Anda di halaman 1dari 24

Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

BAB I
PEKERJAAN TANAH DASAR

1.1 LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE)


Perkerasan jalan lentur (hotmix) berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
Di dalam pelaksanaannya, beban lalu-lintas diterima oleh perkerasan lentur, pertama
oleh lapisan permukaan/ penutup (surface course), selanjutnya disebarkan ke lapisan
dibawahnya yaitu lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi bawah (subbase
course) dan lapisan tanah dasar (sub grade)

Lapisan Permukaan (AC)


Lapisan Pondasi Atas (Macadam, CTB, ATB)
Lapisan Pondasi Bawah (Sirtu)

Tanah Dasar

Gambar 1. Lapisan Perkerasan Jalan Lentur.

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan
semen dan lain lain.
Ditinjau dari penyiapan tanah dasar, maka lapisan tanah dasar dapat dibuat sebagai
berikut :
 Lapisan tanah dasar, yang berasal dari tanah galian.
 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 1


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang
kurang baik.

1.2. JENIS DAN SIFAT TANAH

1.2.1. URUGAN

Urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :

 Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya.
Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang
tidak memenuhi syarat.

 Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus
lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil
gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.
Untuk dapat mengetahui material urugan secara umum terlebih dahulu harus diketahui
pengelompokan dari setiap jenis tanah. AASTHO dan US Army Corp. telah mengenalkan
pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :
 Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.
 Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim
Casagrande).
Sebagai pedoman dapat dilihat pada Tabel 1.1. s/d 1.4.

1.2.2. URUGAN BIASA

Bahan urugan biasa harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

 Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari tanah yang
disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.

 Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi
sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistim

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 2


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki
CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.

 Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 bila
diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai bahan urugan. Nilai aktif
diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan
presentase ukuran lempung (AASHTO T 88).

1.2.3. URUGAN PILIHAN

Bahan urugan pilihan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

 Urugan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Urugan Pilihan” bila digunakan pada
lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Pengawas.

 Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan harus terdiri dari bahan tanah
berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan
harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya. Dalam segala
hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai
dengan AASHTO T 193.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 3


Tabel 1.1.: Klasifikasi Tanah Menurut Sistim AASTHO

Klasifikasi Umum
Material berbutir Material lanau – lempung
(kurang dari 35 % yang lolos saringan No. 200) (lebih dari 35 % yang lolos sar. No. 200)

A–1 A-2 A-7


Grup Klasifikasi A-3 A-4 A-5 A-6
A-7-5,
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
A-7-6

Analisa saringan,lolos (%)

No. 10 50 max ……… ……… ………. ……… ………. ………. ………. ………. ………. ……….
. . .
No. 40 30 max 50 max 51 min ………. ……… ………. ………. ………. ………. ………. ……….
.
No. 200 15 max 25 max 10 max 35 max 35 max 35 max 35 max 36 min 36 min 36 min 36 min

Sifat-sifat fraksi lolos sar No.400

Batas cair ……… ……… 40 max 41 min 40 max 41 min 40 max 41 min 40 max 41 min
. .
Indeks Plastisitas 6 max N.P 10 max 10 max 11 min 11 min 10 max 10 max 11 min 11 min

Penggunaan jenis material yang Batuan, kerikil Pasir Kerikil kelanauan atau kelempungan Tanah kelanauan Tanah kelempungan

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan


sesuai dan pasir halus dan pasir

Tingkat Penilaian sebagai tanah


Sangat bagus - bagus Cukup bagus - jelek
dasar

* Indeks plastisitas dari A-7-5 sub group adalah setara, atau kurang dari LL minus 30
Indeks plastisitas dari A-7-6 sub group lebih besar dari LL minus 30

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb, Richard D. Walker)


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

4
Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

Tabel 1.2 : Klasifikasi Tanah Menurut Sistim Unified

Uraian Kode Keterangan

Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil dan pasir,


Tanah berbutir kasar lebih besar dari 50 %

pada saringan No. 4


kasar yang tertahan
GW

Kerikil
bersih
dengan sedikit atau tidak ada material halus.
Kerikil 50% lebih
besar dari fraksi
yang tertahan saringan No. 200

