Oleh :
1. APRILIA MUTIA 195190049
2. BELLA MAULINA 195190015
3. DEWANTY DWI 195190020
4. DHEA TRI A. 195190019
5. ERICHA AJENG 195190003
6. EKA ANISA 195190052
7. MEYDINA 195190007
8. RENI AGGRAINI 195190044
9. ZHENISA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI GIZI
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin yang larut dalam lemak merupakan molekul hidrofobik, yang semuanya
adalah derivat isoprene. Molekul-molekul ini tidak disintesis tubuh dalam jumlah yang
memadai sehingga harus disuplai dari makanan. Pemasokan vitamin- vitamin yang larut
dalam lemak ini memerlukan absorbsi lemak yang normal agar vitamin tersebut dapat
diabsorbsi secara efisien. Gangguan absorbsi lemak yang disebabkan oleh gangguan sistim
empedu akan menyababkan gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah
diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar atau
dalam jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau
protein pengikat spesifik (Spesific Binding Protein), dan karena tidal larut dalam air, maka
ekskresinya lewat empedu, yang dikeluarkan bersama-sama feses.
1. VITAMIN A
Dikenal bentuk-bentuk vitamin A, yaitu bentuk alkohol, dikenal sebagai retinol,
bentuk aldehid disebut retinal, dan berbentuk asam, yaitu asam retinoat. Retinol dan retinal
mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila
berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik. Retinol juga
sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan
yang cocok. Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari tanaman
bisa melindungi vitamin A dalam bahan makanan.
Vitamin K yang terdapat di alam larut dalam lemak dan pelarut lemak, namun
beberapa preparat sintis larut dalam air. 2-Metil-1,4-nafrakuinon, yang disebut juga
menadion, adalah suatu produk sintetis vitamin K, yang bersifat lebih aktif dibanding
vitamin K1. Untuk penyerapan dibutuhkan lemak dan garam empedu. Stabil terhadap
panas dan mudah rusak oleh asam, alkali, sinar dan oksidator.
Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah
diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik,
kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di
hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh
jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K bergabung dengan
VLDL dalam plasma darah. Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme
menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K
diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diewkskresikan melalui
feses. Pada gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 %.
Vitamin K memiliki beberapa fungsi antara lain:
Memelihara kadar normal faktor-faktor pembeku darah, yaitu faktor II, VII, IX, dan
X, yang disintesis di hati
Berperan dalam sintesis faktor II, yaitu protrombin
Sebagai komponen koenzim dalam proses fosforilasi. Enzim karboksilase dengan
melalui proses kimia, mampu mengikat ion kalsium yang mampu membantu proses
pembekuan darah.
Vitamin K digunakan untuk mata lebih bersinar, hal ini banyak ditemukan di krim
mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya bisa membantu mengatasi lingkar
mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan bocor di sekitar daerah mata sering diakui
sebagai penyebab hitamnya daerah di sekitar mata. Vitamin K, yang dikenal juga sebagai
phytonadione, bisa membantu mengontrol aliran darah. Penggunaan vitamin K teratur bisa
membuat bagian lingkar mata yang menghitam terlihat lebih cerah. Biasanya digunakan 2-3
hari seminggu, setiap sebelum tidur untuk mencegah iritasi. Vitamin K juga berperan penting
dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.
Seluruh vitamin K dalam tubuh diproses dalam liver di mana nantinya akan
digunakan untuk memproduksi zat pembuat darah bisa membeku. Selain berperan dalam
pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K 1. Vitamin
K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal dan memastikan
tidak salah sasaran.
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat
meyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang
terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari
makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih
steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu
ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K
saat lahir.
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran
atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri
menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K
disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu.
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain
hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah. Selain
itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler.
Keracunan vitamin K bisa terjadi, misalnya pada orang yang menerima pengganti
vitamin K larut air. Gejala-gejalanya adalah hemolisis (penghancuran sel darah merah),
penyakit kuning dan kerusakan otak. Penyakit kuning sendiri dapat disebabkan oleh tingginya
kadar bilirubin pada tubuh manusia (yang memiliki sel darah merah). Biasanya konsentrasi
bilirubin pada darah melebihi 2-3mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Moore, John T & Langley, R. 2008. Biochemistry for Dummies. Amerika : Wiley Publishing,
Inc.