Anda di halaman 1dari 103

TIM PENYUSUN

Pengarah :
Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
(Kepala BKKBN)
H. Nofrijal, SP.,MA
(Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi, BKKBN)

Penanggung Jawab :
Drs Wahidin, M.Kes
(Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN)

Penyusun :
Arief Mochamad
I Made Yudhistira D, M.Psi.,Psikolog
Putu Sawitri, A.Md.Keb, SKM
(Penyuluh KB Ahli Pertama Provinsi Bali)

Editor :
Dr. Dian Kristiani Irawaty, SIP, MAPS

Design Layout Buku :


Suyoto, A.Md

PENERBIT BUKU :
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
DIREKTORAT BINA PENGGERAKAN LINI LAPANGAN
GEDUNG HALIM 2 LANTAI DASAR
JALAN PERMATA NO 1, HALIM PERDANA KUSUMA, JAKARTA TIMUR
TEP. 021-8098018 EXT : 551 – 558
EMAIL : ditbinlap@gmail.com

2
KATA SAMBUTAN
Penyuluh KB/PLKB merupakan profesi yang memiliki
kompetensi di bidang komunikasi. “Senjata” utama
seorang Penyuluh KB/PLKB adalah teknik
berkomunikasinya kepada pelanggan yang dalam hal
ini adalah individu atau Pasangan Usia Subur, keluarga
dan/atau para stakeholders. Penyuluh KB/PLKB dituntut
untuk mampu dan kompeten di bidang komunikasi.
Tanda kesuksesan dari komunikasi adalah komunikan
paham isi pesan dari komunikasi dan komunikan dapat
berubah sikap atau perilaku menjadi positif sesuai
dengan isi pesan yang disampaikan.

Komunikasi Perubahan Perilaku adalah komunikasi


yang strategis untuk dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam saluran dan pendekatan yang
sistematis serta interaktif dalam menyampaikan
pesan yang berdasarkan keadaan dari individu atau
masyarakat termasuk pembuat kebijakan, keluarga,
dan petugas. Arti dari perilaku merupakan perbuatan
atau tindakan serta perkataan seseorang yang
sifatnya bisa diamati, bisa digambarkan serta dicatat
oleh orang lain maupun orang yang melakukannya.
Komunikasi Perubahan Perilaku kegiatan yang
menitikberatkan pada masalah perilaku serta
menekankan bagaimana cara memperbaiki perilaku
tersebut.

Buku ini sangat baik untuk dipela jari dan menjadi


referensi bagi seluruh Penyuluh KB/PLKB agar
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi.

3
Penyuluh KB/PLKB harus mampu berkomunikasi
secara efektif hingga terjadinya perubahan perilaku
pada individu ataupun masyarakat agar berpartisipasi
aktif dalam Program Bangga Kencana. Kemampuan
ini menjadi kunci utama kesuksesan melaksanakan
tugas dan fungsi sebagai profesi Penyuluh KB/PLKB di
lini lapangan.

Sekian dan terima kasih.

Kepala BKKBN,

Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)

4
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, buku Komunikasi Perubahan Perilaku
untuk Penyuluh KB/PLKB dapat diselesaikan tepat waktu.
Buku ini merupakan sumber referensi bagi Penyuluh
KB/PLKB untuk meningkatkan kompetensi dalam ilmu
komunikasi perubahan perilaku. Penyuluh KB/PLKB
sebagai fungsional yang memiliki tugas dan fungsi
utama yaitu melakukan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE). Tujuan akhir dari sebuah komunikasi
adalah terjadinya perubahan perilaku.

Penyuluh KB/PLKB sebagai ujung tombak program


sangat strategis perannya dalam melakukan pembinaan
langsung kepada indivudu, keluarga dan masyarakat di
tingkat desa/kelurahan. Oleh karena itu para Penyuluh
KB/PLKB perlu dibekali pengetahuan tentang program
Bangga Kencana dengan jelas dalam melakukan
pembinaan kepada individu, keluarga dan
masyarakat di tingkat desa/kelurahan sehingga dapat
melaksanakan tugas dalam memberikan KIE/
Penyuluhan dengan mudah dan percaya diri.

Komunikasi Perubahan Perilaku merupakan intervensi


komunikasi dan prosesnya yang bertujuan untuk
mempengaruh sosial dan norma di masyarakat dan
untuk mempromosikan perubahan perilaku individu
atau mempertahankan perilaku positif untuk
mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Guna
memperkuat kemampuan Penyuluh KB/PLKB dalam
melaksanakan strategi komunikasi dalam

5
operasionalisasi program Bangga Kencana di
masyarakat, maka perlu dibekali dengan wawasan
dalam menyusun perencanaan intervensi Komunikasi
Perubahan Perilaku dalam program Bangga Kencana.

Semoga materi ini dapat mempercepat upaya BKKBN


dalam meningkatkan kompetensi para tenaga Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB dan kepada pihak-pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini
diucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Deputi Bidang Advokasi,


Penggerakan dan Informasi,

H. Nofrijal, SP.,MA

6
DAFTAR ISI
Kata Sambutan ............................................................................................ 3

Kata Pengantar ............................................................................................ 5

Daftar Isi .......................................................................................................... 7

PENDAHULUAN.............................................................................................. 9

KONSEP DASAR KOMUNIKASI................................................................ 11


A. Pengertian Komunikasi........................................................................ 12
B. Komponen Komunikasi......................................................................... 13
C. Jenis-Jenis Komunikasi....................................................................... 23
D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi.................................... 30
E. Hambatan Dalam Berkomunikasi..................................................... 35

KOMUNIKASI EFEKTIF ............................................................................... 41


A. Pengertian Komunikasi Efektif.......................................................... 42
B. Teknik Komunikasi Efektif ................................................................... 43
C. Kiat-Kiat Berkomunikasi Secara Efektif...................................... 45

TEKNIK BERTANYA EFEKTIF DAN PROBING...................................... 47


A. Teknik Menga jukan Pertanyaan ....................................................... 48
B. Probing......................................................................................................... 76

TEKNIK MERANGKUM DAN PARAFRASE............................................. 83


A. Teknik Merangkum................................................................................. 84
B. Parafrase..................................................................................................... 92

PENUTUP.......................................................................................................... 101

7
DAFTAR SINGKATAN

1. Babinsa : Bintara Pembina Desa


2. Balita : Bawah Lima Tahun
3. Bangga kencana : Program Pembangunan Keluarga Berencana
4. BKB : Bina Keluarga Balita
5. IMP : Institusi Masyarakat Pedesaan
6. IUD : Intra Uterine Device
7. KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
8. MKJP : Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang
9. MOP : Metode Operasi Pria
10. MOW : Metode Operasi Wanita
11. OHP : Over Head Projektor
12. Penyuluh KB : Penyuluh Keluarga Berencana
13. PLKB : Petugas Lapangan Keluarga Berencana
14. Poktan : Kelompok Kegiatan
15. PUS : Pasangan Usia Subu
16. SMD : Survey Mawas Diri
17. TV : televisi

8
PENDAHULUAN

Manusia pada hakikatnya merupakan mahkluk sosial yang senantiasa


berinteraksi dengan lingkungannya. Komunikasi merupakan bagian penting
dalam kehidupan manusia untuk saling berhubungan satu sama lain. Kegiatan
komunikasi selalu mendasari kegiatan yang lain termasuk kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) oleh Penyuluh KB/Petugas Lapangan
KB dan Kader IMP kepada masyarakat. Penyuluh KB/Petugas Lapangan
KB merupakan profesi yang sangat dekat dengan individu, keluarga dan
masyarakat, sehingga dipandang mampu memberikan informasi serta
pendampingan dalam perencanaan sebuah keluarga.

Kemampuan Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB dalam berkomunikasi


merupakan faktor penting dalam upaya mewujudkan perubahan perilaku di
masyarakat. Kemampuan berkomunikasi akan mendasari upaya pemecahan
masalah, mempermudah memberikan bantuan kepada masyarakat baik
dalam pelayanan kontrasepsi maupun pelayanan terkait dengan perencanaan
keluarga. Komunikasi tidak hanya mendasari pelayanan Program Bangga
Kencana kepada individu tetapi juga kepada kelompok dan masyarakat. Oleh
karena itu, kemampuan dalam berkomunikasi sangat penting untuk dipahami
oleh Penyuluh KB/PLKB sehingga menimbulkan perubahan perilaku di
masyarakat dalam upaya mendukung Program Bangga Kencana.

9
Komunikasi perubahan perilaku merupakan komunikasi dengan
menggunakan berbagai macam saluran atau media dalam memperbaiki
perilaku terutama perilaku pada kesehatan masyarakat. Komunikasi
perubahan perilaku ini adalah pengembangan dari KIE, akan tetapi lebih
menekankan terhadap perubahan perilaku sehingga bukan hanya berhenti
pada peningkatan pengetahuan serta sikap sa ja. Buku Referensi Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB tentang Komunikasi Perubahan Perilaku diawali
dengan pembahasan konsep dasar komunikasi, pengertian, komponen, jenis,
faktor yang mempengaruhi dan hambatan dalam berkomunikasi. Bab tiga
membahas teknik dan kiat berkomunikasi efektif. Bab empat menga jak
pembaca untuk memahami teknik menga jukan pertanyaan dan probing; Bab
lima memberikan pemahaman tentang teknik merangkum dan parafrase.
Setelah mempela jari Buku Materi Komunikasi Perubahan Perilaku, Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB perlu melanjutkan buku seri kedua yaitu Teknik
Komunikasi Perubahan Perilaku.

10
KONSEP DASAR
KOMUNIKASI

11
A. Pengertian Komunikasi

Secara sederhana komunikasi dimaknai sebagai proses pertukaran pesan dan


interaksi penuh makna antara sesama manusia melalui pembicaraan, tulisan
atau melalui isyarat sehingga terjadi pemahaman terhadap pesan tersebut.

Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan


kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Artinya, dalam proses
komunikasi terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga
tujuan lebih mudah tercapai. Agar interaksi dan relasi dengan berbagai
kelompok berjalan efektif, maka penting bagi Penyuluh KB dan Kader IMP
memiliki keterampilan berkomunikasi yang efektif.

12
B. Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi meliputi:

1. Pesan (apa yang dikomunikasikan)

Pesan atau amanat adalah berita yang disampaikan oleh komunikator


melalui lambang atau gerakan. Sedangkan berita adalah cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat dan akurat.

Pesan yang digunakan harus dipikirkan dan dikembangkan dengan


seksama karena akan berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi
yang kita lakukan. Usahakan agar pesan ringkas dan singkat. Misalnya,
apabila Anda ingin memperoleh informasi mengenai pengetahuan PUS
tentang MKJP, maka Anda dapat menga jukan beberapa pertanyaan
sederhana ”Apa ibu sudah pernah mendengar mengenai MKJP ?
(Berikan kesempatan pada PUS untuk menjawab, baru lanjutkan
dengan pertanyaan berikut) ”Bisa dijelaskan apa yang bapak/Ibu ketahui
tentang MKJP ?”

13
Komunikasi memiliki berbagai tujuan, yaitu untuk memberikan informa-
si, berbagi pengalaman, memperoleh informasi, mempererat hubungan,
memberikan instruksi, atau untuk melakukan perubahan. Komunikasi
berkaitan erat dengan semua aspek kehidupan manusia.

Sehubungan dengan peran sebagai kader/penjangkau untuk perubahan


perilaku, maka bisa sa ja pesan tidak cukup disampaikan hanya dalam
satu kali interaksi, melainkan dalam beberapa kali interaksi baru PUS
merasa nyaman membuka diri.

Seorang Kader harus mengetahui tujuan yang ingin


dicapai saat dia berkomunikasi;
a. Apakah untuk menginformasikan tentang berbagai
metode kontrasepsi yang ada?

b. Apakah untuk membina hubungan baik dengan PUS atau


pemangku kepentingan?

c. Apakah untuk mempengaruhi persepsi PUS tentang


metode yang paling tepat?

d. Apakah untuk memperoleh dukungan dari pemangku


kepentingan?

e. Apakah untuk memfasilitasi PUS atau pemangku kepent-


ingan untuk mengambil keputusan?

14
Tujuan inilah yang harus dilihat ulang setelah komunikasi terjadi.
Apakah tujuan tersebut tercapai? Bila tidak, apa yang harus
dilakukan agar lain kali tujuan ini bisa dicapai? Bila tujuan yang ingin dicapai
adalah menginformasikan berbagai metode kontrasepsi modern, maka
cara apakah yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan ini?
(apakah presentasi, tanya jawab, atau diskusi). Informasi apa sa jakah yang
akan disampaikan? (tentang metode, jenis/alat kointrasepsi, kelebihan/
manfaat masing-masing, efek samping, atau hanya cara mendapatkan
layanan kontrasepsi?). Apa yang akan Kader lakukan untuk memastikan
bahwa di akhir pertemuan, informasi tersampaikan dengan baik?

