BAB I-WPS Office
BAB I-WPS Office
Pasal 1
(1) Organisasi ini bernama Perhimpunan Radiografer Indonesia disingkat menjadi PARI
(2) Perhimpunan Radiografer Indonesia ini didirikan pada tanggal 21-10-1956 (duapuluh satu
Oktober tahun seribu sembilanratus limapuluh enam), untuk waktu yang tidak terbatas ;
BAB II
Pasal 2
Perhimpunan Radiografer Indonesia berazaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945
berikut perubahan-perubahannya.
Pasal 3
BAB III
a. Unitaristik tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku,
c. Non partai politik dan non corporate, bukan merupaakan bagian dari dan tidak berafiliasi
kepada partai politik dan perusahaan tertentu.
d.
Pasal 5
Pasal 6
Indonesia.
Profesi Radiografer
pelayanan radiologi.
BAB IV
Pasal 7
peningkatan dan pemanfaatan tenaga Radiografer profesional yang diakui secara nasional maupun
internasional. Serta mampu bersaing dalam mendapatkan peluang kerja di pasaran lokal dan
global.
Pasal 8
BAB V
Tugas Pokok
Pasal 9
a. Untuk mencapai visi dan misi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8
b. Meningkatkan motivasi anggota dalam pelayanan radiografi dan imaging, upaya risset /
c. Meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan anggota dalam bidang radiografi &
d. Mengadakan dan membina hubungan dan kerjasama dengan organisasi nasional dan
internasional serupa;
g. Mengadakan berbagai kegiatan lain yang dipandang perlu untuk mencapai visi dan misi
organisasi.
BAB VI
Hymne/Mars;
(2) Lambang, Panji/ Pataka dan Hymne/Mars sebagaimana ayat (1) diatur lebih lanjut dalam
BAB VII
Keanggotaan
Pasal 11
a. Anggota;
c. Anggota Kehormatan;
(2). Ketentuan tentang Keanggotan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
Pasal 12
a. Hak memilih dan dipilih (kecuali anggota luar biasa dan anggota kehormatan)
b. Hak mengeluarkan pendapat
a. Meninggal dunia.
(ART)
(4) Ketentuan tentang kewajiban dan hak anggota diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB IX
Kongres
Pasal 13
(1) Kongres mempunyai kekuasan dan wewenang tertinggi dalam Perhimpunan;
(1) Pengurus Pusat dan Daerah berhak atau berwenang untuk mengusulkan atau mengadakan
permintaan untuk itu atau karena menurut ketentuan Anggaran Dasar untuk sesuatu hal
diperlukan keputusan dari Kongres Luar Biasa.
Pasal 15
(1) Para anggota perhimpunan harus diberitahukan secara tertulis sekurang – kurangnya 14
(empatbelas) hari sebelum kongres dilangsungkan dan diumumkan di harian yang terbit
perhimpunan;
(2) Pada pemberitahuan tentang suatu konggres harus dicantumkan acara, tempat, tanggal,
dan waktu kongres;
(3) Semua anggota yang mempunyai hak suara dapat mengajukan usul–usul untuk
(4) Rapat dipimpin oleh Ketua Umum atau Pengawas. Jika Ketua Umum dan/atau Pengawas
tidak hadir, maka anggota-anggota pengurus lainnya yang hadir berhak memilih/menunjuk
Pasal 16
(1) Kongres dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang–kurangnya lebih dari setengah
bagian dari jumlah anggota Perhimpunan atau lebih dari setengah Pengurus Daerah.
(2) Keputusan rapat dapat diambil secara musyawarah untuk mufakat, apabila kata mufakat
tidak tercapai maka keputusan dapat diambil dengan jumlah suara terbanyak dari suara sah
yang dikeluarkan.
(3) Jika yang hadir dalam Kongres tidak mencukupi jumlah (quorum) yang ditetapkan dalam
ayat 1 pasal ini, maka dapat diadakan Kongres yang kedua, paling lambat 14 (empat belas)
hari setelah Kongres yang pertama, dengan ketentuan bahwa Kongres yang kedua ini
tanpa memandang jumlah anggota yang hadir untuk dapat mengambil keputusan –
dapat dilakukan dengan pemungutan suara terbanyak yang dikeluarkan dalam Kongres;
(5) Dalam kongres untuk masing – masing Pengurus Daerah berhak untuk mengeluarkan tiga
suara.
(6) Pemungutan suara dapat dilakukan dengan rahasia dan tertulis, kecuali Kongres
memutuskan lain. Apabila suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya maka diadakan
pemungutan suara sekali lagi. Jika suara dalam pemungutan ulang itu masih sama
(7) Pemungutan suara tentang hal – hal lainnya dilakukan secara lisan. Apabila suara yang
setuju dan tidak setuju sama banyaknya maka usul dianggap ditolak.
BAB X
Referedum
Pasal 17
dan disetujui oleh lebih dari separuh bagian anggota Perhimpunan, sedangkan untuk
BAB XI
Kepengurusan Organisasi
Pasal 18
(1) Perhimpunan diurus dan dipimpin oleh suatu Pengurus yang dipilih oleh ketua terpilih
a. Seorang Ketua;
d. Seorang atau lebih menjabat lainnya, bila Kongres atau Pengurus menganggap perlu;
BAB XII
Pasal 19
(1). Pengurus Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi, yang selanjutnya diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga;
Tangga, Kode Etik Radiografer Indonesia, Keputusan Kongres Nasional dan Keputusan
dalam dan luar negeri guna meningkatkan fungsi dan peran Perhimpunan Radiografer
Pasal 20
(1) Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dipilih untuk waktu selama 4
(2) Pimpinan Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang hanya boleh menjadi
pengurus sebanyak 2 (dua) kali masa jabatan secara berturut-turut.
