Anda di halaman 1dari 8

PENCEMARAN SUNGAI CILIWUNG

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Konservasi Sumber Daya Alam
dan Lingkungan, dosen pengampu Dr. Yuliani, M.Si.

Oleh

1. Gati Nurhidayah 19030234007


2. Shabihisma Auliya N 19030234019
3. Silfia Indah Achrifa 19030234027
4. Qomariyah Agustin 19030234047

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pencemaran Sungai Ciliwung” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dr. Yuliani, M.Si. pada mata kuliah Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yuliani, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Hambatan
yang penulis alami dalam penyelesaian makalah ini yaitu kurangnya sumber
referensi yang penulis dapatkan.

Makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 14 Februari 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ciliwung adalah salah satu sungai terpenting di Tatar, Pasundan
terutama karena melalui ibu kota DKI Jakarta. Kali Ciliwung dengan
sumber mata air dari Gunung Pangrango memiliki panjang hampir 120 km
dengan daerah tangkapan airnya (daerah aliran sungai) seluas 387 km
persegi. Sungai ini relatif lebar dan di bagian hilirnya dulu dapat dilayari
oleh perahu kecil pengangkut barang dagangan. Wilayah yang dilintasi
Ciliwung adalah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Jakarta.
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede,
Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Setelah melewati bagian timur
Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-
Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas
alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ci Liwung bermuara di
daerah Luar Batang, di dekat Pasar Ikan sekarang. Di sebelah barat, DAS
Ci Liwung berbatasan dengan DAS Ci Sadane, DAS Kali Grogol dan DAS
Kali Krukut. Sementara di sebelah timurnya, DAS ini berbatasan dengan
DAS Kali Sunter dan DAS (Kali) Cipinang.

Setiap tahun di musim hujan beberapa ruas Kali Ciliwung,


terutama antara ruas Cawang – Pintu Air Manggarai di Propinsi DKI
Jakarta, mengalami luapan genangan banjir. Genangan yang terjadi di
daerah tersebut disebabkan karena perubahan tata guna lahan dan
buruknya drainase di daerah hulu yang akan berpengaruh pada
perubahan karakteristik baik dari segi besarnya debit banjir dan lama
waktu kejadian banjir. Genangan banjir juga disebabkan oleh adanya
penyempitan kali oleh padatnya pemukiman di bantaran kali yang

3
mengakibatkan kapasitas debit aliran Kali Ciliwung lebih kecil
daripada debit banjir rencana. Beberapa rencana penanganan banjir Kali
Ciliwung pada ruas Cawang – Pintu Air Manggarai antara lain yaitu
pelebaran kali, perkuatan tebing dan pembuatan tanggul. Mengingat
adanya kecenderungan semakin besarnya debit banjir dan semakin
kecilnya kapasitas tampung Kali Ciliwung dari tahun ketahun,
persoalan tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius di dalam
penanganannya.

Derasnya urbanisasi ke wilayah Jakarta telah memacu


perkembangan permukiman yang cenderung menyimpang dari RUTRK
(Rencana Umum Tata Ruang Kota) dan konsep pembangunan yang
berkelanjutan. Banyaknya kawasan‐kawasan rendah (rawa, danau) yang
semula berfungsi sebagai tempat penampungan air serta bantaran sungai
yang berubah menjadi pemukiman, ditambah dengan kebiasaan
masyarakat yang membuang sampah ke sungai sehingga makin
memperburuk kondisi kali ciliwung.

Banjir yang terjadi di Jabodetabek merupakan masalah yang harus


segera ditangani agar akibat yang ditimbulkan tidak banyak merusak dan
merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat Jakarta merupakan Ibukota
Negara yang merupakan citra negara dan pusat perekonomian. Sungai
Ciliwung adalah salah satu sungai yang melewati wilayah administratif
DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, yang
bermuara di Banjir Kanal Barat (BKB) menuju ke Laut Jawa.

Sejalan dengan perkembangan daerah permukiman di wilayah


Jabodetabek tak terkecuali di DAS Kali Ciliwung, terjadi perubahan/alih
fungsi lahan yang semula daerah resapan dan dapat menyerap air
hujan(infiltrasi), saat ini sudah berubah menjadi lahan permukiman dan
bangunan‐bangunan gedung, sehingga air hujan cenderung langsung
berubah menjadi limpasan permukaan (runoff) yang pada akhirnya
membebani daya tampung Sungai Ciliwung. Akibatnya aliran sungai yang

4
tadinya kecil semakin lama semakin besar, dan pada lokasi‐lokasi tertentu
terjadi luapan‐luapan genangan akibat tidak tertampungnya runoff yang
semakin lama semakin besar. Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan
berlarut – larut, sehingga memerlukan penanganan yang serius dari
Pemerintah dan masyarakat pada umumnya untuk berpartisipasi
menangani masalah ini. Untuk itu perlu ada langkah‐langkah kongkrit baik
secara teknis maupun nonteknis untuk mengembalikan fungsi asli dari kali
ciliwung.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa manfaat sumber daya alam yang ada di Sungai Ciliwung?
1.2.2. Apa masalah lingkungan yang terjadi di Sungai Ciliwung?
1.2.3. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah di Sungai Ciliwung?
1.2.4. Bagaimana upaya dalam mengatasi masalah di Sungai Ciliwung?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui manfaat sumber daya alam yang ada di Sungai
Ciliwung.
1.3.2. Untuk memahami masalah lingkungan yang terjadi di Sungai
Ciliwung.
1.3.3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi masalah di Sungai
Ciliwung.
1.3.4. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi masalah di Sungai
Ciliwung.

