1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat,hidayah serta kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak terimakasih kepada dosen yang telah
membimbing serta mengajarkan kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Demikian pula dengan makalah ini tentu masih banyak kekurangan, maka dari
pada itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan membantu
proses pembelajaran bagi para mahasiswa, terutama bagi kami sebagai penyusun.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
1.2 RumusanMasalah..............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................7
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel-sel kanker terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks
tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
5
3) HPV resiko tinggi : HPV 16, 18, dan 31
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama 3 bulan.
Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu kutil yang
berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama
dibagian atas epitel yang hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jaringan ditemukan
pada serviks dimana lesinya hanya sebatas pada vulva, anus dan vagina bagian
posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker servik adalah dengan melakukan
gangguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan mengakibatkan
pembelahan sel menjadi tidak terkontol kearah keganasan. Perubahan sel yang terjadi
dapat dalam bentuk jinak kondiloma (NIS 1 : Neoplasma Intraepitel Serviks) atau
berbentuk prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasive.
Factor resiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan jarak persalinan
pendek, hubungan seksual dini dibawah 17 tahun, multipatner seksual, merokok
pasief dan aktif, status ekonomi rendah. Ko- factor terdiri dari infeksi klamidia
trakomatuis, HSV-2 HIV/AIDS, infeksi kronis dan lainnya.
1. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada geta serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan di dalam serum, efek langsung bahan tersebut pada servik adalah
menurunkan status imun local sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (kurang dari 17 tahun) dan
berganti-ganti pasangan seksual
Berbagai penelitihan menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara lesi
prakanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual pada usia dini, khususnya
sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga ada hubungan denfan belum matangnya
daerah transformasu pada usia tersebut bila sering terekspos, frekuensi hubungan
seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya resiko pada usia, tetapi tidak pada
kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan konsep pria beresiko
tinggi sebagai vector yang dapat menimbulkan infeksi yang berkaitan dengan
penyakit hubungan seksual. Terjadinya perubahan pada sel leher Rahim pada wanita
6
yang sering berganti-ganti pasangan, penyebabnya adalah sering terendamnya sperma
dengan kadar PH yang berbeda-beda sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari
dysplasia menjadi kanker.
3. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
4. Pemakai DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran
5. Pemakai pil KB
Kontrasepsi oral dipakai dalam jangka Panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relative 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian.
6. Infeksi herpes genitalis atau infeksi atau infeksi klamedia menahun
7. Defisiensi gizi
Terjadinya peningkata dysplasia ringan dan sedang yang berhubungan dengan
defisiensi zat gizi seperti beta karoten, vitamin A dan asam folat. Banyak
mengkonsumsi sayuran dan buah yang mengandung bahan-bahan antioksidan seperti
alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, dan tomat berkhasiat
untuk mencegah terjadinya kanker. Dari beberapa penelitian melaporkan defisiensi
terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karoten atau retinol dapat
menimbulkan resiko kanker serviks.
7
2.4. Penatalaksanaan
2.4.1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan oprasi sedangkan stadium lanjut
hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan
yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun
sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa penelitihan menyebutkan
bahwa angka harapan hidup untuk kanter leher Rahim akan menurun dengan
stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker ler Rahim ini juga mendapatkan
sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terjadi atas obat-obatan yang mematikan sel pada siklus
termasuk obat-obatan non spesifik
b. Golongan obat-obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi
termasuk obat fase spesifik
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termasuk obat-obatan siklus spesifik
8
latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan
pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monitor tanda-tanda vital tiap
4 jam. Memberikan posisi semi fowler. Berikan makanan berserat dan cairan
parenteral sampai 300 ml dan memberikan support mental. Perawatan post
pengobatan anatara lain menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis,
emboli pulmonal dan pneumonia), monitor intake dan output cairan.
9
akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat. Berdasarkan
paparan diatas, dukungan sosial yang diberikan kepada penderita kanker serviks dapat
menumbuhkan perasaan percaya diri, disayangi, bersemangat sehingga dapat
mempengaruhi motivasi berobat penderita kanker serviks.