(3) Wewenang dan kewajiban Pengurus Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
(4) Wewenang dan kewajiban Pengurus Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XIII
Pengawas
Pasal 21
(1) Pengawas adalah organ Perhimpunan yang bertugas melakukan pengawas dan memberI
(2) Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.
(3) Dalam hal yang diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang
Pasal 22
(1) Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorang yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan
berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal putusan tersebut, berkekuatan hukum tetap.
(2) Pengawas diangkat Oleh Kongres untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat
kembali.
(3) Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(4) Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(5) Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara
tertulis mengenai maksud tersebut kepada Pengurus paling lambat 30 (tigapuluh) hari
(6) Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Perhimpunan, maka dalam jangka waktu paling
Menteri Hukum an Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
(7) Pengwas tidak dapat menerangkan sebagai Pengurus atau melaksanakan kegiatan.
Pasal 23
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri;
Pasal 24
(1) Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
(2) Ketua Pengwas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama
Pengawas.
(1) Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Perhimpunan;
(2) Memeriksa dokumen;
(4) Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) tahun orang atau lebih
(5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang
(6) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak pemberhentian sementara itu,
Pengwas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada Pengurus yang lain.
(7) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh
(8) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan dari
sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), Pengurus dengan keputusan Rapat Pengurus
wajib :
(9) Dalam hal Pengurus tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(7) dan ayat (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang
(10) Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara
Rapatpengawas
Pasal 25
(1) Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan
(2) Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili
Pengawas.
(3) Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara langsung, atau
melalui surat dengan mendapat tanda terima, palng lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat
diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(4) Panggilan rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
(5) Rapat Pengawas diadakan ditempat kedudukan Perhimpunan atau ditempat kegiatan
Perhimpunan.
(6) Rapat Pengawas diadakan ditempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia
Pasal 26
(2) Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengawas
akan dipimpin oleh salah satu orang Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas
yang hadir.
(3) Satu orang anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengwas lainnya dalam Rapat
(4) Rapat Pengwas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf (a) tidak tercapai,
maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf (b) harus
d. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling
lambat 21 (duapuluh satu) hari dari terhitung sejak Rapat Pengawas pertama.
e. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat, apabila dihadiri oleh paling sedikit 1/2 (satu per dua) jumlah Pengawas.
Pasal 27
(1) Keputusan Rapat Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal ini keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara
yang sah.
(3) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
(4) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda-tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal – hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5) Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara
yang dikeluarkan.
(6) Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oelh ketua rapat
dan 1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai
sekretaris rapat.
(7) Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita
(8) Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat
Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahukan secara tertulis dan semua Pengwas
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis
(9) Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengwas.
BAB XIV
(1). Pertemuan/ forum organisasi yang menunjukkan hierarkis kekuatan pengambilan keputusan,
terdiri atas :
j. Rapat Pengurus
(2). Ketentuan tentang Kongres, musyawarah, dan pertemuan organisasi lainnya diatur
BAB XIII
Kuorum dan Pengambilan Keputusan
Pasal 29
(1). Kongres, Musyawarah dan pertemuan organisasi lainnya yang mengambil keputusan
sebagaimana tersebut dalam Pasal 18 Anggaran Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh
lebih dari setengah (1/2) jumlah peserta, yang selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
(2). Pengambilan Keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin secara musyawarah
untuk mufakat dan apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
(3). Dalam hal Kongres atau Musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan Pimpinan,
(4). Dalam hal Kongres mengambil Keputusan tentang Anggaran Dasar dan
BAB XIV
Pasal 30
(1). Perhimpunan Radiografer Indonesia menjalin hubungan dengan Organisasi Sosial,
Kemasyarakatan, Profesi dan fungsional baik didalam maupun diluar negeri dalam
(2). Hubungan Perhimpunan Radiografer Indonesia dengan Organisasi dimaksud dalam ayat (1)
BAB XV
Naskah Azasi
Pasal 31
4. Peraturan Organisasi
BAB XVI
HARTA BENDA
Pasal 32
(1) Perhimpunan mempunyai kekayaan awal yang berasal dari kekayaan yang telah dipisahkan
dari kekayaan pribadi pendiri yaitu berupa uang tunai sejumlah Rp. 30.000.000,- (tigapuluh
juta rupiah)
(2) Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kekayaan Perhimpunan dapat juga
diperoleh dari :
a. Uang iuran;
b. Uang pangkal;
d. Wakaf;
e. Hibah;
f. Hibah wasiat;
g. Penghasilan usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
(3) Semua kekayaan perhimpunan harus dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan
perhimpunan.
(4) Harta benda yang dimiliki organisasi dikelola dan dipertanggung jawabkan oleh Pengurus
organisasi.
BAB XVII
Pembubaran
Pasal 33
(1) Perhimpunan hanya dapat dibubarkan atau usul Kongres bersama Pengurus Pusat dan
Penasehat (bila diangkat) atau atas usul secara tertulis yang disertai alasan alasannya dari
sedikitnya separuh bagian dari jumlah anggota dan atau Pengurus Daerah Perhimpunan