Artikel 94107014
Artikel 94107014
TRANSFORMASIONAL PADA
PT. PAMINDO PRIMA UTAMA MANDIRI
ABSTRAK
1
BAB I. PENDAHULUAN
2
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan individu untuk
mempengaruhi, memotivasi, dan memungkinkan orang-orang memberikan
kontribusi terhadap keefektivan dan kesuksesan organisasi (House et al, 1999).
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) dan ada pula yang
bersifat tidak resmi (informal leadership). Kepemimpinan resmi (formal
leadership) merupakan kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan.
Sedangkan kepemimpinan tidak resmi (informal leadership) merupakan
kepemimpinan yang mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi yang
didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat (Ahmadi, 2002).
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas ,maka penulis
ingin mengetahui :
1. Apakah gambaran gaya kepemimpinan transformasional yang mampu
menumbuhkembangkan kreativitas pada PT. Pamindo Prima Utama
Mandiri ?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan gaya kepemimpinan
transformasional mampu menumbuhkembangkan kreativitas pada PT.
Pamindo Prima Utama Mandiri ?
3. Bagaimana proses gaya kepemimpinan transformasional mampu
menumbuhkembangkan kreativitas pada PT. Pamindo Prima Utama
Mandiri ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disampaikan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. mendeskripsikan gaya kepemimpinan
transformasional yang mampu menumbuhkembangkan kreativitas, 2. mengetahui
faktor-faktor apa yang menyebabkan gaya kepemimpinan transformasional
mampu menumbuhkembangkan kreativitas, 3. mengetahui bagaimana proses gaya
kepemimpinan transformasional mampu menumbuhkembangkan kreativitas pada
PT. Pamindo Prima Utama Mandiri.
3
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah bagi
psikologi industri dan organisasi khususnya dalam memperkuat gaya
kepemimpinan transformasional menumbuhkan kreativitas karyawan
perusahaan sehingga bermanfaat bagi ilmu psikologi maupun
perusahaan yang memiliki pemimpin yang menerapkan gaya
kepemimpinan transformasional.
2. Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para
pemimpin pada sebuah organisasi untuk dapat mengaplikasikan gaya
kepemimpinan transformasional dalam kreativitas pribadi memotivasi
kreativitas pemimpin PT. Pamindo Prima Utama Mandiri dalam
mencapai tujuan organisasi.
4
menurut Agus Dhanna (1992), kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi
efektivitas kerja seorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Definisi kepemimpinan seperti yang dikutip oleh Gary Yukl
(2002), antara lain:
5
h. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah
kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling,
1984).
6
mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau definisi
kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari
sudut pendekatan apapun mempunyai sifat universal dan merupakan suatu gejala
sosial.
Bass (1999), mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan transformasional
sebagai, suatu cara meningkatkan ketertarikan karyawannya terhadap organisasi.
Karyawan menjadi termotivasi dan menjadi percaya, kagum, hor-mat serta setia
kepada pemimpinnya. Meningkatnya usaha karyawan disebabkan memiliki
motivasi kerja intrinsik yang mendorong untuk bekerja mandiri. Karakteristik
gaya kepemimpinan transformasional yang efektif adalah menunjukkan perilaku
karismatik, memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi
intelektual dan memperlakukan karyawan dengan memberi perhatian terhadap
individu.
2. Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional
Bass dan Avolio (1996) menggambarkan bahwa pemimpin transformasional
pada tahap tengah memiliki karakteristik yang menunjukkan perilaku karismatik,
memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi intelektual dan
memperlakukan kayawan dengan memberi perhatian terhadap individu. Pillai
(2003) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki
karakteristik penting yaitu: menampilkan karakteristik yang menunjukkan
perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi
intelektual dan memperlakukan karyawan dengan memberi perhatian terhadap
individu.
Kepemimpinan transformasional memiliki karakteristik yang menunjukkan
perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi
intelektual dan memperlakukan karyawan dengan memberi perhatian terhadap
individu.
