Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KOTA SUNGAI APIT (REVISI RENCANA
TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SUNGAI APIT TAHUN 2007)
TAHUN ANGGARAN 2012

Uraian Pendahuluan1)
1. Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kabupaten merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten ke
dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan serta bukan bangunan pada kawasan
perkotaan maupun kawasan fungsional kabupaten. Dengan kata lain RDTR Kabupaten mempunyai fungsi
untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya,
dalam mewujudkan ruang yang serasi, seimbang, aman, nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan
dalam RDTR kegiatan berskala kawasan atau lokal dan lingkungan, dan atau kegiatan khusus yang
mendesak dalam pemenuhan kebutuhannya.
RDTR Kabupaten adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kabupaten secara terperinci yang
disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pengaturan zonasi, perijinan dan pembangunan
kawasan.
Berdasarkan pengalaman dalam menyusun RDTR ternyata dirasakan masih banyak kekurangan.
Kekurangan tersebut terjadi karena pengertian tentang kawasan kegiatan fungsional kemudian
pengembangannya belum sepenuhnya dipahami benar, disamping gambaran tentang RDTR yang
dibutuhkan juga belum seragam, termasuk pedoman dan NSPM terkait juga belum sepenuhnya
dimanfaatkan oleh perencana maupun Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 tentang pedoman penyusunan
rencana tata ruang wilayah kabupaten dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:17/PRT/M/2009
tentang pedoman penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kota, adanya pemisahan antara
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) maka perlu dilakukan
revisi RTRW Kota Sungai Apit Tahun 2007 yang dijadikan sebagai pedoman untuk perumusan
kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang pada tingkat yang lebih rinci yaitu Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kota Sungai Apit.
Untuk mengarahkan dan mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan kota, diperlukan suatu pedoman
yang dapat dijadikan dasar bagi pengaturan perkembangan kota tersebut berupa dokumen rencana tata
ruang yang terintegrasi dalam suatu mekanisme pengaturan ruang wilayah kota dan kawasan.
Perkembangan suatu wilayah harus memiliki alat kontrol agar arah perkembangannya tidak berakibat
merugikan kota itu sendiri. Alat kontrol yang dimaksud adalah rencana tata ruang kota. Rencana Tata
Ruang sebagai instrumen penting untuk mengendalikan laju pertumbuhan kota, juga bertindak sebagai
pedoman pengambilan keputusan pemerintah daerah dalam menentukan prioritas pembangunan yang
perlu dan wajib dilakukan.
Kota Sungai Apit merupakan Ibukota kecamatan Sungai Apit. Pembangunan di berbagai sector perlu
direncanakan dan dilakukan dengan sebaik – baiknya, mengingat adanya kebijakan yang menetapkan
Tanjung Buton sebagai Kawasan Industri sekaligus kawasan Pelabuhan Internasional. Hal ini
menyebabkan kota Sungai Apit harus mempersiapkan diri untuk dapat memberikan berbagai macam
fasilitas penunjang terutama berkaitan dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan kecamatan. Selain
itu kota Sungai Apit juga perlu menggali berbagai potensi yang ada untuk dapat meraih peluang
peningkatan ekonomi penduduknya dengan keberadaan Kawasan Insdustri Buton nantinya. Oleh karena
itu kota Sungai Apit perlu dilakukan penataan ruang melalui Rencana Detail Tata Ruang Kota sebagai
revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang terdahulu dan tidak menyimpang dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Siak.

1) Uraian Pendahuluan memuat gambaran secara garis besar mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2. Maksud dan Tujuan


1) Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dimaksudkan sebagai panduan teknis bagi penyedia jasa konsultansi
yang akan menyusun usulan teknis pekerjaan sebagai salah satu syarat penawaran pekerjaan.
Berdasarkan acuan ini, penyedia jasa diharapkan dapat menyusun rancangan pelaksanaan pekerjaan
serta menghasilkan produk perencanaan (setelah ditetapkan sebagai pelaksana) sesuai dengan
keiinginan pengguna barang/ jasa dalam kerangka ketentuan yang berlaku.
2) Kegiatan Penyusunan RDTR Kota Sungai Apit yang dimaksud adalah sebagai jabaran detail dari
dokumen RTRW Kabupaten Siak dalam rangka mewujudkan ruang kota yang nyaman dan
berkelanjutan yang selaras dengan kondisi dan potensi yang dimiliki.
3) Kegiatan Penyusunan RDTR Kota Sungai Apit ini bertujuan untuk merevisi RTRW Kota Sungai Apit
Tahun 2007 dan mengacu kepada UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang serta
menghasilkan pedoman kebijakan tata ruang wilayah kota Sungai Apit dalam skala Rencana Detail dan
sebagai dasar penyusunan Zonasi.

