Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EPIDEMILOGI

PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI DI DUNIA DAN


INDONESIA SERTA PERAN BIDAN DALAM
EPIDEMIOLOGI

NAMA : LAILI AMALIA RAMADHANI

NIM : P07124520016

JURUSAN : KEBIDANAN

PRODI : PROFESI KEBIDANAN IBI

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “SEJARAH EPIDEMIOLOGI DI
DUNIA DAN INDONESIA SERTA PERAN BIDAN DALAM
EPIDEMIOLOGI”.

Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada pihak-


pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Khususnya, kepada dosen
pembimbing mata kuliah Epidemiologi, ibu Wafi Nur Musihatun, S.SiT.,
M.Kes.Epid.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Epidemiologi pada saat UTS
(Ujian Tengah Semester). Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan mahasiswa kebidanan pada khususnya.

Bantul, Juli 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah
pada zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu
kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya.
Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit butuh ilmu kedokteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi
dan genetika.
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai ilmu mengenai epidemik.
Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit
menular saja. Tetapi, dalam perkembangannya yang selanjutnya epidemiologi
juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga pada saat ini
epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai penyebaran penyakit pada
manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga ilmu mengenai pola –
pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut.
(Soekidjo,2003).
Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan
peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan. Tujuan
epidemiologi kebidanan adalah mengenali faktor-faktor risiko terhadap ibu selama
periode kehamilan, persalinan, dan masa nifas (42 hari setelah berakhirnya
kehamilan) beserta hasil konsepsinya, dan mempelajari cara-cara pencegahannya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui sejarah epidemiologi di dunia dan Indonesia serta peran bidan
dalam epidemiologi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejarah epidemiologi di dunia dan Indonesia.
b. Mengetahui tokoh-tokoh epidemiologi dunia dan temuannya dalam
bidang epidemiologi.
c. Mengetahui definisi istilah-istilah dalam epidemiologi
d. Mengetahui manfaat epidemiologi dalam kebidanan
e. Mengetahui peran bidan dalam epidemiologi.

C. MANFAAT
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas maka kuliah Epidemiologi
2. Sebagai tugas/syarat mengikuti UTS (Ujian Tengah Semester) mata
kuliah Epidemiologi
3. Mengetahui sejarah perkembangan Epidemiologi di Dunia dan Indonesia
4. Mengetahui tokoh-tokoh epidemiologi dunia dan temuannya dalam
bidang epidemiologi.
5. Mengetahui definisi istilah-istilah dalam epidemiologi
6. Mengetahui manfaat epidemiologi dalam kebidanan
7. Mengetahui peran bidan dalam epidemiologi
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI DI DUNIA DAN


