Anda di halaman 1dari 20

Nama : Selviana Kalimatus Sa’diyah

NIM : 201804051

Kelas : D3 Keperawatan (3B)

Resume Hukum dan Etika Keperawatan

Konsep Hukum dan Etika

A. Definisi

Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.
Dalam hal ini etika dapat di artikan sebagai kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang
baik, baik pada diri seorang individu atau masyarakat. Etika juga dapat di definisikan sebagai
kebiasaan hidup yang baik yang di anut dan di wariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Etik” berarti ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika juga bearti kumpulan
asas atau nilai akhlak (moral). Yang di maksud di sini adalah kode etik. Misalnya, Kode Etik
Jurnalistik, Kode Etik Kedokteran, Kode Etik Keperawatan. Dari penjelasan di atas dapat di
simpulkan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk sikap tindakan
manusia.

Hukum

Sebagaimana di definisikan dalam Oxford English Dictionary, hukum adalah kumpulan


aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan, dimana suatu negara
atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai subjectnya. Hukum juga di definisikan sebagai
kumpulan peraturan yang berisi kaidah kaidah hukum. Hukum ada (baik di buat ataupun lahir
dari masyarakat) pada dasarnya berlaku untuk di taati.

B. Jenis jenis

Etika

1. Etika deskriptif
Memberikan gambaran dan ilustrasi tentang bagaimana manusia harus bertingkah laku
berdasarkan norma etis yang di anut oleh masyarakat.
2. Etika normatif
Memberi jawaban atas pertanyaan tentang hal baik dan yanng benar, jadi suatu ukuran
untuk menilai yang baik dan benar.
3. Etika pluralisme
Pedoman perilaku yang mengumpulkan banyak informasi untuk mengukur kompleksitas
situasi tertentu dan mempertimbangkan etika

Hukum

a. Hukum pidana
Peraturan mengenai hukuman. Dalam masalah pidana kedudukan pemerintah adalah
lebih tinggi. Contoh :
b. Hukum perdata
Mengatur subject dan antar subject dalam hubungan inter-relasi. Contoh :
c. Hukum kesehatan
Semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan
kesehatan dan penerapannya. Contoh : hukum kedokteran, hukum keperawatan, hukum
rumah sakit,dll.

C. Perbedaan Etika dan Hukum

Etika Hukum

Berlaku untuk profesi Berlaku untuk umum

Di susun berdasarkan kesepakatan anggota


Di susun oleh badan pemerintah
profesi
Tercantum secara terperinci dalam kitab
Tidak seluruhnya tertulis
undang undang

Sanksi terhadap pelanggar berupa tuntunan Sanksi terhadap pelanggar berupa tuntutan
Penyelesaian pelanggaran etika tidak selalu Penyelesaian pelanggaran hukum
di sertai bukti fisik memerlukan bukti fisik.

Konsep Etika dan Hukum Keperawatan

A. Etika Keperawatan

 Definisi

Etika keperawatan adalah suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib


bertingkah laku.

Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun
perawat dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap klien/pasien, menghargai
klien/pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama
klien/pasien.

Etika keperawatan adalah suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan


dalam melaksanakan praktik keperawatan secara benar serta untuk pengambilan
keputusan, pemecahan masalah etik, baik dalam area praktik, pendidikan, administrasi
maupun penelitian.

