Pengarah :
Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
(Kepala BKKBN)
H. Nofrijal, SP.,MA
(Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi, BKKBN)
Penanggung Jawab :
Drs Wahidin, M.Kes
(Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN)
Penyusun :
Arief Mochamad
I Made Yudhistira D, M.Psi.,Psikolog
Putu Sawitri, A.Md.Keb, SKM
(Penyuluh KB Ahli Pertama Provinsi Bali)
Editor :
Dr. Dian Kristiani Irawaty, SIP, MAPS
PENERBIT BUKU :
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
DIREKTORAT BINA PENGGERAKAN LINI LAPANGAN
GEDUNG HALIM 2 LANTAI DASAR
JALAN PERMATA NO 1, HALIM PERDANA KUSUMA, JAKARTA TIMUR
TEP. 021-8098018 EXT : 551 – 558
EMAIL : ditbinlap@gmail.com
2
KATA SAMBUTAN
Penyuluh KB/PLKB merupakan profesi yang memiliki
kompetensi di bidang komunikasi. “Senjata” utama
seorang Penyuluh KB/PLKB adalah teknik
berkomunikasinya kepada pelanggan yang dalam hal
ini adalah individu atau Pasangan Usia Subur, keluarga
dan/atau para stakeholders. Penyuluh KB/PLKB dituntut
untuk mampu dan kompeten di bidang komunikasi.
Tanda kesuksesan dari komunikasi adalah komunikan
paham isi pesan dari komunikasi dan komunikan dapat
berubah sikap atau perilaku menjadi positif sesuai
dengan isi pesan yang disampaikan.
3
Penyuluh KB/PLKB harus mampu berkomunikasi
secara efektif hingga terjadinya perubahan perilaku
pada individu ataupun masyarakat agar berpartisipasi
aktif dalam Program Bangga Kencana. Kemampuan
ini menjadi kunci utama kesuksesan melaksanakan
tugas dan fungsi sebagai profesi Penyuluh KB/PLKB di
lini lapangan.
Kepala BKKBN,
4
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, buku Komunikasi Perubahan Perilaku
untuk Penyuluh KB/PLKB dapat diselesaikan tepat waktu.
Buku ini merupakan sumber referensi bagi Penyuluh
KB/PLKB untuk meningkatkan kompetensi dalam ilmu
komunikasi perubahan perilaku. Penyuluh KB/PLKB
sebagai fungsional yang memiliki tugas dan fungsi
utama yaitu melakukan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE). Tujuan akhir dari sebuah komunikasi
adalah terjadinya perubahan perilaku.
5
operasionalisasi program Bangga Kencana di
masyarakat, maka perlu dibekali dengan wawasan
dalam menyusun perencanaan intervensi Komunikasi
Perubahan Perilaku dalam program Bangga Kencana.
H. Nofrijal, SP.,MA
6
DAFTAR ISI
Kata Sambutan ............................................................................................ 3
PENDAHULUAN.............................................................................................. 9
PENUTUP.......................................................................................................... 101
7
DAFTAR SINGKATAN
8
PENDAHULUAN
9
Komunikasi perubahan perilaku merupakan komunikasi dengan
menggunakan berbagai macam saluran atau media dalam memperbaiki
perilaku terutama perilaku pada kesehatan masyarakat. Komunikasi
perubahan perilaku ini adalah pengembangan dari KIE, akan tetapi lebih
menekankan terhadap perubahan perilaku sehingga bukan hanya berhenti
pada peningkatan pengetahuan serta sikap sa ja. Buku Referensi Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB tentang Komunikasi Perubahan Perilaku diawali
dengan pembahasan konsep dasar komunikasi, pengertian, komponen, jenis,
faktor yang mempengaruhi dan hambatan dalam berkomunikasi. Bab tiga
membahas teknik dan kiat berkomunikasi efektif. Bab empat menga jak
pembaca untuk memahami teknik menga jukan pertanyaan dan probing; Bab
lima memberikan pemahaman tentang teknik merangkum dan parafrase.
Setelah mempela jari Buku Materi Komunikasi Perubahan Perilaku, Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB perlu melanjutkan buku seri kedua yaitu Teknik
Komunikasi Perubahan Perilaku.