7
Faktor kepemimpinan transformasional merupakan kesatuan yang saling
tergantung (interdependence) untuk membangun visi organisasi. Bass dan Avolio
(1996), mengemukan bahwa faktor-faktor gaya kepemimpinan transformasional
adalah sebagai berikut:
a) Menunjukkan perilaku karismatik.
1. Mendapatkan rasa hormat untuk dipercaya.
2. Kepercayaan kepada yang lain.
3. Menyampaikan rasa pengertian memiliki misi yang kuat terhadap
pengikutnya.
4. Menampilkan standar moral yang tinggi.
5. Membangun tujuan-tujuan yang menantang bagi pengikutnya.
6. Menjadi model pada pengikutnya.
b) Memunculkan motivasi inspirasional.
1. Mengacu pada cara pemimpin transformasional dalam memotivasi.
2. Memberi inspirasi yang ada di sekitar mereka dengan menyampaikan
visi dengan lancar.
3. Percaya diri.
4. Meningkatkan optimisme.
5. Semangat kelompok.
6. Antusias.
8
i.Memperlakukan pengikut dengan memberi perhatian kepada individu.
a. Perilaku Karismatik.
a.1. Menyediakan visi.
a.2. Naluri tugas.
a.3. Kebanggaan.
a.4. Mendapatkan penghargaan.
a.5. Kepercayaan.
b. Motivasi inspirasional.
c. Stimulasi Intelektual.
9
d.3. Pelatihan.
10
permasalahan dan menemukan solusi yang melibatkan lingkungan sosial maupun
fisik.
Kreativitas melibatkan keseluruhan otak. Seseorang akan bertindak kreatif
manakala mempergunakan potensi otak dengan optimal. Mempergunakan kedua
belahan otak, otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang mengatur kemampuan
logika dan otak kanan yang mengatur humanistis. Implikasinya setiap persoalan
yang datang dilihat tidak hanya dari kacamata logika tetapi berbagai dimensi yang
menyertainya.
5. KREATIVITAS DALAM KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL.
Kemampuan sang pemimpin untuk menstimuli pemikiran atau ide-ide
bawahannya (intellectual stimulation), dapat dikemukakan sebagai berikut:
pemimpin transformasional dalam bahasa sederhana adalah seorang pemimpin
yang cerdas sehingga ide-idenya atau analisanya mampu membuat pencerahan
intelektual pada mitra usahanya. Seperti diterangkan oleh Seltzer dan Bass (1990)
bahwa stimulasi intelektual ini, pemimpin merangsang kreativitas bawahan dan
mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah
lama. Menurut Bass (1985) melalui pendekatan ini bawahan didorong untuk
berpikir tentang relevansi rasa, sistem nilai, kepercayaan, harapan dan bentuk
organisasi yang ada saat ini. Bawahan juga didorong melakukan inovasi dalam
menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri,
serta didorong untuk menetapkan tujuan atau sasarannya yang menantang.
Rangsangan intelektual adalah upaya pemimpin meningkatkan kesadaran
bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat
persoalan tersebut melalui perspektif baru (Yukl, 1989).
Dengan ini maka dibutuhkan pula pemimpin yang dengan sendirinya terus
menerus menjadi manusia pembelajar. (Bagus, 2001) mengatakan pemimpin
dengan sendirinya adalah seorang “perceptual learner” atau pembelajar yang
terus menerus yang tidak kenal lelah sehingga pemimpin harus perseptif atau
tanggap terhadap persoalan, mampu memotivasi, memiliki kekuatan emosional
dalam memenangkan kecemasan, mengubah asumsi budaya (mampu menjual visi
11
dan konsep baru) dan mampu menciptakan keterlibatan dan partisipasi serta
mempelajari budaya baru.