Indonesia
1. Pengertian Epidemiologi
Menurut asal katanya epidemiologi terdiri dari kata Epi = pada;
Demos = penduduk/rakyat; logos = ilmu, jadi epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari hal - hal yang terjadi pada populasi / penduduk
(rakyat). Definisi ini merupakan definisi yang sangat luas serta dapat
diterapkan pada keadaan apapun yang terjadi pada penduduk. Umumnya
definisi ini mencakup hal yang berkaitan erat dengan studi epidemi.
Epidemiologi menurut Center Of Disease Control (Cdc) 2002,
menyatakan bahwa epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi
dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta
penerapannya untuk pengendalian masalah – masalah kesehatan.
Sementara menurut WHO, epidemiologi adalah studi tentang
distribusi dan determinan kesehatan yg berkaitan dgn kejadian dipopulasi
dan aplikasi dari studi untuk pemecahan masalah kesehatan.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi
(penyebaran) serta determinan masalah kesehatan pada sekelompok orang
atau masyarakat serta determinannya (faktor–faktor yang
mempengaruhinya).
2. Perkembangan Epidemiologi di Dunia dan Indonesia
Sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan menjadi 4 tahap,
yaitu :
a. Tahap Pengamatan
Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran
suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi ini
dilakukan dengan pengamatan (observasi). Dari hasil pengamatan
tersebut Hippocrates (ahli epidemiologi pertama/460-377SM)
lebih kurang 2400 tahun yang lalu berhasil menyimpulkan adanya
hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan.
Pendapat ini dituliskannya dalam bukunya yang terkenal yakni :
Udara, Air, dan Tempat.
Sekalipun Hippocrates tidak berhasil membuktikan
pendapatnya tersebut, karena memang pengetahuan untuk itu
belum berkembang, tetapi dari apa yang dikemukakan oleh
Bapak Ilmu Kedokteran ini di pandang telah merupakan landasan
perkembangan selanjutnya dari epidemiologi. Tahap
perkembangan awal epidemiologi yang seperti ini dikenal
dengan nama “Tahap Penyakit dan Lingkungan”.
b. Tahap Perhitungan
Merupakan tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi.
Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekwensi dan penyebaran
suatu masalah kesehatan, dilakukan dengan bantuan ilmu hitung. Ilmu
hitung masuk ke epidemiologi adalah berkat jasa Jonh Graunt
(1662) melakukan pencatatan dan perhitungan terhadap angka
kematian yang terjadi di kota London.
John Graunt tidak melanjutkan penelitiannya dalam
epidemiologi, tetapi beralih kepada peristiwa-peristiwa
kehidupan. John Graunt lebih dikenal dengan sebutan Bapak
Statistik Kehidupan. Tahap kedua perkembangan epidemiologi yang
seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan Mengukur”.
c. Tahap Pengkajian
John Graunt memang berhasil memberikan gambaran tetang
frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan, tetapi belum
untuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karena
ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh, maka
dikembangkan teknik yang lain yang dikenal sebagai teknik
pengkajian.
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William
Farr (1839) yang melakukan pengkajian data. Dari pengkajian ini
dibuktikan adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan
dengan keadaan kesehatan masyarakat, seperti : adanya hubungan
status pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi penduduk.
Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John
Snow (1849) yang menemukan adanya hubungan antara timbulnya
penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk. John Snow
menganalisa pada dua perusahaan air minum di London yakni
Lambeth Company dan Southwark & Vauxhall Company.
Pekerjaan yang dilakukan oleh William Farr dan John
Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang telah ada, dalam
arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari data hasil percobaan.
Karena pengkajian data alamiah inilah, maka tahap perkembangan
epidemiologi pada waktu itu dikenal dengan nama “Tahap
Eksperimental Alamiah”.
d. Tahap Uji Coba
Cara kerja uji coba tidak sekedar mengkaji data alamiah saja,
tetapi mengkaji data yang diperoleh dari suatu uji coba yang dengan
sengaja dilakukan. Uji coba ini telah lama dikenal di kalangan
kedokteran, misalnya yang dilakukan oleh Lind (1774) yang
melakukan pengobatan kekurangan Vitamin C dengan pemberian
jeruk. Atau yang dilakukan oleh Jenner (1796) yang melakukan uji
coba vaksin cacar pada manusia.