10
KONSEP DASAR
KOMUNIKASI
11
A. Pengertian Komunikasi
12
B. Komponen Komunikasi
13
Komunikasi memiliki berbagai tujuan, yaitu untuk memberikan informa-
si, berbagi pengalaman, memperoleh informasi, mempererat hubungan,
memberikan instruksi, atau untuk melakukan perubahan. Komunikasi
berkaitan erat dengan semua aspek kehidupan manusia.
14
Tujuan inilah yang harus dilihat ulang setelah komunikasi terjadi.
Apakah tujuan tersebut tercapai? Bila tidak, apa yang harus
dilakukan agar lain kali tujuan ini bisa dicapai? Bila tujuan yang ingin dicapai
adalah menginformasikan berbagai metode kontrasepsi modern, maka
cara apakah yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan ini?
(apakah presentasi, tanya jawab, atau diskusi). Informasi apa sa jakah yang
akan disampaikan? (tentang metode, jenis/alat kointrasepsi, kelebihan/
manfaat masing-masing, efek samping, atau hanya cara mendapatkan
layanan kontrasepsi?). Apa yang akan Kader lakukan untuk memastikan
bahwa di akhir pertemuan, informasi tersampaikan dengan baik?
15
Misalkan masalah yang menjadi prioritas adalah rendahnya pemakaian
MKJP, maka berikut adalah simulasinya :
16
17
2. Pengirim Pesan
18
3. Penerima pesan
19
4. Saluran Komunikasi
20
Saat berkomunikasi dengan PUS, Kader dapat menggunakan berbagai
media berkomunikasi untuk mempermudah pencapaian tujuan
komunikasi. Media harus dipilih secara seksama untuk memastikan bahwa
PUS memahami pesan sebagaimana yang dimaksudkan. Berbagai media
cetak, misalnya : brosur, leaflet, poster, infografis dan lainnya, dapat
diberikan setelah komunikasi interpersonal atau kelompok selesai
dilakukan. Penting dipahami bahwa berbagai media cetak yang
diberikan harus disertai dengan penjelasan untuk memastikan PUS
memiliki pemahaman akurat. Media lain yang digunakan adalah media
elektronik/digital, misalnya: video, siaran radio, media sosial, aplikasi, dan
lain-lain. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
media komunikasi ini antara lain: tujuan komunikasi (menyampaikan
informasi atau mengubah perilaku), tingkat pendidikan PUS (dapat
membaca dengan lancar atau mengalami kesulitan
untuk membaca), ketersediaan sarana pendukung yang diperlukan
(apakah ada listrik, koneksi internet).
21
5. Umpan Balik
22
C. Jenis-jenis Komunikasi
23
Orang sering mencoba menggali perbedaan antara komunikasi satu
arah dan dua arah. Padahal keduanya adalah jenis komunikasi. Banyak
orang yang berpendapat bahwa komunikasi dua arah lebih baik dari
komunikasi satu arah. Hal demikian tidak sepenuhnya benar. Jika
mempertimbangkan banyak sisi maka komunikasi satu arah bisa
merupakan hal yang tepat untuk dilakukan tergantung pada situasinya.
Contoh situasi yang tepat untuk komunikasi satu arah adalah suatu
komando yang sangat penting dan mendesak sehingga tidak
memerlukan tanya jawab. Kesempatan interupsi dan debat malah
membuat kelompok kehilangan ”momentum” penting.
24
3. Komunikasi verbal dan nonverbal
25
Komunikasi verbal (menggunakan kata-kata) baik disuarakan maupun
ditulis merupakan komunikasi yang populer. Termasuk dalam komunikasi
verbal adalah kualitas suara yang digunakan dalam berkomunikasi
yaitu volume (keras tidaknya), pace (kecepatan untuk mengucapkan
kata-kata) dan intonasi (tinggi rendahnya suara).
26
Lima cara interaksi komunikasi verbal
dan nonverbal:
a. Pengulangan
b. Pertentangan
27
c. Melengkapi
d. Mengganti
28
e. Menekankan
29
D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
1. Perkembangan
2. Persepsi
3. Nilai
30
4. Latar Belakang
Sosial Budaya
5. Emosi
31
6. Jenis Kelamin
7. Pengetahuan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seorang Penyuluh KB atau Kader IMP
dengan kepala desa, dengan cara komunikasi Penyuluh KB atau Kader
IMP dengan rekan sejawat akan berbeda, tergantung dengan peran.