Dibawah ini contoh alat bantu untuk pengembangan pesan :

15
Misalkan masalah yang menjadi prioritas adalah rendahnya pemakaian
MKJP, maka berikut adalah simulasinya :

16
17
2. Pengirim Pesan

Sering disebut sebagai komunikator, yaitu orang yang


mempunyai ide atau pemikiran untuk disampaikan pada orang lain dengan
harapan dapat dipahami oleh penerima pesan sesuai dengan tujuannya.
Komunikator bisa individu, keluarga ataupun kelompok yang
mengambil inisiatif penyelenggaraan komunikasi dengan individu atau
kelompok lain. Unsur yang penting diperhatikan oleh pemberi pesan
adalah:
a. Pemberi pesan harus mengetahui yang jelas apa yang ingin
disampaikan. Tujuan apakah yang ingin dicapai melalui komunikasi,
apakah untuk untuk memperoleh informasi, memberikan perintah,
memberikan informasi, menga jak berpartisipasi.
b. Penguasaan terhadap materi yang akan disampaikan.
c. Emosi dan suasana hati pemberi pesan akan mempengaruhi
kualitas komunikasi.

Dengan demikian upayakan untuk selalu mengendalikan emosi


Anda saat berkomunikasi dengan harapan akan memudahkan Anda
menyampaikan informasi sesuai dengan rencana dan tujuan Anda.

18
3. Penerima pesan

Dalam komunikasi, penerima pesan sering dikenal dengan istilah


komunikan yaitu orang yang menerima pesan dalam bentuk informasi,
simbol, kode atau gerakan. Biasanya setelah pesan diterima melalui
indera (telinga dan mata), penerima harus memberikan makna pada
informasi, simbol, kode yang diterimanya, sehingga pesan tersebut dapat
dipahami. Tahap memberikan makna pada simbol, kode atau gerakan
dipengaruhi oleh sikap, pengalaman, kebutuhan, harapan, dan nilai-nilai
yang mempengaruhi saat menerima pesan.

19
4. Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap lambang yang


kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang memberi makna
terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Persepsi adalah tanggapan
atau penerimaan langsung dari sesuatu atau suatu proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Saluran komunikasi
meliputi pendengaran (lambang berupa suara), penglihatan (lambang
berupa sinar, pantulan sinar atau gambar), penciuman (lambang berupa
bau-bauan) dan rabaan (lambang berupa rangsangan perabaan).

Apabila pesan disampaikan


pada PUS secara berkelompok,
Biasanya pesan dari Kader kegiatan ini disebut sebagai
pada PUS disampaikan dengan komunikasi kelompok. Saat
menggunakan kata-kata. Kader menyampaikan pesan
Apabila kata-kata tersebut pada sejumlah besar PUS,
dapat disampaikan secara misalnya 100 orang dalam
langsung melalui tatap muka bentuk penyuluhan atau
secara perseorangan, maka edutainment, maka kegiatan
komunikasi ini disebut sebagai ini sering disebut sebagai
komunikasi interpersonal. komunikasi massa.

20
Saat berkomunikasi dengan PUS, Kader dapat menggunakan berbagai
media berkomunikasi untuk mempermudah pencapaian tujuan
komunikasi. Media harus dipilih secara seksama untuk memastikan bahwa
PUS memahami pesan sebagaimana yang dimaksudkan. Berbagai media
cetak, misalnya : brosur, leaflet, poster, infografis dan lainnya, dapat
diberikan setelah komunikasi interpersonal atau kelompok selesai
dilakukan. Penting dipahami bahwa berbagai media cetak yang
diberikan harus disertai dengan penjelasan untuk memastikan PUS
memiliki pemahaman akurat. Media lain yang digunakan adalah media
elektronik/digital, misalnya: video, siaran radio, media sosial, aplikasi, dan
lain-lain. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
media komunikasi ini antara lain: tujuan komunikasi (menyampaikan
informasi atau mengubah perilaku), tingkat pendidikan PUS (dapat
membaca dengan lancar atau mengalami kesulitan
untuk membaca), ketersediaan sarana pendukung yang diperlukan
(apakah ada listrik, koneksi internet).

21
5. Umpan Balik

Komunikasi dinyatakan berhasil apabila komunikan mampu


memberikan umpan balik yang berbentuk tanggapan atau respons.
Umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik-guna bagi
rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan
tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil kelakuakn individu
terhadap individu lain. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
umpan balik merupakan kebalikan dari proses stimulus-respon.

Jenis umpan balik berdasarkan sikap komunikan


terdiri dari :

a. Zero umpan balik : artinya tidak ada kejelasan umpan


balik dari komunikan, komunikasi bersifat dingin yang
disebabkanpesan kurang jelas, lambang bahasa yang
digunakan tidak dipahami dan waktu ataupun tempat
tidak tepat sehingga komunikasi menjadi tidak bermakna.
b. Umpan balik positif : Umpan balik dari komunikan dapat
dimengerti oleh komunikator. Komunikan berpartisipasi
memenuhi a jakan komunikator, terjadi persetujuan antara
komunikator dengan komunikan.
c. Umpan balik netral : Tanggapan yang disampaikan oleh
komunikan tidak mempunyai relevansi dengan pesan yang
disampaikan.
d. Umpan balik negatif : Umpan balik yang disampaikan oleh
komunikan tidak mendukung komunikator. Komunikasi
bersifat tidak ada persetujuan dan dapat bersifat kritik.

22
C. Jenis-jenis Komunikasi

Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkatan dan berbagai cara.


Pertukaran informasi dapat terjadi untuk mempertukarkan informasi dan
pengalaman, memberikan saran dan perintah, dan menga jukan pertanyaan.
Komunikasi berlangsung dalam berbagai bentuk yaitu langsung tatap
muka atau lebih dikenal dengan istilah interpersonal, melalui telepon, tunda
interpersonal melalui teknologi (melalui voicemail atau video), kelompok tatap
muka tanpa menggunakan teknologi, kelompok tatap muka menggunakan
video conference.

1. Komunikasi Searah dan Dua Arah

Komunikasi searah adalah komunikasi yang berasal dari satu sumber,


tidak ada umpan balik. Komunikasi satu arah ini lebih cepat meskipun
tidak berarti lebih efektif. Komunikasi dua arah adalah komunikasi
timbal balik sehingga memungkinkan pemberi pesan dan penerima
pesan mengukur tingkat pemahaman mereka, menyingkapkan
kesalah pahaman diantara mereka sehingga dapat meluruskan
masalah yang ada.

23
Orang sering mencoba menggali perbedaan antara komunikasi satu
arah dan dua arah. Padahal keduanya adalah jenis komunikasi. Banyak
orang yang berpendapat bahwa komunikasi dua arah lebih baik dari
komunikasi satu arah. Hal demikian tidak sepenuhnya benar. Jika
mempertimbangkan banyak sisi maka komunikasi satu arah bisa
merupakan hal yang tepat untuk dilakukan tergantung pada situasinya.
Contoh situasi yang tepat untuk komunikasi satu arah adalah suatu
komando yang sangat penting dan mendesak sehingga tidak
memerlukan tanya jawab. Kesempatan interupsi dan debat malah
membuat kelompok kehilangan ”momentum” penting.

2. Komunikasi Berdasarkan Sasaran Komunikasi

a. Komunikasi interpersonal : komunikasi antara seorang pemberi pesan


dengan seorang penerima pesan. Biasanya terjadi dalam situasi yang
lebih personal. Misalnya, dalam penjangkauan individu, pra-konseling,
saat pendekatan dengan pemangku kepentingan, dan lain-lain.

b. Komunikasi kelompok : komunikasi antara seorang pemberi pesan


dengan dua (2) atau lebih penerima pesan. Lebih sering terjadi dalam
relasi sosial.

c. Komunikasi massa : biasanya merupakan komunikasi yang dilaku-


kan untuk menjangkau sasaran yang sangat banyak, misalnya tingkat
nasional. Komunikasi ini bisa dilakukan dengan menggunakan
internet, radio, televisi, koran dan ma jalah yang luas sirkulasinya.
Saat ini ada beberapa saluran individu yang digunakan menyebarkan
informasi secara luas, misalnya website personal, jurnal di internet
(blog), channel youtube, twitter, facebook, instagram dan lain-lain.

24
3. Komunikasi verbal dan nonverbal

Komunikasi nonverbal dipahami sebagai proses komunikasi melalui


pengiriman dan penerimaan pesan yang tidak menggunakan kata-kata.
Pesan dapat disampaikan dalam bentuk gerakan tubuh, ekspresi muka,
kontak mata. Pesan juga dapat disampaikan dalam bentuk pakaian
yang digunakan, potongan atau gaya rambut, simbol atau arsitektur
bangunan. Bahkan suarapun mungkin mengandung elemen nonverbal,
misalnya paralinguistik, termasuk di dalamnya : kualitas suara, emosi
dan gaya bicara, ritme bicara, intonasi. Begitu juga dengan tulisan yang
juga mengandung elemen nonverbal, misalnya : gaya tulisan tangan,
pengaturan jarak dalam huruf, atau penggunaan simbol-simbol emosi.

25
Komunikasi verbal (menggunakan kata-kata) baik disuarakan maupun
ditulis merupakan komunikasi yang populer. Termasuk dalam komunikasi
verbal adalah kualitas suara yang digunakan dalam berkomunikasi
yaitu volume (keras tidaknya), pace (kecepatan untuk mengucapkan
kata-kata) dan intonasi (tinggi rendahnya suara).

Keterampilan verbal mencakup keterampilan menga jukan pertanyaan


untuk mendorong partisipasi peserta, hingga menarik kesimpulan untuk
membantu peserta memahami masukan-masukan mereka sendiri yang
tampaknya ruwet. Sebagai seorang komunikator Anda harus benar-
benar menguasai berbagai keterampilan verbal ini dan
menggunakannya untuk menciptakan partisipasi yang merata di
antara kelompok. Keterampilan verbal juga penting untuk mengarahkan
kelompok meraih solusi dan keputusan yang produktif. Dengan
berlatih keterampilan Anda akan semakin baik dan Anda dapat
menggunakannya secara wa jar. Namun sebagai komunikator baru
mungkin Anda harus merencanakan dengan matang bagaimana
menerapkan keterampilan-keterampilan tersebut.

26
Lima cara interaksi komunikasi verbal
dan nonverbal:

a. Pengulangan

Dalam “pengulangan” biasanya pesan nonverbal digunakan untuk


memperkuat pesan verbal misalnya: menunjuk materi yang sedang
dibahas, menunjuk buku yang diperlukan.

b. Pertentangan

Pesan verbal dan nonverbal saling bertentangan. Misalnya, orang


yang menyampaikan fakta dengan cara duduk yang tidak tenang,
mata yang berkeliaran ke sana kemari. Pertentangan timbul karena
beberapa alasan, diantaranya: tidak merasa yakin, frustasi dan
lainnya. Pada saat pesan verbal dan nonverbal saling bertentangan,
biasanya penerima pesan lebih menaruh perhatian pada pesan
nonverbal untuk memahami situasi yang sedang terjadi. Perhatian
umumnya diberikan pada gerakan dan posisi tubuh saat orang
menerima pesan yang saling bertentangan.

27
c. Melengkapi

Interpretasi terhadap pesan yang disampaikan lebih akurat bila


pesan verbal dan nonverbal saling melengkapi. Pesan nonverbal bisa
digunakan untuk mengelaborasi pesan verbal dan untuk memperkuat
informasi yang disampaikan. Pesan yang diterima biasanya diingat
lebih baik bila pesan verbal dan nonverbal saling melengkapi.
Misalnya, Anda menunjukkan perhatian terhadap rekan bicara
dengan cara menga jukan pertanyaan yang mengundang mereka
untuk berbicara lebih banyak. Anda pun dapat menggunakan
berbagai bahasa tubuh yang positif, mulai dari intonasi suara
yang tenang, duduk condong, ekspresi wa jah, tersenyum, dan lain
sebagainya.

d. Mengganti

Pesan nonverbal terkadang digunakan sebagai satu-satunya sarana


mengirimkan pesan. Orang diminta untuk mengidentifikasi ekspresi
muka, gerakan dan posisi tubuh sebagai gambaran dari maksud
atau perasaan tertentu. Pesan nonverbal dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan, dan saat pesan verbal tidak dapat digunakan
untuk mengirimkan informasi secara efektif maka pesan nonverbal
dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap pesan.
Misalnya, meletakkan telunjuk di bibir untuk meminta seseorang agar
tidak berisik.

28
e. Menekankan

Pesan nonverbal dapat digunakan untuk menekankan interpretasi


terhadap pesan verbal. Sentuhan, tingginya suara yang digunakan,
gerakan tubuh adalah beberapa pesan nonverbal yang digunakan
orang untuk menekankan pesan yang dikirimkan. Pesan nonverbal
juga dapat digunakan untuk menekankan atau mengurangi aspek
verbal dari pesan. Misalnya, orang yang sedang mengekspresikan
rasa marahnya secara verbal akan memukulkan kepalan tangannya
yang satu pada telapak tangan lainnya.

