Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan suatu bagian dari Standar Akreditasi
RumahSakit yang harus dapat diterapkan di rumah sakit yang berguna dalam
meningkatkanpelayanan kesehatan yang berkualitas. Pengetahuan tenaga kesehatan
dalam SasaranKeselamatan Pasien terdiri dari ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yangefektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai kepastian
tepat lokasi, tepatprosedur, dan tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan,pengurangan risiko pasien jatuh. [ CITATION Arr15 \l 1057 ].
World Health Organization (WHO) menyatakan keselamatan pasien merupakanmasalah
kesehatan masyarakat global yang serius. Kesalahan medis dapat disebabkan olehfaktor
sistem dan faktor manusia. Insiden keselamatan pasien yang merugikan adalah
terkaitdengan prosedur bedah (27%), kesalahan pengobatan (18,3%) dan kesehatan
infeksi terkaitperawatan (12,2%) [ CITATION Ner18 \l 1057 ].
Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Halini
telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 11 tahun
2017.Penyusunan sasaran ini mengacu pada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
dari WorldHealth Organization (WHO), yang juga digunakan oleh Komite Keselamatan
Pasien RumahSakit (KKP-RS) dan Joint Commisions International (JCI).
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman
operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya
perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan
(Majid dkk, 2011). Akibatnya adalah terjadinya kelelahan fisik maupun mental yang
pada akhirnya akan melahirkan berbagai keluhan atau gangguan. Persiapan operasi
dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan sampai saat
pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan pembedahan dilakukan.Persiapan
mental dapat dilakukan oleh keluarga dan perawat dengan cara membantu pasien
mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan
informasi pada pasien tentang waktu operasi, halhal yang akan dialami oleh pasien
selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dan sebagainya (Majid dkk,
2011). Tahap-tahap yang dilakukan sebelum pembedahan adalah persiapan fisik,
persiapan mental atau psikis, latihan sebelum operasi (Preoperatif exercise), informed
consent, dan pemberian obat-obatan pre-medikasi. Setiap pasien merasa takut untuk
datang ke tempat pembedahan. Beberapa diantaranya disebabkan karena pengalaman di
rumah sakit sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga, atau karena kurang
pengetahuan (Muttaqin, 2009). Setiap pasien yang akan menjalani operasi di Rumah
Sakit Baptis Kediri telah diberikan informasi oleh perawat dan dokter tentang persiapan
pembedahan sesuai dengan SOP, pasien pre operasi mengeluh takut untuk menjalani
operasi. Keperawatan pre operasi merupakan tahap awal dari keperawatan perioperatif,
dimana kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan bergantung pada fase ini
(Majid dkk, 2011). Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien
masuk ke ruang perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan
pembedahan dilakukan. Pasien yang akan menjalani operasi sangat perlu diperhatikan
dalam mengatasi kecemasan yang dialami. Berbagai dampak psikologis yang dapat
muncul pada pengkajian psikospiritual adalah adanya ketidaktahuan akan pengalaman
pembedahan yang dapat mengakibatkan kecemasan yang terekspresikan dalam berbagai
bentuk, dan rasa takut yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas temasuk didalamnya
wpasien yang akan menjalani operasi (Majid dkk, 2011).

Dengan demikian kami mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Widya Dharma Husada Tangerang, merasa
perlu untuk mengkaji situasi dan kondisi Ruang Medang yang hasilnya diharapkan dapat
menemukan masalah untuk dicari solusinya, sehingga dapat meningkatkan pelayanan
dan asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Medang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen selama 2 minggu mulai tanggal
4 Januari s/d 18 Januari 2021, calon praktisi keperawatan mampu mengatasi
kekurangan yang akan menjadi masalah dikemudian hari jika tidak ditindak lanjuti
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kajian situasi di Ruang Perawatan Medang sebagai dasar untuk
menyusun strategi dan operasional unit.
b. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah dalam
pengorganisasian pelaksanaan kegiatan keperwatan
C. Cara Pengumpulan Masalah
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah
dilakukan dengan metode:
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan,
inventaris ruangan, sarana prasarana dan asuhan keperawatan yang langsung
dilakukan kepasien.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepala ruangan, perawat dan keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
c. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan, dan inventaris ruangan.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan mutu pelayanan dan mutu asuhan
keperawatan melalui manajemen keperawatan khususnya di Ruang Perawatan
Medang Rumah Sakit Widya Dharma Husada bagi perawat atau tenaga kesehatan
lainnya.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
keperawatan secara langsung pada tatanan unit pelayanan.
b. Untuk mengaplikasikan dan meningkatkan keterampilan dalam manajemen
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Sasaran Keselamatan Pasien
Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang memberikan pelayanan kesehatan pada
pasien, dengan berbagai macam jenis tenaga kesehatan diantaranya adalah perawat dan
dokter. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit bertanggung jawab dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam pengelolaan manajemen resiko
keselamatanpasien di rumah sakit (Kemenkes dan KARS, 2011). Pada saat ini setiap
rumah sakitdiwajibkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang salah
satunya adalah melaluisasaran keselamatan pasien. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
menjadi indikator standar dasar yang utama dalampenilaian Akreditasi Rumah Sakit
versi 2012 (KARS, 2013).
Ada enam sasaran keselamatan pasien yaitu:
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh (Permenkes Nomor 1691, 2011).
Perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan merupakan hal yang
penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Kinerja yang baik merupakan jembatan dalam menjawab kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan terhadap pasien baik yang sakit maupun yang sehat
(Murdyastuti, 2010). Perawatharus sadar akan perannya sehingga dapat secara aktif ikut
berpartisipasi untuk mewujudkankeselamatan pasien. Hal ini juga tidak akan mencapai
optimal jika hanya dengan kerja keras dari perawat saja, namun didukung dengan sarana
prasarana, manajemen rumah sakit dantenaga kesehatan lainnya (Bawelle, 2013).
Salah satu upaya untuk meminimalkan insiden atau kejadian patient safety, keperawatan
sebagai pelayanan profesional yang merupakan ujung tombak pelayanan kepada pasien
harusbertindak dengan didasari oleh ilmu pengetahuan termasuk pengetahuan tentang
patientsafety, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan berkualitas dan bermanfaat
dalammencegah insiden kejadian tidak diharapkan atau KTD (Arumaningrum, 2014).
Keselamatan pelayanan di rumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan identifikasi
pasien. Karena salah identifikasi pasien diidentifikasi sebagai akar penyebab banyak
kesalahan yang terjadi (WHO, 2007).
Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Hal
initelah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 11 tahun
2017.Penyusunan sasaran ini mengacu pada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
dari WorldHealth Organization (WHO), yang juga digunakan oleh Komite Keselamatan
Pasien RumahSakit (KKP-RS) dan Joint Commisions International (JCI).Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat dapatdisebabkan oleh
berbagai faktor antara lain : Lingkungan kerja, hal-hal yang berhubungandengan kondisi
pasien, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat,kebijakan
dan prosedur yang tidak adekuat. Semua faktor tersebut menimbulkan terjadinyainsiden
keselamatan pasien yang beragam, mulai dari yang ringan dan sifatnya reversiblehingga
yang berat berupa kecacatan atau bahkan kematian (KKP–RS 2008).
1. Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien Identifikasi Pasien
Proses identifikasi pasien dilakukan sejak dari awal pasien masuk rumah sakit dan
akan selalu dikonfirmasi dalam segala proses di rumah sakit. Semua pasien baru yang
masuk telah diberikan gelang identitas dan ditanyakan namanya saat gelang
disematkan, pemberiangelang tersebut untuk memudahkan proses identifikasi pasien.
Pada saat pemasangan gelangidentitas, pasien akan diberi tahu mengenai manfaat
gelang dan perawat wajib menjelaskan risiko yang akan timbul jika tidak dipasang
gelang identitas.
2. Komunikasi Efektif
Komunikasi yang tepat, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh pasien
akanmengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Jenis
komunikasiyang dapat dilakukan untuk menunjang pelaksanaan keselataman pasien
menurut Sammer,Lykens, Singh, Mains, & Lackan, (2010) diantaranya: Structured
techniques (read-back,SBAR). Manojlovich, (2007) menyatakan komunikasi dokter
dan perawat mempunyai peranpenting dalam menentukan derajat kesehatan pasien,
dan kualitas pelayanan yang diberikan.Semakin baik komunikasi diantara perawat
dan dokter semakin baik hasil perawatan yangdiberikan.