Kerikil bergradasi jelek dan campuran kerikil dan


GP pasir,dengan sedikit atau tidak ada material halus
GM Kerikil kelanauan, kerikil, campuran kerikil-pasir dan lanau
Kerikil
halus
GC Kerikil kelempungan, campuran kerikil-pasir dan lempung

SW Pasir bergradasi baik dan pasir dengan sedikit atau tidak


Pasir lebih besar

kasar yang lolos


dari 50 % fraksi

bersih
pada saringan

ada kerikil.
Pasir

SP Pasir bergradasi jelek dan pasir dengan sedikit atau tidak


No.4

ada kerikil.
SM Pasir kelanauan, campuran pasir -lanau
halus
Pasir

SC Pasir kelempungan, campuran pasir – lempung.


ML Lanau, pasir halus, batu rapuh, pasir halus kelempungan
lempung batas cair
Tanah berbutir halus Lolos saringan

kurang dari 50%

atau kelanauan.
Lumpur dan

CL Lempung, dengan plastisitas dari rendah s/d sedang,


No. 200 lebih dari 50 %

lempung kerikil, lempung kepasiran, lempung kelanauan,


kelempungan
OL Lanau organik dan Lempung kelanauan organik dengan
plastisitas rendah.
MH Lempung, pasir halus mengandung mica atau lanau,
lanau elastis.
Lumpur

CH Lempung dengan tingkat plastisitas tinggi, lempung


OH Lempung organik dengan tingkat plastisitas dari sedang
s/d tinggi

Tanah organik PT Tanah bakaran, rabuk dan segala jenis tanah organik.

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 5


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

Tabel 1.3. : Perbandingan Sistim Penggolongan Tanah Menurut AASHTO


Dan Unified

Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim
Unified AASHTO
tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi
sistim AASHTO mungkin bisa tidak sistim Unified mungkin bisa tidak

A-1-a GW, GP SW, SP GM, SM GW A-1-a …… A-2-4, A-2-5,


A-2-6, A-2-7

A-1-b SW, SP, GP …… GP A-1-a A-1-b A-3, A-2-4,


GM, SM A-2-5, A-2-6,

A-3 SP …… SW, GP A-2-7

A-2-4 GM, SM GC, GW, GP GM A-1-b, A-2-4 A-2-6 A-3, A-2-4


SC SW, GP A-2-5, A-2-7 A-2-5, A-2-6
A-2-7

A-2-5 GM, SM …… GW, GP, GC A-2-6, A-2-7 A-2-4 A-4, A-7-6,


SW, GP A-6 A-7-5

A-2-6 GC, SC GM, GW, GP SW A-1-b A-1-a A-3, A-2-4


SM SW, GP A-2-5, A-2-6

A-2-7 GM, GC …… GW, GP A-2-7


SM, SC SW, GP

SP A-3, A-1-b A-1-a A-2-4, A-2-5,

A-4 ML, OL CL, SM, SC GM, GC A-2-6, A-2-7

SM A-1-b, A-2-4 A-2-6, A-4 A-6, A-7-5

A-5 OH, MH, …… SM, GM A-2-5, A-2-7 A-5 A-7-6, A-1-a


ML, OL

SC A-2-6, A-2-7 A-2-4, A-6 A-7-5

A-6 CL ML, OL, GC, GM, A-2-5, A-2-7 A-4, A-7-6


SC SM, GM

ML A-4, A-5 A-6 A-7-5

A-7-5 OH, MH ML, OL, GM, SM,


CH GC, SC CL A-6, A-7-6 A-4

A-7-6 CH, CL ML, OL, OH, MH OL A-4, A-5 A-6


SC GC, GM, A-7-5
SM A-7-6

MH A-7-5, A-5 …… A-7-5


CH A-7-6 A-7-5
OH A-7-5, A-5 …… A-7-6
PT …… ……

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 6


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

Tabel 1.4. : Petunjuk umum memilih tanah sebagai bahan urugan ( AASHTO )

