Bahan Tanah Lane Road
Bahan Tanah Lane Road
BAB I
PEKERJAAN TANAH DASAR
Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan
semen dan lain lain.
Ditinjau dari penyiapan tanah dasar, maka lapisan tanah dasar dapat dibuat sebagai
berikut :
Lapisan tanah dasar, yang berasal dari tanah galian.
Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang
kurang baik.
1.2.1. URUGAN
Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya.
Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang
tidak memenuhi syarat.
Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus
lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil
gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.
Untuk dapat mengetahui material urugan secara umum terlebih dahulu harus diketahui
pengelompokan dari setiap jenis tanah. AASTHO dan US Army Corp. telah mengenalkan
pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :
Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.
Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim
Casagrande).
Sebagai pedoman dapat dilihat pada Tabel 1.1. s/d 1.4.
Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari tanah yang
disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.
Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi
sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistim
klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki
CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.
Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 bila
diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai bahan urugan. Nilai aktif
diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan
presentase ukuran lempung (AASHTO T 88).
Urugan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Urugan Pilihan” bila digunakan pada
lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Pengawas.
Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan harus terdiri dari bahan tanah
berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan
harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya. Dalam segala
hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai
dengan AASHTO T 193.
Klasifikasi Umum
Material berbutir Material lanau – lempung
(kurang dari 35 % yang lolos saringan No. 200) (lebih dari 35 % yang lolos sar. No. 200)
No. 10 50 max ……… ……… ………. ……… ………. ………. ………. ………. ………. ……….
. . .
No. 40 30 max 50 max 51 min ………. ……… ………. ………. ………. ………. ………. ……….
.
No. 200 15 max 25 max 10 max 35 max 35 max 35 max 35 max 36 min 36 min 36 min 36 min
Batas cair ……… ……… 40 max 41 min 40 max 41 min 40 max 41 min 40 max 41 min
. .
Indeks Plastisitas 6 max N.P 10 max 10 max 11 min 11 min 10 max 10 max 11 min 11 min
Penggunaan jenis material yang Batuan, kerikil Pasir Kerikil kelanauan atau kelempungan Tanah kelanauan Tanah kelempungan
* Indeks plastisitas dari A-7-5 sub group adalah setara, atau kurang dari LL minus 30
Indeks plastisitas dari A-7-6 sub group lebih besar dari LL minus 30
4
Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan
Kerikil
bersih
dengan sedikit atau tidak ada material halus.
Kerikil 50% lebih
besar dari fraksi
yang tertahan saringan No. 200
bersih
pada saringan
ada kerikil.
Pasir
ada kerikil.
SM Pasir kelanauan, campuran pasir -lanau
halus
Pasir
atau kelanauan.
Lumpur dan
Tanah organik PT Tanah bakaran, rabuk dan segala jenis tanah organik.
Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim
Unified AASHTO
tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi
sistim AASHTO mungkin bisa tidak sistim Unified mungkin bisa tidak
Tabel 1.4. : Petunjuk umum memilih tanah sebagai bahan urugan ( AASHTO )
A-3 Pasir halus dan pasir 1,73 – 1,81 9 – 15 Cukup baik - baik
Sifat Pemadatan dan Pedoman Kepadatan kering Pengembangan Penggunaan sebagai Penggunaan Penggunaan
Kelas maks. (standar sbg sub grade sebagai
Penggunaan alat pemadat (ekspansif) material urugan
AASHTO) pondasi atas
GW Baik : tractor, rubber-tired, steel wheel, 1,97 – 2,12 Hampir tidak Sangat stabil Sangat baik Baik
atau vibratory roller
