PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Konservasi sumberdaya hayati perairan adalah kegiatan perlindungan
terhadap sumberdaya hayati perairan agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Kegiatan ini meliputi perlindungan habitat dan organisme-
organisme perairan. Sebagai salah satu sumberdaya hayati perairan, hutan
mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai
fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain
pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat
mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery
ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan serta
sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain
penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri dan penghasil
bibit.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peranan konservasi dan mengkonservasi
sumberdaya ekosistem mangrove sangat penting untuk dilakukan karena
mengingat fungsi dan peranan ekosistem mangrove yang begitu besar terhadap
kehidupan makhluk hidup terutama organisme akuatik yang mendiami ekosistem
mangrove.
Tujuan konservasi ialah (a) melestarikan contoh-contoh perwakilan habitat
dengan tipe-tipe ekosistemnya, (b) melindungi jenis-jenis biota yang terancam
punah, (c) mengelola daerah yang penting bagi pembiakan jenis-jenis biota yang
bernilai ekonomi, (d) memanfaatkan daerah tersebut untuk usaha rekreasi,
pariwisata, pendidikan dan penelitian, (e) sebagai bahan untuk melakukan
pelatihan di bidang pengelolaan sumberdaya alam, (f) sebagai tempat pembanding
bagi kegiatan monitoring tentang akibat manusia terhadap lingkungannya.
1. 2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang ditetapkannya kawasan mangrove Kampung
Bahowo sebagai kawasan konservasi
2. Mengetahui keanekaragaman flora dan fauna pada ekosistem mangrove
Kampung Bahowo
3. Menentukan tipe kawasan konservasi pada ekosistem mangrove Kampung
Bahowo
4. Mengetahui pembagian atau penetapan zonasi pada kawasan konservasi
Kampung Bahowo
5. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam usaha konservasi mangrove
Kampung Bahowo
6. Mengetahui peran serta atau keterlibatan pemerintah dalam melakukan usaha
konservasi mangrove Kampung Bahowo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Hutan Mangrove
2.1.1. Pengertian Hutan Mangrove
Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh
di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai)
yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap kadar garam. Ekosistem
mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan
hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di
dalam suatu habitat mangrove (Kusuma, 2009).
Mangrove merupakan suatu tipe hutan tropik dan subtropik yang khas,
tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari
gempuran ombak dan daerah dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal
di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya
banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara
sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Mangrove sukar tumbuh
di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut kuat,
karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang
diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya (Dahuri, 2003).
Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan
komunitas yang hidup di dalam kawasan lembap dan berlumpur serta dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan
payau, atau hutam bakau. Pengertian mangrove sebagai hutan pantai (pesisir),
baik daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut maupun wilayah daratan
pantai yang dipengaruhi oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian mangrove
sebagai hutan payau atau hutan bakau adalah pohon-pohonan yang tumbuh di
daerah payau pada tanah aluvial atau pertemuan air laut dan air tawar di sekitar
muara sungai. Pada umumnya formasi tanaman didominasi oleh jenis-jenis
tanaman bakau. Oleh karena itu, istilah bakau hanya untuk jenis-jenis tumbuhan
dari genus Rizhopora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala
tumbuhan yang hidup di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi
pasang surut air laut (Harahab, 2010).
2. 3 Kelompok Masyarakat
Menurut Horton (1999) dalam Torang (2012) kelompok adalah sejumlah
orang yang memiliki persamaan ciri-ciri tertentu, sejumlah orang yang memiliki
pola interaksi yang terorganisir dan terjadi secara berulang-ulang, dan setiap
kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi. Suatu kelompok dapat didefinisikan sebagai unit sosial yang terdiri
dari sejumlah individu pada suatu waktu tertentu dengan peranan hubungan
tertentu satu sama lain dan secara eksplisit atau implisit memiliki seperangkat
norma atau nilai yang mengatur perilaku para anggotanya, paling tidak dalam hal
konsekuensi terhadap kelompok. Sedangkan Dahama (1980) dalam Torang
(2012) mengungkapkan bahwa dinamika kelompok meliputi banyak kegiatan
untuk menunjukkan bagaimana kelompok dapat berbuat sebaik mungkin agar
setiap anggota kelompok dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap
kelompoknya.
