimum (Pick Up).


1. Hubungkan alat uji Multi Amp dengan sumber tegangan 220 Volt, dan yakinkan
bahwa alat uji dalam keadaan mati ( Off ).
2. Hubungkan kumparan kerja dan salah satu kumparan penahan ( Restraint ) dari relai ke
output #1 dari alat uji, perhatikan gambar …………..
3. Hubungkan terminal kontak relai dari alat uji ke kontak trip dari relai ( Gambar
……….).
4. Pilih Range Ammeter lebih besar dari arus yang diukur ( Arus Uji ).
5. Posisikan saklar ‘Time Operation Selector’ yang atas pada ‘NO MAINT’ dan yang
bawah pada posisi ‘Cont’.
6. Hidupkan alat uji, dan lampu tanda akan menyala.
7. Tekan saklar ‘Initiate’
8. Putar ‘Main Control’ untuk menambah arus output, sampai relai pick up, dan lampu
akan menyala dan catat hasilnya pada blangko uji. Aux Control akan mengatur arus
yang halus.
9. Putar ‘Main Control’ ke posisi nol, dan matikan alat uji.

28
5.1.5. Pengujian Karakteristik Waktu.
1. Hidupkan alat uji.
2. Tekan tombol ‘Initiate’ putar main control sampai relai pick-up.
3. Matikan alat uji.
4. Putar saklar ‘Timer Operation Selector’ yang atas pada ‘NO MAIN’ yang bawah pada
‘Timer’
5. Hidupkan alat iji dan tekan tombol Initiate, maka relai akan bekerja dan timer
akan mencatat waktu kerja.
6. Matikan alat uji.

5.1.6. Pengujian Slope ( Karakteristik ).


1. Hubungkan output # 1 dari alat uji pada kumparan penahan dan dipasang
pada tap 0 – 80 V, 12,5 A.
2.Hubungkan kumparan kerja dan salah satu kumparan penahan dari relai ke
output AC # 3. tanda  dari kedua output bisa dijadikan satu.
3.Hubungkan kontak relai dari alat uji kekontak trip relai ( Perhatikan gambar
………….).
4.Pilih main range dari ammeter lebih besar dari arus uji.
5.Putar Aux Selector switch pada posisi 24 – AC – 3.
6.Putar timer Operation Selector yang atas pada ‘NO MAIN’ dan yang bawah
pada ‘CONT’.
7.Hidupkan alat uji dan tekan ‘Initiate’
8.Tekan main control untuk menambah output # 1, dan ‘Aux Control’ untuk
menambah output # 3 sampai relai bekerja.
9.Catat kedua besaran ini pada balangko uji, dan ulangi untuk besaran yang
lain.
10.Matikan alat uji.

29
+

Sumber DC 110 V
_

`
Relai Diferensial D.202

Alat Uji multi Amp.SR 51a

``

Gambar 24. Pengujian Arus Pick Up dan Drop Off Type D202.

30
+

Sumber DC 110 V
_

Relai Diferensial D.202

Gambar 25. Pengujian Karakteristik / slopeType D202.

31
5.2.ALAT UJI ( TEST SET ) MODEL SR 76.A MULTI AMP.

Bagian Control Bagian Auxiliary

5
4
1 6
2 5
7
3 6
58
7
10
6
1 5
5
5
5
51
6 7 1 2 3 4
1 8 9 10 9
11
1 1
1 1 1 26. Alat uji SR 76 A 3
Gambar
5.2.1.Jenis Pengujian :
1. Arus kerja minimum.
2. Waktu kerja relai.
3. Slope.
4. Harmonic restraint.
5.2.2.Prosedur Pengujian :
Posisi saklar / knop pada bagian kontrol :
1. Saklar On/Off . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Off
2. Knop Initiate Control . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . No Maint.
3. Tuas Initiate Control . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Cont.
4. Saklar Tone / Continuity . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pilih salah
satu.
5. Knop Control main AC current . . . . . . . . . . . . . . . . . . Nol.
6. Saklar AC Ammeter Range . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Batas ukur
lebih besar dari arus uji.
7. Saklar DC Verier . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Vernier.
8. Knop Control DC / Vernier . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Nol.
9. Saklar DC Ammeter Range . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 A.
10. Saklar Harmonic Restraint / Normal . . . . . . . . . . . . . . . . Normal.