GP Baik : tractor, rubber-tired, steel wheel, 1,18 – 1,97 Hampir tidak Cukup stabil Sangat baik- Jelek-cukup
atau vibratory roller baik
GM Baik : rubber-tired atau sheepsfoot 1,89 – 2,12 Rendah Cukup stabil Sangat baik- Jelek-cukup
roller ringan baik
GC Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,81 – 2,05 Rendah Cukup stabil Baik Baik- cukup
cukup roller
SW Baik : tractor, rubber-tired, atau 1,73 – 2,05 Hampir tidak Sangat stabil Baik Cukup-jelek
vibratory roller
SP Baik : rubber-tired, atau vibratory roller 1,57 – 1,89 Hampir tidak Cukup stabil saat padat Baik-cukup Jelek
ringan baik
SM Baik : rubber-tired atau sheepsfoot 1,73 – 1,97 Rendah Cukup stabil saat padat Baik-cukup Jelek
roller ringan baik
SC Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,65 – 1,97 Rendah-menengah Cukup stabil Baik-cukup Cukup-jelek
cukup roller baik
ML Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,50 – 1,89 Rendah-menengah Stabilitas jelek diperlukan tingkat Cukup- jelek Tidak cocok
jelek roller kepadatan yg tinggi
CL Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,50 – 1,89 Menengah Stabilitas baik Cukup- jelek Tidak cocok
cukup roller
MH Cukup- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,10 – 1,50 Tinggi Stabilitas jelek,tidak dapat Jelek Tidak cocok
jelek roller dipergunakan
CH Cukup- : sheepsfoot roller 1,26 – 1,65 Sangat tinggi Stabilitascukup,denganmengur Jelek-sangat Tidak cocok
jelek angi sisi lebar jelek
OH Cukup : sheepsfoot roller 1,02 – 1,57 Tinggi Tidak stabil,tidak dapat Sangat jelek Tidak cocok
-jelek digunakan
PT Tidak : Sangat tinggi Tidak dapat dipergunakan Tidak cocok Tidak cocok
cocok
(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb, Richard D. Walker )
Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan
8
Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan
Spesifikasi merupakan salah satu bagian penting dari Dokumen Lelang/ Kontrak atau
bestek yang memuat segala peraturan dan ketentuan tentang bagaimana pekerjaan
harus dikerjakan dan berhasil “akhir”, dikenal juga dengan nama Spesifikasi Umum. Untuk
jenis pekerjaan yang bersifat khusus maka seringkali Spesifikasi Umum masih dilengkapi
dengan Spesifikasi Khusus atau Addendum.
Terdapat 2 jenis Spesifikasi yaitu Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specifications) dan
Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap (Multi Steps Specifications). Spesifikasi Hasil Akhir
secara umum hanya mengatur hasil akhir yang harus dicapai dari suatu pekerjaaan,
misalnya CBR minimum harus > 90%. Sedangkan Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap
mengatur semua hal dan tahap (dari awal sampai akhir). Spesifikasi yang digunakan di
Indonesia, khususnya untuk bidang jalan dan jembatan adalah Spesifikasi Berjenjang
atau Bertahap.
Spesifikasi Berjejang atau Bertahap yang baik harus mempunyai pola 3 – 2 – 5 yaitu
bertahap 3, berlingkup 2 dan berstruktur 5. 3 tahap pengujian yaitu bahan baku, bahan
olahan dan bahan jadi. 2 lingkup yaitu pengendalian dimensi dan pengendalian mutu. 5
struktur yaitu jenis pengujian, metoda pengujian, frekwensi pengujian, persyaratan
(minimum dan/atau maksimum) dan toleransi yang diijinkan.
Pengaturan lingkup dalam Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap adalah :
Lingkup Pekerjaan
Cuaca yang diijinkan untuk bekerja
Bahan
Pelaksanaan
Peralatan
Pengendalian Mutu
Cara Pengukuran Hasil Kerja
Pembayaran
Persyaratan Bahan ditentukan dalam Spesifikasi dalam Seksi “Bahan” dan Seksi
“Pengendalian Mutu”.
Persyaratan Bahan yang dibahas berikut ini adalah Bahan Baku dan Olahan.
1. Timbunan
a. Timbunan Biasa
s/d 30 cm di bawah > 30 cm di bawah
Sifat-sifat subgrade subgrade
b. Timbunan Pilihan
Sifat-sifat bukan rawa daerah rawa
CBR (SNI 03-1744-1989) pada kepadatan ringan > 10% -
100% (SNI 03-1742-1989)
Indeks Plastisitas = Batas Cair – Batas Plastis - < 6%
(SNI 03-1966-1990 & SNI 03-1967-1990)
Koreksi kepadatan (SNI 03-1976-1990) dilakukan jika material tertahan ayakan ¾” > 10%.