Klasifikasi Uraian secara Kepadatan Maximum Penggunaan


menurut HRB visual kering maximum % kadar air sebagai urugan

A-1-a Material berbutir 1,81 – 2,24 7 – 15 Baik – sangat baik


A-1-b

A-2-4 Material berbutir 1,73 – 2,12 9 – 18 Cukup baik – sangat baik


A-2-5 dengan tanah
A-2-6
A-2-7

A-3 Pasir halus dan pasir 1,73 – 1,81 9 – 15 Cukup baik - baik

A-4 Lanau kepasiran dan 1,50 – 2,05 10 – 20 Jelek - baik


lanau

A-5 Lanau elastis - 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan


Dan lempung

A-6 Lanau - lempung 1,50 – 1,89 10 – 30 Jelek – cukup baik

A-7-5 Lempung 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan


Kelanauan elastis

A-7-6 Lempung 1,42 – 1,81 15 – 30 Jelek – cukup baik

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 7


Tabel 1.5. : Sifat Tingkat Kepadatan Tanah Dan Penilaian, Klasifikasi Tanah Untuk Konstruksi

Sifat Pemadatan dan Pedoman Kepadatan kering Pengembangan Penggunaan sebagai Penggunaan Penggunaan
Kelas maks. (standar sbg sub grade sebagai
Penggunaan alat pemadat (ekspansif) material urugan
AASHTO) pondasi atas

GW Baik : tractor, rubber-tired, steel wheel, 1,97 – 2,12 Hampir tidak Sangat stabil Sangat baik Baik
atau vibratory roller
GP Baik : tractor, rubber-tired, steel wheel, 1,18 – 1,97 Hampir tidak Cukup stabil Sangat baik- Jelek-cukup
atau vibratory roller baik
GM Baik : rubber-tired atau sheepsfoot 1,89 – 2,12 Rendah Cukup stabil Sangat baik- Jelek-cukup
roller ringan baik
GC Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,81 – 2,05 Rendah Cukup stabil Baik Baik- cukup
cukup roller
SW Baik : tractor, rubber-tired, atau 1,73 – 2,05 Hampir tidak Sangat stabil Baik Cukup-jelek
vibratory roller
SP Baik : rubber-tired, atau vibratory roller 1,57 – 1,89 Hampir tidak Cukup stabil saat padat Baik-cukup Jelek
ringan baik
SM Baik : rubber-tired atau sheepsfoot 1,73 – 1,97 Rendah Cukup stabil saat padat Baik-cukup Jelek
roller ringan baik
SC Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,65 – 1,97 Rendah-menengah Cukup stabil Baik-cukup Cukup-jelek
cukup roller baik
ML Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,50 – 1,89 Rendah-menengah Stabilitas jelek diperlukan tingkat Cukup- jelek Tidak cocok
jelek roller kepadatan yg tinggi

CL Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,50 – 1,89 Menengah Stabilitas baik Cukup- jelek Tidak cocok
cukup roller

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan


OL Cukup- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,26 – 1,57 Menengah-tinggi Tidak stabil,tidak dapat Jelek Tidak cocok
jelek roller dipergunakan

MH Cukup- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,10 – 1,50 Tinggi Stabilitas jelek,tidak dapat Jelek Tidak cocok
jelek roller dipergunakan

CH Cukup- : sheepsfoot roller 1,26 – 1,65 Sangat tinggi Stabilitascukup,denganmengur Jelek-sangat Tidak cocok
jelek angi sisi lebar jelek

OH Cukup : sheepsfoot roller 1,02 – 1,57 Tinggi Tidak stabil,tidak dapat Sangat jelek Tidak cocok
-jelek digunakan

PT Tidak : Sangat tinggi Tidak dapat dipergunakan Tidak cocok Tidak cocok
cocok
(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb, Richard D. Walker )
Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