32
Posisikan saklar / knop pada bagian Auxxiliary :
1. Saklar 0 – 25 A / 0 – 300 V ac . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 0 – 25 A.
2. Saklar AC Ammeter Ramge . . . . . . . . . . . . . . Lebih besar dari arus uji.
3. Knop Control 0 – 25 / 0 – 300 V ac . . . . . . . . . . . . . . . . . Nol.
4. Saklar Volt Meter Range . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 300 V.
5. Saklar Normal / Ext Power Input . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Normal.
6. Saklar V. RLY / Det . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Normal.
7. Saklar Selector Voltmeter Circuit . . . . . . . . . . . . . . . . . . 300 V ac.
8. Saklar Selector Auxiliary Output . . . . . . . . . . . . . . . . . . 0 - 300 V ac.
9. Knop Control Auxiliary Output . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Nol.
10. Saklar Normal / Drop Out . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Normal.
11. Saklar Normal / Bypass . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Normal.

5.2.3.Pengujian Arus Kerja Minimum :


1. Hubungkan alat uji SR 76-A ke sumber tegangan 220 V dan yakinkan saklar power
dalam posisi Off.
2. Hubungkan bagian Control dengan bagian Auxiliary dari alat uji.
3. Hubungkan terminal kumparan Operating dan salah satu dari kumparan Restraint
dari relai, ke terminal 80 V / 17,5 A dan  ( Common ) pada alat uji.
4. Hubungkan terminal kontak relai ke terminal pada alat uji yang diberi tanda ‘ Relai
Contact’. Perhatikan gambar pengujian relai.
5. Posisikan saklar AC Range sedemikian sehingga arus Pick Up dapat dibaca. ( lebih
besar dari 1/3 skala.
6. Hidupkan alat uji dengan memposisikan saklar power pada ‘ON’ dan lampu tanda
akan menyala.
7. Tekan saklar ‘Initiate‘.
8. Putar knop control main AC current, untuk menambah arus Pick Up. Control
Vernier dapat digunakan untuk mengatur yang halus, baca dan catat arus Pick Up
tersebut pada blangko uji.
9. Pindahkan kabel konektor pada kumparan restraint ke terminal restraint yang lain
dan ulang langkah 5 s/d 8.
10. Bila selesai kembali kontrol pada posisi nol dan matikan alat uji.

33
5.2.4.Pengujian Waktu Kerja :
1. Setel saklar AC Ammeter Range lebih besar dari arus uji.
2. Hidupkan alat uji lampu tanda akan menyala.
3. Posisikan knop initiate control pada ‘ No Mom’ dan tuas initiate control pada posisi
‘Cont’
4. Tekan secara continu saklar initiate dan putar knop control main AC current untuk
menambah arus output sampai Ammeter menunjuk arus uji dan lepaskan saklat
initiate.
5. Posisikan knop initiate control pada ‘No Main’ dan tuas initiate control pada posisi
‘Timer’.
6. Reset digital timer dengan menekan tombol reset.
7. Tekan saklar initiate, timer akan bekerja. Bila relai menutup kontak, timer akan
stop.
8. Baca dan catat waktu kerja relai tersebut pada blangko uji.
9. Kembalikan posisi control ke nol dan matikan alat uji.
5.2.5.Pengujian Karakteristik ( Slope )
1. Hubungkan kumparan kerja dan salah satu kumparan ‘restraint’ pada terminal 0 –
300 V ac /
0 – 25 A.
2. Hubungkan ke dua kumparan restraint pada terminal 0-80 V / 17,5 A, perhatikan
polaritas
( lihat gambar pengujian relai )
3. Pilih range pada kedua Ammeter.
4. Posisikan initiate control pada ‘No Maint’ dan tuas initiate control pada posisi
‘Cont’
5. Hidupkan alat uji.
6. Tekan saklar initiate.
7. Putar maint control sampai memperoleh arus restraint 5 A.
8. Putar knop control 0 – 300 V / 0 – 25 A sampai relai kerja, catat kedua besaran arus
tersebut pada blangko uji.
9. Ulangi langkah 6 s/d 8 untuk arus restraint yang lain missal 10 A dan 15 A.
10. Setelah selesai kembalikan knop control pada posisi ‘nol’ dan matikan alat uji.