Sampai dengan 15 cm di bawah Subgrade, material bekas galian batu tidak boleh
digunakan dan ukuran butir maksimum untuk 15 cm di bawah subgrade adalah < 10 cm.
BAB II
PEKERJAAN TANAH
Setelah pekerjaan survey dan pengukuran selesai sesuai rencana, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-
pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu,
termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:
Pembersihan ringan
Pembersihan berat
A.
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke arah
secara teratur
B.
C.
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir
‘Bulldozer’ bergerak maju membersihkan semak belukar sedikit demi sedikit . Pembantu
operator berjalan disekitar ‘bulldozer’ untuk membantu operator apabila ada sesuatu
yang perlu dihindari. Demikian seterusnya ‘bulldozer’ pindah di sebelah yang belum
tergusur dengan batas akhir gusuran yang tidak sama seperti terlihat pada Gambar 2
tersebut.
Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang
ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah:
1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah
ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum.
2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang
seharusnya.
3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi
Teknik
4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi
Teknik untuk penyelesaian selanjutnya
5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan
dan spesifikasi umum.
2.2. GALIAN
Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai
dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Di samping untuk menyiapkan permukaan tanah dasar badan jalan, galian diperlukan
juga untuk membentuk saluran samping dan penempatan gorong- gorong. Masalah
utama yang sering dihadapi di daerah pemotongan bukit, adalah kemiringan lereng. Di
lapangan kadang-kadang dijumpai keadaan khusus,seperti jenis tanah lunak, keluarnya
air tanah sepanjang lereng dan potongan lereng yang sangat panjang dan terjal. Dengan
demikian diperlukan pengetahuan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila
tidak memungkinkan melakukan penyelidikan tanah yang lengkap, cara berikut ini dapat
dilaksanakan:
Saluran air perlu dibuat untuk mengalirkan air dari talud atau “bench” ke saluran tepi, di
tempat-tempat tertentu, agar kestabilan lereng terjaga.
2.3. TIMBUNAN
Pada pekerjaan timbunan badan jalan, harus diperhatikan beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi pekerjaan, yaitu:
1. Kondisi Tanah Asli yang akan ditimbun
Tanah asli jenis tufa atau jenis lain yang kurang baik mutunya, yang akan
ditimbun untuk badan jalan,digali sampai kedalaman tertentu.
Sebelum pekerjaan timbunan itu dimulai,pada tempat yang selesai dibersihkan,
lubang-lubang yang ada akibat akar-akar pohon, atau alur bekas saluran dan
sebagainya, harus diisi dengan bahan tanah pilihan.
Kemudian lakukanlah upaya perataan pada permukaan tanah tersebut.
Padatkan tanah permukaan yang telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan.
2. Bahan Urugan dan Jenis Tanah Timbunan
Jenis tanah timbunan merupakan bahan urugan yang memerlukan persetujuan dari
Direksi Teknik.
3. Tinggi Timbunan Talud
Pekerjaan penimbunan dikerjakan setelah jalur patok-patok dipasang. Patok
dipasang di lereng , di tikungan, juga pada penampang, pada pekerjaan jembatan,
patok gorong-gorong, dsb. Patok-patok tersebut dikerjakan / dipasang oleh tim
pengukuran.
4. Cara Pemadatan
Bahan yang sudah disetujui dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal
padat tertentu (10-20 cm). Tebal lapisan akhir minimal 10 cm. Perlu diperhatikan
,bahwa lapisan-lapisan tersebut harus mencapai kepadatan tertentu yang harus
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Subgrade atau lapisan tanah dasar merupakan bagian dari konstruksi jalan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.
Untuk menunjukkan besarnya daya dukung subgrade tersebut dipakai CBR (‘California
Bearing Ratio’). Nilai CBR adalah perbandingan antara beban dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari contoh tanah, dengan beban yang dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari batu pecah standar.
Nilai ini dinyatakan dalam persen (%). Pada prinsipnya tes CBR ini dilakukan di
Laboratorium dengan kondisi yang selalu dikontrol.