29
D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

1. Perkembangan

Agar dapat berkomunikasi dengan efektif dengan seseorang, Penyuluh


KB atau Kader IMP harus mengerti pengaruh perkembangan usia, baik
dari sisi bahasa maupun cara berpikir orang tersebut. Cara komunikasi
anak rema ja berbeda dengan anak usia balita. Kepada rema ja
Penyuluh KB atau Kader IMP mungkin perlu bela jar bahasa “gaul”
mereka sehingga rema ja merasa dimengerti dan komunikasi
diharapkan menjadi lancar.

2. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadi-


an atau peristiwa yang dibentuk dari pengharapan atau pengalaman.

3. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga pent-


ing bagi seorang Penyuluh KB atau Kader IMP untuk menyadari nilai
seseorang dengan mengetahui dan mengklarifikasi nilai-nilai yang
dianut oleh seseorang sehingga dapat membuat keputusan dan
interaksi yang tepat. Dalam hubungan profesional, Penyuluh KB atau
Kader IMP diharapkan tidak terpengaruh oleh nilai pribadi.

30
4. Latar Belakang
Sosial Budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor


budaya. Budaya juga membatasi cara betrindak dan berkomunikasi.
Sebagai contoh, seorang ibu berencana ber-KB di puskesmas,
tetapi ibu tersebut mengurungkan niatnya untuk ber-KB karena
merasa dibentak oleh bidan melihat dari logat bidan tersebut dalam
berbicara. Padahal bidan tidak bermaksud untuk membentak ibu
tersebut, logat bidan terkesan membentak karena dipengaruhi oleh
budaya dan lingkungan sosial di daerahnya.

5. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi


seperti marah, sedih, senang ataupun kekhawatiran mempengaruhi
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Penyuluh KB atau Kader
IMP perlu mengka ji emosi klien, keluarganya maupun lingkungan
sekitarnya sehingga mampu untuk melakukan pendekatan yang tepat.
Selain itu, Penyuluh KB atau Kader IMP juga perlu mengevaluasi emosi
yang ada pada dirinya agar dalam melakukan pendekatan tidak
terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.

31
6. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin mempunyai gaya


komunikasi yang berbeda-beda.
Perempuan cenderung berinteraksi
dengan orang yang dianggap dekat
dengannya atau dalam grup kecil,
menggunakan bahasa untuk mencari
kejelasan dan meminimalkan
perbedaan serta membangun dan
mendukung keintiman. Laki-laki
menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas
dalam grup yang lebih besar, dan jika ingin berteman mereka
melakukannya dengan bermain.

7. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi, seseorang yang


tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan
yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi. Penyuluh KB atau kader IMP perlu mengetahui tingkat
pengetahuan calon akseptor sehingga dapat berinteraksi dengan baik.

8. Peran dan Hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seorang Penyuluh KB atau Kader IMP
dengan kepala desa, dengan cara komunikasi Penyuluh KB atau Kader
IMP dengan rekan sejawat akan berbeda, tergantung dengan peran.

32
9. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi proses komunikasi. Suasana


yang bising, tidak ada privasi akan menimbulkan ketegangan dan
kerancuan. Untuk itu Penyuluh KB atau Kader IMP perlu menyiapkan
lingkungan yang tepat dan nyamakn sebelum memulai interaksi
dengan calon akseptor. Lingkungan fisik yaitu tingkah laku manusia
akan menunjukkan gaya berbeda saat berkomunikasi dengan
orang lain. Lingkungan sosial, tingkah laku dan cara berkomunikasi
mempengaruhi suasana lingkungan saat seseorang berinteraksi
dengan orang lain.

10. Jarak

Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan


memberi rasa aman dan kontrol. Individu akan merasa terancam
apabila ada seseorang yang belum dikenalnya tiba-tiba mendekat.
Untuk itu Penyuluh KB atau Kader IMP perlu memperhitungkan
jarak yang tepat saat berkomunikasi dengan calon akseptor.

33
11. Citra Diri

Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status


sosial, kelebihan dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam
komunikasi.

12. Kondisi Fisik

Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya indra


pembincaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam
berkomunikasi.

34
E. Hambatan Dalam Berkomunikasi

Kendala yang bisa terjadi pada pemberi informasi adalah pengetahuan,


kondisi fisik, penguasaan materi, serta suasana saat menyampaikan
pesan. Untuk kendala yang berasal dari data atau informasi, misalnya: data
yang tidak lengkap, data yang tidak jelas atau data lama. Hambatan lain
yang terkait dengan pesan adalah bertele-tele dan menggunakan bahasa
atau istilah yang ”asing” bagi penerima pesan. Sedangkan kendala yang
muncul dari penerima pesan antara lain fisik yang tidak siap (misalnya
sakit), perbedaan tingkat pendidikan, kondisi tergesa-gesa, tidak tenang
dan ada unsur penolakan.

Pada dasarnya hambatan dalam berkomunikasi dapat dibedakan menjadi


personal dan situasional. Pada personal maka hambatan berasal dari orang
yang bersangkutan, baik pemberi maupun penerima pesan. Termasuk
kategori personal adalah karateristik sosial (asal daerah, latar belakang
pendidikan, usia, status sosial, pengalaman), sikap (kecenderungan
bertindak, berpikir dan berpersepsi), emosi yang
gembira maupun sedih, kebiasaan
(menaruh tangan di saku atau
mengkerutkan dahi).

35
Adapun faktor situasional adalah:

1. Lingkungan yang tidak mendukung


(berisik, banyak orang yang keluar masuk).

2. Rentang perhatian (proses komunikasi


terlalu lama, penggunaan kata yang
berbelit, intonasi yang cenderung rata,
tidak menya jikan informasi secara menarik).

3. Pemilihan saluran komunikasi yang tidak tepat


(misalnya, jika Anda mengharapkan tanggapan
langsung dari penerima, yang perlu Anda lakukan
adalah menemui penerima dan menyampaikan
harapan Anda. Anda tidak perlu menulis sebuah
laporan pembahasan yang panjang). Hambatan
yang berkaitan dengan saluran komunikasi adalah
tidak ada sinyal telpon, gangguan pengiriman dan
penerimaan kualitas suara dalam telpon, penerima
pesan memperoleh informasi melalui media lain.

4. Gangguan kesehatan sehingga mempengaruhi


rentang perhatian dan suasana hati.

5. Memiliki masalah dengan kemampuan mendengar.

36
Apa yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hambatan?

1. Pemberi pesan

a. Paham tujuan komunikasi. Pemberi pesan harus mengetahui apa


yang ingin dicapai melalui komunikasi yang dilakukannya; apakah
ingin menyampaikan informasi, menjaga hubungan baik, atau
mengubah perilaku. Tujuan komunikasi mempengaruhi cara
pemilihan kata-kata (kata yang digunakan untuk komunikasi yang
persuasif berbeda dengan kata yang dipakai untuk menga jarkan
sesuatu), intonasi suara, dan berbagai aspek nonverbal lainnya.

b. Kuasai Konten. Saat pemberi pesan berkomunikasi maka dia


harus memiliki informasi yang mendalam tentang topik yang
disampaikannya karena besar kemungkinan orang akan
menga jukan pertanyaan, bukan hanya tentang topik yang dibahas
melainkan juga hal lain yang terkait. Jadi cari informasi sebanyak
Anda mampu karena mungkin ada pertanyaan di luar topik yang
dibahas.

c. Tahu dan terampil berkomunikasi verbal. Pela jari dan berlatihlah cara
menga jukan pertanyaan yang terbuka yang membuat penerima
pesan merasa nyaman untuk menceritakan keadaan mereka yang
sesungguhnya. Cobalah mendengarkan dengan aktif antara lain
dengan menghindari sikap menghakimi di rumah, memberikan
informasi yang tidak menggurui dan memberikan umpan balik
secara positif.

37
d. Tahu dan terampil berkomunikasi nonverbal. Lakukan kontak
mata dengan terampil (berapa lama dan seberapa intens
Anda memandang agar penerima pesan merasa nyaman),
sesuaikan intonasi dan volume suara dengan situasi
yang Anda hadapi, perhatikan jarak dengan penerima pesan
agar mereka merasa nyaman, gunakan pakaian yang tidak
”mengganggu” penerima pesan.

e. Mengenali penerima pesan dengan baik. Cari


tahu sikap dan kebiasaan mereka, istilah-istilah
yang sering mereka gunakan sehingga Anda bisa
berbicara dengan ”bahasa” mereka, kenali
komunikasi verbal dan nonverbal mereka

f. Dengarkan secara aktif. Perhatikan apakah


komunikasi non-verbalnya konsisten dengan
bahasa verbal. Misalnya: Apakah PUS
mengatakan bahwa mereka memiliki banyak
waktu tetapi berkali-kali melihat ke pintu
atau ke arah jam? Cari tahu apa alasannya,
dan buat keputusan yang tepat; apakah akan
melanjutkan pembicaraan yang terjadi atau
menundanya sampai PUS mempunyai waktu
yang luang. Intinya adalah bila Anda
memperhatikan kebutuhan dari penerima
pesan, maka mereka akan mulai memberikan
perhatian yang Anda harapkan.

38
2. Pesan

a. Informasi singkat dan jelas. Biasakan setiap kata yang keluar dari
mulut Anda mengandung arti. Jangan boros dengan kata-kata. Pilih
kata-kata secara seksama, gunakan kata-kata yang jelas dan
singkat, dan gunakan contoh yang dipahami oleh penerima pesan.

b. Istilah yang mudah dipahami. Dengan mengenali penerima pesan,


Anda dapat mengetahui istilah yang hanya diketahui di kalangan
mereka. Dengan menggunakan istilah ini secara tepat, pemberi
pesan menyampaikan pesan nonverbal bahwa dia memiliki
keinginan untuk melakukan komunikasi dengan PUS.

3. Penerima Pesan

a. Perhatikan pemberi pesan. Dalam komunikasi dua arah, peran


pemberi pesan dan penerima pesan sering berganti. Dalam peran
Anda sebagai Penyuluh KB/PLKB, pastikan untuk memperhatikan
pesan yang disampaikan oleh penerima pesan dan ambil peranan
aktif agar komunikasi efektif dapat dicapai.

b. Dengarkan secara aktif : lakukan parafrase sebagai penegasan atau


pengulangan bila belum paham.

39
Keterampilan-keterampilan verbal berikut ini
adalah juga penting dikuasai :

1. Menga jukan pertanyaan;


2. Probing (memperdalam pertanyaan/menggali);
3. Menyederhanakan kalimat (parafrase);
4. Mengarahkan pertanyaan dan komentar;
5. Memberikan referensi/rujukan/mengaitkan ulang;
6. Memberikan dukungan/penguatan positif ;
7. Menyertakan peserta yang pasif;
8. Mengubah perspektif;
9. Menyimpulkan/merangkum;
10. Menjembatani (bridging).

Adapun keterampilan komunikasi nonverbal


yang dapat didiskusikan adalah:

1. Mimik muka;
2. Suara;
3. Hening;
4. Kontak mata;
5. Posisi tubuh dalam ruangan;
6. Pakaian yang digunakan;
7. Gestur (gerakan tubuh untuk mengkomunikasikan
informasi);
8. Antusiasme.

40
KOMUNIKASI
EFEKTIF

41
A. Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change)


pada orang yang terlihat dalam komunikasi disebut dengan komunikasi
efektif. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam
memahami pesan yang disampaikan antara pemberik dan penerima
sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik
seimbang dan melatih penggunaan bahasa non verbal secara baik.

42
B. Teknik Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif memiliki 7 (tujuh) unsur yaitu:


1. Menarik perhatian;
2. Menyentuh hati dan fikiran;
3. Mengklarifikasi pesan dengan jelas;
4. Menyampaikan manfaat;
5. Membangun kepercayaan;
6. Menyampaikan pesan yang konsisten;
7. Mendorong untuk bertindak.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas berkomunikasi yaitu:


1. Kecakapan memahami umpan balik yang disampaikan oleh
komunikan. Umpan balik ini bisa disampaikan secara verbal,
nonverbal, tersurat atau tersirat.

2. Terampil dalam menga jukan pertanyaan guna memastikan umpan


balik yang disampaikan komunikan dipahami secara akurat.

3. Istilah yang digunakan dalam berkomunikasi harus dipahami oleh


komunikan. Tidak ada gunanya berbicara menggunakan istilah yang
canggih bila istilah tersebut tidak dikenal atau dipahami secara
berbeda oleh komunikator.

4. Komunikasi verbal dan nonverbal harus saling mendukung dan


memperkuat. Jangan sampai Anda mengatakan ”Ya...saya mempunyai
waktu untuk berdiskusi dengan Anda” tetapi Anda sering sekali
melihat jam dinding.