32
9. Lingkungan
10. Jarak
33
11. Citra Diri
34
E. Hambatan Dalam Berkomunikasi
35
Adapun faktor situasional adalah:
36
Apa yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hambatan?
1. Pemberi pesan
c. Tahu dan terampil berkomunikasi verbal. Pela jari dan berlatihlah cara
menga jukan pertanyaan yang terbuka yang membuat penerima
pesan merasa nyaman untuk menceritakan keadaan mereka yang
sesungguhnya. Cobalah mendengarkan dengan aktif antara lain
dengan menghindari sikap menghakimi di rumah, memberikan
informasi yang tidak menggurui dan memberikan umpan balik
secara positif.
37
d. Tahu dan terampil berkomunikasi nonverbal. Lakukan kontak
mata dengan terampil (berapa lama dan seberapa intens
Anda memandang agar penerima pesan merasa nyaman),
sesuaikan intonasi dan volume suara dengan situasi
yang Anda hadapi, perhatikan jarak dengan penerima pesan
agar mereka merasa nyaman, gunakan pakaian yang tidak
”mengganggu” penerima pesan.
38
2. Pesan
a. Informasi singkat dan jelas. Biasakan setiap kata yang keluar dari
mulut Anda mengandung arti. Jangan boros dengan kata-kata. Pilih
kata-kata secara seksama, gunakan kata-kata yang jelas dan
singkat, dan gunakan contoh yang dipahami oleh penerima pesan.
3. Penerima Pesan
39
Keterampilan-keterampilan verbal berikut ini
adalah juga penting dikuasai :
1. Mimik muka;
2. Suara;
3. Hening;
4. Kontak mata;
5. Posisi tubuh dalam ruangan;
6. Pakaian yang digunakan;
7. Gestur (gerakan tubuh untuk mengkomunikasikan
informasi);
8. Antusiasme.
40
KOMUNIKASI
EFEKTIF
41
A. Pengertian Komunikasi Efektif
42
B. Teknik Komunikasi Efektif
43
5. Dapatkan umpan balik mengenai pesan yang Anda sampaikan guna
memastikan bahwa komunikan menangkap pesan Anda secara akurat.
Mendengarkan aktif pesan yang disampaikan berarti Anda mengamati
berbagai komunikasi nonverbal yang disampaikan oleh komunikan.
44
C. Kiat-kiat Berkomunikasi
Secara Efektif
45
4. Artikulasikan pesan Anda
Topik yang disampaikan dengan artikulasi yang baik akan diingat
karena pendengar segera memahami informasi. Beberapa hal yang
harus dipertimbangkan untuk meningkatkan keterampilan mengarti-
kulasikan pesan:
46
TEKNIK
BERTANYA EFEKTIF
DAN PROBING
47
A. Teknik Bertanya Efektif
48
b. Pertanyaan dapat merangsang pemikirian
Ketika seseorang bertanya, maka pertanyaan tersebut merangsang
pemikiran orang yang ditanya dan penanya. Jika Anda menga jukan
pertanyaan yang negatif, maka Anda akan mendapat jawaban yang
negatif. Pertanyaan yang Anda a jukan menentukan fokus pemikiran
Anda, fokus Anda menentukan sikap Anda, dan sikap Anda menentukan
kemampuan Anda dalam mengambil tindakan. Jadi jika ingin
mengubah fokus, a jukan pertanyaan yang berbeda.
49
Masalahnya adalah bagaimana cara untuk mendapatkan baik yang sesuai
dengan kebutuhan. Jawabannya adalah dengan menga jukan pertanyaan
yang tepat. Pertanyaan yang baik mengandung unsur:
Siapa
(“Apakah ada orang lain, selain Anda, yang
bisa memberikan informasi mengenai hal ini?”,
“Siapa yang berwenang untuk memberikan izin
mengenai penyuluhan yang akan kami laksanakan?”),
Dimana
(“Dimana letak rumahnya Bapak Amir, ketua pokja?”,
“Berapa jauh rumah Mas Anton, ketua PIK-Rema ja?”),
Kapan
(“Kapan persisnya pertemuan Kelompok BKB
besok akan dimulai?”),
Apa
(“Apa masalah yang kita hadapi?”, “Apa yang bisa
kita lakukan untuk membuat Pak Eko mendukung
program yang sedang kita laksanakan?”),
Bagaimana
(“Bagaimana pendapat Anda soal mengembang-
kan kelompok PIK-Rema ja di lokasi ini?”) dan,
Mengapa
(“Apa yang membuat kita harus
melakukan pendekatan terhadap
para tokoh pemangku
kepentingan di lokalisasi
Kramat Jati ini?”).