3. Transisi Epidemiologi di Indonesia


Teori tentang transisi epidemiologi pertama kali dikenalkan oleh
Abdel Omran pada taun 1971. Teori yang dia kemukakan telah
mengalami beberapa revisi yang diusulkan oleh para ahli yang salah
satunya perlu ada pembedaan antara transisi epidemiologi yang terjadi di
negara maju (ada 5 fase) dengan transisi yang terjadi di negara
berkembang (3 fase). Tiga fase transisi epidemiologi untuk negara
berkembang seperti Indonesia adalah sebagai berikut :
a. The Age of Pestilence and Famine (Masa Wabah dan Kelaparan)
Ditandai dengan tingginya angka kematian, rendahnya usia
harapan hidup yaitu dibawah 40 tahun, dan pertumbuhan populasi
yang tidak terkontrol. Fase ini terjadi sejak abad 17 d hingga awal
abad 20. Pola penyakit dalam fase ini ditandai dengan peningkatan
paparan mikroba, gizi buruk, penyakit karena penyimpanan makanan
yang tidak adekuat, penyakit menular dan penyakit endemik.
b. The Age of Receding Pandemics (Masa Menurunnya Pandemi)
Ditandai dengan penurunan angka kematian karena penurunan
epidemi, dan peningkatan usia harapan hidup menjadi sekitar 55
tahun. Masa ini terjadi pada pertengahan abad ke 20. Pada fase ini
mulai terjadi pergeseran pola penyakit dan kematian yang awalnya
dikarenakan penyakit infeksi, kini disebabkan karena penyakit
degeneratif dan kronik.
c. The Age of Triple Health Burden (Masa Tiga Beban Kesehatan)
Ditandai dengan penurunan signifikan angka kematian dan
peningkatan usia harapan hidup menjadi mencapai 70 tahun. Fase ini
terjadi pada akhir abad 20 atau awal abad 21. Frenk dan Gomez-
Dantes mengatakan triple burden of disease pada negara berkembang
di fase ini meliputi :
1) Timbunan permasalahan kesehatan klasik, seperti penyakit
infeksi, gizi buruk, dan kematian ibu
2) Meningkatnya tantangan penyakit tidak menular, seperti
kanker, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit mental
3) Munculnya permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan
globalisasi, seperti new emerging disease dan permasalahan
kesehatan terkait perubahan iklim dan gaya hidup
Berdasar teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kini Indonesia
berada di fase ketiga, yaitu The Age of Triple Health Burden.