43
5. Dapatkan umpan balik mengenai pesan yang Anda sampaikan guna
memastikan bahwa komunikan menangkap pesan Anda secara akurat.
Mendengarkan aktif pesan yang disampaikan berarti Anda mengamati
berbagai komunikasi nonverbal yang disampaikan oleh komunikan.

6. Beri perhatian lebih pada informasi yang sensitif. Pastikan Anda


memahami dengan benar berbagai informasi sensitif yang
disampaikan oleh komunikan. Beri perhatian pada berbagai
komunikasi nonverbal yang terjadi, apakah mereka terdengar
ragu-ragu, apakah mereka memahami makna dari istilah yang
diucapkan, apakah mereka enggan bila informasi tersebut terdengar
oleh orang lain?

Penyuluh KB/PLKB melakukan komunikasi


efektif bila pesan disampaikan dengan
bahasa yang mudah dipahami,
menggunakan saluran dan media
komunikasi yang tepat sehingga
tujuan komunikasi dapat tercapai.
Pengetahuan Penyuluh KB / PLKB
tentang karakteristik, kebiasaan dan
situasi PUS memudahkan untuk
memilih pesan yang disampaikan,
saluran dan media yang digunakan
untuk mencapai tujuan
komunikasinya.

44
C. Kiat-kiat Berkomunikasi
Secara Efektif

Setiap orang dapat meningkatkan keterampilannya untuk berkomunikasi


secara efektif. Berikut adalah langkah untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi :

1. Pilih waktu dan tempat yang tepat


Bila Anda harus mendiskusikan masalah pribadi PUS, maka pilihlah
tempat yang nyaman sehingga pembicaraan tidak mungkin didengar
orang lain. Sebaliknya bila Anda harus menyampaikan poin penting
pada seluruh anggota kelompok, pastikan suara dan ruangan
mendukung keterlibatan seluruh peserta.

2. Kelola ide sebelum Anda mengkomunikasikannya


Bila Anda merasa antusias tetapi tidak mengelola ide dengan baik, ada
kemungkinan Anda berbicara tanpa arah. Disarankan memilih 3 ide
utama dan komunikasikan pesan berdasarkan 3 ide tersebut. Sehing-
ga apabila dalam proses komunikasi, Anda kehilangan fokus, dapat
kembali membahas salah satu ide tersebut.

3. Tetaplah pada topik pembahasan


Tambahkan cerita, fakta dan illustrasi yang relevan untuk memper-
kaya 3 ide yang ingin Anda sampaikan.

45
4. Artikulasikan pesan Anda
Topik yang disampaikan dengan artikulasi yang baik akan diingat
karena pendengar segera memahami informasi. Beberapa hal yang
harus dipertimbangkan untuk meningkatkan keterampilan mengarti-
kulasikan pesan:

a. J angan mengguman. Setiap kata harus diucapkan secara jelas se-


hingga dapat didengar dengan benar oleh penerima pesan.

b. Lakukan kontak mata saat Anda berkomunikasi.

c. Gunakan ekspresi wa jah yang sesuai.

d. Atur pernafasan saat berbicara.

e. Gunakan humor secara bijaksana.

Gunakan gerakan tangan secara hati-hati. Perhatikan gerakan Anda saat


berbicara, beberapa gerakan efektif bila Anda ingin menekankan poin ter-
tentu sementara beberapa gerakan tangan lainnya justru membingung-
kan penerima pesan.

46
TEKNIK
BERTANYA EFEKTIF
DAN PROBING

47
A. Teknik Bertanya Efektif

1. Menga jukan Pertanyaan

Setiap kali berkomunikasi verbal kita mempunyai dua pilihan, yaitu


membuat pernyataan atau menga jukan pertanyaan. Pada kenyataanya,
menga jukan pertanyaan membuat kita meneliti lebih dalam, mengamati
secara lebih baik, dan mengambil tindakan. Pertanyaan-pertanyaan
yang tepat bisa membantu Anda untuk menyelesaikan permasalahan
dan melewati masa-masa sulit. Pertanyaan yang tepat juga membantu
Anda mendapatkan jawaban dan solusi yang lebih baik.

2. Fungsi Pertanyaan Dalam Komunikasi

a. Pertanyaan akan menuntut jawaban


Meskipun kita memiliki kendali untuk menjawab pertanyaan atau tidak,
tetapi menjawab pertanyaan merupakan dorongan awal hampir seti-
ap orang. Hal ini menguntungkan posisi orang yang bertanya. Karena
pertanyaan menuntut jawaban, maka Anda memiliki kekuatan yang
besar saat menga jukan pertanyaan. Kekuatan ini dipengaruhi oleh
kata-kata yang digunakan, cara meramu pertanyaan, dan nada suara.
Bila Anda tidak memperoleh jawaban yang tepat, maka ubahlah cara
bertanya Anda.

48
b. Pertanyaan dapat merangsang pemikirian
Ketika seseorang bertanya, maka pertanyaan tersebut merangsang
pemikiran orang yang ditanya dan penanya. Jika Anda menga jukan
pertanyaan yang negatif, maka Anda akan mendapat jawaban yang
negatif. Pertanyaan yang Anda a jukan menentukan fokus pemikiran
Anda, fokus Anda menentukan sikap Anda, dan sikap Anda menentukan
kemampuan Anda dalam mengambil tindakan. Jadi jika ingin
mengubah fokus, a jukan pertanyaan yang berbeda.

c.Pertanyaan dapat memberikan informasi yang bermanfaat


Pada dasarnya hanya ada 2 (dua) cara untuk memperoleh informasi:
melihat dan membaca serta dengan menga jukan pertanyaan dan
menyimak. Tidak diragukan lagi bahwa informasi sangat penting
dalam hidup dan pekerjaan kita. Informasi yang baik dan tepat
penting dalam mengambil keputusan, mempela jari sesuatu
secara mendalam, dan memperbaiki hubungan dengan pemangku
kepentingan dan kelompok dampingan.

49
Masalahnya adalah bagaimana cara untuk mendapatkan baik yang sesuai
dengan kebutuhan. Jawabannya adalah dengan menga jukan pertanyaan
yang tepat. Pertanyaan yang baik mengandung unsur:

Siapa
(“Apakah ada orang lain, selain Anda, yang
bisa memberikan informasi mengenai hal ini?”,
“Siapa yang berwenang untuk memberikan izin
mengenai penyuluhan yang akan kami laksanakan?”),

Dimana
(“Dimana letak rumahnya Bapak Amir, ketua pokja?”,
“Berapa jauh rumah Mas Anton, ketua PIK-Rema ja?”),

Kapan
(“Kapan persisnya pertemuan Kelompok BKB
besok akan dimulai?”),

Apa
(“Apa masalah yang kita hadapi?”, “Apa yang bisa
kita lakukan untuk membuat Pak Eko mendukung
program yang sedang kita laksanakan?”),

Bagaimana
(“Bagaimana pendapat Anda soal mengembang-
kan kelompok PIK-Rema ja di lokasi ini?”) dan,

Mengapa
(“Apa yang membuat kita harus
melakukan pendekatan terhadap
para tokoh pemangku
kepentingan di lokalisasi
Kramat Jati ini?”).

50
d. Pertanyaan dapat membuat Anda menjadi pemegang kendali
Artinya memahami apa yang diinginkan, membuat rencana
memperoleh keinginan, dan mengambil keputusan secara sadar
untuk memperoleh keinginan tanpa menimbulkan perasaan negatif
pada orang lain. Misalnya, pada saat pemangku kepentingan bersikap
emosional, maka Anda bisa menga jukan pertanyaan sebagai berikut:
“Maaf saya telah melakukan kesalahan. Apa yang Anda sarankan untuk
membantu saya agar saya bisa menghindari kesalahan serupa?”

Pertanyaan efektif akan membantu Anda memegang kendali atas


situasi, termasuk membantu merangsang pemikiran lawan bicara,
pertanyaan pemecah masalah, serta merangsang pemikiran yang
berorientasi tindakan. Misalnya: “Bagaimana kita bisa memperoleh
dukungan lebih banyak dari para pemangku kepentingan?”, “Apa
yang akan terjadi sekiranya kita meminta Bapak Udin untuk menjadi
motivator KB vasektomi?”. Cara lainnya adalah menga jukan
pertanyaan untuk mendapatkan informasi, misalnya: “Apa
bedanya memperoleh dukungan dari Bapak Amir yang ketua
RT dan Bapak Tono yang Babinsa di Kampung KB Tanah Baru?”

51
e. Pertanyaan dapat membuat orang terbuka
Pertanyaan yang tepat akan membuat lawan bicara menjadi lebih
terbuka terhadap masalah yang dihadapinya sehingga diperoleh
informasi yang lebih lengkap. Ada 4 (empat) tip untuk membuat orang
lebih terbuka.

Tips pertama, bangunlah hubungan yang baik.


Pastikan Anda memperlakukan lawan bicara Anda sebagai indvidu
yang setara bukannya kelompok dampingan atau pemangku
kepentingan.

Tips kedua, mulailah dengan pertanyaan yang umum dan ter-


buka. Beri kesempatan pada orang yang berbicara untuk
mengungkapkan dirinya. Ketika mereka mulai berbicara, Anda bisa
menga jukan pertanyaan yang lebih fokus.

Tips ketiga adalah simpan pertanyaan


yang sukar di akhir percakapan. Jika orang
takut pada konsekuensi untuk bersikap
jujur, mungkin dia ragu-ragu untuk
terbuka dan menceritakan seluruh
kisahnya.

Tips keempat, gunakan komunikasi


nonverbal untuk menunjukkan minat.
Ketika orang sedang berbicara,
anggukan kepala sedikit atau
condongkan tubuh Anda ke depan
dengan sikap bersahabat.

52
3. Pengertian Menga jukan Pertanyaan.

Menga jukan pertanyaan adalah suatu


upaya untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dalam proses komunikasi.

4. Tujuan Menga jukan Pertanyaan.

Tujuan menga jukan pertanyaan adalah untuk:


a. memerinci lebih jauh masalah yang sedang dibahas;
b. secara perlahan mendorong kelompok untuk menganalisis
masalah tersebut;
c. membantu mencari berbagai jenis informasi;
d. mendorong terciptanya pemahaman bersama.

53
5. Segitiga Bertanya

Enam pertanyaan pembantu: Siapa, Dimana, Kapan, Apa, Bagaima-


na, dan Mengapa sangat berpengaruh, mengandung inspirasi dan
penuh ima jinasi. Fasilitator bisa menggunakan enam pertanyaan ini se-
bagai panduan saat bertanya. Misalnya: dalam menga jukan pertanyaan
lanjutan dalam diskusi yang sedang berlangsung; menga jukan
pertanyaan untuk memancing ide lanjutan; dan mengembangkan
kriteria untuk mengevaluasi pilihan yang tersedia.

54
Enam pertanyaan pembantu: Siapa, Dimana, Kapan, Apa, Bagaimana,
dan Mengapa sebagaimana digambarkan dalam segitiga bertanya
di atas dapat digunakan untuk membantu mencari berbagai jenis
informasi dan mendorong terciptanya pemahaman bersama antar
anggota kelompok dengan cara yang berbeda-beda:

a. Pertanyaan siapa, dimana dan kapan biasanya berkaitan dengan


informasi mengenai fakta. Misalnya, “Provider mana yang memiliki
jumlah pelayanan KB baru paling banyak di wilayah ini?”.

b. Pertanyaan apa dan bagaimana erat berhubungan dengan pendapat.


Misalnya, “apa pendapat Anda mengenai....? “Bagaimana
sebaiknya menurut Anda cara meningkatkan peran serta
pemangku kepentingan?”.

55
c. Pertanyaan mengapa merupakan pertanyaan paling intens karena
menggali apa yang menjadi nilai atau keyakinan kita dan
jawabannya bisa jadi sangat personal sifatnya. Meskipun sangat
penting bagi anggota kelompok untuk memahami bilai-nilai dan
keyakinan sesama anggotanya, kadang-kadang pertanyaan
“mengapa” bisa dipandang sebagai agresif atau defensif. Sebagai
seorang fasilitator, Anda harus sadar tentang kapan menggunakan
pertanyaan “mengapa”. Anda masih bisa mendorong terjadinya
sharing nilai atau keyakinan dengan menggunakan model segitiga
untuk bertanya. Misalnya, daripada langsung bertanya, “mengapa”

d. Anda bisa bertanya, “Apa yang mendorong Anda untuk


berpendapat seperti itu?

e. Apa paling membuat Anda khawatir terhadap suatu hal?

f. Apa yang Anda pertimbangkan sebagai kesulitan utama?

Model segitiga bertanya dapat juga digunakan untuk menganalisis


masalah dan membantu pencarian solusi alternatif atau pemecahan
masalah tersebut.