8
Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

1.3. SPESIFIKASI LAPISAN TANAH DASAR

Spesifikasi merupakan salah satu bagian penting dari Dokumen Lelang/ Kontrak atau
bestek yang memuat segala peraturan dan ketentuan tentang bagaimana pekerjaan
harus dikerjakan dan berhasil “akhir”, dikenal juga dengan nama Spesifikasi Umum. Untuk
jenis pekerjaan yang bersifat khusus maka seringkali Spesifikasi Umum masih dilengkapi
dengan Spesifikasi Khusus atau Addendum.
Terdapat 2 jenis Spesifikasi yaitu Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specifications) dan
Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap (Multi Steps Specifications). Spesifikasi Hasil Akhir
secara umum hanya mengatur hasil akhir yang harus dicapai dari suatu pekerjaaan,
misalnya CBR minimum harus > 90%. Sedangkan Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap
mengatur semua hal dan tahap (dari awal sampai akhir). Spesifikasi yang digunakan di
Indonesia, khususnya untuk bidang jalan dan jembatan adalah Spesifikasi Berjenjang
atau Bertahap.
Spesifikasi Berjejang atau Bertahap yang baik harus mempunyai pola 3 – 2 – 5 yaitu
bertahap 3, berlingkup 2 dan berstruktur 5. 3 tahap pengujian yaitu bahan baku, bahan
olahan dan bahan jadi. 2 lingkup yaitu pengendalian dimensi dan pengendalian mutu. 5
struktur yaitu jenis pengujian, metoda pengujian, frekwensi pengujian, persyaratan
(minimum dan/atau maksimum) dan toleransi yang diijinkan.
Pengaturan lingkup dalam Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap adalah :
 Lingkup Pekerjaan
 Cuaca yang diijinkan untuk bekerja
 Bahan
 Pelaksanaan
 Peralatan
 Pengendalian Mutu
 Cara Pengukuran Hasil Kerja
 Pembayaran
Persyaratan Bahan ditentukan dalam Spesifikasi dalam Seksi “Bahan” dan Seksi
“Pengendalian Mutu”.
Persyaratan Bahan yang dibahas berikut ini adalah Bahan Baku dan Olahan.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 9


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

1. Timbunan

a. Timbunan Biasa
s/d 30 cm di bawah > 30 cm di bawah
Sifat-sifat subgrade subgrade

Klasifikasi Tanah Bukan A-7-6 atau CH -


CBR (SNI 03-1744-1989) pada kepadatan ringan > 6% -
100% (SNI 03-1742-1989)
Nilai Keaktifan = < 1,25 < 1,25
Indeks Plastisitas / % lolos No.200
Kepadatan (SNI 03-2828-1992) > 100% > 95%

b. Timbunan Pilihan
Sifat-sifat bukan rawa daerah rawa
CBR (SNI 03-1744-1989) pada kepadatan ringan > 10% -
100% (SNI 03-1742-1989)
Indeks Plastisitas = Batas Cair – Batas Plastis - < 6%
(SNI 03-1966-1990 & SNI 03-1967-1990)

Koreksi kepadatan (SNI 03-1976-1990) dilakukan jika material tertahan ayakan ¾” > 10%.
Sampai dengan 15 cm di bawah Subgrade, material bekas galian batu tidak boleh
digunakan dan ukuran butir maksimum untuk 15 cm di bawah subgrade adalah < 10 cm.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 10


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

BAB II
PEKERJAAN TANAH

2.1. PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN (CLEARING AND GRUBBING)

Setelah pekerjaan survey dan pengukuran selesai sesuai rencana, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-
pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu,
termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:
 Pembersihan ringan
 Pembersihan berat

Pembersihan ringan, adalah pekerjaan pembersihan yang dilakukan terhadap semak


belukar, pohon-pohon, tanaman lain, sampah, dan bahan-bahan lain, termasuk
pengupasan / pembuangan lapisan tanah atas (‘top soil’).
Pembersihan berat , adalah pekerjaan pembersihan / pembongkaran tunggul-tunggul
pohon, batu-batu besar dengan ukuran kurang dari 0,5 m3 dan sisa-sisa bangunan
dengan ukuran kurang dari 1 m3, pembongkaran rintangan-rintangan, pengupasan jalan
lama dan sebagainya. Untuk batu-batu besar ukuran lebih besar dari 0.5 m3 dan sisa
bangunan lebih besar dari 1 m3, dimasukkan sebagai pekerjaan galian batu.

2.1.1. PEMBERSIHAN RINGAN

1. Pembersihan Semak Belukar


Semak dan belukar dibabat / ditebang dengan tenaga manusia atau dengan
‘bulldozer’. Penebangan / pembabatan dengan ‘bulldozer’ lebih menguntungkan
jika semak dan belukarnya lebat dan banyak pohon-pohon kecil. Semak yang
telah ditebang kemudian dikumpulkan / ditumpuk dan kemudian dibakar
(umumnya).
Penumpukan semak belukar yang telah ditebang yang dilakukan dengan
‘bulldozer’, dapat dilakukan dengan salah satu pola di bawah ini:

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 11


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

A.
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke arah
secara teratur

B.