3. Keamanan Obat dan Cairan
Salah satu tindakan yang mengancam keselamatan pasien adalah kesalahan
pemberianobat yang dilakukan oleh perawat. Sebagian besar perawat telah
menerapkan keamanan obatdan Cairan. Penerapan delapan benar dalam menunjang
keselamatan pasien yaitu: benarpasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar
cara atau route pemberian, benardokumentasi, benar informasi, dan benar pengkajian
juga sudah diterapkan. Menurut Cohen,(2007) terdapat enam obat yang berisiko
terjadinya kesalahan, diantaranya: Insulin, heparin, opioid, injeksi kalium klorida
atau konsentrat kalium fosfat. blocking agen neuromuskuler, obat kemoterapi.
4. Ketepatan Lokasi, Prosedur, Pasien Operasi
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar perawat telah melakukan upaya
untukmeningkatkan ketepatan lokasi, prosedur, dan pasien operasi sebelum dilakukan
operasi kepasien, antara lain melakukan pengecekan terkait identitas pasien,
mengecek ketepatanprosedur dan lokasi operasi serta melakukan beberapa prosedur
rutin seperti enema sesuaiinstruksi dokter, menganjurkan pasien untuk puasa,
sebelum memberi antibiotik melakukantest alergi terlebih dahulu, menyiapkan dan
mengecek hasil foto-foto rontgen dan hasilpemeriksaan lainnya. Hal ini bertujuan
untuk mencegah kekeliruan lokasi, prosedur, danpasien operasi.
5. Pengurangan Risiko Infeksi
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat telah menerapkan
tindakanuntuk mengurangi infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakankeperawatan, mendisinfeksi bagian tubuh yang akan dirawat
luka, memakai alatalat yangsudah disterilkan, dan memakai sarung tangan saat
melakukan tindakan apapun. Didepan tiap kamar pasien juga sudah terdapat
desinfektan. Hal ini menunjukkan kepedulian yang tinggiuntuk mencegah infeksi
yang ada di rumah sakit karena tingginya angka infeksi.
6. Pengurangan Risiko Jatuh
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah perawat telah menerapkan usaha
pencegahan jatuh dengan menaikkan pengaman atau pembatas tempat tidur.
Pemasangan pengaman tempat tidur sangat penting disediakan terutama pada pasien
dengan kesadaran menurun dan gangguan mobilitas. Perawat juga sudah meletakkan
bel di dekat pasien dan menganjurkan pasien untuk menggunakan bel bila
memerlukan bantuan, supaya tidak terjadi hal-hal tidak terduga yang mengakibatkan
pasien jatuh atau membuat cidera baru. Selain itu, perawat memberikan tanda atau
etiket atau label pada tangan pasien dan tanda segitigaberwarna kuning yang di
letakkan di sisi tempat tidur untuk pasien risiko jatuh.
BAB III
ANALISA DATA
A. Kondisi Rumah Sakit
Berdasarkan wawancara/ conference dengan kepala ruangan tanggal 08 Januari 2021,
diketahui bahwa masih banyak permasalahan yang ditemui dalam kelengkapan fasilitas
ruang perawatan Medang. Kekurangan dalam fasilitas yang bisa mempengaruhi dalam
sasaran keselamatan pasien yaitu belum adanya tanda atau label bagi pasien yang puasa,
pre operasi dan post operasi, sehingga bisa menjadi ancaman serius jika kekurangan
tersebut dibiarkan. Pemberian tanda nama atau label bagi pasien yang menjalani puasa,
yang akan melakukan operasi atau sesudah operasi mempunyai peranan penting dalam
sasaran keselamatan pasien.