56
6. Jenis Pertanyaan

a. Pertanyaan Terbuka
Adalah pertanyaan yang jawabannya tidak sekedar “ya” atau
“tidak” atau hanya mengemukakan fakta. Pertanyaan terbuka
mendorong peserta mengutarakan ide-ide, opini, reaksi, atau
informasi. Gunakan pertanyaan terbuka ketika Anda ingin peserta
berpikir dan berpartisipasi, khususnya untuk mengembangkan ide-
ide atau menggali data. Pertanyaan terbuka bisa sangat efektif jika
dipakai untuk menggali suatu subyek secara mendalam atau untuk
menolong anggota kelompok lebih jujur satu sama lain.

Pertanyaan terbuka biasanya menggunakan kata


“Apa,” “Bagaimana,” “Siapa,” atau “Mengapa.”

Berikut adalah sejumlah contoh:


1) “Apa reaksi Anda terhadap masalah ini?”
2) “Bagaimana proses ini bisa ditingkatkan?”
3) “Alternatif apa yang kita miliki?”
4) “Apa usul Anda terhadap suatu hal?”
5) “Menurut Anda mengapa terjadi penurunan dalam
penjualan?”
6) “Bagaimana kaitan antara hal ini dengan tujuan kita?”
7) “Apa pendapat peserta lain?”

Jika pertanyaan terbuka akan mendorong kelompok untuk berpikir,


maka pertanyaan tertutup berguna untuk menemukan fakta-fakta
dan membimbing kelompok menuju kesimpulan.

57
b. Pertanyaan Tertutup
Bersifat mengarahkan, memancing jawaban “ya” atau “tidak”,
atau mengungkapkan fakta. Pertanyaan tertutup, atau disebut juga
pertanyaan pengungkap fakta (fact-finding question), dipakai
untuk melangkah ke tahap lebih lanjut dalam diskusi, untuk
menarik kesimpulan, mendapatkan informasi yang lebih rinci, atau
untuk mendorong anggota kelompok mencapai kata sepakat.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan tertutup:

1) “Kalau begitu, apakah Anda semua setuju bahwa ini pilihan


terbaik?”
2) “Apakah semua jawaban sudah tercakup?”
3) “Anda siap untuk melanjutkan?”
4) “Apakah semua orang mendukung seratus persen keputusan
ini?”
5) “Apakah ini tujuan realistis dari pertemuan hari ini?”
6) “Apa kita memerlukan upaya untuk memutuskan hal ini?”
7) “Apa kita dapat menambah waktu barang setengah jam un
tuk menyelesaikan diskusi ini?”

58
Namun, perlu kehati-hatian dalam menggunakan pertanyaan
tertutup seperti ini, karena:

1) Terlalu banyak pertanyaan tertutup akan membuat suasana


menjadi kaku, bahkan bisa membuat peserta frustrasi;
2) Jika tidak waspada dalam merumuskannya, justru akan men
ciptakan suasana defensif dan negatif;
3) Fasilitator yang terlalu banyak menggunakan pertanyaan
tertutup sebenarnya akan mengarahkan kelompok pada tu
juan yang secara pribadi diinginkannya (atau setidaknya
para anggota kelompok diskusi akan menganggapnya
begitu).

59
Karena itu gunakan pertanyaan tertutup secara selektif. Lihat
tabel di bawah ini untuk penjelasan lebih detil tentang
penggunaannya.

60
Seorang fasilitator yang mumpuni menggunakan kedua pertanyaan
dasar ketika memandu. Ketika sedang mengarahkan sebuah kelompok
untuk mencapai kata sepakat, kombinasikan antara pertanyaan
terbuka dengan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka diperlukan
untuk mendorong pemikiran dan melahirkan lebih banyak
gagasan. Pertanyaan tertutup diperlukan untuk mengevaluasi dan
menyederhanakan gagasan-gagasan sehingga lebih mungkin untuk di-
jalankan.

61
Berikut adalah contoh-contoh bagaimana menggunakan pertanyaan
terbuka dan tertutup dalam sebuah diskusi untuk mencapai
kesepakatan:

1) Untuk Memancing Gagasan


a) “Apa sa ja tujuan yang ingin kita capai?”
(pertanyaan terbuka).
b) (Buat daftar gagasan yang diutarakan oleh semua anggota).

2) Untuk Mempersempit Pilihan


a) “Apa tujuan yang harus kita capai dalam pertemuan ini?
(pertanyaan tertutup).
b) “Apakah semuanya setuju bahwa ini adalah tujuan yang
tepat dalam pertemuan hari ini?” (pertanyaan tertutup).

3) Untuk Melangkah ke Tahap Berikutnya


a) “Kalau begitu, tujuan Anda adalah mengidentifikasi dua
masalah utama untuk menjadi fokus kerja dalam beberapa
bulan ke depan. Masalah apa sa ja yang Anda hadapi?”
(pertanyaan terbuka).
b) (Buat daftar masalah yang diungkapkan peserta).

62
4) Untuk Mengevaluasi Suatu Daftar
a) “Kita sudah memiliki daftar 14 masalah. Sekarang mari kita
perhatikan benar-benar. Apa yang dapat Anda katakan
mengenai masalah-masalah ini?” (pertanyaan terbuka).
b) (Catat masukan-masukan yang muncul ketika kelompok
sedang mendiskusikan karakteristik permasalahan. Sarikan
masukan dan arahkan kelompok untuk melangkah ke tugas
berikutnya).
c) “Kalau begitu, apakah sekarang Anda siap untuk
mempersempit masalah ini menjadi dua yang paling utama?”
(pertanyaan tertutup).

Teruskan proses ini dengan menggunakan metode pembuatan prioritas


kelompok untuk membantu kelompok mencapai tujuan pertemuan.
Dalam setiap tahapannya, gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup
untuk membimbing kelompok menghadapi berbagai dilema yang
muncul dalam pengambilan keputusan.

Umumnya, fasilitator yang piawai akan menggunakan lebih banyak


pertanyaan terbuka ketimbang pertanyaan tertutup, menggali lebih
dalam hingga peserta mencapai inti permasalahan. Namun demikian,
salah satu pertanyaan paling penting adalah pertanyaan tertutup
yang dia jukan ketika, menurut Anda, kelompok sudah mencapai
kesepakatan: “Kalau begitu, apakah semua setuju bahwa ini keputusan
terbaik?” Pertanyaan tertutup lainnya yang tidak kurang pentingnya
adalah yang dia jukan untuk memastikan komitmen dari setiap anggota
kelompok terhadap keputusan yang diambil: “Apakah semua setuju
untuk mendukung keputusan ini seratus persen?”

63
7. Mengubah Pertanyaan

Ketika sedang memfasilitasi baik diskusi antar individu maupun


kelompok, ingatlah bahwa pertanyaan bisa diubah sewaktu-waktu
diperlukan. Jika Anda menyadari bahwa sebuah pertanyaan tidak akan
mengantarkan pada jawaban yang Anda perlukan, maka ubah sa ja
pertanyaannya. Terkadang pertanyaan tertutup dapat menuntun pada
informasi yang sama seperti halnya pertanyaan terbuka, tergantung
pada suasana hati peserta diskusi, nada suara, dan topik. Namun, jika
Anda harus menghadapi isu yang sulit, atau kelompok yang pendiam
dan tertutup, maka pertanyaan terbuka biasanya akan membantu Anda
mendapatkan respon yang lebih komplet, jujur dan terbuka.

Salah satu yang sering dilakukan oleh fasilitator adalah memaksakan


gagasannya sendiri pada kelompok yang sedang mencari jalan keluar
dari satu masalah. Ini sering terjadi karena fasilitator mempunyai lebih
banyak pengalaman dibandingkan dengan anggota kelompok dan
mungkin sudah melihat situasi serupa di tempat lain di masa lampau.
Seorang fasilitator selalu menghadapi godaan untuk mendesak
kelompok agar mengikuti cara pandang fasilitator.

64
Fasilitator harus menyadari bahwa dalam banyak situasi kita
bekerja dengan peserta-peserta yang sudah berpengalaman,
dan karena itu kita harus mengesampingkan pandangan atau
cara pandang kita sendiri dan tetap netral dalam membantu
mereka. Bagaimana pertanyaan-pertanyaan fasilitator dapat
membantu kelompok menganalisis masalah mereka sendiri.
Kalau sebagai fasilitator kita tidak boleh memberikan jawaban
kita sendiri terhadap masalah sebuah kelompok, bagaimana
kita bisa membantu mereka? Sebagai titik awal kita, kita bisa
menggunakan beberapa pertanyaan untuk memerinci lebih
jauh masalah yang sedang dibahas dan secara perlahan
mendorong kelompok untuk menganalisis masalah tersebut.
Kombinasi pertanyaan-pertanyaan terbuka secara
konsekuensial seperti yang digambarkan dalam model teknik
bertanya bisa membantu kira. Pastikan bahwa ketika bertanya,
tidak memasukkan gagasan Anda sendiri dalam pertanyaan
itu. Misalnya, ”Apakah Anda pernah mencoba?” atau ”Menurut
saya, menggunakan pupuk itu cara terbaik. Bagaimana
menurut Anda?”

65
Sebagai fasilitator terkadang kita terlalu menaruh perhatian pada
pertanyaan yang bersifat “pengetahuan”. Pertanyaan semacam ini
tidak buruk, hanya sa ja selalu menga jukan pertanyaan pengetahuan
merupakan kebiasaan yang buruk. Cobalah menggunakan pertanyaan
yang lebih tinggi tingkatannya. Pertanyaan semacam ini memang lebih
memerlukan analisa, memerlukan jawaban yang lengkap dan mendalam.

a. Pertanyaan mengarahkan
Suatu pertanyaan yang mengarahkan adalah pertanyaan yang
menyatakan secara tidak langsung atau menunjukkan suatu opini/
pendapat, penilaian, atau nilai, misalnya: “Seks yang tidak dilindungi
adalah tidak baik, bukankah begitu?” atau “Anda pasti cukup pandai
untuk mengerti penggunaan kondom, bukankah begitu?”
Pertanyaan yang mengarahkan bisa merangsang klien untuk memberi
“jawaban yang benar” atau jawaban yang berusaha memuaskan si
penanya dan bukannya menceritakan keadaan mereka sebenarnya.

b.Pertanyaan memadai
Pertanyaan yang ditanyakan hanya untuk memuaskan keingintahuan.
Pertanyaan yang tidak relevan bisa menyebabkan orang merasa
tertekan atau segan menjawab. Bisa jadi terlalu banyak waktu
digunakan untuk berpikir apa yang akan ditanyakan daripada
mendengarkan dengan aktif.
Memberikan terlalu banyak pertanyaan bisa:
1). Mengganggu tersusunnya rapport antara pendengar dengan klien.
2). Menimbulkan sikap klien untuk bertahan.
3). Menyebabkan klien merasa urusan pribadinya dicampuri.
4). Mengganggu alur pikir klien, membingungkan, membuat frustasi.
5). Mengarahkan wawancara untuk memuaskan pendengar,
bukannya memenuhi kebutuhan

66
1. Contoh Berbagai
Pertanyaan Cantik

a. Mencari Contoh
o Bisa Anda memberikan sebuah contoh?
o Apa contohnya?
o Seperti apa, misalnya?
o Bisakah Anda memberikan gambarannya?

b. Penggambaran (Deskripsi)
o Seperti Apa, coba gambarkan?
o Ceritakan saya tentang hal itu?
o Apa yang terjadi?
o Bisa Anda ceritakan dengan bahasa Anda sendiri?

c. Penilaian
o Bagaimana perasaan Anda tentang hal ini?
o Bagaimana Anda menilai hal itu?
o Atau “Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu?”

d. Latar Belakang
o Apa yang sudah Anda persiapkan untuk hal ini?
o Apa yang sudah pernah Anda coba selama ini?
o Bisakah Anda mengingat bagaimana hal itu terjadi?
o Apa yang membuat Anda melakukan ini semua?

67
e. Identifikasi Masalah
o Apa yang Anda lihat sebagai masalah?
o Apa yang Anda lihat sebagai hambatan utama?
o Apa yang membuat hal ini seperti ini?
o Apa yang menurut Anda terbaik dari hal itu?

f. Klarifikasi (Meminta Kejelasan)


o Bagaimana pendapat Anda jika hal ini Anda anggap tidak
masuk akal?
o Apa yang membuat Anda bingung, bisa dijelaskan?
o Bisakah Anda jelaskan Apa yang Anda maksud dengan hal ini?
o Apa maksudnya?

g. Alternatif
o Apa ada kemungkinan lain?
o Jika Anda memiliki pilihan Apa yang akan Anda lakukan?
o Apa jawaban yang paling mungkin?
o Apa yang akan terjadi jika Anda lakukan dan Anda tidak lakukan
hal itu?

h. Eksplorasi (Penggalian)
o Bagaimana jika Anda menjelaskan lebih lanjut hal itu?
o Apa ada sisi pandang lain untuk menjelaskan hal itu?
o Apa reaksi Anda terhadap hal ini?

i. Pendalaman
o Bisa Anda ceritakan lebih lanjut?
o Apa lagi?
o Adakah hal lain yang ingin Anda tambahkan?
o Apa yang bisa Anda lakukan dalam kasus seperti ini?
o Gagasan apalagi yang Anda miliki?