C.

Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir

Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir

Gambar 2.1.: Pola Pengumpulan Semak Belukar setelah ditebang.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 12


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

2. Pembesihan Semak Belukar Lebat Dengan ‘Bulldozer’


Pembersihan semak belukar lebat ini dapat dilakukan dengan urutan sebagai
berikut:

Gambar 2.2.: Urutan Pembersihan Semak Lebat Dengan ‘Bulldozer’

‘Bulldozer’ bergerak maju membersihkan semak belukar sedikit demi sedikit . Pembantu
operator berjalan disekitar ‘bulldozer’ untuk membantu operator apabila ada sesuatu
yang perlu dihindari. Demikian seterusnya ‘bulldozer’ pindah di sebelah yang belum
tergusur dengan batas akhir gusuran yang tidak sama seperti terlihat pada Gambar 2
tersebut.
Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang
ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah:
1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah
ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum.
2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang
seharusnya.
3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi
Teknik
4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi
Teknik untuk penyelesaian selanjutnya
5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan
dan spesifikasi umum.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 13


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan persetujuan


Direksi Teknik

2.2. GALIAN

Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai
dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Di samping untuk menyiapkan permukaan tanah dasar badan jalan, galian diperlukan
juga untuk membentuk saluran samping dan penempatan gorong- gorong. Masalah
utama yang sering dihadapi di daerah pemotongan bukit, adalah kemiringan lereng. Di
lapangan kadang-kadang dijumpai keadaan khusus,seperti jenis tanah lunak, keluarnya
air tanah sepanjang lereng dan potongan lereng yang sangat panjang dan terjal. Dengan
demikian diperlukan pengetahuan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila
tidak memungkinkan melakukan penyelidikan tanah yang lengkap, cara berikut ini dapat
dilaksanakan:

1. Tinggi Potongan kurang dari 5,0 Meter


Kemiringan lereng yang dapat diterima untuk semua keadaan normal,adalah 2
(tegak ): 1 (mendatar).
Bila terdapat hal khusus seperti di atas, maka pemilihan kemiringan lereng lebih
landai perlu dipertimbangkan.

2. Tinggi Potongan lebih dari 5,0 Meter


Pada setiap ketiggian 5,0 meter perlu dibuat bagian yang datar selebar I,0 meter.
Pada bagian yang datar itu harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga miring ke
bagian dalam, agar dapat menampung air dan mengalirkannya sepanjang bagian
datar searah dengan jalan tersebut.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 14


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

Berasal dari air


hujan

Gambar 2.3.: Potongan Melintang Yang Tipikal

Saluran air perlu dibuat untuk mengalirkan air dari talud atau “bench” ke saluran tepi, di
tempat-tempat tertentu, agar kestabilan lereng terjaga.

2.3. TIMBUNAN

Pada pekerjaan timbunan badan jalan, harus diperhatikan beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi pekerjaan, yaitu:
1. Kondisi Tanah Asli yang akan ditimbun
 Tanah asli jenis tufa atau jenis lain yang kurang baik mutunya, yang akan
ditimbun untuk badan jalan,digali sampai kedalaman tertentu.
 Sebelum pekerjaan timbunan itu dimulai,pada tempat yang selesai dibersihkan,
lubang-lubang yang ada akibat akar-akar pohon, atau alur bekas saluran dan
sebagainya, harus diisi dengan bahan tanah pilihan.
 Kemudian lakukanlah upaya perataan pada permukaan tanah tersebut.
 Padatkan tanah permukaan yang telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan.
2. Bahan Urugan dan Jenis Tanah Timbunan
Jenis tanah timbunan merupakan bahan urugan yang memerlukan persetujuan dari
Direksi Teknik.
3. Tinggi Timbunan Talud
Pekerjaan penimbunan dikerjakan setelah jalur patok-patok dipasang. Patok
dipasang di lereng , di tikungan, juga pada penampang, pada pekerjaan jembatan,
patok gorong-gorong, dsb. Patok-patok tersebut dikerjakan / dipasang oleh tim
pengukuran.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 15


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

4. Cara Pemadatan
Bahan yang sudah disetujui dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal
padat tertentu (10-20 cm). Tebal lapisan akhir minimal 10 cm. Perlu diperhatikan
,bahwa lapisan-lapisan tersebut harus mencapai kepadatan tertentu yang harus
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium.