50
d. Pertanyaan dapat membuat Anda menjadi pemegang kendali
Artinya memahami apa yang diinginkan, membuat rencana
memperoleh keinginan, dan mengambil keputusan secara sadar
untuk memperoleh keinginan tanpa menimbulkan perasaan negatif
pada orang lain. Misalnya, pada saat pemangku kepentingan bersikap
emosional, maka Anda bisa menga jukan pertanyaan sebagai berikut:
“Maaf saya telah melakukan kesalahan. Apa yang Anda sarankan untuk
membantu saya agar saya bisa menghindari kesalahan serupa?”
51
e. Pertanyaan dapat membuat orang terbuka
Pertanyaan yang tepat akan membuat lawan bicara menjadi lebih
terbuka terhadap masalah yang dihadapinya sehingga diperoleh
informasi yang lebih lengkap. Ada 4 (empat) tip untuk membuat orang
lebih terbuka.
52
3. Pengertian Menga jukan Pertanyaan.
53
5. Segitiga Bertanya
54
Enam pertanyaan pembantu: Siapa, Dimana, Kapan, Apa, Bagaimana,
dan Mengapa sebagaimana digambarkan dalam segitiga bertanya
di atas dapat digunakan untuk membantu mencari berbagai jenis
informasi dan mendorong terciptanya pemahaman bersama antar
anggota kelompok dengan cara yang berbeda-beda:
55
c. Pertanyaan mengapa merupakan pertanyaan paling intens karena
menggali apa yang menjadi nilai atau keyakinan kita dan
jawabannya bisa jadi sangat personal sifatnya. Meskipun sangat
penting bagi anggota kelompok untuk memahami bilai-nilai dan
keyakinan sesama anggotanya, kadang-kadang pertanyaan
“mengapa” bisa dipandang sebagai agresif atau defensif. Sebagai
seorang fasilitator, Anda harus sadar tentang kapan menggunakan
pertanyaan “mengapa”. Anda masih bisa mendorong terjadinya
sharing nilai atau keyakinan dengan menggunakan model segitiga
untuk bertanya. Misalnya, daripada langsung bertanya, “mengapa”
56
6. Jenis Pertanyaan
a. Pertanyaan Terbuka
Adalah pertanyaan yang jawabannya tidak sekedar “ya” atau
“tidak” atau hanya mengemukakan fakta. Pertanyaan terbuka
mendorong peserta mengutarakan ide-ide, opini, reaksi, atau
informasi. Gunakan pertanyaan terbuka ketika Anda ingin peserta
berpikir dan berpartisipasi, khususnya untuk mengembangkan ide-
ide atau menggali data. Pertanyaan terbuka bisa sangat efektif jika
dipakai untuk menggali suatu subyek secara mendalam atau untuk
menolong anggota kelompok lebih jujur satu sama lain.
57
b. Pertanyaan Tertutup
Bersifat mengarahkan, memancing jawaban “ya” atau “tidak”,
atau mengungkapkan fakta. Pertanyaan tertutup, atau disebut juga
pertanyaan pengungkap fakta (fact-finding question), dipakai
untuk melangkah ke tahap lebih lanjut dalam diskusi, untuk
menarik kesimpulan, mendapatkan informasi yang lebih rinci, atau
untuk mendorong anggota kelompok mencapai kata sepakat.
58
Namun, perlu kehati-hatian dalam menggunakan pertanyaan
tertutup seperti ini, karena:
59
Karena itu gunakan pertanyaan tertutup secara selektif. Lihat
tabel di bawah ini untuk penjelasan lebih detil tentang
penggunaannya.
