Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Pengantar Hukum Indonesia

Sifat Ujian :
Tertutup
WAKTU 90
Sekolah Tinggi Ilmu
MENIT Dosen:
Hukum “IBLAM”
Titiek Guntari, S.H., M.H.

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Januari 2021

Kelas/Semester : A.77.S1/

Catatan:
a. Kerjakan soal berikut dan jawablah dengan tepat
b. Hasil jawaban diketik dengan ketentuan huruf Arial, ukuran 12, line spacing 1,5.
Tulis nama, NPM, kelas, mata kuliah, nama dosen dibagian kiri atas. Dibuat
dengan format .Pdf
c. Apabila mahasiswa ketahuan copy paste jawaban, maka secara otomatis diberi
nilai E.

SOAL

1. Jelaskan sejak kapan adanya tata hukum Indonesia!


2. Apakah yg dimaksud dengan ius constitutum?
3. Jelaskan bagaimana politik hukum pemerintah kolonial Belanda pada masa Indische
Staatsregeling!
4. Bagaimana dengan politik hukum pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan?
5. Apakah sistem hukum itu?
6. Bandingkan antara sistem hukum Eropa Kontinental dengan sistem hukum Anglo
Saxon!
7. Bagaimana dengan sistem hukum Indonesia sekarang?
8. Berlakunya kodifikasi hukum perdata, hukum dagang dan hukum pidana di Indonesia
berdasarkan asas konkordansi. Apakah yg dimaksud dengan asas konkordansi.
Jelaskan!

-Selamat Mengerjakan-
Nama : KHOIRUNAS SIREGAR
Kelas : A77.S1
Mata Kuliah : Pengantar Hukum Indonesia
Dosen : Titiek Guntari, S.H., M.H.

1. Tata hukum Indonesia adalah susunan hukum Indonesia atau tata tertib hukum-hukum
Indonesia guna melindungi kepentingan masyarakat Indonesia.karena itu sejak bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945,maka sejak
saat itu bangsa Indonesia telah mengambil keputusan untuk menentukan dan
melaksanakan hukumnya sendiri yaitu hukum bangsa Indonesia sebagai hukum
nasional dengan tatanan hukum yang baru yaitu hukum Indonesia.

2. Ius Constitutum Yaitu hukum yang berlaku di masa sekarang. Dalam Glossarium di
buku yang sama, Sudikno menambahkan bahwa ius constitutum adalah hukum yang telah
ditetapkan

3. Pada tanggal 23 Juni 1925 Regerings Reglement (RR) diubah menjadi Indische
Staatsregeling (IS) atau peraturan ketatanegaraan Hindia Belanda yang termuat
dalam Staatsblad (1925) Nomor 415 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1926. Pada
masa berlakunya IS tata hukum yang berlaku di Hindia Belanda adalah pertama-tama yang
tertulis dan yang tidak tertulis (Hukum adat) dan sifatnya masih pluralistis khususnya
hukum perdata. Hal ini tampak pada ketentuan pasal 131 IS yang juga menjelaskan bahwa
pemerintah Hindia Belanda membuka kemungkinan adanya usaha untuk unifikasi hukum
bagi ketiga golongan penduduk Hindia Belanda, yaitu Eropa, Timur Asing dan Bumiputra
(Pribumi) yang ditetapkan dalam Pasal 163 IS.

4. POLITIK INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN


A. Orde Lama
Soekarno, presiden pertama Indonesia, adalah ikon perjuangan nasionalis yang
melawan para penjajah. Akan tetapi setelah kemerdekaan dicapai, ia memiliki tugas
berat untuk memimpin sebuah negara baru yang masih memiliki trauma dari masa
lalu dan konflik kekuatan politik dan sosial yang muncul di masa kemerdekaan.
Ternyata politisi generasi muda yang tidak punya pengalaman sebelumnya ini
kesulitan membimbing negaranya. Keadaan itu memuncak dalam kekacauan pada
pertengahan tahun 1960.
B. Orde Baru
Suharto, presiden kedua Republik Indonesia, berhasil mengambil kekuasaan pada
tahun 1960an di tengah pergolakan yang ada. Pemerintah Orde Baru memerintah
Indonesia selama lebih dari tiga puluh tahun dan pemerintahan itu ditandai oleh
perkembangan ekonomi (yang mengakibatkan pengurangan kemiskinan yang
mengesankan) tetapi juga oleh penindasan dan korupsi. Namun, ketika ekonomi
domestik - dasar legitimasi kekuatannya - runtuh pada tahun 1990an, Suharto cepat
kehilangan kendali kekuasaan.
C. Reformasi
Setelah berada di bawah pemerintahan otoriter selama 30 tahun lebih, politik
Indonesia mengalami proses pembaruan untuk memberikan kekuatan lebih banyak
kekuasaan dan politik kepada masyarakat Indonesia. Periode ini dikenal sebagai
periode Reformasi. Tak hanya ditandai oleh perubahan struktural (seperti
desentralisasi kekuasaan ke daerah dan pembatasan kekuasaan presiden), tetapi juga
ditandai oleh kesinambungan (misalnya korupsi, kemiskinan dan pengelompokan
modal di kalangan atas).

5. Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian
atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat.

6. Perbandingan antara sistem hukum Eropa Kontinental dengan sistem hukum Anglo
Saxon
• Sistem Eropa Kontinental mengenal sistem peradilan administrasi, sedangkan
Anglo Saxon hanya mengenal satu peradilan untuk semua jenis perkara.

• Sistem Eropa Kontinental menjadi modern karena perguruan tinggi melakukan


kajian, sedangkan pada Anglo Saxon dikembangkan melalui praktek prosedur
hukum.

7. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan hukum
adat.

Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada hukum Eropa,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah
jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).

Hukum agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi
hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan
warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-
undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.

8. Asas Konkordansi adalah suatu asas yang melandasi diberlakukannya hukum Eropa atau
hukum di negeri Belanda pada masa itu untuk diberlakukan juga kepada Golongan Eropa
yang ada di Hindia Belanda (Indonesia pada masa itu). Dengan kata lain, terhadap orang
Eropa yang berada di Indonesia diberlakukan hukum perdata asalnya yaitu hukum
perdata yang berlaku di negeri Belanda.

Asas Konkordansi yang tertera dalam Pasal 131 Indische Staatsregeling (“IS”) untuk
orang Eropa sudah berlaku semenjak permulaan kekuasaan Belanda menduduki
Indonesia.

• Contoh perundang-undangan yang diberlakukan atas asas konkordansi adalah


Burgerlijke Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan Wetboek van
Koophandel (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

Anda mungkin juga menyukai