B. Peralatan di Ruang perawatan Medang
Peralatan Medis diruang perawatan Medang
No Nama Alat Jumlah
1. Stetoskop 2 buah
2. Irigator -
3. Regolator 2 buah
4. Termometer Axila 2 buah
5. Thermometer Digital 1 buah
6. Neerbeken 2 buah
7. Suction 2 buah
8. Pispot 2 buah
9. Urinal Laki-Laki 2 buah
10. Syringe Pump 1 buah
11. EKG -
12. Kom Kecil -
13. Kom besar + Troli Mandi 1 buah
14. Troli Emergensy -
15. Tromol biasa -
16. Tensimeter 2 buah
17. Tensi Digital 1 buah
18. Timbangan bayi -
19. Timbangan dewasa 1 buah
20. Troly Tempat Instrument 1 set
21. Tongue Spetel 1 buah
22. Bak Instrumen Panjang 1 buah
23. Bak instrument sedang 1 buah
24. Bak instrument kecil 1 buah
25. Set Ganti Verban 1 set
26. . Gunting Verban Martin 1 buah
27. Neibuleizer 1 buah
28. Oksigen Konsentrat -
29. Saturasi O2 1 buah
30. Alat Ukur GDS 1 buah
31. Infus pump 3 buah
32. O2 Transport -

Fasilitas ruangan diruang perawatan Medang


No Nama Alat Jumlah
1. Tempat tidur 3 crank, lebar 18 buah
910mm, bed rail side
2. .Air Conditioning 19 buah
3. Lemari es 6 buah
4. TV 21 inci layar datar 9 buah
5. . Bed side cabinet 18 buah
6. Overbed table 18 buah
7. Lemari pakaian 6 buah
8. Kamar mandi dengan water 9
heater, shower dan pengharum
9. Nurse call 16 buah
10. Telepon lokal -
11. Kursi hadap 18 buah

C. Analisa SWOT
Strengh 1. Rs WDH merupakan Rs tipe C terbaik yang telah
(kekuatan) memberikan pelayanan BPJS terbaik
2. Adanya tenaga kesehatan (medis,para medis dan non medis)
yang telah memiliki ijazah sesuai profesi
3. SDM sudah sesuai tupoksi
4. Komunikasi efektif dan komunikasi terapeutik sudah
berjalan
5. Ruang perawatan sangat bersih dan rapih karena setiap
kurang lebih 4 jam selalu di bersihkan, office boy salalu ada
diruangan
6. Kewenangan fungsi setiap profesi tenaga kesehatan sesuai
tugasnya
Weakness 1. Ruang keperawatan utama belum memiliki penanggung
(Kelemahan) jawab peruangan rawat inap
2. Di ruang keperawatan utama 3, ketika operan perawat
mencatat tindakan apa yang harus di lakukan hanya di
sembarang kertas.
3. Fasilitas yang diberikan pada pelayanan ruang keperawatan
belum semuanya sama.
4. Belum tersedia pemberian nomor pada tiang infus
5. Belum efektifnya penggunaan gantungan untuk perawat
yang sedang berdinas tertempel di nurse station
6. Kurangnya pemberian informasi DPJP dan PPJP kepada
keluarga pasien pada saat pasien baru rawat inap
7. Masih ada beberapa alat medis yang belum tersedia di ruang
perawatan medang
8. Standar MPKP belum dijalankan sesuai SOP
Opportunity 1. Lokasi RS WDH strategis dan akses mudah di jangkau yang
(peluang)
dekat dengan jalan menambah minat dari lintas sektor lain
untuk berkunjung
2. Adanya kebijakan pendelegasian wewenang apabila tenaga
yang sesuai dengan tupoksinya berhalangan hadir pada saat
pelayanan
3. Rs lain belum menawarkan gaji UMR
4. Rs lain sekitar RS WDH belum memberikan pelayan BPJS
Terbaik
5. Memilki Dokter spesialis lebih banyak daripada Rs lain
Threat 1. Sudah banyak RS lain yang sudah memiliki tenaga kerja
(Ancaman) yang mencukupi
2. Sudah banyak pelayanan perawat primer di RS lain
3. Adanya ketidak harmonisan antar profesi
4. Banyak RS yang menawarkan pelayanan yang lebih baik
dari RS WDH
5. Banyak bermunculan inovasi-inovasi yang baru dari RS
sekitar dengan berbagai bentuk tawaran yang menarik
6. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang
maksimal

Anda mungkin juga menyukai