60
Seorang fasilitator yang mumpuni menggunakan kedua pertanyaan
dasar ketika memandu. Ketika sedang mengarahkan sebuah kelompok
untuk mencapai kata sepakat, kombinasikan antara pertanyaan
terbuka dengan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka diperlukan
untuk mendorong pemikiran dan melahirkan lebih banyak
gagasan. Pertanyaan tertutup diperlukan untuk mengevaluasi dan
menyederhanakan gagasan-gagasan sehingga lebih mungkin untuk di-
jalankan.
61
Berikut adalah contoh-contoh bagaimana menggunakan pertanyaan
terbuka dan tertutup dalam sebuah diskusi untuk mencapai
kesepakatan:
62
4) Untuk Mengevaluasi Suatu Daftar
a) “Kita sudah memiliki daftar 14 masalah. Sekarang mari kita
perhatikan benar-benar. Apa yang dapat Anda katakan
mengenai masalah-masalah ini?” (pertanyaan terbuka).
b) (Catat masukan-masukan yang muncul ketika kelompok
sedang mendiskusikan karakteristik permasalahan. Sarikan
masukan dan arahkan kelompok untuk melangkah ke tugas
berikutnya).
c) “Kalau begitu, apakah sekarang Anda siap untuk
mempersempit masalah ini menjadi dua yang paling utama?”
(pertanyaan tertutup).
63
7. Mengubah Pertanyaan
64
Fasilitator harus menyadari bahwa dalam banyak situasi kita
bekerja dengan peserta-peserta yang sudah berpengalaman,
dan karena itu kita harus mengesampingkan pandangan atau
cara pandang kita sendiri dan tetap netral dalam membantu
mereka. Bagaimana pertanyaan-pertanyaan fasilitator dapat
membantu kelompok menganalisis masalah mereka sendiri.
Kalau sebagai fasilitator kita tidak boleh memberikan jawaban
kita sendiri terhadap masalah sebuah kelompok, bagaimana
kita bisa membantu mereka? Sebagai titik awal kita, kita bisa
menggunakan beberapa pertanyaan untuk memerinci lebih
jauh masalah yang sedang dibahas dan secara perlahan
mendorong kelompok untuk menganalisis masalah tersebut.
Kombinasi pertanyaan-pertanyaan terbuka secara
konsekuensial seperti yang digambarkan dalam model teknik
bertanya bisa membantu kira. Pastikan bahwa ketika bertanya,
tidak memasukkan gagasan Anda sendiri dalam pertanyaan
itu. Misalnya, ”Apakah Anda pernah mencoba?” atau ”Menurut
saya, menggunakan pupuk itu cara terbaik. Bagaimana
menurut Anda?”
65
Sebagai fasilitator terkadang kita terlalu menaruh perhatian pada
pertanyaan yang bersifat “pengetahuan”. Pertanyaan semacam ini
tidak buruk, hanya sa ja selalu menga jukan pertanyaan pengetahuan
merupakan kebiasaan yang buruk. Cobalah menggunakan pertanyaan
yang lebih tinggi tingkatannya. Pertanyaan semacam ini memang lebih
memerlukan analisa, memerlukan jawaban yang lengkap dan mendalam.
a. Pertanyaan mengarahkan
Suatu pertanyaan yang mengarahkan adalah pertanyaan yang
menyatakan secara tidak langsung atau menunjukkan suatu opini/
pendapat, penilaian, atau nilai, misalnya: “Seks yang tidak dilindungi
adalah tidak baik, bukankah begitu?” atau “Anda pasti cukup pandai
untuk mengerti penggunaan kondom, bukankah begitu?”
Pertanyaan yang mengarahkan bisa merangsang klien untuk memberi
“jawaban yang benar” atau jawaban yang berusaha memuaskan si
penanya dan bukannya menceritakan keadaan mereka sebenarnya.
b.Pertanyaan memadai
Pertanyaan yang ditanyakan hanya untuk memuaskan keingintahuan.
Pertanyaan yang tidak relevan bisa menyebabkan orang merasa
tertekan atau segan menjawab. Bisa jadi terlalu banyak waktu
digunakan untuk berpikir apa yang akan ditanyakan daripada
mendengarkan dengan aktif.
Memberikan terlalu banyak pertanyaan bisa:
1). Mengganggu tersusunnya rapport antara pendengar dengan klien.