B. TOKOH-TOKOH EPIDEMIOLOGI DI DUNIA DAN TEMUANNYA


1. Hippocrates (460-377 BC)
Dia dianggap sebagai The First Epidemiologyist, ahli epidemiolog
pertama di dunia karena dialah yang pertama kali mengajukan komnsep
analisis kejadian penyakit secara rasional. Pikiran-pikirannya dituliskan
dalam tiga bukunya: Epidenic !, Epidemic II, dan On Airs, Waters and
Places. Dalam bukunya ini diajukanlah konsep tentang hubungan
penyakit dengan factor tempat (geografi), penyediaan air, iklim,
kebiasaan makan dan perumahan. Dia yang memperkenalkan istilah
epidemi dan endemi. Dalam kaitannya dengan penyebab penyakit,
Hippocrates mengatakan posultatnya bahwa ada 4 jenis cairan yaitu
phlegm, blood, yellow bile and black bile. Ketidakseimbangan antara
keempat faktor ini yang menyebabkan timbuknya penyakit. Konsep ini
banyak dipengaruhi oleh pikiran Greek.
2. Galen (129-199)
Ahli bedah tentara Rumawi ini sering dianggap sebagai the Father of
Experimental Physiology. Dia mengajukan konsep bahwa status
kesehatan berkaitan denagn personality type dan lifestyle factors.
3. John Graunt, (1662)
Menganalisa laporan mingguan kelahiran dan kematian di London, dalam
bukunya “The Nature and Political Observations Made Upon the Bills of
Mortality”. Inilah untuk pertama kalinya pola penyakit penduduk diukur.
Ia mencatat besarnya perbedaan kelahiran dan kematian antara laki-laki
dan perempuan, besarnya kematian bayi menurut musim, menekankan
pentingnya pengumpulan data penyakit secara rutin, yang menjadi dasar
bentuk epidemiologi modern. Ia juga sebagai pencipta dua prosedur dasar
biostatistik, yaitu estimasi populasi dan konstruksi tabel kehidupan. John
Graunt merupakan orang yang pertama melakukan kuantifikasi atas
kejadian kematian dan kesakitan.
4. Antonio van Leeuwenhoek (1632-1723)
Leeuwenhoek adalah seorang warga negara Belanda, dilahirkan di Delft,
24 Oktober 1632 dan meninggal pada tanggal 24 Agustus 1723. Dia
seorang ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop, penemu bakteri
dan parasit (1674), penemu spermatozoa (1677). Penemuan bakteri telah
membuka tabir suatu penyakit yang akan sangat berguna untuk analisis
epidemiologi selanjutnya.
5. Robert Koch
Nama Robert Koch tidak asing lagi jika dihubungkan dengan penyakit
tuberkulosis pada tahun 1882. Selain itu Koch berperan memperkenalkan
tuberkulin pada tahun 1890 yang dianggapnya sebagai suatu cara
pengobatan TBC. Konsep tes tuberkulin selanjutnya dikembangkan oleh
Von Pirquet di tahun 1906 dan PPD diperkenalkan oleh siebart pada
tahun 1931. Dewasa ini tes tuberkulin dipakai untuk mendeteksi adanya
riwayat infeksi tuberkulosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada anak-
anak. Selain itu Koch juga terkenal dengan Postulat Koch, yang
mengemukakan konsep tentang cara menentukan kapan mikroorganisme
dapat dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.
6. Max van Patternkofer
Orang Jerman ini memberikan kesan tersendiri dalam sejarah
epidemiologi khususnya berkaitan dengan upaya mengidentifikasikan
penyebab suatu penyakit. Untuk membuktikan jalan pikirannya dia tidak
segan-segan memakai dirinya sebagai kelinci percobaan. Dan konon
beberapa muridnya bersedia juga menuruti caranya. Dia menelan1,00
cm3 kultur vibrio untuk menentang teori yang sedang berkembang saat
itu yang menyatakan vibrio adalah penyebab kolera. Dia ingin
membuktikan bahwa vibrio bukanlah penyebab kolera. Dia minum
segelas air berisi baksil kolera, dan ternyata memang (kebetulan) dia tidak
jatuh sakit. Salah satu kemungkinannya karena dosis yang diminumnya
terlalu kecil mengingat dibutuhkan jumlah vibrio yang banyak untuk
selamat dari keasaman lambung.
7. William Fair, (1839)
Mengembangkan pengumpulan data rutin kematian dan penyebabnya.
Merupakan orang pertama menganalisis statistik kematian untuk
mengevaluasi masalah kesehatan
8. John Snow, (1854)
Namanya sudah tidak asing dalam dunia kesmas dalam upaya yang
sukses mengatasi kolera yang melanda London. Yang perlu dicatat disini
bahwa John Snow, dalam analisis masalah penyakit kolera,
mempergunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor
tempat, orang, dan waktu. Dia dianggap The Father of Epidemiology.
9. Pervical Pott
Dia adalah seorang ahli bedah yang melakukan pendekatan epidemiologis
dalam menganalisis meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan
pekerja pembersih cerobong asap. Dia memikirkan bahwa tentu ada suatu
faktor tertentu yang berkaitan dengan kejadian kanker skrotum di
kalangan pembersih cerobong asap. Dengan analisis epidemiologinya, dia
berhasil menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah
yang menjadi penyebabnya. Dia dianggap sebagai Bapak Epidemiologi
Modern.
10. James Lind, (1747)
Dia berhubungan dengan sejarah hubungan kekurangan vitamin C dengan
scurvy (kekurangan vitamin C). cerita penemuannya sederhana, dimana
dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dari mereka yang dalam
pelayanan dengan kapal yang mereka tumpangi dalam suatu pelayaran
panjang yang mengalami scurvy. Mereka menderita kekurangan vitamin
C karena mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia dikenal
sebagai bapak Trial Klinik.
11. Dool dan Hill, (1950)
R. Doll dan A.B. Hill adalah dua nama yang berkaitan dengan cerita
hubungan merokok dan kanker paru. Keduanya adalah peneliti pertama
yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan
antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di
bidang Epidemiologi Klinik.
12. Thomas Sydenham (1624-1689)
Orang Inggris ini sering dipanggil English Hippocrates karena
pernyataannya yang menghidupkan kembali konsep Hippocatres di tanah
Inggris dan menambahkan pentingnya merinci konsep faktor lingkungan
(atmosfer) dari Hippocrates.