2. 4 Pengertian Partisipasi
Menurut Wardoyo (1992) partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat baik
dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk
sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok
masyarakat yang lain dalam pembangunan. Soekanto (2009) juga menyatakan
bahwa partisipasi mencakup tiga hal, yaitu:
1. Partisipasi meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
2. Partisipasi adalah suatu konsep perilaku yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Partisipasi juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting
bagi sosial masyarakat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.40
1.20
1.00
0.80
1.27
0.60
0.40
H'
Kerapatan Relatif
3%
4.3.3. Frekuensi
Frekuensi kemunculan dan frekuensi relatif dihitung untuk mengetahui
jumlah plot yang terisi oleh suatu jenis mangrove terhadap jumlah total plot. Nilai
frekuensi kemunculan individu mangrove di Bahowo berkisar antara 0,133-0,667
(Gambar 4). Jenis yang memiliki nilai frekuensi kehadiran tertinggi yakni
Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba yakni 0,667 dengan nilai kemunculan
relative 26,32% dan terendah yaitu Avicennia alba, Bruguiera gymnorrhiza dan
Sonneratia ovata dengan nilai indeks 0,133 dan nilai kemunculan relative 5,26%.
0.700
Frekuensi Kemunculan (F)
0.600
0.500
0.400
0.667 0.600 0.667
0.300
0.200
0.100 0.133 0.133 0.200 0.133
0.000
a iza a ta sa a ta
lb at na lo alb va
iaa r rh icul r o ty a o
no s ati tia
nn aa
p uc ra er ra
iv ce ym r
ra
m h o n e
A ag ph
o
ho
p So So
n
ier z o p h izo
u i
ug Rh izo R
Br Rh
Gambar 4.
4.3.4. Dominansi
Nilai dominansi relatif (Gambar 5) menerangkan bahwa 52 % mangrove di
Bahowo didominasi oleh Sonneratia alba.
Dominansi Relatif
Rhizophora stylosa Avicennia alba Rhizophora apiculata
Sonneratia alba Bruguiera gymnorhiza Rhizophora mucronata
Sonneratia ovata
21% 2% 16%
3%
4%
3%
52%
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00 93.81
82.59
40.00
30.00 46.00
INP
za
a
a
sa
a
lat
at
at
alb
alb
hi
lo
ov
on
icu
ty
rr
ia
tia
cr
as
no
tia
nn
ap
ra
u
m
ra
or
am
ice
ne
ra
gy
ne
ph
o
Av
So
or
ph
So
a
izo
ier
ph
izo
Rh
gu
izo
Rh
u
Rh
Br
Jenis-jenis Spesies
Gambar 6. Indeks NIlai Penting Mangrove Bahowo
4.4. Pembagian Zonasi Kawasan Mangrove Kampung Bahowo
Keanekaragaman vegetasi mangrove setelah dianalisis masuk dalam
kategori sedang, memberikan peluang kepada Bahowo untuk pengembangan
potensi ekowisata bahari. Program Mangrove Park merupakan ide terbaik agar
hutan mangrove di Bohowo dapat diatur sedemikian rupa berdasarkan zonasi
mengingat rendahnya nilai kerapatan dan frekuensi.
Pembagian zonasi mangrove yang dapat dilakukan antara lain :
a) Zona pariwisata ; dimana pengujung dapat diajak berjalan-jalan
menggunakan perahu, menikmati keanekaragaman tumbuhan dan
biota yang berasosiasi dalam hutan mangrove.
b) Zona education ; dimana pengunjung dapat belajar mengidentifikasi
dan sadar akan mangfaat mangrove.
c) Zona rehabilitasi ; karena terdapat bekas tambak di Bahowo yang
sudah tidak produktif lagi dan saat ini menjadi lahan kritis.
d) Zona pemanfaatan ; dimana masyarakat dapat mengembangkan usaha
budidaya kepiting bakau atau pembibitan mangrove.
e) Zona inti ; zona larangan (no take zone) sebagai sumber penopang
hasil laut.
31% 19%
Pengambilan sebagai kayu
bakar
Pembukaan tambak
Pemukiman
19% Penebangan pohon
Tidak tahu
31%