68
j. Perencanaan
o Bagaimana Anda memperbaiki situasi ini?
o Apa yang Anda rencanakan untuk mengatasi hal itu?
o Apa yang Anda lakukan dalam kasus seperti itu?
o Apa rencana yang Anda butuhkan untuk melakukan hal itu?

k. Prediksi dan Hasil


o Apa yang Anda pikirkan akan bisa berhasil?
o Apa yang pasti memiliki dampak besar?
o Apa yang terjadi jika hal ini dilakukan atau hal ini tidak dilakukan?
o Apa alur pikir dari kegiatan ini?

l. Alasan
o Apa alasan Anda memilih langkah ini?
o Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?
o Mengapa Anda begitu yakin dengan kegiatan ini?

m. Kegagalan
o Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak berhasil?
o Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak bekerja?
o Bagaimana hal ini bisa berbeda dengan gagasan awal?
o Apa ada rencana baru?

n. Relasi
o Bagaimana hal ini cocok dengan perencanaan Anda?
o Bagaimana hal ini berpengaruh pada kerjaan Anda?
o Bagaimana hubungan antara dua perencanaan yang berbeda?
o. Evaluasi
o Apakah hal ini baik, buruk atau sedang sedang sa ja?
o Sesuai dengan ukuran Anda, apakah kegiatan berhasil?

69
2. Cara Menga jukan Pertanyaan

a. Susunlah pertanyaan kunci untuk memberikan gambaran dan


panduan dari topik yang sedang difasilitasi. Pertanyaan spontan
yang timbul sejalan dengan berlangsungnya sesi memang baik.
Secara keseluruhan proses fasilitasi, termasuk pertanyaan kunci
yang dia jukan, sebaiknya sudah direncanakan sebelumnya.

Misalnya: untuk “mengarahkan diskusi yang sudah dirancang


sebelumnya” (Hyman, 1980)
1) Apakah elemen yang penting dalam komunikasi perubahan
perilaku?
2) Pada situasi semacam ini, menurut Anda, apa yang akan ter
jadi?
3) Apakah fakta dan pengamatan yang mendasari pendapat
Anda?
4) Apa sa ja yang mungkin terjadi akibat dari situasi ini?

b. Formulasikan pertanyaan dengan jelas dan spesifik. Hindari


pertanyaan yang tidak jelas. (Misalnya : Bila Pak Amir datang
kembali, apa yang akan Anda lakukan untuk memotivasi agar
beliau bersedia menjadi akseptor vasektomi?).

c. Kembangkan pertanyaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan


teman bicara Anda.

70
d. Ajukan pertanyaan secara logis dan runtut.

e. Ajukan pertanyaan pada tingkat-tingkat yang berbeda (untuk


memperoleh pengetahuan, perasaan, pendapat dari rekan bicara
Anda).

f. Tindak lanjuti jawaban yang diberikan oleh rekan bicara Anda.


1) Minta tanggapan yang lebih mendalam, lebih bermakna
setelah mereka memberikan tanggapan pertamanya.
2) Lakukan hening (memberikan kesempatan pada teman
bicara untuk menjelaskan).
3) Buat pernyataan reflektif berdasarkan apa yang dikatakan
rekan bicara.
4) Mintalah penjelasan lebih mendalam.
5) Nyatakan ketidakpahaman Anda atas tanggapan yang
diberikan (Misalnya, ”Saya tidak memahami apa yang Anda
katakan. Bisa dijelaskan lebih lanjut” atau “Oya?
Tolong kemukakan alasannya.
6) Minta rekan bicara yang lain untuk menyatakan
pendapatnya.

g. Berikan waktu berpikir pada rekan bicara setelah Anda


menga jukan pertanyaan (Sediakan waktu hening).

71
3. Apa yang Harus Dilakukan
agar Lebih Efektif
dalam Menga jukan Pertanyaan?

a. Pahamilah perbedaannya.

Sebuah pertanyaan terbuka memerlukan jawaban lebih dari sekedar


sepatah atau dua patah kata. Pertanyaan tertutup dapat dijawab
dengan “ya”, “Tidak” atau berbagai jawaban sederhana lainnya.
Misalnya, Bila saya ingin mengetahui apa yang terjadi setelah saya
pulang, saya dapat menga jukan pertanyaan: “Apakah kamu bertemu
dengan Badu?” “Apakah Pak Amir datang menemui Massy?” “Apakah
ibu sudah ber-KB?”

Ini semua merupakan pertanyaan tertutup yang dapat dijawab secara


mudah. Serangkaian pertanyaan tertutup akan mengesankan seperti
interogasi yang menempatkan teman bicara Anda dalam penyelidikan.

b. Ubah strategi bertanya Anda.

Seorang penanya tidak berpengalaman biasanya menjadi frustasi


karena yang ditanya tidak mau berbicara. Dengan pengalaman,
seseorang mempela jari berbagai cara menga jukan pertanyaan yang
membuat orang terbuka. Mungkin sa ja Anda memerlukan informasi
spesifik, tetapi bila Anda menga jukan pertanyaan yang bersifat lebih
umum bisa jadi Anda akan memperoleh tanggapan yang lengkap dan
mendalam dari teman bicara sehingga Anda memperoleh informasi
yang diperlukan.

72
Misalnya, bila saya ingin tahu apakah “Anda berbicara dengan Badu
setelah saya pergi” atau “Apakah Pak Amir datang menemui Massy”,
saya dapat menga jukan pertanyaan “Apa sa ja yang terjadi setelah
saya pergi?” Mungkin dengan cara demikian saya akan memperoleh
informasi yang saya inginkan. Bila tidak, saya dapat menga jukan
pertanyaan terbuka lanjutan “Apa sih yang sebenarnya terjadi antara
Pak Amir dengan Massy?”

Atau contoh lainnya. Katakanlah saya ingin tahu mengapa Anda


batal menemui saya. Apakah karena sesuatu yang saya katakan atau
sesuatu yang saya lakukan? Apakah Anda tiba-tiba merasa sakit?”
Apakah ada orang yang menelpon Anda dengan masalah yang lebih
mendesak? Saya dapat menga jukan pertanyaan-pertanyaan spesifik
yang tertutup atau saya dapat menga jukan pertanyaan terbuka yang
mudah “Apa yang menyebabkan Anda tidak dapat bertemu dengan
saya kemarin?” Bila jawaban yang diberikan terlalu umum dan tidak
jelas, a jukan pertanyaan berikutnya yang lebih menuntut.

Saya : “Apa yang menyebabkan Anda tidak dapat menemui saya


kemarin?”
Anda : “Saya tidak enak badan?.”
Saya : “Oh? Saya harap Anda merasa lebih baik saat ini. Anda
sakit apa?”

Setelah Anda menga jukan pertanyaan terbuka namun belum


memperoleh informasi spesifik yang Anda inginkan, sekaranglah saat yang
tepat untuk mega jukan pertanyaan efektif yang lebih spesifik.
Misalnya “Apa yang terjadi dengan minuman basi tersebut?”
Kesalahan yang sering dilakukan orang adalah memulai dengan
pertanyaan spesifik yang akan menghabiskan banyak waktu. Akhiri
dengan pertanyaan spesifik, bila perlu.

73
c. Lanjutkan dengan pertanyaan “Mengapa?” atau “Bagaimana?”

Teknik lainnya yang membantu Anda memperoleh informasi yang


mendalam dan spesifik adalah menga jukan pertanyaan terbuka yang
diikuti dengan “Mengapa?” dan “Bagaimana?”

Misalnya : Bila saya ingin tahu manfaat sesi saya, saya akan bertanya
pada peserta.

Saya : “Apakah Anda sudah memahami tentang materi pola asuh


anak?”
Dia : “Tidak.”
Saya : “Apa yang menurut Anda perlu diperbaiki?”
Dia : “Oh..karena terlalu banyak ceramahnya, tidak ada praktek
sama sekali.”

Terkadang cara di atas tidak berhasil. Lanjutkan dengan pertanyaan


terbuka yang lebih agresif, yang membutuhkan jawaban yang lebih
mendalam
Saya : “Bagaimana perjalanan Anda ke Madiun?”
Dia : “Hujan.”
Saya : “Oh? Seberapa lebat hujannya?”
Dia : “Lebat. Lebat banget.”
Saya : “Ceritakan pada saya!”

Tetaplah Ramah Kecuali dalam situasi yang permusuhan dimana


pertanyaan yang ta jam merupakan cara bertanya yang lazim, semua
pertanyaan harus dia jukan secara sopan, tenang dan ramah.
Pertanyaan tidak akan dijawab dengan baik bila penanya bersikap
permusuhan,acuh tidak acuh dan mempermalukan orang yang
ditanya.

74
Dengarkan! Terkadang kita terlalu menaruh
perhatian pada cara terbaik menga jukan
pertanyaan berikutnya sehingga tidak
memperhatikan jawaban. Bila Anda berlaku
semacam ini, Anda kehilangan kesempatan
menga jukan pertanyaan lanjutan.
Upayakan mendengarkan jawaban dari
pertanyaan yang Anda a jukan.

4. Kiat-Kiat Menga jukan Pertanyaan

a. Formulasikan pertanyaan dengan seksama sehingga memudahkan


dan membuat orang merasa nyaman menjawab pertanyaan.

b. Ajukan pertanyaan secara singkat dan jelas dengan bahasa yang


mudah dipahami.

c. Hindari menga jukan beberapa pertanyaan sekaligus.

d. Bersabarlah dalam menunggu jawaban dan hindari menjawab


pertanyaan yang Anda a jukan sendiri.

e. Ubah pertanyaan bila jawaban yang diperoleh bukan yang diperlukan.


Kemukakan alasan ketika menga jukan pertanyaan yang sensitif.

f. Menggunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan


keakraban.

75
B. Probing

1. Pengertian Probing

Probing adalah teknik yang diterapkan fasilitator untuk mendapatkan


lebih banyak informasi dan untuk mendorong orang aktif bicara.
Mengetahui kapan harus melakukan probing adalah keterampilan yang
sangat penting, karena probing dapat meningkatkan kualitas dan
kedalaman diskusi serta menghapus kebuntuan. Misal, ketika kelompok
membuat pernyataan umum yang tidak menyumbang pada
perbaikan pemahaman terhadap suatu topik, kita bisa melanjutkan
diskusi dengan memperdalam pertanyaan dan mencari lebih banyak
detil dan contoh-contoh.

2. Tujuan Probing

a. mendorong peserta mempertimbangkan berbagai informasi


penunjang, aliran pemikiran dan kesimpulan yang berbeda.

b. mendorong orang menganalisa lebih mendalam daripada sekedar


mengutip atau mencontek pendapat orang lain, menerapkan apa
yang telah diketahui pada situasi yang belum dikenal, dan memberi-
kan penjelasan lebih mendalam pada hal yang telah mereka ketahui.

c. sebagai upaya atau langkah-langkah sistematis untuk menggali


informasi (fakta, data) yang dinilai penting dan relevan dalam
mengambil suatu keputusan. Keterampilan probing dapat dipela jari
sehingga unsur pengalaman pembela jaran mempunyai arti yang
sangat penting.

76
3. Jenis Probing

Ada beberapa jenis probing yaitu:

a. Probing Dasar
Ajukan pertanyaan dengan cara lain untuk memastikan bahwa orang
yang ditanya memperhatikan dan memahami pertanyaan yang
dia jukan.

b. Probing penja jakan


Untuk memperoleh kejelasan dari pernyataan penjawab yang tidak
lengkap. Penanya dapat menga jukan pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah Anda dapat memberikan contoh?” atau “Tolong menjelaskan
lebih mendalam tentang hal itu?”

c. Probing yang terfokus


Digunakan untuk memperoleh pemahaman tentang topik tertentu.
Misalnya, kondom apa yang biasanya Anda gunakan?”

d. Probing dengan diam


Diam dan menunggu orang yang ditanya untuk memecahkan kebisuaan.
Teknik ini biasanya digunakan bila orang yang ditanya enggan menjawab
atau memerlukan waktu panjang untuk menjawab.

77
e. Probing menjelaskan
Penanya mengulangi pertanyaan saat penjawab berhenti memberikan
jawaban. Maksudnya adalah meminta orang yang ditanya untuk mulai
bercerita kembali. (Misalnya: “Pertanyaannya adalah apa yang menye-
babkan ibu tidak datang untuk ber-KB setelah 42 hari pasca melahirkan”.
“Ada lagi yang ingin ibu tambahkan mengenai pertanyaan tersebut?”

f. Memberikan ide atau saran


Misalnya, “Apakah sudah pernah membicarakan tentang KB IUD ini
dengan suami ibu?” Bagaimana tanggapan beliau mengenai situasi ini”

Probing dapat membantu Anda untuk mencari akar masalah, membantu


orang lain memahami lebih jauh, mendorong peserta berpikir lebih dalam
sehingga seni menggali lebih dalam ini merupakan teknik wa jib bagi
fasilitator karena probing dapat membuat perbedaan yang positif, baik
di tingkat kualitas maupun kedalaman, serta probing tidak membiarkan
diskusi suatu kelompok macet. Sebagai contoh, ketika diskusi melebar
kemana-mana sehingga orang kehilangan benang merah, probing dapat
digunakan untuk memindahkan diskusi pada hal-hal yang lebih detil dan
spesifik.