C. ISTILAH-ISTILAH DALAM EPIDEMIOLOGI


Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang epidemiologi
beserta definisinya antara lain sebagai berikut :
1. Epidemik
Suatu penyakit yang sudah menyebar ke lebih dari satu area dengan
tingkat penyebaran yang cepat dan sulit diprediksi
2. Wabah
Istilah umum untuk menyebut kejadian menyebarnya suatu penyakit pada
daerah yang luas.
3. KLB/Kejadian Luar Biasa
Salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan
peristiwa penyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah
4. Pandemi
Merupakan tingkat penyebaran penyakit yang paling tinggi. Suatu
penyakit yang sudah menyebar secara cepat ke lintas negara/benua

5. Endemik
Penyakit yang selalu ada di suatu daerah tertentu dan tidak menyebar
dengan cepat ke daerah lain. Kemunculannya terjadi secara spontan dan
bisa diprediksi. Contoh, malaria dan DBD.
6. Sporadis
Keadaan penyebaran penyakit di suatu daerah yang tidak merata dan
tidak memiliki hubungan epidemiologi
7. Surveilans
Kegiatan pengamatan secara terus-menerus terhadap kondisi dan masalah
kesehatan yang mempengaruhi risiko terjadinya penyakit melalui proses
pengumpulan data yang sistematis, pengolahan, analisis, interpretasi data
hingga menjadi informasi
8. Common Source
Suatu letusan penyakit yang disebabkan dari sumber yang sama/sejenis
pada sejumlah orang dalam suatu kelompok dan terjadi dalam waktu yang
relatif singkat
9. Propagated
Terjadinya penyakit karena ada penularan dari orang ke orang baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara, cairan, makanan, maupun
vektor. Biasanya waktunya relatif lebih lama sesuai dengan sifat penyakit
serta lamanya masa inkubasi
10. Cluster
Merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengkategorikan
darimana asal penyebaran suatu penyakit/virus
11. Exposure
Bisa juga disebut paparan atau kontak atau kedekatan baik langsung
maupun tidak langsung dengan sumber agen penyakit
12. Patogen
Patogen merpakan penyebab penyakit atau kemampuan agen
menimbulkan penyakit

13. Virulensi
Tingkat atau derajat kemampuan suatu patogen untuk menyebabkan
penyakit (sebagai agen penyakit)
14. Agen Penyakit
Merupakan faktor awal proses terjadinya penyakit
15. Host Penyakit
Merupakan makhluk hidup (manusia atau hewan) yang menjadi tempat
terjadinya proses alamiah penyakit
16. Screening
Pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui seseorang berisiko lebih tinggi
mengalami masalah kesehatan.

D. MANFAAT EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN


Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta
determinan peristiwa morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang
terjadi dalam layanan kebidanan.
Tujuan epidemiologi kebidanan adalah mengenali faktor-faktor risiko
terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan, dan masa nifas (42 hari
setelah berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya, dan mempelajari
cara-cara pencegahannya.
Manfaat epidemiologi dalam pelayanan kebidanan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyakit dalam pelayanan
kebidanan.
2. Untuk mengetahui factor risiko pada ibu selama kehamilan, persalinan dan
nifas, beserta hasil konsepsinya
3. Untuk mempelajari teknik-teknik pencegahan dan evaluasi program
kesehatan serta program intervensinya
4. Untuk pengambil kebijakan berkaitan dengan perencanaan sumber daya
kesehatan (tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan) khususnya berkaitan
dengan pelayanan kebidanan.

