Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Nama, Waktu dan Tempat Kedudukan

Pasal 1

(1) Organisasi ini bernama Perhimpunan Radiografer Indonesia disingkat menjadi PARI

(2) Perhimpunan Radiografer Indonesia ini didirikan pada tanggal 21-10-1956 (duapuluh satu

Oktober tahun seribu sembilanratus limapuluh enam), untuk waktu yang tidak terbatas ;

(3) Perhimpunan Radiografer Indonesia berkedudukan di dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan Organisasi tingkat Pusat berkedudukan di Ibukota Negara

BAB II

Azas dan Kedaulatan

Pasal 2

Perhimpunan Radiografer Indonesia berazaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945

berikut perubahan-perubahannya.

Pasal 3

Kedaulatan Perhimpunan Radiografer Indonesia ada di tangan Anggota dan dilaksanakan

sepenuhnya oleh Kongres Nasional (Konas) .

BAB III

Sifat, Legalitas dan Fungsi Organisasi


Pasal 4

Perhimpunan Radiografer Indonesia adalah organisasi yang bersifat;

a. Unitaristik tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku,

golongan, gender dan asal-usul.

b. Independen yang berlandaskan pada prinsip kemandirian organisasi dengan mengutamakan

kemitrasejajaran dengan berbagai pihak.

c. Non partai politik dan non corporate, bukan merupaakan bagian dari dan tidak berafiliasi
kepada partai politik dan perusahaan tertentu.

d.

Pasal 5

Perhimpunan Radiografer Indonesia adalah satu-satunya Organisasi Profesi Radiografer yang

ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Pasal 6

Perhimpunan Radiografer Indonesia mempunyai fungsi :

a.Sebagai wadah berhimpun Radiografer Indonesia .

b.Menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi Radiografer

Indonesia.

c.Membina para Anggota dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kompetensi

Profesi Radiografer

d.Membantu pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan melalui

pelayanan radiologi.

BAB IV

Visi dan Misi

Pasal 7

Perhimpunan Radiografer Indonesia memiliki Visi; Menciptakan peluang kerja, pemerataan,

peningkatan dan pemanfaatan tenaga Radiografer profesional yang diakui secara nasional maupun

internasional. Serta mampu bersaing dalam mendapatkan peluang kerja di pasaran lokal dan

global.

Pasal 8

Perhimpunan Radiografer Indonesia memiliki Misi:

1. Peningkatan mutu dan jenjang pendidikan

2. Mengidentifikasi dan mengkaji peluang kerja


3. Perencanaan desentralisasi dan globalisasi

4. Menyusun strategi peluang kerja

5. Langkah operasional dalam pemanfaatan tenaga

6. Peningkatan pendayagunaan dan pengendalian

7. Menjamin keselamatan dalam hak dan kewajiban

8. Koordinasi dan pembinaan organisasi

BAB V

Tugas Pokok

Pasal 9

a. Untuk mencapai visi dan misi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8

Anggaran Dasar ini, Perhimpunan Radiografer Indonesia mempunyai tugas pokok :

b. Meningkatkan motivasi anggota dalam pelayanan radiografi dan imaging, upaya risset /

penelitian serta pengembangan pada pelayanan kesehatann bidang radiologi.

c. Meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan anggota dalam bidang radiografi &

imaging kepada masyarakat luas.

d. Mengadakan dan membina hubungan dan kerjasama dengan organisasi nasional dan

internasional yang berkaitan dengan keradiografian imaging, kedokteran dan organisasi

internasional serupa;

e. Mengadakan serta menyelenggarakan program kegiatan melalui pertemuan/ seminar

ilmiah yang bersifat lokal, nasional dan internasional;

f. Memberikan advokasi kepada anggota berkaitan dengan masalah yurisprudensi

g. Mengadakan berbagai kegiatan lain yang dipandang perlu untuk mencapai visi dan misi

organisasi.