2). Menimbulkan sikap klien untuk bertahan.
3). Menyebabkan klien merasa urusan pribadinya dicampuri.
4). Mengganggu alur pikir klien, membingungkan, membuat frustasi.
5). Mengarahkan wawancara untuk memuaskan pendengar,
bukannya memenuhi kebutuhan
66
1. Contoh Berbagai
Pertanyaan Cantik
a. Mencari Contoh
o Bisa Anda memberikan sebuah contoh?
o Apa contohnya?
o Seperti apa, misalnya?
o Bisakah Anda memberikan gambarannya?
b. Penggambaran (Deskripsi)
o Seperti Apa, coba gambarkan?
o Ceritakan saya tentang hal itu?
o Apa yang terjadi?
o Bisa Anda ceritakan dengan bahasa Anda sendiri?
c. Penilaian
o Bagaimana perasaan Anda tentang hal ini?
o Bagaimana Anda menilai hal itu?
o Atau “Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu?”
d. Latar Belakang
o Apa yang sudah Anda persiapkan untuk hal ini?
o Apa yang sudah pernah Anda coba selama ini?
o Bisakah Anda mengingat bagaimana hal itu terjadi?
o Apa yang membuat Anda melakukan ini semua?
67
e. Identifikasi Masalah
o Apa yang Anda lihat sebagai masalah?
o Apa yang Anda lihat sebagai hambatan utama?
o Apa yang membuat hal ini seperti ini?
o Apa yang menurut Anda terbaik dari hal itu?
g. Alternatif
o Apa ada kemungkinan lain?
o Jika Anda memiliki pilihan Apa yang akan Anda lakukan?
o Apa jawaban yang paling mungkin?
o Apa yang akan terjadi jika Anda lakukan dan Anda tidak lakukan
hal itu?
h. Eksplorasi (Penggalian)
o Bagaimana jika Anda menjelaskan lebih lanjut hal itu?
o Apa ada sisi pandang lain untuk menjelaskan hal itu?
o Apa reaksi Anda terhadap hal ini?
i. Pendalaman
o Bisa Anda ceritakan lebih lanjut?
o Apa lagi?
o Adakah hal lain yang ingin Anda tambahkan?
o Apa yang bisa Anda lakukan dalam kasus seperti ini?
o Gagasan apalagi yang Anda miliki?
68
j. Perencanaan
o Bagaimana Anda memperbaiki situasi ini?
o Apa yang Anda rencanakan untuk mengatasi hal itu?
o Apa yang Anda lakukan dalam kasus seperti itu?
o Apa rencana yang Anda butuhkan untuk melakukan hal itu?
l. Alasan
o Apa alasan Anda memilih langkah ini?
o Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?
o Mengapa Anda begitu yakin dengan kegiatan ini?
m. Kegagalan
o Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak berhasil?
o Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak bekerja?
o Bagaimana hal ini bisa berbeda dengan gagasan awal?
o Apa ada rencana baru?
n. Relasi
o Bagaimana hal ini cocok dengan perencanaan Anda?
o Bagaimana hal ini berpengaruh pada kerjaan Anda?
o Bagaimana hubungan antara dua perencanaan yang berbeda?
o. Evaluasi
o Apakah hal ini baik, buruk atau sedang sedang sa ja?
o Sesuai dengan ukuran Anda, apakah kegiatan berhasil?
69
2. Cara Menga jukan Pertanyaan
70
d. Ajukan pertanyaan secara logis dan runtut.
71
3. Apa yang Harus Dilakukan
agar Lebih Efektif
dalam Menga jukan Pertanyaan?
a. Pahamilah perbedaannya.
72
Misalnya, bila saya ingin tahu apakah “Anda berbicara dengan Badu
setelah saya pergi” atau “Apakah Pak Amir datang menemui Massy”,
saya dapat menga jukan pertanyaan “Apa sa ja yang terjadi setelah
saya pergi?” Mungkin dengan cara demikian saya akan memperoleh
informasi yang saya inginkan. Bila tidak, saya dapat menga jukan
pertanyaan terbuka lanjutan “Apa sih yang sebenarnya terjadi antara
Pak Amir dengan Massy?”