Probing dilakukan pada saat:


a. Mencari akar masalah.
b. Menggali gagasan atau kekhawatiran yang bisa jadi terlewatkan.
c. Mendorong anggota kelompok menggali permasalahan secara
lebih mendalam dan sekaligus menghargai proses berpikir mereka
sendiri.
d. Meningkatkan kepercayaan di antara anggota kelompok.
e. Menyingkap fakta-fakta yang sebelumnya tersembunyi.
f. Meningkatkan kreativitas dan keterbukaan pikiran.

78
4. Cara Melakukan Probing.

Probing adalah menga jukan pertanyaan untuk memperoleh informasi


mendalam. Sehingga pada dasarnya cara untuk melakukan probing
adalah cara menga jukan pertanyaan, meskipun demikian penekanan
probing adalah pada mendengarkan aktif dan memastikan bahwa
Anda memperoleh informasi mengenai penyebab dari suatu situasi dan
bukannya gejala.

Contoh probing:

Anda : “Ibu, kapan ibu terakhir kali datang bulan?”


Klien : “Dua hari yang lalu bu PLKB.”
Anda : “Metode KB apa yang terakhir ibu gunakan?”
Klien : “Suntik 3 bulan bu.”
Anda : “Tolong ceritakan apa yang menyebabkan ibu ingin berganti
metode KB?”
Klien : “Selama menggunakan suntik 3 bulan, saya tidak pernah
datang bulan dan perut rasanya kembung bu.”
Anda : “Oh begitu. Ibu katakan tadi selama menggunakan KB suntik
3 bulan tidak pernah mengalami datang bulan dan perut
rasanya kembung ?”
Klien : “Iya bu PLKB, sekarang saya mau menggunakan KB pasang.
Kata teman saya datang bulannya lancar selama memakai
KB pasang dan menyusuinya tidak terganggu”
Anda : “Jadi ibu sekarang berencana menggunakan KB pasang atau
KB IUD?”

79
Di antara beberapa cara yang paling efektif untuk melakukan probing
adalah sikap non-verbal: menganggukkan kepala, menjaga kontak mata,
berdiam diri, dan tidak mengatakan apa-apa. Sikap seperti ini seringkali
justru akan mendorong seseorang untuk lebih jauh mengeksplorasi
pemikirannya ketika ia yakin orang lain sedang mendengarkannya.

Adapun pilihan teknik verbal untuk untuk melakukan probing


cukup luas, mulai dari ekspresi sederhana seperti “Oh?” atau
“Hmmm” hingga pertanyaan dan suruhan langsung seperti:

• “Kenapa begitu?”
• “Mengapa Anda berpendapat begitu?”
• “Tolong jelaskan lebih lanjut....”
• “Apa ini ada kaitannya dengan yang Antok katakan
tentang...?”
• “Coba jelaskan apa yang Anda maksud dengan....”
• “Bisa lebih spesifik?”
• “Bisa dijelaskan lebih lanjut?”
• “Bisa memberi contoh?”
• “Apa lagi yang terjadi?”
• “Hmmm..., Oh ya?
• ”Bisa Anda ceritakan lebih lanjut?”
• “Lalu apa yang terjadi?”

80
5. Akibat Probing Yang Berlebihan .

Pertanyaan-pertanyaan diatas harus digunakan secara selektif dan


diiringi dengan sikap terbuka dan penuh perhatian sehingga probing
bisa menjadi teknik yang berguna dan amat penting. Tapi jangan ber-
lebih melakukan probing, karena akan berakibat pada hal-hal berikut:
a. Anggota kelompok akan merasa seperti diinterogasi;
b. Anggota lain akan merasa ditinggal kalau dialog terus-menerus
hanya antara Anda dengan satu orang;
c. Anda akan kehilangan, atau setidaknya tampak kehilangan
netralitas;
d. Orang akan menganggap Anda punya agenda tersembunyi;
e. Probing bisa menyesatkan arah diskusi.

6. Kiat-Kiat Probing

a. Dengarkan dengan mata dan telinga Anda. Bila ada ketidaksesuaian


antara pesan verbal dan nonverbal, a jukan pertanyaan hingga Anda
memperoleh pemahaman mengenai keadaan yang sesungguhnya
terjadi.
b. Susun pertanyaan dengan baik dan sediakan waktu untuk probing.
c. Gunakan 5 “Mengapa” dan “Apa yang menyebabkan permasalahan
ini?” untuk mempermudah Anda mendapat informasi penyebab
masalah yang sesungguhnya. Sering jawaban atas pertanyaan
mengapa yang pertama akan membimbing kita menga jukan
pertanyaan mengapa kedua dan selanjutnya.

81
Itu sebabnya teknik ini disebut sebagai “5 Mengapa”. Saat Anda melihat
masalah, mulai dari situasi terkini dan bergeraklah mundur ke akar
masalah dengan berulangkali menga jukan pertanyaan “Mengapa?”.
Teknik ini digunakan untuk mengatasi masalah yang sederhana. Untuk
permasalahan yang lebih kompleks diperlukan teknik pemecahan
masalah yang canggih.

82
TEKNIK
MERANGKUM
DAN PARAFRASE

83
A. Teknik Merangkum

1. Pengertian merangkum

Beberapa pendapat tentang makna merangkum:


a. Merangkum adalah bagaimana menggunakan pilihan-pilihan teks
yang lebih tepat dan meringkasnya menjadi esensi-esensi: ide-ide
kunci, poin-poin utama yang merupakan catatan atau pengingat yang
berarti. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan merangkum
dengan “ide umum dalam bentuk yang jelas”, penyulingan, penyingka-
tan atau pengurangan karya yang lebih besar menjadi ide-ide utama.

b. Merangkum (summarizing) merupakan teknik penting agar tetap


fokus serta memperoleh inti dari suatu permasalahan. Secara ringkas
rangkumlah apa yang telah didiskusikan atau aktivitas yang telah
dilakukan sebelum beranjak ke langkah selanjutnya setiap saat,
termasuk apabila terdapat data penting yang diperoleh ketika
melakukan suatu aktivitas.

c. Merangkum merupakan penyusunan kalimat, merangkai kata, secara


singkat dari berbagai materi yang ditulis atau dibicarakan, dengan
menyatakan poin-poin utama dan meninggalkan hal-hal yang tidak
esensial. Merangkum lebih dari sekedar bercerita ulang, melainkan
menganalisa informasi, membedakan elemen-elemen yang penting
dengan yang tidak penting dan menerjemahkan sekumpulan informasi
menjadi kalimat pendek yang melekat. Teks-teks fiksi dan non fiksi,
media, percakapan, pertemuan dan peristiwa-peristiwa semua bisa
dirangkum.

84
Secara sederhana merangkum bisa dimaknai sebagai berikut:

Kegiatan menyampaikan atau mengemukakan kembali secara singkat


esensi sebuah pembicaraan (atau tulisan) yang telah terjadi yang
berisi poin – poin penting dari pembicaraan (atau tulisan) tersebut.

Banyak orang menyamakan makna merangkum dengan menyimpulkan.


Pada faktanya 2 hal ini memiliki makna yang sangat berbeda.

85
Rangkuman menunjukkan bahwa orang mendengarkan dan memahami
apa yang telah dikatakan. Pastikan pembicara mengetahui bahwa kita
merangkum fakta dan perasaan pembicara secara tepat.

Merangkum juga dapat digunakan untuk menjelaskan ulang secara


singkat tentang poin-poin penting dalam pembahasan suatu topik yang
memakan waktu panjang.

Merangkum digunakan untuk mengemukakan kembali poin-poin penting


di akhir pertemuan untuk memandu peserta tentang pembahasan yang
telah dilakukan dan tindak lanjut yang telah disepakati bersama. Selain
itu merangkum adalah ”memberitahukan” pada pihak lain bahwa kita
memahami pemikiran dan perasaan mereka.

86
2. Tujuan merangkum

Tujuan merangkum adalah membantu orang – orang yang terlibat


dalam proses pembicaraan (atau membaca karya tulis) untuk
memahami struktur dan maksud pembicaraan (atau karya tulis).

Manfaat penyampaian rangkuman:

a. Rangkuman menunjukkan bahwa orang mendengarkan dan


memahami apa yang telah dikatakan. Pastikan pembicara
mengetahui bahwa kita merangkum fakta dan perasaan
pembicara secara tepat. Merangkum juga dapat menggambarkan
perkembangan dari pemecahan suatu masalah yang sedang dalam
pembahasan.

b. Ketika kita mengulang kalimat-kalimat pembicara, dengan kata-kata


kita sendiri, maka peserta yang lain juga akan saling memeriksa
pemahaman mereka atas apa yang dimaksud oleh pembicara. Jika
kita salah menangkap pesan yang dimaksud, si pembicara dapat
langsung memperbaiki kesalahpahaman itu.

c. Dengan merangkum kita ”memberitahukan” pada pihak lain bahwa


kita memahami pemikiran dan perasaan mereka.

d. Dengan merangkum, komunikasi menjadi lebih jelas karena kita


menggunakan umpan balik untuk memastikan bahwa komunika-
tor dan komunikan memahami pesan yang sedang dipertukarkan.
Dengan merangkum biasanya pembicara merasa mereka
”didengarkan” sehingga lebih terbuka dalam menjalin komunikasi.

87
3. Teknik Merangkum

Teknik merangkum merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai


berikut:

a. Sa jikan kembali poin-poin utama.


b. Berikan umpan balik yang tepat untuk memastikan apakah kita
memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara.
c. Ingatkan peserta pada fokus pertemuan dengan merujuk kembali
pada tujuan komunikasi.

Gunakan pernyataan seperti ”Sejauh ini kita telah membahas mengenai


....” atau ”Keprihatinan kita yang paling besar nampaknya adalah .....”

Gunakan parafrase bila kita merasa pembicara menyampaikan


kembali poin yang sama atau pembicara menyampaikan sesuatu yang
emosional.

Gunakan pernyataan ”Kita kedengaran sangat kesal dengan masalah


ini.” atau ”Kita sangat bangga dengan hasil yang dicapai oleh wilayah
kita.”

Biasanya , apa sa ja isi rangkuman dari sebuah pembicaraan ?


• Topik utama.
• Harapan terhadap hasil diskusi.
• Kesepakatan.
• Tindak lanjut.

88
Contoh:

Menyampaikan kembali topik utama pembicaraan.


“Sejauh ini kita sudah membahas tentang KB MKJP, utamanya tentang
keunggulan dan efek sampingnya.”

Harapan terhadap hasil diskusi.


“Harapannya adalah ibu-ibu sekalian bisa memahami tentang
masing-masing metode KB MKJP beserta keunggulan dan efek
sampingnya.”

Kesepakatan.
“Dari diskusi tadi, kita sependapat bahwa kita akan masing-masing
metode KB memiliki keunggulan dan efek samping sendiri. Menyesuaikan
dengan kondisi masing-masing individu.”

Tindak lanjut.
“Kita berencana untuk menyampaikan informasi tentang KB MKJP
dalam acara penyuluhan di balai desa dalam rangka Hari Keluarga
Nasional tanggal 29 Juni.”

Dalam merangkum tidak boleh:


a.
Menyelipkan opini kita diluar
konteks pembicaraan peserta.
b.
Berusaha memperbaiki atau
menambahkan apa yang telah
dikatakan oleh pembicara.

89
4. Kiat menyampaikan rangkuman:

a. Gunakan kata – kata sederhana.


b. Gunakan kalimat sederhana yang tidak terlalu panjang.
c. Lakukan parafrasing apabila dibutuhkan untuk memberikan
tekanan atas kesepakatan.
d. Perhatikan kualitas suara dan bahasa ketika menyampaikan
rangkuman.
e. Gunakan media tulisan untuk membantu menyampaikan
rangkuman. Tulisan akan membantu orang lain memahami isi dari
rangkuman yang disamapaikan.
f. Melibatkan semua peserta, tidak menunjuk orang tertentu.

Untuk mengutamakan ingatan mengenai pengetahuan melalui


penggunaan strategi menyeluruh yang didesain untuk mengulang
kembali dan mempraktikkan keterampilan untuk tujuan memindahkan
pengetahuan menjadi memori jangka panjang

Cara jeli merangkum adalah dengan membuat ”rangkuman” cepat,


ringkas dan langsung pada topik bahasan (to the point). Kecenderungan
fasilitator baru adalah merangkum terlalu rinci. Dengan latihan,
merangkum dengan padat dan ringkas dapat dikembangkan.