34
5.2.6.Pengujian Harmonic Restraint.
1. Knop initiate control pada posisi ‘ No Maint’.
2. AC Ammeter Range Switch pada bagian Auxiliary dalam posisi 1A.
3. AC Ammater Range Switch pada bagian control pada posisi 10 A.
4. Posisi Volt Meter Range Switch pada 150 V dan Volt meter circuit selector switch
pada Auxiliary. DC serta auxiliary output selector switch pada 0 –150 V dc.
5. Saklar harminic restraint pada posisi ‘harmonic restraint’.
6. Hubungkan terminal 0 – 25 A ( biru ) dari bagian Auxiliary ke terminal ( 5 ) dari
relai.( lihat gambar )
7. Terminal 0 – 160 V / 8,75 A dari alat uji dihubungkan ke terminal relai nomer ( 5 ).
8. Terminal  ( common ) dari kedua bagian alat uji dihubungkan ke terminal nomer 3
dari relai.
9. Putar knop control 0 – 25 A, sampai menunjuk besaran arus 4 A DC ( dipertahan
kan )
10. Putar Maint AC control knop sampai relai pick up, catat besarnya arus.
11. Kembalikan ke dua control knop pada posisi nol.
12. Matikan alat uji.

35
Relai Diferensial Type HU.

Gambar 27 .Pengujian Arus Pickup dan Drop off

36
Relai Diferensial Type HU.

Gambar 28 Pengujian Karakteristik / Slope

37
5.3.ALAT UJI ( TEST SET ) MODELTPR 22C V merk KDK..

12
11
22
10
24

25
20

7
8 14 6 13 5 9

Gambar 26. Alat uji TPR 22C V

ALAT YANG DIGUNAKAN :

1. Relai Diferensial tipe MBCH merk Alsthom.


2. Alat uji relai tipe TPR 22C merk KDK.
3. Kabel konektor.
4. Suplai tegangan 220 V ac dan 110 V dc.

JENIS PENGUJIAN :

1. Arus kerja minimum.


2. Waktu kerja relai.
3. Karakreristik / Slope.

38
PROSEDUR PENGUJIAN :

1. Buat rangkaian seperti gambar.


2. Pilih setting dari relai yang akan diuji.
3. Power switch putar pada posisi off dan setel knop pada posisi sebagai berikut :

A Out put ( 5 ) --- > Min.


B Out put ( 6 ) --- > Min.
A Selector ( 7 ) --- > ( 0 – 50 A ) Restraint Coil.
B Selector ( 8 ) --- > ( 0 – 10 A ) Operating Coil.
Test Condition ( 9 ) --- > Other Relai.
Fault SW ( 10 ) -- > 0
A- Circuit SW ( 11 ) -- > Off.
Volt Meter SW ( 12 ) -- > 0
Make / Brike SW ( 22 ) -- > Make.
Time / Lamp SW ( 24 ) -- > Off.

PENGUJIAN ARUS KERJA MINIMUM :


1. Periksa ratio setting tap dari relai.
2. Power SW putar keposisi ON
3. Putar time / lamp SW ke posisi lamp.
4. Naikkan arus dengan mengatur B output dan perhatikan sampai relai start, dan
hentikan putaran knop.
5. Baca arus pada meter B (14), tepat pada saat lampu check kontak menyala, ini adalah
nilai arus kerja minimum.
6. Putar power SW ke posisi Off.

PENGUJIAN WAKTU KERJA RELAI :


1. Posisikan saklar / knop seperti prosedur pengujian No. 3.
2. Putar power SW pada posisi ON.
3. Putar B out put knop searah jarum jam sampai B meter ( 14 ) menunjuk arus 200 %
dari arus kerja munimum.

39
4 Posisikan power SW pada Off.
5 Putar time / lamp SW pada posisi time.
6 Tekan reset ( 25 ) untuk mereset counter diplay ( 20 ).
7 Jika power SW diputarkan ke ON, counter dan relai yang diuji akan bekerja.
8 Jika kontak menutup counter akan stop dan counter mencatat waktu kerja relai catat
pada blangko uji.
9 Tuliskan alat uji.

MENGUJI KARAKTERISTIK :

1. Posisikan saklar / knop seperti prosedur pengujian No. 3. dan setel :


A Selector ( 7 ) --- > 15 A
A Circuit SW ( 11 ) -- > On.
Time / Lamp SW ( 24 ) -- > Lamp.

2. Putan power SW pada posisi ON.


3. Putar A out put knop sampai meter A ( 13 ) menunjuk 5 A.
4. Putar B out put knop pelan-pelan sampai relai mulai kerja.
5. Baca arus pada meter B ( 14 ) bila lampu ceck kontak menyala, ini adalah harga arus
kerja ( Operating ).
6. Ulangi butir 3 s/d 5 untuk arus 10 A.
7. Bila selesai matikan alat uji, dengan memutar power ke posisi Off

40
DC 48/110V
+ _

Ac 220V

Gambar 28 Pengujian Pickup dan Drop off Relai MBCH

41
DC 48/110V
_
+

Ac 220V

Gambar 28 Pengujian karakteristik Relai MBCH

42

Anda mungkin juga menyukai