73
c. Lanjutkan dengan pertanyaan “Mengapa?” atau “Bagaimana?”
Misalnya : Bila saya ingin tahu manfaat sesi saya, saya akan bertanya
pada peserta.
74
Dengarkan! Terkadang kita terlalu menaruh
perhatian pada cara terbaik menga jukan
pertanyaan berikutnya sehingga tidak
memperhatikan jawaban. Bila Anda berlaku
semacam ini, Anda kehilangan kesempatan
menga jukan pertanyaan lanjutan.
Upayakan mendengarkan jawaban dari
pertanyaan yang Anda a jukan.
75
B. Probing
1. Pengertian Probing
2. Tujuan Probing
76
3. Jenis Probing
a. Probing Dasar
Ajukan pertanyaan dengan cara lain untuk memastikan bahwa orang
yang ditanya memperhatikan dan memahami pertanyaan yang
dia jukan.
77
e. Probing menjelaskan
Penanya mengulangi pertanyaan saat penjawab berhenti memberikan
jawaban. Maksudnya adalah meminta orang yang ditanya untuk mulai
bercerita kembali. (Misalnya: “Pertanyaannya adalah apa yang menye-
babkan ibu tidak datang untuk ber-KB setelah 42 hari pasca melahirkan”.
“Ada lagi yang ingin ibu tambahkan mengenai pertanyaan tersebut?”
78
4. Cara Melakukan Probing.
Contoh probing:
79
Di antara beberapa cara yang paling efektif untuk melakukan probing
adalah sikap non-verbal: menganggukkan kepala, menjaga kontak mata,
berdiam diri, dan tidak mengatakan apa-apa. Sikap seperti ini seringkali
justru akan mendorong seseorang untuk lebih jauh mengeksplorasi
pemikirannya ketika ia yakin orang lain sedang mendengarkannya.
• “Kenapa begitu?”
• “Mengapa Anda berpendapat begitu?”
• “Tolong jelaskan lebih lanjut....”
• “Apa ini ada kaitannya dengan yang Antok katakan
tentang...?”
• “Coba jelaskan apa yang Anda maksud dengan....”
• “Bisa lebih spesifik?”
• “Bisa dijelaskan lebih lanjut?”
• “Bisa memberi contoh?”
• “Apa lagi yang terjadi?”
• “Hmmm..., Oh ya?
• ”Bisa Anda ceritakan lebih lanjut?”
• “Lalu apa yang terjadi?”
80
5. Akibat Probing Yang Berlebihan .
6. Kiat-Kiat Probing
81
Itu sebabnya teknik ini disebut sebagai “5 Mengapa”. Saat Anda melihat
masalah, mulai dari situasi terkini dan bergeraklah mundur ke akar
masalah dengan berulangkali menga jukan pertanyaan “Mengapa?”.
Teknik ini digunakan untuk mengatasi masalah yang sederhana. Untuk
permasalahan yang lebih kompleks diperlukan teknik pemecahan
masalah yang canggih.
82
TEKNIK
MERANGKUM
DAN PARAFRASE
83
A. Teknik Merangkum
1. Pengertian merangkum
84
Secara sederhana merangkum bisa dimaknai sebagai berikut:
85
Rangkuman menunjukkan bahwa orang mendengarkan dan memahami
apa yang telah dikatakan. Pastikan pembicara mengetahui bahwa kita
merangkum fakta dan perasaan pembicara secara tepat.
86
2. Tujuan merangkum
87
3. Teknik Merangkum
88
Contoh:
Kesepakatan.
“Dari diskusi tadi, kita sependapat bahwa kita akan masing-masing
metode KB memiliki keunggulan dan efek samping sendiri. Menyesuaikan
dengan kondisi masing-masing individu.”
Tindak lanjut.
“Kita berencana untuk menyampaikan informasi tentang KB MKJP
dalam acara penyuluhan di balai desa dalam rangka Hari Keluarga
Nasional tanggal 29 Juni.”
89
4. Kiat menyampaikan rangkuman:
Cara lain merangkum adalah meminta seseorang (dari warga bela jar)
untuk merangkum apa yang telah didiskusikan. Bersabarlah dengan
warga bela jar, sebab mereka mungkin tidak tahu bagaimana cara
merangkum itu. Namun demikian, ini adalah cara yang baik untuk
membangun keterampilan warga bela jar dan menjaga semua orang
tetap ”siaga” terhadap apa yang sedang terjadi.