E. PERAN BIDAN DALAM EPIDEMIOLOGI


Peran seorang bidan dalam epidemiologi lebih ditekankan pada deteksi
dini faktor-faktor risiko pada ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan
nifas, beserta hasil konsepsinya.
Faktor-faktor risiko bagi kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan
menjadi empat kategori:
1. Faktor-faktor reproduksi:
a) Usia
b) Paritas
c) Kehamilan tak diinginkan
2. Faktor-faktor komplikasi kehamilan:
a) Perdarahan pada abortus spontan
b) Kehamilan ektopik
c) Perdarahan pada trimester III kehamilan
d) Perdarahan postpartum
e) Infeksi nifas
f) Gestosis
g) Distosia
h) Abortus provokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan:
a) Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan maternal
b) Asuhan medis yang kurang baik
c) Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obatan esensial
4. Faktor-faktor sosial-budaya:
a) Kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik
b) Ketidaktahuan dan kebodohan
c) Kesulitan transportasi
d) Status wanita yang rendah
e) Pantangan makanan tertentu pada wanita hamil
Upaya intervensi dalam program tersebut dinamakan sebagai Empat
Pilar Safe Motherhood :
1. Keluarga Berencana
2. Pelayanan Antenatal
3. Persalinan yang aman
4. Pelayanan Kebidanan Esensial
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada
sekelompok orang atau masyarakat serta determinannya (faktor – faktor
yang mempengaruhinya).
2. Sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan menjadi 4 tahap,
yaitu tahap pengamatan, tahap perhitungan, tahap pengkajian dan uji
coba.
3. Tokoh - tokoh epidemiologi yaitu, Hippocrates (Abad ke-5), Galen (129-
199), John Graunt (1662), John Snow (1854), Antonio van Leewenhoek,
Robert Koch, Max Van, Patternkofer
4. Istilah-istilah dalam epidemiologi antara lain : endemic, epidemic,
pandemic, wabah, KLB, sporadic, surveilans, common source, cluster,
exposure, patogen, virulensi, host penyakit, agen penyakit, screening
5. Manfaat epidemiologi dalam pelayanan kebidanan antara lain :
mengidentifikasi penyebab terjadinya penyakit, mengetahui faktor risiko
pada ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas, beserta hasil
konsepsinya, mempelajari teknik-teknik pencegahan dan evaluasi
program kesehatan serta program intervensinya, pengambil kebijakan
berkaitan dengan perencanaan sumber daya kesehatan (tenaga dan
fasilitas pelayanan kesehatan) khususnya berkaitan dengan pelayanan
kebidanan.
6. Peran bidan dalam edpidemiologi lebih ditekankan pada deteksi dini
faktor-faktor risiko pada ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan
nifas, beserta hasil konsepsinya.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan


sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.
Bustan,MN. 2002 . Pengantar Epidemiologi. Jakarta, Rineka Cipta.

Effendy, Nasrul.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit


Buku Kedokteran . Jakarta.
Fidaus, J. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. CV. Trans Info
Media. Jakarta.
Hikmawati, Isna. 2010. Buku Ajar Epidemiologi. Muha Djaya: Jakarta.

Noor, Nasri. 2000. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta . Jakarta

Pol LG, Richard KT. (2013). The demography of health and healthcare. Third
edition. Netherland: Springer.
Defo, BK. (2014). Demographic, epidemiological, and health transitions: are the
elevant to population health pattern in Africa. Global Health Action, 7:
22433
http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/DIKTAT%20DASAR%20EPID.pdf

https://www.academia.edu/11339030/Epidemiologi_dan_Aplikasi_dalam_kebida
nan
https://docplayer.info/72996688-Bab-i-pendahuluan-untuk-mengetahui-
bagaimana-sejarah-dan-perkembangan-epidemiologi-untuk-mengetahui-
tokoh-tokoh-epidemilogi.html
http://fkik.uin-malang.ac.id/index.php/2017/01/28/transisi-epidemiologi-di-
indonesia/
https://www.paei.or.id/tokoh-tokoh-epidemiologi/

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Kesehatan-
Masyarakat-Komprehensif.pdf
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Surveilans%20Kesehatan%20Anak%20Seri
%20Balita%202014.pdf

Anda mungkin juga menyukai