Ukuran dan efektifitas pemimpin adalah seberapa banyak kemampuan
bawahan dalam menyelesaikan tugas tanpa kehadiran pemimpin (Bass dan
Avolio, 1990). Bawahan belajar memecahkan masalah dengan cara sendiri secara
kreatif dan inovatif. Melalui praktik intelektual ini, mitra kerja diberi kesempatan
seluas-luasnya oleh pemimpinnya untuk bertindak secara kreatif dan inovatif
dalam menyelesaikan masalahnya. Dengan kata lain bawahan diberi kesempatan
oleh pemimpin untuk berekspresi diri dan mengembangkan diri.
Menurut Penelitian Shung Jae Shin (2003) data 290 karyawan dan para
penyelia dari 46 Perusahaan Korea, peneliti menemukan bahwa kepemimpinan
transformational secara positif berkolerasi dengan kreativitas karyawan, pengikut
"konservasi" terhadap suatu nilai, mempererat hubungan dengan pemimpin, dan
memiliki motivasi intrinsik memberikan kontribusi dari interaksi kepemimpinan
transformational dan konservasi secara parsial memberikan kontribusi
kepemimpinan transformational terhadap kreativitas. Peneliti mendiskusikan
serta mengimplikasikan dari hasil ini ke dalam riset dan praktek.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
Menurut Kirk dan Miller (1986) pada mulanya bersumber pada pengamatan
kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Lalu mereka
mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Penelitian kualitatif
memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis
lainnya. Dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong atas hasil dari
mensintesakan pendapatnya Bogdan dan Biklen (1982) dengan Lincoln dan Guba
(1985) ada sebelas ciri penelitian kualitatif, yaitu:
13
Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi
yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber
data.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
F. Pelaksanaan Penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, observasi dan wawancara dilakukan
secara terpisah, pada hari yang berbeda. Hal ini dilakukan, agar hasil wawancara
dapat di check dengan observasi. Pelaksanaan dilakukan di kantor dan di proyek
tempat subjek bekerja dan berhubungan dengan pekerja. Wawancara dengan
subjek dan significant other dilakukan satu kali, yaitu pada saat sore hari selepas
pulang kerja subjek dan juga sore hari selepas pulang kerja significant other.
Kendala yang ditemui dalam penelitian ini adalah peneliti sulit
menyampaikan hasil penelitian dengan bahasa dan kalimat yang tepat serta mudah
dipahami, namun kemudahan dalam penelitian ini subjek tidak sulit untuk
ditemui. Data mengenai gaya kepemimpinan transformasional dalam
menumbuhkembangkan kreativitas pada subjek didapat melalui hasil wawancara
peneliti dengan subjek dan significant other, dan juga melalui hasil observasi
subjek sedangkan data mengenai faktor-faktor dan cara-cara gaya kepemimpinan
transformasional dalam menumbuhkembangkan kreativitas pada subjek didapat
melalui hasil wawancara peneliti dengan subjek dan significant other, dan juga
melalui hasil observasi subjek.
Sebelum proses pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu datang
ke kantor subjek untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatangan
peneliti. Setelah subjek bersedia untuk diambil datanya, maka peneliti membuat
janji kembali dengan subjek, sehari sebelum proses pengambilan data
berlangsung. Peneliti menghubungi subjek melalui telepon dan memberitahu
kapan waktu kedatangan peneliti ke rumah subjek.
BAB. V
14
PENUTUP
A. Kesimpulan.
a. Gaya kepemimpinan transformasional menumbuhkembangkan
kreativitas.