CBR Lapangan adalah Tes CBR yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan
Beban statis truk yang dimuati penuh dan Tes penetrasi dilakukan pada permukaan
tanah yang akan diukur. Meskipun tes ini cepat, namun hasilnya perlu ada faktor koreksi,
karena Tanah Dasar asli tidak dipadatkan, di samping kadar airnya tidak dapat diatur
sebagaimana Tes CBR di laboratorium
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan harga CBR adalah dengan mengambil
contoh tanah dari suatu kedalaman tertentu, yang umumnya berkisar antara 0,5 – 1,0
meter dan kemudian dilakukan tes labolatorium.
Prosedur ini akan banyak memakan waktu, tenaga trampil dan juga peralatan dalam
keadaan baik. Salah satu cara yang sederhana ( meskipun tidak terlalu tepat) untuk
menentukan harga CBR lapangan, adalah dengan menggunakan alat yang disebut:
‘Dynamic Cone Penetrometer’ (DCP).
Dengan alat tersebut besarnya CBR lapangan dapat diperoleh dalam waktu yang relatif
cepat. Tentang cara pemakaian DCP tersebut akan dipelajari di dalam mata pelajaran
khusus tersendiri, yaitu dalam kursus ‘Teknisi Laboratorium’
Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:
Dengan Pemadatan
Dengan membuat Drainase yang baik
Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan, ialah:
Jadi kadar air tersebut perlu ditetapkan yang dikenal dengan kadar air optimum.
20
Berat isi kering g/cm 3
Dan untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum itu, diadakan
percobaan pemadatan di laboratorium yang dikenal dengan:
‘Standard Proctor Compaction Test’ untuk tanah pada umumnya
‘Modified Proctor Test' untuk tanah yang mengandung bahan granular
3. Alat Pemadat
Pemilihan alat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Untuk kepadatan
yang tinggi, diperlukan tenaga alat pemadat yang lebih besar. Pada pelaksanaan di
lapangan, tenaga pemadatan tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat
dan berat alat pemadat sendiri.
Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:
BAB III
PELAKSANAAN PEMBENTUKAN BADAN JALAN
3.1. GALIAN
2. Penjadwalan Kerja
Luas galian yang dibuka dalam setiap penggalian harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali dalam suatu kondisi yang baik.
Pembuatan saluran / gorong-gorong atau penggalian lainnya yang melintasi jalur
kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar
jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas.
Jika lalu-lintas pada jalan harus dihentikan karena kegiatan pekerjaan, maka
kontraktor sebelumnya harus memperoleh persetujuan atas jadwal rencana
penghentiannya dari instansi terkait.
4. Bangunan Utilitas
Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta
membayar setiap perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan penggalian.
Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan setiap
saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas tanah dan
jaringan pelayanan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan memperbaiki
setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor.
7. Prosedur Pelaksanaan
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas dan harus mencakup
pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk
tanah, padas, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
material dibawah dan diluar batas galian.
Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Pengawas, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara
atau penggaru hidraulis dan tidak membahayakan manusia atau struktur
konstruksi.
Penggalian batuan/padas harus dilaksanakan sedemikian sehingga tepi dan galian
harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata rnungkin. Batuan/padas yang
lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap
pekerjaan atau orang harus dibuang.
3.2. URUGAN
1. Penjadwalan Kerja
Bagian timbunan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi setengah
lebar jalan sehingga jalan selalu terbuka untuk lalu-lintas.
4. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan atau bila kadar air bahan timbunan berada di luar batas yang ditentukan.
b. Penempatan timbunan
Timbunan harus disebarkan merata sedemikian sehingga bila telah
dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan. Bila akan
ditempatkan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus sedapat
mungkin sama tebalnya.
c. Pemadatan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan setiap lapisan
harus dipadatkan.
Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 % dari
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T 99.
Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Pengawas sebelum
lapis berikutnya dipasang.
Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu-lintas alat konstruksi harus
dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk
menyebarkan usaha pemadatan dari lalu-lintas tersebut.
Timbunan pada lokasi yang tidak dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang
biasa, harus dipadatkan, dapat menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) atau alat pemadat lain yang disetujui.