 Tujuan
Menurut American Ethics Commission Bureau on Theaching, tujuan etika keperawatan
adalah :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.
2. Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktik keperawatan.
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan,
sesuai dengan kepercayaannya.
 Fungsi
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan
menurut Kozier & Erb (1990)
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini
akan melindungi perawat dan pasien.
2. Menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan
memelihara standar tersebut.
3. Memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan dalam
situasi keperawatan.
4. Pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan di ikuti orang orang dalam
profesi dan harus di terima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional.
 Pentingnya Etika Keperawatan
Praktik keperawatan melibatkan interaksi yang kompleks antara nilai sosial dan
nilai politis serta hubungannya dengan masyarakat tertentu. Sebagai dampaknya perawat
sering mengalami situasi yang berlawanan dengan nuraninya. Meskipun demikian
perawat tetap terikat pada kewajiban-kewajiban sebagai insan manusiawi, karyawan,
pimpinan, majikan dan sebagainya. Dengan demikian perlu adanya akontabilitas etis
dan perlindungan hukum terhadap kegiatan kegiatan yang dilakukan serta keputusan-
keputusan yang diambil.
 Prinsip
Menurut Beauchamp & Childress, dalam PPNI (2010) terdapat tujuh prinsip
yakni :
1. Autonomy, (Otonomi)
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk memilih bagi diri sendiri,
apa yang menurut pemikiran dan pertimbangannya merupakan hal yang terbaik.
Menghormati otonomi klien/pasien ditunjukkan melalui perilaku perawat
yang menghormati atau menghargai klien/pasien dan keluarganya.
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan memperhatikan otonomi
adalah:
a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberi tahu sebelumnya.
b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui
klien dalam membuat suatu pilihan.
c. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan.
2. Beneficence (Kebaikan)
Prinsip beneficence atau melakukan tindakan untuk kebaikan
klien/pasien merupakan dasar dalam melakukan pelayanan kesehatan yang baik.
Perawat, dokter dan semua tenaga kesehatan bekerja untuk meningkatkan
kesehata klien/pasien secara optimal .
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya
apabila klien dalam keadaan risiko serangan jantung.
3. Non-maleficence (Tidak Membahayakan)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak
membahayakan dan tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada
klien/pasien.
4. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan
suatu kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah
landasan untuk ” informed consent ” yang baik . Perawat harus dapat
memberikan semua informasi yang diperlukan oleh klien/pasien maupun
keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
Contoh : Ny. M seorang 45 tahun sedang menjalani pemeriksaan
tuberculis test dan fungsi paru. Bersarakan hasil pemeriksaan Ny. M mengalami
TB MDR dan asma. Dalam hal ini Ny. M harus mendapatkan keterangan yang
sebenarnya tentang hasil pemeriksaaan secara lengkap.
5. Confidentiality (Kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang klien/pasien yang dirawatnya. klien/pasien harus diyakinkan
bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan
dihargai dan tidak disampaikan kepada pihak lain secara tidak tepat
6. Fidelity (Kesetiaan)
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia atau loyal
pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Kewajiban ini
meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta perhatian terhadap
klien/pasien.
Perawat berkewajiban untuk berperilaku caring/perhatian dalam memberikan
asuhan keperawatan antara lain dengan memberikan perhatian kepada
klien/pasien, memberi pengharapan dan membuat klien/pasien sejahtera.
7. Justice. (Keadilan)
Keadilan bekenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada
semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah
. Azas ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam memberikan asuhan
keperawatan, berarti setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang sesuai
dengan kebutuhannya.
 Kode Etik Keperawatan PPNI
a. PerawatdanKlien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warnakulit, umur, jeniskelamin, aliran politik dan
agama yang dianutserta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan praktek
1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan sertakualifikasi seseorang
bilamelakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