Selain dukungan sosial yang dirasakan sangatlah penting bagi penderita,penderita
yang religiuspun akan senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Maha Pencipta yaitu
Tuhan. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan diharapkan penderita kanker serviks
lebih tentram, berpikiran positif dan ikhlas dalam menghadapi penyakitnya. Untuk lebih
jelasnya mengenai Religiusitas penderita kanker serviks,
Penderita kanker serviks yang memiliki motivasi tinggi atau kuat akan berusaha
bangkit melawan penyakitnya walaupun harapan untuk sembuh itu tipis, sebaiknya jika
motivasi penderita itu rendah maka penderita kanker serviks akan berputus asa dan tidak
mau melawan penyakitnya. Oleh sebab itu, motivasi untuk berobat merupakan sesuatu
yang mendorong dan memperkuat perilaku serta memberikan arahan dengan tujuan agar
penderita dalam menghadapi situasi-situasi yang sulit dapat bertahan hidup karena tanpa
keinginan untuk hidup, tidak ada kemauan bagi penderita untuk meneruskan kehidupan.
Penderita kanker serviks yang religius akan memiliki hubungan baik dengan
Tuhan tidak akan merasa penyakitnya sebagai suatu beban yang berat. Oleh karena itu
Tuhan baginya merupakan penguasa dari nasib dan kematian sehingga dia akan bersikap
lebih pasrah dan tenang dalam menghadapi penyakitnya, juga pemberi kehidupan.
Tetapi dalam hal ini memerlukan kemantapan iman (keyakinan) dalam hati dan
10
pelaksana ajaran agama yang teratur dalam kehidupan sehari hari (Dister, 1993). Namun
jika penderita kanker serviks tidak memiliki hubungan baik dengan Tuhan, maka
cenderung akan menyalahkan Tuhan atas penyakitnya, merasa beban penderitaanya
bertambah dan akan merasakan ketakutan dan kekhawatiran akan kematian. Perasaan
perasaan tersebut akan membuat penderita kanker serviks menjadi sangat takut (fear)
menghadapi penyakitnya.
Motivasi atau semangat hidup merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang
yang menderita penyakit kanker serviks sehingga mengharuskan melakukan berbagai
pengobatan. Motivasi sendiri sebagai bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu yang
dikehendaki, dengan kata lain motivasi merupakan penyemangat yang timbul dari dalam
dirinya sendiri maupun dengan bantuan pihak lain sebagai motivator bagi dirinya
sendiri.
Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah motivasi untuk berobat. Dari
penjabaran tentang motivasi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi adalah
dorongan dasar yang menggerakkan individu untuk bertingkah laku guna mencapai
pemuasan kebutuhan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses melakukan suatu
tindakan yang sesuai dengan keinginannya. Jadi bisa dikatakan bahwa motivasi terjadi
bila individu mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu tindakan
tertentu.
Sedangkan menurut penulis berobat sendiri dapat diartikan sebagai pengaturan
dalam individu untuk melawan penyakitnya atau ketidak seimbangan. Atau dapat juga
dikatakan sebagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam rangka
mencapai status seimbang bagi tubuhnya.
Ketidakseimbangan yang terjadi pada pada penderita kanker serviks adalah
menderita suatu penyakit yang tentunya berdampak bagi kondisi fisik maupun psikisnya.
Beberapa penderita kanker serviks mencoba mengubah kondisi keseimbangan tersebut
dengan memunculkan suatu dorongan yang ada di dalam diri mereka. Salah satunya
adalah dorongan untuk berobat. Diharapkan dengan adanya dorongan untuk berobat
membuat penderita kanker serviks lebih baik dari keadaan sebelumnya dan
11
mempertahankan hidupnya. Dorongan-dorongan tersebut bisa berasal dari dukungan
yang dirasakan penderita saat melakukan pengobatan.
Dorongan untuk berobat ini sangat penting bagi aspek psikologis penderita yang
tentunya akan berpengaruh bagi kondisi fisik penderita. Dorongan-dorongan tersebut
dapat disebabkan oleh faktor yang berada dalam diri (internal) maupun luar diri
(eksternal) para penderita.