BAB VI

Lambang, Panji/ Pataka dan Hymne/Mars


Pasal 10

(1) Perhimpunan Radiografer Indonesia mempunyai Lambang, Panji/ Pataka dan

Hymne/Mars;

(2) Lambang, Panji/ Pataka dan Hymne/Mars sebagaimana ayat (1) diatur lebih lanjut dalam

Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII

Keanggotaan

Pasal 11

(1). Keanggotaan Perhimpunan Radiografer Indonesia terdiri atas :

a. Anggota;

b. Anggota luar biasa;

c. Anggota Kehormatan;

(2). Ketentuan tentang Keanggotan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII

Kewajiban dan Hak Anggota

Pasal 12

(1) Setiap Anggota berkewajiban untuk :

a. Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan Organisasi.

b. Memegang teguh Kode Etik Perhimpunan Radiografer Indonesia, Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi;

c. Mentaati dan menjungjung tinggi keputusan kongres

d. Aktif melaksanakan Program Organisasi;

e. Ikut membela dan memajukan Organisasi.

(2) Setiap anggota Perhimpunan mempunyai hak :

a. Hak memilih dan dipilih (kecuali anggota luar biasa dan anggota kehormatan)
b. Hak mengeluarkan pendapat

c. Hak mendapatkan perlindungan sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar

(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)

(3) Anggota Perhimpunan dapat berhenti dari keanggotaannya, apabila :

a. Meninggal dunia.

b. Atas permintaan sendiri dengan mengajukan permohonan secara tertulis ditunjukan


kepada pengurus.
c. Dikeluarkan karena melanggar Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga

(ART)

(4) Ketentuan tentang kewajiban dan hak anggota diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah

Tangga.

BAB IX

Kongres

Pasal 13
(1) Kongres mempunyai kekuasan dan wewenang tertinggi dalam Perhimpunan;

(2) Kongres Perhimpunan diadakan 4 (empat) tahun sekali;

(3) Dalam keadaan istimewa dapat diadakan Kongres Luar Biasa;

(4) Untuk kelancaran pelasanaan keputusan–keputusan Kongres dibentuk Badan Perwakilan

yang anggota–anggotanya ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).


Pasal 14

(1) Pengurus Pusat dan Daerah berhak atau berwenang untuk mengusulkan atau mengadakan

Kongres Luar Biasa untuk setiap keadaan istimewa; dan


(2) Pengurus harus mengusulkan atau mengadakan Kongres Luar Biasa apabila sekurang–
kurangnya 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah anggota Perhimpunan mengajukan

permintaan untuk itu atau karena menurut ketentuan Anggaran Dasar untuk sesuatu hal
diperlukan keputusan dari Kongres Luar Biasa.
Pasal 15
(1) Para anggota perhimpunan harus diberitahukan secara tertulis sekurang – kurangnya 14
(empatbelas) hari sebelum kongres dilangsungkan dan diumumkan di harian yang terbit

ditempat kedudukan perhimpunan dan/atau dipapan pengumuman di gedung

perhimpunan;

(2) Pada pemberitahuan tentang suatu konggres harus dicantumkan acara, tempat, tanggal,
dan waktu kongres;

(3) Semua anggota yang mempunyai hak suara dapat mengajukan usul–usul untuk

dipertimbangkan oleh rapat tersebut;

(4) Rapat dipimpin oleh Ketua Umum atau Pengawas. Jika Ketua Umum dan/atau Pengawas
tidak hadir, maka anggota-anggota pengurus lainnya yang hadir berhak memilih/menunjuk

dari mereka yang hadir untuk memimpin sebagai ketua Kongres;

Pasal 16

(1) Kongres dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang–kurangnya lebih dari setengah

bagian dari jumlah anggota Perhimpunan atau lebih dari setengah Pengurus Daerah.

(2) Keputusan rapat dapat diambil secara musyawarah untuk mufakat, apabila kata mufakat

tidak tercapai maka keputusan dapat diambil dengan jumlah suara terbanyak dari suara sah

yang dikeluarkan.

(3) Jika yang hadir dalam Kongres tidak mencukupi jumlah (quorum) yang ditetapkan dalam

ayat 1 pasal ini, maka dapat diadakan Kongres yang kedua, paling lambat 14 (empat belas)

hari setelah Kongres yang pertama, dengan ketentuan bahwa Kongres yang kedua ini

tanpa memandang jumlah anggota yang hadir untuk dapat mengambil keputusan –

keputusan tentang apa yang diajukan dalam Kongres pertama.


(4) Dalam hal keputusan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka keputusan Kongres

dapat dilakukan dengan pemungutan suara terbanyak yang dikeluarkan dalam Kongres;

(5) Dalam kongres untuk masing – masing Pengurus Daerah berhak untuk mengeluarkan tiga

suara.

(6) Pemungutan suara dapat dilakukan dengan rahasia dan tertulis, kecuali Kongres

memutuskan lain. Apabila suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya maka diadakan

pemungutan suara sekali lagi. Jika suara dalam pemungutan ulang itu masih sama

banyaknya, maka keputusan diambil dengan jalan undian;

(7) Pemungutan suara tentang hal – hal lainnya dilakukan secara lisan. Apabila suara yang

setuju dan tidak setuju sama banyaknya maka usul dianggap ditolak.

BAB X

Referedum

Pasal 17

Keputusan menurut Referedum yang dikirim kepada seluruh anggota Perhimpunan

dan disetujui oleh lebih dari separuh bagian anggota Perhimpunan, sedangkan untuk

perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Perhimpunan harus mendapatkan persetujuan


paling sedikit berturut – turut 2/3 ( dua per tiga) dan ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota

Perhimpunan atau Pengurus Daerah.

BAB XI

Kepengurusan Organisasi

Pasal 18

(1) Perhimpunan diurus dan dipimpin oleh suatu Pengurus yang dipilih oleh ketua terpilih

hasil kongres, musyawarah daerah maupun musyawarah cabang.

(2) Pengurus terdiri dari :

a. Seorang Ketua;

b. Seorang Sekretaris atau lebih;

c. Seorang Bendahara atau lebih;

d. Seorang atau lebih menjabat lainnya, bila Kongres atau Pengurus menganggap perlu;

BAB XII

Wewenang dan Kewajiban Pengurus

Pasal 19
(1). Pengurus Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi, yang selanjutnya diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga;

(2). Pengurus Pusat berwenang :

a. Menetapkan kebijakan organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah

Tangga, Kode Etik Radiografer Indonesia, Keputusan Kongres Nasional dan Keputusan

Rapat Kerja Nasional;

b. Mentapkan & Mengesahkan susunan dan personalia Pengurus Daerah;

c. Mengembangkan kerjasama, hubungan dengan organisasi kemasyarakatan dan profesi di

dalam dan luar negeri guna meningkatkan fungsi dan peran Perhimpunan Radiografer

Indonesia di lingkungan masyarakat Nasional dan Internasional.

(3). Pengurus Pusat berkewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban dalam Kongres

Nasional, yang selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 20

(1) Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dipilih untuk waktu selama 4

(empat)tahun mulai dari S.K. Kongres, Musda dan Muscab.

(2) Pimpinan Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang hanya boleh menjadi
pengurus sebanyak 2 (dua) kali masa jabatan secara berturut-turut.

(3) Wewenang dan kewajiban Pengurus Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

(4) Wewenang dan kewajiban Pengurus Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII

Pengawas

Pasal 21

(1) Pengawas adalah organ Perhimpunan yang bertugas melakukan pengawas dan memberI

nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Perhimpunan.

(2) Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.

(3) Dalam hal yang diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang

diantaranya dapat dianggkat sebagai Ketua Pengurus.