1.4. Manfaat
1.4.1. Memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Sungai Ciliwung
dengan baik.
1.4.2. Melestarikan lingkungan di sekitar Sungai Ciliwung.
1.4.3. Menjaga lingkungan Sungai Ciliwung supaya tidak rusak.
1.4.4. Mencegah terjadinya masalah lingkungan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sumber Daya Alam Hayati atau non Hayati dan Manfaat
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk
semua makhluk hidup. Air seringkali disebut sebagai sumber kehidupan,
karena keberadaanya sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup di bumi. Salah satu sumber air adalah sungai, yaitu aliran air yang
memanjang dan mengalir dari hulu hingga hilir. Contoh sungai yang selalu
menjadi sorotan saat memasuki musim hujan yaitu sungai atau kali Ciliwung.
Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang panjangnya melintasi
Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bogor, dan Jakarta. Hulu sungai ini
berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Cianjur.
Kali Ciliwung mengalir ditengah Jakarta melewati permukiman padat
penduduk. Akibatnya, kali pembuangan limbah padat dan limbah cair dari
rumah tangga maupun kegiatan pabrik. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI
Jakarta mengatakan bahwa 61% sungai di Jakarta masuk ke dalam kategori
cemar berat pada tahun 2017, angka tersebut meningkat pesat dari semula
32% pada tahun 2014, dan kali Ciliwung termasuk ke dalam kategori cemar
berat berdasarkan penghitungan di 24 titik sampling.

2.2. Kasus yang ada di sungai ciliwung


2.2.1. Banjir
Penyebab banjir yang melanda jakarta adalah hujan ekstrem. Curah
hujan yang tinggi merupakan faktor utama terjadinya banjir.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), curah hujan yang mengguyur Jakarta mencapai
377mm. Padahal curah hujan 50mm – 100mm menurut BMKG
sudah lebat. Hal ini berkaitan dengan kapasitas sungai yang ada di

6
Jakarta dan sekitarnya, dimana sungai-sungai tersebut sudah tidak
lagi mampu menampung air hujan dengan intensitas tinggi. Dari
kondisi tersebut , Sungai Ciliwung yang merupakan sungai terbesar
di Jakarta menjadi pusat perhatian. Normalisasi Sungai Ciliwung
merupakan proyek yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi
lebar sungai sehingga diharapkan kapasitas tampung air Sungai
Ciliwung meningkat. Namun, normalisasi tersebut terkendala oleh
pembebasan lahan. Banyak rumah-rumah warga yang berdiri di
bantaran Sungai Ciliwung, lebih parahnya lagi rumah-rumah tersebut
berdiri sampai di palung sungai. Pemukiman ini dapat menghambat
aliran sungai, karena banyaknya sampah yang dibuang ke sungai
oleh penduduk yang tinggal di pemukiman tersebut. Membuang
sampah di sungai dapat menyebabkan sungai menjadi dangkal.
Akibatnya, air meluap hingga ke rumah-rumah penduduk saat hujan
deras.
2.2.2. Pencemaran sungai
Sungai Ciliwung yang sekarang berbeda drastis dibandingkan
dengan Sungai Ciliwung yang dulu. Dulunya Sungai Ciliwung
begitu jernih, jarang ditemukan sampah. Tak sedikit masyarakat
yang berani untuk mengonsumsi segala sesuatu yang berasal dari
Sungai Ciliwung, mulai dari air yang digunakan untuk mandi dan
minum, hasil pancingan ikan untuk makan, dan lain-lain. Namun,
pada kenyataannya Sungai Ciliwung sekarang tercemar. Sudah tidak
ada masyarakat yang mau mandi dan minum menggunakan air dari
Sungai Ciliwung. Hal tersebut bisa terjadi disebabkan oleh banyak
hal. Dalam hal ini manusia adalah faktor utama penyebab
tercemarnya Sungai Ciliwung. Dari penelitian terakhir kandungan air
pada Sungai Ciliwung memiliki kadar limbah domestik yang parah,
kandungan pestisidanya juga tinggi. Bangunan yang berdiri di
sepanjang aliran Sungai Ciliwung juga memberi dampak besar. Rata-
rata masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Ciliwung

7
membuang langsung sampah mereka ke sungai karena tidak adanya
lahan untuk tempat pembuangan sampah.
2.2.3. Menyusutnya keragaman flora dan fauna
Selain masalah banjir dan pencemaran sungai, masalah yang
dihadapi Ciliwung adalah menyusutnya keragaman flora dan fauna.
Berdasarkan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
mengungkapkan sekitar 92 % ikan di wilayah Ciliwung sudah punah
dan juga 66,7 % mollusca dan crustacea juga sudah hilang dari
Sungai Ciliwung. Hal ini bisa terjadi karena ulah manusia. Ada
beberapa oknum yang biasanya melakukan penangkapan ikan
menggunakan tuba atau racun. Kegiatan ini umumnya bersifat
merugikan bagi sumber daya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-
mata hanya membawa keuntungan yang besar kepada nelayan
namun membawa dampak yang kurang baik terhadap ekosistem
perairan. Tuba atau racun yang digunakan nelayan menyebabkan
ikan besar dan kecil menjadi mabuk dan mati sehingga bisa terjadi
kepunahan ikan. Selain membuat ikan-ikan mati, sisa racun tersebut
menimbulkan pencemaran sungai.

2.3. Solusi
2.4. Upaya Konservasi

Anda mungkin juga menyukai