Setiap manusia pasti membutuhkan bantuan ataupun peranan orang lain dalam
hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan satu sama
lainnya. Kebutuhan manusia itu banyak macamnya. Mulai dari kebutuhan fisik,
kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikis, itu semua tentu tidak akan mungkin terpenuhi
tanpa bantuan dari orang lain. Jika seseorang sedang menghadapi masalah baik ringan
ataupun berat, keberadaan orang lain disampingnya tentu akan sangat berdampak bagi
orang tersebut. Efek atau peranan positif ini dinamakan dukungan sosial. Misal, ketika
seseorang menderita sakit, keluarga yang datang untuk menjenguknya serta
menemaninya selama proses pengobatan berlangsung merupakan sumber dukungan bagi
dirinya. Dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah
ketentraman hidupnya, seperti : dokter, perawat atau komunitas yang memang fokus dan
perduli terhadap penderita kanker serviks.
Menurut Cohen & Wills (dalam Davidson dkk, 2006) bahwa dukungan sosial
memiliki dua aspek utama, yaitu dukungan sosial struktural dan dukungan sosial
fungsional. Dukungan sosial struktural menyangkut jaringan hubungan sosial yang
dimiliki individu, misalnya status pernikahan dan jumlah teman yang dimiliki.
Dukungan sosial fungsional lebih menekankan pada kualitas hubungan sosial yang
dimiliki. Misal, sejauh mana individu percaya bahwa dirinya memiliki teman-teman
yang akan membantunya pada saat dibutuhkan.
Dalam surah Al Isra’ ayat 82 Allah telah menegaskan bahwa Ia telah menurunkan Al
Qur’an didalamnya ada obat bagi berbagai macam penyakit, yaitu antara lain:
12
ٰ ونُنَ ِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْلم ْؤمن ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد
الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل خَ َسارًا ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (Al Isra’ 82).
Al Qur’an bisa memberi ketenangan dan kekuatan bagi orang yang beriman dalam
menghadapi berbagai bencana dan musibah. Dengan jiwa yang tenang dan penuh
keyakinan akan pertolongan Allah, sel sel tubuh juga akan menjadi kuat dan sigap dalam
menghadang berbagai penyakit yang datang menyerang. Dengan jiwa yang tenang dan
stabil sel tubuh juga menjadi kuat dan tangguh dalam memperbaiki berbagai kerusakan
yang terjadi didalam jaringan tubuh.
Insya Allah dengan menghayati ayat ayat Qur’an yang didengar atau dibaca, jiwa jadi
tenang dan stabil, sehingga seluruh sel tubuh juga akan mampu menghadang dan
mengalahkan berbagai penyakit yang datang menyerang tubuh kita. Dalam hadist,
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Padamkanlah lampu di malam hari apabila
kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana, tutuplah makanan
dan minuman. (H.R Bukhari)”.
Berdasarkan hadist tersebut, Joan Robert, seorang ahli Biologi dalam penelitiannya
mengatakan bahwa manusia memiliki hormon yang disebut melatonin. Produksi hormon
ini akan menurun ketika manusia terpapar cahaya dan meningkat ketika manusia tidur
malam. Hormon ini berfungsi sebagai kekebalan tubuh serta mencegah penyakit kanker.
Artinya, orang yang tidur malam dalam keadaan lampu kamar dipadamkan, maka
produksi melatonin akan lebih maksimal sehingga dapat mencegah kanker payudara.
13
BAB III
Review jurnal
14
Tahun :
2019
Hasil Jurnal :
Didapatkan hasil sebagian besar 30 (51,7 %) responden memiliki motivasi yang negatif
tentang pelaksanaan deteksi dini kanker serviks. Sebagian besar 31 (53,4%) responden
tidak pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks dengan metode pap smear. Dan
hampir seluruhnya 31 (93,5 %) responden yang memiliki motivasi negatif dan sebanyak
29 responden tidak pernah melaksanakan deteksi dini kanker serviks.
15
BAB VI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher Rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terrendah dari Rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturase sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lender pada
saluran servikal yang menuju kedalam Rahim. Dari beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah
pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks
atau bagian terendah dari Rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali, jika sel-sel kanker terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas
maka keadaannya disebut kanker serviks.
16
syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja system urinaria menyebabkan hydroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berlebhan
dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual
pasien dan dapat diambil maslah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker
serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan
dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
4.2. Saran
Perawat harus bisa memahami perasaan pasien dan harus bisa memotivasi pasien tersebut
untuk sembuh dari penyakitnya, kami selaku kelompok memohon maaf jika salah kata dalam
makalah kami.
17
DAFTAR PUSTAKA
18