Pasal 22

(1) Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorang yang mampu

melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan

Perhimpunan yang menyebabkan kerugian bagi Perhimpunan, masyarakat atau Negara

berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal putusan tersebut, berkekuatan hukum tetap.

(2) Pengawas diangkat Oleh Kongres untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat

kembali.

(3) Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30

(tigapuluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pengurus harus menyelenggarakan Kongres,

untuk mengisi kekosongan tersebut.

(4) Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30

(tigapuluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pengurus harus menyelenggarakan

Kongres untuk mengangkat Pengawas baru.

(5) Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara

tertulis mengenai maksud tersebut kepada Pengurus paling lambat 30 (tigapuluh) hari

sebelum tanggal pengunduran dirinya

(6) Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Perhimpunan, maka dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas

Perhimpunan, Pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada

Menteri Hukum an Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
(7) Pengwas tidak dapat menerangkan sebagai Pengurus atau melaksanakan kegiatan.

Pasal 23

Jabatan pengawas berakhir apabila :

1. Meninggal dunia;

2. Mengundurkan diri;

3. Bersalah melakukan tindakan pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam

dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;

4. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Kongres;

5. Masa jabatan berakhir.

Pasal 24

(1) Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas

pengawasan untuk kepentingan Perhimpunan.

(2) Ketua Pengwas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama

Pengawas.

(3) Pengawas berwenang :

(1) Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Perhimpunan;
(2) Memeriksa dokumen;

(3) Memeriksa pembukaan dan mencocokannya dengan uang kas; atau

(4) Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus;

(5) Member peringatan kepada Pengurus;

(4) Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) tahun orang atau lebih

Pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar

dan atau peraturan perundang – undangan yang berlaku.

(5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang

bersangkutan disertai alas an.

(6) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak pemberhentian sementara itu,

Pengwas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada Pengurus yang lain.

(7) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh

Pengurus maka Pengurus wajib memanggil anggota Pengurus yang bersangkutan

untuk diberi kesempatan membela diri.

(8) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan dari

sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), Pengurus dengan keputusan Rapat Pengurus
wajib :

a. Mencabut keputusan pemberhentian smentara; atau

b. Memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.

(9) Dalam hal Pengurus tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(7) dan ayat (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang

bersangkutan menjabat kembali jabatannya semua.

(10) Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara

Pengawas wajib mengurus yayasan.

Rapatpengawas

Pasal 25
(1) Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan

tertulis dari seorang atau lebih Pengawas atau anggota perhimpunan.

(2) Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili

Pengawas.

(3) Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara langsung, atau

melalui surat dengan mendapat tanda terima, palng lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat
diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.

(4) Panggilan rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.

(5) Rapat Pengawas diadakan ditempat kedudukan Perhimpunan atau ditempat kegiatan

Perhimpunan.

(6) Rapat Pengawas diadakan ditempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia

dengan persetujuan seluruh anggota.

Pasal 26

(1) Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Umum.

(2) Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengawas

akan dipimpin oleh salah satu orang Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas

yang hadir.

(3) Satu orang anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengwas lainnya dalam Rapat

Pengawas berdasarkan surat kuasa.

(4) Rapat Pengwas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :

a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pengawas.

b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf (a) tidak tercapai,
maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua.

c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf (b) harus

dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan

tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.

d. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling

lambat 21 (duapuluh satu) hari dari terhitung sejak Rapat Pengawas pertama.

e. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang

mengikat, apabila dihadiri oleh paling sedikit 1/2 (satu per dua) jumlah Pengawas.

Pasal 27

(1) Keputusan Rapat Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

(2) Dalam hal ini keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka

keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara

yang sah.

(3) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.

(4) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa

tanda-tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal – hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.

(5) Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara

yang dikeluarkan.

(6) Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oelh ketua rapat

dan 1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai

sekretaris rapat.

(7) Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita

Acara Rapat dibuat dengan notaries.

(8) Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat

Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahukan secara tertulis dan semua Pengwas
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis

dengan menandatangani usul tersebut.