Pada penelitian ini, subjek merupakan pemimpin dalam organisasi
perusahaan konstruksi dan dapat diketahui bahwa kreativitas dalam gaya
kepemimpinan transformasional pada subjek terlihat subjek memiliki dan
mendapatkan rasa hormat dari karyawannya sehingga karyawan percaya kepada
pemimpin mereka sebagai bentuk perilaku karismatik. Subjek memberikan
kepercayaan bagi karyawannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik, subjek mempercayakan sepenuhnya tugas dan tanggung jawab kerja
kepada karyawannya untuk mengetahui potensi yang diyakini bahwa karyawan
tersebut mampu dan mau bekerja lebih baik, memberikan tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan porsi yang diyakini mampu dijalankan dimana sebelum
dimulai suatu pekerjaan diberikan pengarahan serta dengan melihat hasil progress
pekerjaan, memberikan sepenuhnya kepercayaan bagi karyawannya untuk bekerja
dengan potensi, cara dan kreativitas yang dimiliki karyawannya. Subjek
menyampaikan dan memberikan pemahaman bagi karyawannya tentang visi dan
misi perusahaan yang harus sama-sama dipahami. Standar moral yang
ditampilkan berupa komitmen, kepercayaan dan kejujuran yang selalu diterapkan,
menerapkan standar moral religius yang dimana sebagai karyawan yang memiliki
religi yang baik akan memiliki hati yang bersih sehingga dapat dipercaya. Tujuan
dan tugas-tugas yang menantang dibangun oleh subjek agar dapat mendorong
potensi yang dimiliki karyawan. Subjek merasa tidak memahami dapat menjadi
model sehingga menimbulkan ide-ide baru, tetapi dengan gaya kepemimpinan
yang tampilkan diharapkan dapat dicontoh setiap hasil pemikiran kritis yang
dimiliki subjek. Subjek menggunakan gaya kepemimpinan transformasional
karena mereka mendapatkan hasil yang baik dari karyawannya dengan
15
membangun potensi, memberikan contoh perilaku serta pola-pola pikir yang
kritis. Inspirasi bagi subjek yang ditampilkan diharapkan dapat menjadi ide-ide
baru bagi karyawan. Subjek memiliki percaya diri dalam membangun potensi
yang dimiliki karyawan sehingga optimisme yang mereka miliki dapat terus hidup
dengan cara memberikan support dan memberikan penilaian yang lebih baik bagi
karyawan yang berprestasi dalam tugas dan tanggung jawabnya.
b. Faktor-faktor gaya kepemimpinan transformasional
menumbuhkembangkan kreativitas.
Dalam hal ini subjek memiliki karakter personal yang unik sebagai
pemimpin, dimana mereka membangun proses dalam memajukan potensi yang
dimiliki oleh karyawannya dengan memberikan tugas baru dan menantang
sehingga mereka lebih percaya diri, serta memberikan dorongan kepada karyawan
untuk lebih maju dalam pola piker yang kritis dan inovatif meski tidak selalu
menghasilkan produk baru tetapi hasil lain yang juga bermanfaat bagi orang lain.
16
terlaksana dengan baik. Subjek diharapkan mampu memberikan arahan dan
dorongan agar dalam pemberian tugas-tugas baru serta memberikan ide-ide
bagi karyawan dapat dipahami dengan baik.
2. Kepada manajemen organisasi perusahaan, diharapkan, memberikan prosedur
kerja yang mudah dan memberikan support yang lebih baik kepada subjek
dalam memajukan perusahaan, begitu juga bagi karyawan yang memiliki
potensi lebih, diberikan tugas dan tanggung jawab lebih agar membangun
potensi yang dimilikinya serta kemampuan berpikir kritisnya terbentuk
menjadi sebuah ide kreatif bagi kemajuan perusahaan.
3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian selanjutnya masih berada dalam konteks
kreativitas dalam gaya kepemimpinan transformasional, disarankan untuk
lebih memperluas serta memperdalam masalah penelitian dan mendapatkan
data yang lebih baik lagi. Dimana adanya aspek-aspek lain yang dapat
meningkatkan kreativitas dalam gaya kepemimpinan transformasional seperti
peran manajemen dan lembaga pengembangan kreativitas dan gaya
kepemimpinan dalam perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pemimpin-
pemimpin transformasional serta kreatif lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
17