Cara lain merangkum adalah meminta seseorang (dari warga bela jar)
untuk merangkum apa yang telah didiskusikan. Bersabarlah dengan
warga bela jar, sebab mereka mungkin tidak tahu bagaimana cara
merangkum itu. Namun demikian, ini adalah cara yang baik untuk
membangun keterampilan warga bela jar dan menjaga semua orang
tetap ”siaga” terhadap apa yang sedang terjadi.

90
Ketika terjadi banyak perdebatan, ketidaksetujuan atau data yang
beragam, mungkin akan sulit untuk merangkum isi apa yang telah
didiskusikan. Pada kasus seperti ini, fasilitator bisa secara sederhana
merangkum apa yang terjadi dan membuat saran, misalnya:

”Seperti kita lihat, ada banyak ketidaksetujuan tentang metode terbaik


untuk...Tiga metode telah didiskusikan. Pertama, ..., kedua..., dan ketiga....
Langkah selanjutnya adalah melihat untung-rugi dari setiap metode dan
mencoba mencapai konsensus apa yang terbaik bisa kita lakukan untuk
mencapai tujuan itu.”

Kadang kala kita harus merangkum apa yang terjadi (prosesnya) dan
bukan isinya. “Banyak yang sudah kita diskusikan mengenai Cara A,
tapi belum ada yang membicarakan mengenai Cara B atau C. Apa yang
harus kita lakukan untuk mendapat lebih banyak informasi mengenai
Cara B dan C ini?”

91
B. Parafrase

1. Pengertian parafrase

Pengertian parafrase adalah kegiatan mengungkapkan kembali secara


sederhana sebuah pernyataan atau perkataan seseorang (lisan atau tu-
lisan) dengan menggunakan kata – kata kita sendiri.

Ada beberapa sumber yang menyatakan makna parafrase


sebagai berikut:
a. Cara kita sendiri membawakan informasi dan ide-ide esensial yang
diungkapkan oleh orang lain, yang disampaikan dalam bentuk yang
baru.

b. Statemen ulang yang lebih detail dari pada rangkuman, yang secara
tepat memfokuskan pada ide utama tunggal.

c. Pengungkapan kembali teks, penjelasan, argumen atau narasi


penulis lain. Parafrase kira-kira sama panjangnya dengan yang asli,
tetapi secara substansinya berbeda dalam pengungkapannya dan
struktur kalimat.

d. Pernyataan ulang sebuah potongan asli dari teks tertulis atau lisan ke
dalam kata-kata kita sendiri. Hanya seperti menterjemah, ketika kita
membuat parafrase, kita tidak mengubah makna atau ide-ide yang
diutamakan dan kita juga tidak membuang informasi yang ada (seper-
ti yang kita lakukan dalam merangkum) kita hanya mengubah bahasa.

92
e. Parafrase adalah kutipan tidak langsung, harus didokumentasikan
karena ia berhubungan dengan kata dan gaya kita sendiri walaupun
kita meminjam dari orang lain. Parafrase lebih fleksibel dari pada
kutipan. Parafrase lebih tepat dalam teks kita, dan kita bisa
mengungkapkan interpretasi kita sendiri ketika kita membuat
parafrase.

f. Parafrase merupakan satu cara untuk menggunakan sebuah teks


dengan penulisan kita sendiri tanpa secara langsung mengutip
materi sumber. Kapanpun kita mengambil informasi dari sebuah
sumber yang bukan kepunyaan kita, kita perlu mengkhususkan dimana
kita mendapat informasi itu.

Parafrase merupakan sebuah


teknik yang bermanfaat untuk
memastikan pemahaman terhadap
orang lain. Cara ini juga sekaligus
memberi peluang bagi anggota
lainnya untuk turut memastikan
pemahaman mereka. Jika Kita tidak
mendengar perkataan orang
dengan benar, maka si pembicara
akan membenarkan kesalahan
pemahaman yang ada.

Misalnya, Kita dapat mengatakan,


“Jadi, Meytha, jika saya tidak salah
tangkap, Anda mengatakan....”
Gunakan teknik ini terutama untuk
memperbaiki pemahaman kelompok.

93
Jadi hati-hati, jangan sampai Kita menggunakan teknik ini sebagai
alasan untuk “menyelipkan” suatu pendapat. Juga hindari kesan
bahwa Kita menggunakan teknik parafrase justru untuk memperbaiki
atau menambahkan apa yang dikatakan peserta. Sejauh dimungkinkan,
hargai kata-kata yang digunakan oleh anggota kelompok.

Teknik parafrase ini sangat bermanfaat ketika seseorang berusaha


menyampaikan sebuah konsep atau gagasan yang rumit, atau
mengungkapkan beberapa gagasan sekaligus. Gunakan teknik ini untuk
menjelaskan gagasan seseorang, atau memfokuskan tiap-tiap gagasan
yang disa jikan sehingga setiap orang mengerti pentingnya gagasan
tersebut.

Berikut adalah beberapa contoh parafrase untuk beberapa situasi


berbeda:

(Seseorang melontarkan gagasan yang kurang jelas): “Jadi, Ira, ka-


lau saya tidak keliru maksud Anda adalah....”

(Seseorang melontarkan beberapa gagasan sekaligus): “Menurut


saya ada beberapa gagasan yang mungkin kita perlukan. Pertama,
kalau saya tidak salah dengar Anda mengatakan... Benar nggak?”

(Setelah menangkap ide tersebut:) “Berikutnya, saya tadi juga


mendengar Anda mengatakan... Apakah ini juga akan kita masuk-
kan?” (dan seterusnya).

94
2. Tujuan Parafrase

Tujuan melakukan parafrase:


membantu mempermudah kita dan orang lain untuk memahami makna
dari pernyataan atau perkataan orang pertama.

Mengapa kita membuat parafrase ?

Kita perlu tahu kapan cocok untuk


mengutip dan kapan tidak cocok.
Jika kita menulis sebuah makalah yai-
tu separuh atau bahkan seperempat
materi yang dikutip, audience kita akan
mempertanyaakan sejauh mana ide-
ide yang kita sampaikan adalah milik
kita sendiri. Parafrase ketrampilan yang
sangat bernilai. Parafrase
memungkinkan kita membuktikan
pemahaman kita tentang apa yang
ditulis pengarang atau penutur
pertama dengan menggunakan bahasa
unik kita sendiri dan pengetahuan kita
ketika mengutip dan ketika tidak.

95
Sebagai tambahan, ketika kita akan menggunakan bahasa kita sendiri
ketika membuat parafrase, itu akan menjadi piliihan kita dan gaya
tulisan kita yang tercerahkan dan esei kita akan mengalir lebih
halus.

Parafrase digunakan karena alasan berikut:

a. Untuk menjaga bahwa kita sepenuhnya memahami apa yang dika-


takan teks atau tuturan itu (misalnya: puisi, paragraf atau pidato dari
permainan atau pernyataan seseorang).

b. Untuk mendiskusikan argumen-argumen seseorang atau teks secara


langsung

c. Untuk menggunakan sebagai bukti poin yang sedang kita buat den-
gan teks argumentatif kita sendiri

d. Untuk menyampaikan poin pemikiran yang berlawanan yang hen-


dak kita sangkal

e. Untuk menyatakan ulang pesan yang sulit yang mungkin tidak dipa-
hami pembaca atau pendengar

f. Untuk menjelaskan atau menginterupsi konsep atau istilah yang ti-


dak familiar.

g. Untuk membuat fakta dan ide-ide abstrak menjadi nyata.

96
3. Teknik Parafrase

Enam langkah melakukan parafrase:

a. Baca dan dengarkan bacaan atau penuturan yang asli sehingga kita
bisa memahami makna sepenuhnya.

b. Tulislah parafrase kita pada kartu catatan atau pikiran kita, hindari
untuk meniru penuturan asli.

c. Berilah catatan beberapa kata pada parafrase kita untuk


mengingatkan kita bagaimana kita akan menggunakan bahan-bahan
ini. Tulislah atau fikirkan kata kunci atau frase yang menunjukkan
subjek parafrase kita.

d. Pastikan parafrase yang kita sampaikan tidak akan mengubah makna


dari penuturan asli dan secara akurat mengungkapkan semua
informasi yang esensi dalam bentuk baru.

e. Gunakan kutipan untuk mengidentifikasi term-term unik atau


fraseologi yang secara tepat kita pinjam dari sumber itu.

f. Catat sumber itu pada kartu catatan atau fikiran kita sehingga kita
bisa dengan mudah jika kita memutuskan untuk menggunakan bahan
itu dalam paper atau penuturan kita.

Dengan kata lain teknik parafrase adalah teknik mengungkapkan


kembali ide atau penuturan orang lain dengan menggunakan kalimat dan
kata–kata kita sendiri tanpa menghilangkan makna dari ide atau
penuturan tersebut.

97
Sulit untuk menemukan kata-kata baru untuk sebuah ide yang telah
diungkapkan dengan baik. Strategi berikut ini akan membuat
mem-parafrase lebih mudah sedikit:

a. ketika kita pada tahap mencatat atau mendengar, dan kita mulai
melewati satu bagian yang mungkin berguna untuk parafrase kita,
maka jangan mengkopi bagian itu kata demi kata kecuali kita pikir
kita ingin mengutipnya.

b. jika kita berfikir bahwa kita ingin memparafrase bagian, buatlah


catatan hanya berasal dari poin dasar pengarang. Kita tidak perlu
menggunakan kalimat penuh.

c. di catatan kita, kita seharusnya telah menterjemahkan bahasa asli ke


kata-kata kita sendiri. Persoalannya adalah bahwa kita harus dapat
menangkap ide asli.

98
Kapanpun kita melakukan
parafrase, ingatlah poin ini:

a. kita harus menyediakan dan


bersumber pada referensi
asli.

b. parafrase secara keseluruhan


harus dengan kata-kata kita
sendiri. Kita harus melakukan
lebih dari semata-mata
mengganti frase sana sini.
Kita harus juga secara penuh
mengubah struktur kalimat.

Sumber lain mengatakan hal yang hampir serupa:


a. Ubahlah ide-ide dari catatan-catatan kita ke dalam kalimat-kalimat
penuh.
b. Siapkan referensi.
c. Kembali ke bagian yang asli untuk meyakinkan bahwa (a) parafrase
kita adalah akurat dan (b) kita benar-benar mengatakan sesuatu
dengan kata-kata kita sendiri.

99
Kiat melakukan parafrase:

a. Gunakan hanya untuk memastikan pemahaman terhadap


sebuah penuturan kita;

b. Jangan gunakan teknik parafrase untuk memperbaiki kalimat


pembicara;

c. Hindari menambahkan atau mengubah apa yang dikatakan


pembicara;

d. Cobalah sedapat mungkin tidak menggunakan kata-kata


pembicara;

Sederhanakan ketika seorang anggota mengalami


kesulitan menjelaskan gagasan. Katakan sa ja kembali
apa yang dikatakan seseorang kalau menurut kita anggota
kelompok lain tidak bisa mendengarnya.

100
PENUTUP

Komunikasi perubahan perilaku merupakan komunikasi yang dilakukan


dengan menggunakan berbagai macam saluran pendekatan sistematis
serta interaktif dalam menyampikan pesan berdasarkan kondisi mas-
yarakat atau dengan memanfaatkan penelitian dari konsumen termasuk
pembuat kebijakan, keluarga dan petugas lintas sektor terkait. Komunikasi
perubahan perilaku diartikan sebagai pengembangan media komunikasi
berbasis terhadap perubahan perilaku. Sasaran dari komunikasi
perubahan perilaku tidak hanya pada masyarakat atau kelompok primer,
namun juga petugas maupun tokoh yang berpengaruh atau kelompok
sekunder serta pembuat kebijakan atau kelompok tersier.

Komunikasi perubahan perilaku adalah suatu proses untuk merancang


beragam pesan menggunakan berbagai macam media dan saluran untuk
mempromosikan, mengubah, mengembangkan dan memelihara perilaku
yang positif dan menitikberatkan pada masalah perilaku serta menekankan
bagaimana cara memperbaiki perilaku tersebut. Sedangkan KIE atau
penyuluhan kesehatan biasanya menitikberatkan kegiatan pada

101
peningkatan pengetahuan sehingga kurang memantau terhadap
perubahan perilaku. Dalam komunikasi perubahan perilaku terdapat titik
temu antara segi pandang dari petugas dan masyarakat, jadi komunikasi
perubahan perilaku harus berjalan dengan dua arah yaitu dari arah
petugas Penyuluh KB atau kader IMP dengan masyarakat.

Komunikasi perubahan perilaku sangat bermanfaat bila diterapkan karena


dapat dipergunakan untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah yang
lebih baik.

102
103

Anda mungkin juga menyukai