(9) Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan

yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengwas.

BAB XIV

Pertemuan/ Forum Organisasi


Pasal 28

(1). Pertemuan/ forum organisasi yang menunjukkan hierarkis kekuatan pengambilan keputusan,

terdiri atas :

a. Kongres Nasional (Konas)

b. Kongres Nasional Luar Biasa (KLB)

c. Rapat Kerja Nasional (Rakernas)

d. Musyawarah Daerah (Musda)

e. Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub)

f. Rapat Kerja Daerah (Rakerda)

g. Musyawarah Cabang (Muscab)

h. Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub)

i. Rapat Kerja Cabang (Rakercab)

j. Rapat Pengurus

(2). Ketentuan tentang Kongres, musyawarah, dan pertemuan organisasi lainnya diatur

lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII
Kuorum dan Pengambilan Keputusan

Pasal 29

(1). Kongres, Musyawarah dan pertemuan organisasi lainnya yang mengambil keputusan

sebagaimana tersebut dalam Pasal 18 Anggaran Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh

lebih dari setengah (1/2) jumlah peserta, yang selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah

Tangga.

(2). Pengambilan Keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin secara musyawarah

untuk mufakat dan apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan diambil berdasarkan suara

terbanyak.

(3). Dalam hal Kongres atau Musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan Pimpinan,

sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari jumlah peserta harus hadir.

(4). Dalam hal Kongres mengambil Keputusan tentang Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga :

a. Sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) jumlah peserta harus hadir.

b. Putusan adalah sah apabila diambil persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga

(2/3) dari jumlah peserta yang hadir.


(5) Peserta Kongres, Musyawarah dan pertemuan Organisasi lainnya, akan diatur lebih lanjut

dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIV

Hubungan dengan Organisasi Kemasyarakatan

Pasal 30
(1). Perhimpunan Radiografer Indonesia menjalin hubungan dengan Organisasi Sosial,

Kemasyarakatan, Profesi dan fungsional baik didalam maupun diluar negeri dalam

rangka mencapai tujuan Perhimpunan Radiografer Indonesia

(2). Hubungan Perhimpunan Radiografer Indonesia dengan Organisasi dimaksud dalam ayat (1)

dan (2) Pasal ini diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB XV

Naskah Azasi

Pasal 31

Perhimpunan Radiografer Indonesia mempunyai naskah-naskah azasi organisasi, yaitu :

1. Anggaran Dasar (AD).

2. Anggaran Rumah Tangga (ART).


3. Kode Etik Profesi Radiografer Indonesia

4. Peraturan Organisasi

5. Standar Kompetensi Profesi

BAB XVI

HARTA BENDA

Pasal 32

(1) Perhimpunan mempunyai kekayaan awal yang berasal dari kekayaan yang telah dipisahkan

dari kekayaan pribadi pendiri yaitu berupa uang tunai sejumlah Rp. 30.000.000,- (tigapuluh

juta rupiah)

(2) Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kekayaan Perhimpunan dapat juga

diperoleh dari :

a. Uang iuran;

b. Uang pangkal;

c. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;

d. Wakaf;

e. Hibah;
f. Hibah wasiat;

g. Penghasilan usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar

Perhimpunan atau peraturan perundang – undangan yang berlaku.

(3) Semua kekayaan perhimpunan harus dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan

perhimpunan.

(4) Harta benda yang dimiliki organisasi dikelola dan dipertanggung jawabkan oleh Pengurus

organisasi.

BAB XVII

Pembubaran

Pasal 33

(1) Perhimpunan hanya dapat dibubarkan atau usul Kongres bersama Pengurus Pusat dan

Penasehat (bila diangkat) atau atas usul secara tertulis yang disertai alasan alasannya dari

sedikitnya separuh bagian dari jumlah anggota dan atau Pengurus Daerah Perhimpunan

kepada Pengurus Pusat;

Anda mungkin juga menyukai