B. Hukum Keperawatan

 Definisi
Hukum keperawatan adalah segala peraturan perundang undangan yang mengatur
tentang asuhan keperawatan terhadap klien dalam aspek hukum perdata, hukum pidana,
hukum administrasi sebagai bagian dari hukum kesehatan. Ruang lingkup hukum dalam
keperawatan meliputi segala peraturan perundangan di sector kesehatan dan keperawatan
pada khususnya.
 Fungsi Hukum dalam Praktik Keperawatan
1. Memberi kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
3. Membantu menentukan batasan kewenagan tindakan keperawatan mandiri
4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan
 Pentingnya Hukum dalam Praktek Keperawatan
1. Memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan keperawatan yang
dilakukan konsisten dengan prinsip hukum yaitu keadilan, perubahan, standar universal,
tiap individu mempunyai hak dan tanggung jawab.
2. Melindungi perawat dari liabilitas yaitu tanggungan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap tindakan/kegagalan melakukan tindakan.
 Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan
o Penandatanganan pernyataan hukum.
Perawat sering kali diminta sebagai saksi, perawat hendaknya tidak membuat
pernyataan yang mempunyai interpretasi ganda, dalam kesaksian harus mengacu pada
Rumah Sakit/institusi.
o Format persetujuan.
Diberikan kepada pasien pada awal masuk ke Rumah sakit yang mengandung
kesanggupan pasien untuk dirawat dan menjalani pengobatan termasuk persetujuan
operasi yang diberikan setelah pasien benar-benar mendapat informasi yang cukup
dari tenaga kesehatan tentang tindakan yang dilakukan termasuk risiko tindakan
tersebut.
o Laporan kejadian/incident report.
Setiap kali terjadi incident yang mengenai pasien, pengunjung, maupun petugas
kesehatan, maka perawat membuat laporan kejadian yang disebut incident riport yaitu
tulis apa adanya termasuk keadaan korban saat ditemukan, sebutkan saksi yang ada
pada saat kejadian, tulis tindakan yang dilakukan, tulis nama dan tanda tangan anda
dengan jelas dan tulis waktu kejadian ditemukan.
o Pencatatan.
Merupakan suatu komponen yang paling penting yang memberikan sumber
kesaksian hukum. Setiap selesai melakukan tindakan maka perawat harus segera
mencatat secara jelas tindakan yang dilakukan dan respons pasien terhadap tindakan
serta mencantumkan waktu tindakan diberikan dan tanda tangan yang memberi
tindakan. Cara secara pencatanan sesuai yang dapat diterima secara hukum sesuai
dengan prinsip-prinsip dokumentasi dan standar praktek kperawatan (Kelly, 1987)
a. Catat secara obyektif : tulis dengan tinta permanen apa yang dilihat,
didengar dibau dan dirasakan.
b. Catat secara lengkap pengobatan dan perawatan yang diberikan : untuk
apa, dimana dan bagaimana dan dengan cara apa.
c. Bila ada kesalah tulisan tidak boleh dihapus tetapi dicoret dan tetap dapat
dibaca.
d. Catatan harus dibuat sendiri, catat waktu, tanggal dan ditandatangani.
o Pengawasan penggunaan obat.
Obat yang dapat diberi dengan resep dan obat yang dijual bebas, sedangkan obat-
obat tertentu misalnya NARKOTIKA diatur secara khusus. Di Rumah Sakit obat ini
disimpan ditempat aman dan terkunci. Untuk menghindari masalah hukum
pengeluaran narkotika ini perawat harus memperhatikan prosedur dan pencatatan
yang benar.
o Abortus dan kehamilan cara alami.
KUHP 346-349 : barang siapa melakukan suatu dengan sengaja menyebabkan
keguguran atau kematian janin dalam kandungan dapat dikenai hukuman penjara.
o Kematian dan masalah yang terkait.
Masalah hukum yang terkait dengan kematian lain meliputi pernyataan kematian,
bedah mayat/otopsi dan donor organ.
 Prinsip prinsip Mencegah Masalah Hukum
1. Ketahui hukum/UU yang mengatur praktek anda.
2. Jangan melakukan apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya.
3. Pertahankan kompetensi praktek anda.
4. Lakukan pengkajian diri, evaluasi kelompok dan audit/evaluasi dari supervisor.
5. Jangan sembrono.
6. Kerjalah secara interdependensi, komunikasi dengan orang lain.
7. Selalu mencatat secara akurat, lengkap dan jangan dihapus.
8. Delegasikan secara aman dan absah, ketahui persiapan dan kemampuan orang-orang
dibawah pengawasan anda.
9. Bantu pengembangan kebijakan dan prosedur.
 Landasan Hukum Praktek Keperawatan
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
a. Pasal 23 UU 36 Tahun 2009
(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan sesuai dengan bidang keahlian
yang dimiliki.
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan , tenaga kesehatan wajib
memiliki ijin dari Pemerintah.
(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat 1
dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.
(5) Ketentuan mengenai perijinan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatur
dalam Peraturan Menteri
b. Pasal 24 UU 36 Tahun 2009
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus
memenuhi kode etik, standar profesi , hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana
dimaksud ayat 1 diatur oleh organisasi profesi.
(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kese hatan, standar
pelayanan , dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 diatur dengan Peraturan Menteri
c. Pasal 27 UU 36 Tahun 2009
(1) Tenaga kesehatan berhak mendapat imbalan dan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki.
(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan perundangan
Pemerintah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
a. Pasal 21
(1) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajibanuntuk
mematuhi standar profesitenaga kesehatan.
(2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh menteri
b. Pasal
(1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban
untuk :
a.menghormati hak pasien
b.menjaga kerahasiaan identitas dan data pribadi pasien
c.memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan
d.meminta persetujuan terhadap tindakan yang dilakukan
e.membuat dan memelihara dan memelihara rekam medis.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dalam ayat(1) oleh diatur lebih lanjut oleh
menteri
3. KeputusanMenteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001
Bab I. Ketentuan Umum
Bab II. Pelaporan dan Registrasi
Bab III Perizinan
Bab IV. Praktek Perawat
Bab V. Pejabat yang berwenang
Bab VI. Pembinaan dan Pengawasan
Bab VII. Sanksi
Bab VIII. Ketentuan Peralihan
Bab IX. Ketentuan penutup
Telah di atur dalam UU Keperawatan No 38 Tahun 2014
4. UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN NOMOR 38 TAHUN2014 TENTANG
KEPERAWATAN
Etika dan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat

 Definisi
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di
berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik
kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi
tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami
pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai Kedaruratan.
 Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam
mempertahankan & melindungi hak-hak pasien meliputi :
- Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
- Hak atas informasi tentang penyakitnya
- Hak atas privacy
- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
- Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. 
4. Sebagai coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
daridokter,
fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan.
6. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan
7. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis &
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
 Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan
oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara
tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
 Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan
1.   Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana
mestinya.
2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
3.      Menanggulangi korban bencana.
 Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan
1.      Penanganan cepat dan tepat
2.      Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
Meliputi tindakan :
A. Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi, menyiapkan alat-alat.
B. Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun ketrampilan: BLS, ALS
 Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)
Pemahaman terhadap aspek hukum dalam KGD bertujuan meningkatkan kualitas
penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum
menjadi penting karena konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek
legal dan etika tidak dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang baik.
Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari :
1. Kegagalan komunikasi
2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi
Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu :
1.      Diagnosis keadaan gawat darurat
2.      Standar Operating Procedure
3.      Kualifikasi tenaga medis
4.      Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
5.      Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
6.      Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)
7.      Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
8.      Prinsip keadilan dan fairness
9.      Kelalaian
10.  Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah
dosis
11.  Diagnosis kematian
12.  Surat Keterangan Kematian
13.  Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien

 Dasar Hukum Pelayanan Gawat Darurat


Dasar hukum pemberian pelayanan kegawatdaruratan di atur dalam undang undang
sebagai berikut :
1. Undang – undang Nomor 38 tentang Keperawatan Tahun 2014 pasal 35 yaitu:
a. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai kompetensinya.
b. Pertolongan pertama pada ayat 1 bertujuan untuk menyelamatkan klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
c. Keadaan darurat pada ayat 1 merupakan keadaan yang mengancam jiwa atau kecacatan
klien.
d. Keadaan darurat sebagaimana di maksud ayat 1 di tetapkan oleh perawat sesuai hasil
evaluasi berdasarkan keilmuannya.
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelayanan kesehatan,
Pelayanan Kesehatan Pada Bencana :
Pasal 82
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan pada bencana.
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan
pada tanggap darurat dan pascabencana.
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan
kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan
lebih lanjut.
Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan
untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik
bagi pasien.(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana.
4. UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan
5. UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan
6. UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran
7. UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
8. PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan
9. PP NO 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian
10. Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan
o Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan
Praktik Keperawatan, Pasal 20, Dalam darurat yang mengancam jiwa
seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan
diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, Pelayanan
dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
o Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dn izin
praktik keperawatan Pasal 10 Ayat (1), Dalam darurat yang mengancam jiwa
seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan
diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, Pasal 11 poin
(a) Perawat berhak Memperoleh perlindungan hukum.
o Permenkes Nomor 152/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin dan
penyelenggaran Praktik Kedokteraan dan kedokteran Gigi, BAB III Pasal 15
Ayat (I), Dokter dan dokter Gigi dapat memberilan pelimpahan suatu
tindakan kedokteran dan tindakan kedokteran gigi , kepada perawat, bidan
atau tenaga kesehatn lainnya secara tertulis.
Dilema Etika

Ibu A, 65 tahun dirawat di RS dengan laserasi & fraktur multiple akibat kecelakaan kendaraan
bermotor. Suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut tetapi ia meninggal di RS yang sama.
Saat di RS ibu A terus menerus menanyakan tentang suaminya kepada perawat yang
merawatnya. Dokter bedah sudah mengatakan kepada perawat untuk tidak memberitahukan ibu
A tentang kematian suaminya. Perawat tersebut tidak mengetahui alasan untuk tidak
meberitahukan keadaan tersebut kpd klien dan bertanya kepada kepala ruangan. Kepala ruang
mengatakan untuk tidak memberitahu klien tentang kematian suaminya.

Penyelesaiannya:

Mendiskusikan hal tersebut lebih lanjut dengan dokter bedah & karu, dengan menegaskan hak
klien (ibu A), untuk mendapatkan informasi dan penghargaan atas otonominya.

Konsekwensi tindakan ini antara lain:

1. Dokter bedah mungkin akan menyadari hak klien (Ibu A) tentang pemberian informasi &
akibat memberitahu pada klien tentang kematian suaminya.

2. Dokter bedah mungkin tetap pada pendiriannya, tidak memberikan informasi pada klien
tentang kematian suaminya. setia pada dokter bedah & kepala ruang
Daftar Pustaka

Masruroh Hasyim, S. N. (2014). Buku Pedoman Keperawatan. yogyakarta: Indoliterasi.

Mona, M. P. (2015). Undang Undang Keperawatan dan Tenaga Kesehatan. Yogyakarta:


Pustaka Mahardika.

Nusdin, S. N. (2020). Keperawatan Gawat Darurat. Surabaya: Jakad Media Publishing.

Suhaemi, D. H. (2002). Etika Keperawatan : Aplikasi pada praktik. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai