DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8 / KELAS 5 C
ANGGOTA KELOMPOK :
FASILITATOR :
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenaiTerapi
Komplementer dan Manajemen nyeri.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar bahwa sepenuhnya
ada kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa maupun segilainnya. Kami mohon maaf
sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................5
BAB II TINJAUN TEORI....................................................................6
2.1 Definisi Terapi Koplementer dan Manajemen Nyeri........................6
2.2 Jenis – jenis Terapi Komplementer...................................................7
2.3 Klasifikasi Terapi Komplementer.....................................................8
2.4 Tujuan Terapi Komplementer...........................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................26
3.1 Kesimpulan .......................................................................................26
3.2 Saran .................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….….. 29
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Prevalensi nyeri bisa sulit untuk dihitung berdasarkan berbagai variasi subjektif dari rasa
sakit pada individu. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS menunjukkan
bahwa rasa sakit mempengaruhi lebih banyak orang Amerika dari pada gabungan penyakit
jantung, kanker, dan diabetes. Pusat Statistik Kesehatan Nasional memperkirakan bahwa 1
dari setiap 4 orang Amerika memiliki rasa sakit yang bertahan lebih dari 24 jam. Penelitian
menunjukkan 25 juta orang dewasa Amerika menderita sakit setiap hari. Survei Wawancara
Kesehatan Nasional menemukan bahwa setengah dari orang dewasa Amerika (125 juta)
memiliki rasa sakit yang diidentifikasi sebagai muskuloskeletal. Lebih dari 40% dari orang
dewasa menggunakan pendekatan pelengkap dalam mengobati nyeri muskuloskeletal.
Pengeluaran out-of-pocket keseluruhan untuk pendekatan kesehatan pelengkap adalah sekitar
$ 30 miliar per tahun.
Selain terapi secara farmakologi nyeri dapat diatasi dengan penatalaksanaan terapi
farmakologis dan non- farmakologis. Beberapa terapi farmakologi yang digunakan sebagai
manajemen nyeri seperti analgesik sistemik, senyawa analgesik narkotik, agen pembangkit
efek analgesik. Efek samping dari terapi tersebut mual, muntah, pusing. Beberapa dari terapi
non farmakologis yang sering diterapkan antara lain teknik pernafasan, akupuntur,
transcutaneus electric nerve stimulations (TENS), audionalgesia, kompres dengan suhu panas
dingin, pijat dan aromaterapi (Gondo dkk, 2011).
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian banyak negara, hal ini
karena filosofi holistic pada terapi komplementer yang bermakna adanya harmoni dalam diri
dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Meningkatnya kebutuhan masyarakat
dan berkembangnya penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk
berpartisipasi dalam memberikan terapi komplementer. Perawat dapat berperan sebagai
konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan
terapi secara langsung. Pemberian terapi komplementer dalam asuhan keperawatan perlu
dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian berdasarkan (evidance based practice) sehingga
dapat dijadikan terapi tambahan dalam asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Terapi Komplementer dan Manajemen Nyeri ?
2. Bagaimana jenis-jenis terapi komplementer ?
3. Bagaimana klasifikasi terapi komplementer ?
4. Bagaimana Tujuan Terapi Komplementer ?
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami Definisi Terapi Komplementer dan Manajemen Nyeri
2. Mmpu memahami jenis-jenis terapi komplementer
3. Mmpu memahami klasifikasi terapi komplementer
4. Mampu memahami Tujuan Terapi Komplementer
BAB 2
TINAJAUAN PUSTAKA
JURNAL
ABSTRAK
Rasa nyeri merupakan masalah umum yang sering terjadi pada lansia. Survey kesehatan
nasional 2010 menunjukkan pada usia ≥ 55 tahun 40% lansia mengalami nyeri. Keluhan rasa
nyeri yang dirasakan oleh para lansia biasanya bersifat multifaktorial dan terkadang menemui
banyak kendala dalam penatalaksanaanya. Akibat penatalaksanaan yang kurang baik pada
keluhan rasa nyeri yang dialami seseorang akan berdampak pada status kesehatan dan kualitas
hidup lansia tersebut. Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan rasa
depresi, isolasi hubungan social, ketidakmampuan dan dapat pula menyebabkan gangguan tidur.
Nyeri terutama ditangani melalui penggunaan obat-obatan, namun beberapa teknik
nonfarmakologik dapat membantu mengendalikan nyeri: masase, relaksasi dan imajinasi,
stimulasi saraf dengan listrik transkutan, penggunaan kompres panas dan dingin, sentuhan
terapeutik, meditasi, hipnotis dan akupresur, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve stimulation)
dan telah dibuktikan dalam beberapa penelitian bahwa adanya pengaruh yang signifikan
penggunaan metode non farmakologik terhadap penurunan nyeri pada lansia, sehingga dengan
demikian penggunaan metode nonfarmakologik dalam menurunkan nyeri pada lansia sangat
disarankan digunakan dalam menurunkan nyeri pada lansia sangat disarankan digunakan
menunrunkan nyeri pada lansia.
PENDAHULUAN
Nyeri merupakan masalah umum yang terjadi pada pasien yang masuk ke klinik dan
rumah sakit. Kurang dari 1% dari 4000 makalah tentang nyeri yang diterbitkan setiap tahunnya
memfokuskan pada lansia. Terdapat beberapa alasan mengapa nyeri dan kurangnya masalah
penanganan nyeri dapat menjadi masalah bagi lansia (Mickey S dan Patricia GB, 2007). Keluhan
rasa nyeri yang dirasakan oleh para lansia biasanya bersifat multifaktorial dan terkadang
menemui banyak kendala dalam penatalaksanaanya. Akibat penatalaksanaan yang kurang baik
pada keluhan rasa nyeri yang dialami seseorang akan berdampak pada status kesehatan dan
kualitas hidup lansia tersebut. Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan
rasa depresi, isolasi hubungan social, ketidakmampuan dan dapat pula menyebabkan gangguan
tidur (Cavaliery, 2010).Lebih dari 50% kanker di Amerika Serikat terjadi pada orang yang
berusia lebih dari 65 tahun, dan 60 sampai 80% dengan kanker mengalami nyeri sedang sampai
berat. Survey kesehatan nasional 2001 menunjukkan pada usia ≥ 55 tahun 40% lansia mengalami
nyeri (Depkes RI, 2010). Nyeri arthritis terjadi pada lebih dari setengah jumlah seluruh lansia
dengan osteoarthritis yang menyebabkan lebih banyak nyeri kronis daripada kondisi yang lain.
Jenis nyeri lain yang sering terjadi pada lansia adalah sakit kepala, nyeri punggung bagian
bawah, dan nyeri tajam dan menusuk, nyeri neuropatik terbakar (misalnya fantom ekstremitas,
neuropati diabetes, neuralgia pasca herpetic, neuralgia trigeminal, dan kausalgia (Mickey S dan
Patricia GB, 2007). Masalah musculoskeletal merupakan masalah kronis yang paling lazim
terjadi pada lansia dengan sekitar 49% lansia mengalami Bentuk arthritis (Fowles,1990 dalam
Maas,dkk,2011).
Nyeri yang terjadi pada lansia akan memiliki dampak fisiologis seperti peningkatan
respirasi rate, vasokostriksi perifer, peningkatan gula darah, peningkatan kekuatan otot,
penurunan motilitas GI, dilatasi pupil, muka pucat, nafas cepat, pernyataan verbal (menangis,
mendengkur, meringis, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan
gerakan tangan, menurunnya kontak /interaksi social (focus dengan nyeri, menghindari
percakapan). Pada lansia cenderung memendam rasa nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri merupakan hal alamiah yang harus mereka jalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan (Potter dan Perry, 2009).
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif
yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri
itu sendiri (Anas Tamsuri, 2006).Nyeri berdasarkan jenisnya, meliputi secara umum di bagi
menjadi dua :
1) Nyeri akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan
dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot (Hidayat, 2010).
2) Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang timbulnya secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan yang termasuk dalam kategori ini adalah nyeri
terminal,syndroma nyeri kronis, nyeri psikosomatik (Hidayat, 2010).Pengukuran subyektif nyeri
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukur nyeri seperti skala visual analog,
skala nyeri numerik, skala nyeri deskriptif, atau skala nyeri Wong-Bakers (Black & Hawks,
2009).
Penanganan nyeri pada lansia dengan metode non farmakologik telah terbukti dapat membantu
lansia dalam menurunkan nyeri dan efek samping yang ditimbulkan sangat kecil dan tidak
mahal, sehingga penggunaan metode non farmakologik sangat disarankan dalam menurunkan
nyeri pada lansia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam-macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Manajemen nyeri merupakan upaya
menghilangkan atau menurunkan nyeri level yang lebih diterima oleh pasien.
Manajemen nyeri dapat dilakukan secara farmakologis maupun nonfarmakologis.
Manajemen nyeri farmakologis adalah metode yang melibatkan menggunakan obat-
obatan analgesik, dimana dibedakan menjadi 2 jenis yaitu jenis opiod dan non opiod.
Pelaksanaan manajemen nyeri dipengaruhi oleh berbagai hal dan bersifat
kompleks, yang dapat berasal dari faktor pasien, penyedia tenaga kesehatan, ataupun
sisten penyediaa tenaga kesehatan. Pasien dapat mempengaruhi pelaksanaan
manajemen nyeri, seperti ketakutan akan kecanduan, efek samping obat, dan terjadi
toleran pada obat-obatan.
Beberapa terapi dan teknis medis alternative dan komplementer bersifat umum
dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran, dan konsentrasi, sentuhan
ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membantu individu merasa lebih baik dan
beradaptasi dengan kondisi akut.
3.2 Saran
1. Institusi
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi mahasiswa Akademi
Keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa
Semoga dengan makalah ini mahasiswa bisa memahami dan mempelajari lebih dalam
lagi tentang keperawatan menjelang ajal paliatif.
DAFTAR PUSTAKA
https://core.ac.uk/download/pdf/229573719.pdf