2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION)

Subgrade atau lapisan tanah dasar merupakan bagian dari konstruksi jalan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.
Untuk menunjukkan besarnya daya dukung subgrade tersebut dipakai CBR (‘California
Bearing Ratio’). Nilai CBR adalah perbandingan antara beban dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari contoh tanah, dengan beban yang dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari batu pecah standar.
Nilai ini dinyatakan dalam persen (%). Pada prinsipnya tes CBR ini dilakukan di
Laboratorium dengan kondisi yang selalu dikontrol.
CBR Lapangan adalah Tes CBR yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan
Beban statis truk yang dimuati penuh dan Tes penetrasi dilakukan pada permukaan
tanah yang akan diukur. Meskipun tes ini cepat, namun hasilnya perlu ada faktor koreksi,
karena Tanah Dasar asli tidak dipadatkan, di samping kadar airnya tidak dapat diatur
sebagaimana Tes CBR di laboratorium
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan harga CBR adalah dengan mengambil
contoh tanah dari suatu kedalaman tertentu, yang umumnya berkisar antara 0,5 – 1,0
meter dan kemudian dilakukan tes labolatorium.
Prosedur ini akan banyak memakan waktu, tenaga trampil dan juga peralatan dalam
keadaan baik. Salah satu cara yang sederhana ( meskipun tidak terlalu tepat) untuk
menentukan harga CBR lapangan, adalah dengan menggunakan alat yang disebut:
‘Dynamic Cone Penetrometer’ (DCP).
Dengan alat tersebut besarnya CBR lapangan dapat diperoleh dalam waktu yang relatif
cepat. Tentang cara pemakaian DCP tersebut akan dipelajari di dalam mata pelajaran
khusus tersendiri, yaitu dalam kursus ‘Teknisi Laboratorium’
Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:
 Dengan Pemadatan
 Dengan membuat Drainase yang baik
Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan, ialah:

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 16


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

1. Tebal Lapis yang dipadatkan


Makin tebal suatu lapisan, maka untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu,
diperlukan alat pemadat yang semakin berat. Untuk tanah lempung, tebal lapisan
15 cm, sedang untuk pasir dapat mencapai 40 cm

2. Kadar Air Tanah


Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan. Jika kadar air
dinaikkan dengan menambah air , air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara
butiran tanah sehingga mudah dipadatkan , tetapi bila kadar air terlalu tinggi,
kepadatannya akan menurun.

Jadi kadar air tersebut perlu ditetapkan yang dikenal dengan kadar air optimum.

Berat isi kering maximum


21

20
Berat isi kering g/cm 3

Berat Jenis Maximum


19
18
17 PASIR Kurva kepadatan pori-pori
16 LANAU hampa udara
15 Kadar air optimum
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Persen Kadar Air
GAMBAR 2.4.: LENGKUNG KEPADATAN LABORATORIUM UNTUK LANAU DAN
PASIR
Gambar 2.4. memberi ilustrasi grafis hubungan Kadar Air Kepadatan terhadap jenis
tanah yang dipadatkan dengan Pengujian Proctor standar. Terlihat pula nilai Kadar Air
Optimum yang perlu diupayakan untuk diterapkan di lapangan.

Dan untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum itu, diadakan
percobaan pemadatan di laboratorium yang dikenal dengan:
 ‘Standard Proctor Compaction Test’ untuk tanah pada umumnya
 ‘Modified Proctor Test' untuk tanah yang mengandung bahan granular

3. Alat Pemadat
Pemilihan alat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Untuk kepadatan
yang tinggi, diperlukan tenaga alat pemadat yang lebih besar. Pada pelaksanaan di
lapangan, tenaga pemadatan tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat
dan berat alat pemadat sendiri.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 17


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macam jenisnya.


Untuk itu, pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan
dipadatkan, agar tujuan pemadatan dapat tercapai.

Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:

 ‘Sheep Foot Roller’ (Penggilas Jenis Kaki Kambing)


Prinsip Sheep Foot Roller ini, adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya
dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga
kaki-kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan pemadatan dari bawah.
‘Sheep Foot Roller’ ini baik digunakan untuk tanah berpasir yang sedikit
mengandung lempung dan juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Untuk
tebal lapisan antara 15 – 25 cm, ‘roller ‘ ini masih berhasil guna.

 Penggilas dengan Getaran (‘Vibration Roller’)


Alat pemadat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Efek yang diakibatkan ‘vibration roller’, adalah gaya dinamis terhadap
tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang
terdapat di antara butir-butirnya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi
padat dan dengan susunan yang lebih kompak.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 18


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

BAB III
PELAKSANAAN PEMBENTUKAN BADAN JALAN

3.1. GALIAN

Pekerjaan galian mencakup penggalian, penanganan pembuangan material galian untuk


pembentukan badan jalan. Pekerjaan ini juga termasuk penggalian badan jalan eksisting
untuk keperluan penggantian material tanah jelek.
Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :
 Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih dari seluruh
padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat
dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton
dan tenaga kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.
 Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
padas.

1. Keamanan Pekerjaan Penggalian


 Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh untuk menjamin keselamatan tenaga
kerja yang melaksanakan pekerjaan penggalian dan masyarakat umum.
 Selama pekerjaan penggalian, harus dipertahankan sepanjang waktu lereng
galian sementara yang mantap.
 Cofferdam, tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari penggalian dari air
harus direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan
terjadi runtuhan secara tiba-tiba yang akan mengakibatkan pekerjaan dibanjiri,
digenangi dengan cepat.
 Bahan peledak (jika diperlukan) untuk penggalian batuan harus disimpan dalam
suatu penyimpanan yang aman, jauh dari daerah perkotaan, disuatu lokasi dan
dengan suatu cara yang disetujui oleh instansi terkait.
 Semua penggalian terbuka harus diberi penghalang/pengaman secukupnya
untuk mencegah para pekerja tidak jatuh kedalamnya, dan setiap penggalian
terbuka di daerah jalur kendaraan atau bahu jalan harus diberi tanda tambahan
pada malam hari dengan drum-drum yang dicat putih-hitam dan lampu merah
atau kuning.
 Teknik pengaturan dan pengendalian lalu-lintas harus diterapkan bagi semua
pekerjaan penggalian daerah milik jalan.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 19


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

2. Penjadwalan Kerja
 Luas galian yang dibuka dalam setiap penggalian harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali dalam suatu kondisi yang baik.
 Pembuatan saluran / gorong-gorong atau penggalian lainnya yang melintasi jalur
kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar
jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas.
 Jika lalu-lintas pada jalan harus dihentikan karena kegiatan pekerjaan, maka
kontraktor sebelumnya harus memperoleh persetujuan atas jadwal rencana
penghentiannya dari instansi terkait.

3. Kondisi Lokasi Pekerjaan


Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air, dan kontraktor harus menjamin
tidak ada gangguan terhadap kelangsungan prosedur pengeringan.

4. Bangunan Utilitas
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta
membayar setiap perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan penggalian.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan setiap
saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas tanah dan
jaringan pelayanan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan memperbaiki
setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor.

5. Penggunaan Dan Pembuangan Bahan-Bahan Galian


 Semua bahan-bahan yang layak yang digali, sejauh dimungkinkan digunakan
untuk pembentukan timbunan atau urugan kembali.
 Bahan-bahan galian yang banyak mengandung tanah organik, tanah gambut,
akar-akar, tanah kompresibel, digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat
digunakan untuk timbunan, sehingga harus dibuang.
 Setiap bahan-bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan harus dibuang
keluar dari daerah pekerjaan.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk
pembuangan bahan-bahan kelebihan atau yang tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik atau penghuni tanah dimana
pembuangan itu dilaksanakan.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 20


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

6. Pemulihan Lokasi Dan Pembongkaran Pekerjaan Sementara


 Semua struktur sementara harus dibongkar kembali oleh kontraktor setelah
selesainya struktur permanen.
 Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam saluran air, harus segera
disisihkan dan dibuang.
 Semua lubang sumber bahan galian tambahan, quarry atau tempat pembuangan
yang digunakan oleh kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dan
teratur.

7. Prosedur Pelaksanaan
 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas dan harus mencakup
pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk
tanah, padas, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.
 Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
material dibawah dan diluar batas galian.
 Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Pengawas, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara
atau penggaru hidraulis dan tidak membahayakan manusia atau struktur
konstruksi.
 Penggalian batuan/padas harus dilaksanakan sedemikian sehingga tepi dan galian
harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata rnungkin. Batuan/padas yang
lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap
pekerjaan atau orang harus dibuang.

3.2. URUGAN

Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan


dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan.

1. Penjadwalan Kerja
Bagian timbunan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi setengah
lebar jalan sehingga jalan selalu terbuka untuk lalu-lintas.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 21


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

2. Kondisi Lokasi Pekerjaan


 Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu dalam keadaan kering
sebelum dan selama pekerjaan penempatan dan pemadatan.
 Menjamin adanya persediaan air yang cukup di lapangan untuk pengendalian
pemadatan.

3. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir oleh karena pengujian kepadatan atau lainnya
harus ditimbun kembali oleh kontraktor dengan tanpa penundaan, dan dipadatkan.

4. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan atau bila kadar air bahan timbunan berada di luar batas yang ditentukan.

5. Penempatan Dan Pemadatan Timbunan


a. Persiapan lokasi pekerjaan
 Sebelum menempatkan timbunan, maka semua operasi pembersihan,
pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu
pembongkaran akar pohon, harus telah diselesaikan, dan bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat harus disisihkan. Seluruh daerah yang akan ditimbun
harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
 Dimana ukuran tinggi timbunan mencapai 1 m, maka daerah dasar/pondasi
timbunan harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan 15 cm teratas
memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan.
 Bila timbunan tersebut akan dibangun diatas sisi/tepi bukit atau ditempatkan
diatas timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk
membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan.

b. Penempatan timbunan
 Timbunan harus disebarkan merata sedemikian sehingga bila telah
dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan. Bila akan
ditempatkan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus sedapat
mungkin sama tebalnya.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 22


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

 Timbunan harus ditempatkan dalam keadaan cuaca kering, penumpukan


tanah timbunan tidak diijinkan dalam musim hujan.
 Dimana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan menghilangkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan
dan harus dibuat terasering.
 Tanah dasar harus ditutup secepat mungkin dengan lapisan pondasi bawah.

c. Pemadatan
 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan setiap lapisan
harus dipadatkan.
 Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 % dari
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T 99.
 Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Pengawas sebelum
lapis berikutnya dipasang.
 Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu-lintas alat konstruksi harus
dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk
menyebarkan usaha pemadatan dari lalu-lintas tersebut.
 Timbunan pada lokasi yang tidak dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang
biasa, harus dipadatkan, dapat menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) atau alat pemadat lain yang disetujui.

3.3. PENYIAPAN BADAN JALAN

Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk


pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis
pondasi agregat (sirtu / macadam).
Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan
pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan material
perkerasan ditempatkan di atasnya.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 23


Modul Bahan Tanah untuk Badan Jalan

1. Pekerjaan Pembentukan Tanah Dasar


 Meliputi semua pekerjaan persiapan tanah dasar untuk pelebaran perkerasan
jalan, bahu jalan, dasar dari lapisan pondasi bawah.
 Pekerjaan penggalian atau pengurugan kembali diluar pekerjaan pos galian dan
timbunan (pekerjaan minor).

2. Prosedur Penyiapan Badan Jalan


 Permukaan jalan sebelum pelaksanaan penyiapan badan jalan harus diperbaiki
dari akibat galian dan urugan yang tidak memuaskan.
 Permukaan badan jalan harus dibentuk dan dengan ketinggian/elevasi yang
sesuai dengan penampang melintang jalan, juga mengikuti penampang
memanjang jalan yang direncanakan.
 Permukaan badan jalan harus dipadatkan sama dengan persyaratan-persyaratan
pemadatan dan jaminan mutu dari urugan.
 Bentuk yang dipersiapkan harus dipelihara dalam kondisi yang baik oleh
kontraktor sampai perkerasan atau bahan-bahan pelapis diatasnya ditempatkan.

Diklat Penggunaan Bahan dan Peralatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan 24

Anda mungkin juga menyukai