90
Ketika terjadi banyak perdebatan, ketidaksetujuan atau data yang
beragam, mungkin akan sulit untuk merangkum isi apa yang telah
didiskusikan. Pada kasus seperti ini, fasilitator bisa secara sederhana
merangkum apa yang terjadi dan membuat saran, misalnya:
Kadang kala kita harus merangkum apa yang terjadi (prosesnya) dan
bukan isinya. “Banyak yang sudah kita diskusikan mengenai Cara A,
tapi belum ada yang membicarakan mengenai Cara B atau C. Apa yang
harus kita lakukan untuk mendapat lebih banyak informasi mengenai
Cara B dan C ini?”
91
B. Parafrase
1. Pengertian parafrase
b. Statemen ulang yang lebih detail dari pada rangkuman, yang secara
tepat memfokuskan pada ide utama tunggal.
d. Pernyataan ulang sebuah potongan asli dari teks tertulis atau lisan ke
dalam kata-kata kita sendiri. Hanya seperti menterjemah, ketika kita
membuat parafrase, kita tidak mengubah makna atau ide-ide yang
diutamakan dan kita juga tidak membuang informasi yang ada (seper-
ti yang kita lakukan dalam merangkum) kita hanya mengubah bahasa.
92
e. Parafrase adalah kutipan tidak langsung, harus didokumentasikan
karena ia berhubungan dengan kata dan gaya kita sendiri walaupun
kita meminjam dari orang lain. Parafrase lebih fleksibel dari pada
kutipan. Parafrase lebih tepat dalam teks kita, dan kita bisa
mengungkapkan interpretasi kita sendiri ketika kita membuat
parafrase.
93
Jadi hati-hati, jangan sampai Kita menggunakan teknik ini sebagai
alasan untuk “menyelipkan” suatu pendapat. Juga hindari kesan
bahwa Kita menggunakan teknik parafrase justru untuk memperbaiki
atau menambahkan apa yang dikatakan peserta. Sejauh dimungkinkan,
hargai kata-kata yang digunakan oleh anggota kelompok.
94
2. Tujuan Parafrase
95
Sebagai tambahan, ketika kita akan menggunakan bahasa kita sendiri
ketika membuat parafrase, itu akan menjadi piliihan kita dan gaya
tulisan kita yang tercerahkan dan esei kita akan mengalir lebih
halus.
c. Untuk menggunakan sebagai bukti poin yang sedang kita buat den-
gan teks argumentatif kita sendiri
e. Untuk menyatakan ulang pesan yang sulit yang mungkin tidak dipa-
hami pembaca atau pendengar
96
3. Teknik Parafrase
a. Baca dan dengarkan bacaan atau penuturan yang asli sehingga kita
bisa memahami makna sepenuhnya.
b. Tulislah parafrase kita pada kartu catatan atau pikiran kita, hindari
untuk meniru penuturan asli.
f. Catat sumber itu pada kartu catatan atau fikiran kita sehingga kita
bisa dengan mudah jika kita memutuskan untuk menggunakan bahan
itu dalam paper atau penuturan kita.
97
Sulit untuk menemukan kata-kata baru untuk sebuah ide yang telah
diungkapkan dengan baik. Strategi berikut ini akan membuat
mem-parafrase lebih mudah sedikit:
a. ketika kita pada tahap mencatat atau mendengar, dan kita mulai
melewati satu bagian yang mungkin berguna untuk parafrase kita,
maka jangan mengkopi bagian itu kata demi kata kecuali kita pikir
kita ingin mengutipnya.
98
Kapanpun kita melakukan
parafrase, ingatlah poin ini:
99
Kiat melakukan parafrase:
100
PENUTUP
101
peningkatan pengetahuan sehingga kurang memantau terhadap
perubahan perilaku. Dalam komunikasi perubahan perilaku terdapat titik
temu antara segi pandang dari petugas dan masyarakat, jadi komunikasi
perubahan perilaku harus berjalan dengan dua arah yaitu dari arah
petugas Penyuluh KB atau kader IMP dengan masyarakat.
102
103