3. Sasaran
1) Terjaganya konsistensi perkembangan kawasan Kota Sungai Apit dengan strategi dan arahan RTRW
Kabupaten Siak.
2) Menciptakan keserasian dan kesesuaian arah perkembangan pembangunan kota dengan wilayah
sekitarnya (hinterland).
3) Tersedianya suatu rumusan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
Kota Sungai Apit.
4) Tersedianya suatu pedoman pengendalian tata ruang dan bangunan
5) Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.
4. Lokasi Kegiatan Kegiatan penyusunan RDTR ini dilaksanakan di Wilayah administrative Kota Sungai Apit
yang terdiri dari kelurahan sungai apit, Desa Parit I/II, dan Desa Teluk Batil
5. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBD KABUPATEN SIAK TAHUN ANGGARAN 2012.
6. Nama dan Organisasi
Kuasa Pengguna Anggaran : Ir. ICHWANUL IHSAN
Proyek/Satuan Kerja: DINAS TATA RUANG DAN CIPTA KARYA KABUPATEN SIAK

Data Penunjang2)
7. Data Dasar Data dasar sebagai penunjang penyelesaian pekerjaan yang disediakan oleh Pengguna Jasa
dan wajib dipelihara oleh Penyedia Jasa adalah sebagai berikut :
1) Laporan dan Data, terdiri dari kumpulan laporan hasil studi tata ruang terdahulu ;
a) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Siak Tahun 2000
b) Penyusunan Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) Kota Sungai Apit
c) Penyusunan Identifikasi dan Master Plan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) Kabupaten Siak Tahun
2009
d) Revisi RTRW Kabupaten Siak Tahun 2009
8. Standar Teknis Penataan Ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:
a. Kondisi fisik dari wilayah perencanaan.
b. Mempertimbangkan aspek masa depan terhadap wilayah perencanaan penataan ruang
c. Potensi Sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial,
budaya, hukum, keamanan dan pertahanan, lingkungan hidup serta ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai satu kesatuan dan;
d. Geostrategi, geopolitik dan geoekonomi
e. Sesuai dengan hierarkhi penataan ruang yaitu RTRWN, RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten;
f. Proses perencanaan penataan ruang dan penetapan peraturan zonasi (khusus RDTR) wajib
disosialisasikan dan merupakan kesepakatan dari unsur pemerintah dan masyarakat;
Selanjutnya pedoman perencanaan penataan ruang harus sesuai dengan UU nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
9. Studi-Studi Terdahulu
Sebagaimana telah dicantumkan pada Data Dasar

2) Data penunjang terdiri dari data yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

10. Referensi Hukum Kegiatan ini dilaksanakan dengan memperhatikan dan berlandaskan peraturan sebagai
berikut :
1) UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
2) UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
3) UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
4) UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
5) UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
6) UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
7) UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
8) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
9) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
10) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan
11) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
12) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk
dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
13) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta
14) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota
15) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
16) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN)
17) Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
18) Keputusan Presiden Nomor 98 tahun 1993 tentang Perubahan Keppres Nomor 53/1989 tentang
Kawasan Industri
19) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentangGaris Sempadan Sungai, daerah
manfaat sungai dan daerah penguasaan sungai
20) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/2008 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan.
21) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan.
22) Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 tahun 1996 tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan
Lahan Perkotaan.
23) Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 8 thaun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di
Daerah
24) Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 9 tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah.

Ruang Lingkup
11. Lingkup Kegiatan
Secara umum lingkup kegiatan ini adalah studi dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kota Sungai Apit (Revisi RTRW Kota Sungai Apit Tahun 2007) dengan berdasarkan RTRW Kabupaten
Siak. Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah penentuan
kawasan perencanaan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan, perumusan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan.
Adapun Muatan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, sesuai dengan Kepmen Kimpraswil
Nomor 327/KPTS/2002, meliputi :
1) Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan ;
2) Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan, meliputi:
a) Struktur pemanfaatan ruang yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan kegiatan
kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, jaringan telekomunikasi, jaringan energi dan
prasarana pengelolaan lingkungan;
b) Pola Pemanfaatan ruang yang meliputi pengembangan kawasan fungsional (kawasan
permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata,perindustrian, fasilitas sosial dan
umum) dalam blok – blok peruntukan.
3) Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi:
a) Arahan kepadatan bangunan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan;
b) Arahan ketinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok peruntukan;
c) Arahan Garis Sempadan Bangunan untuk setiap blok peruntukan
d) Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan;
e) Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.
4) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan.

12. Keluaran3) Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka Acuan Kerja ini
meliputi hal – hal sebagai berikut :
a) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh
b) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
c) Jadwal kegiatan penyedia jasa
d) Laporan dan pendapat teknis administrasi dan teknis teknologis kepada Pemberi Tugas.
e) Laporan – Laporan yang diisyaratkan
f) Album Peta dengan Skala 1 : 10.000 hingga 1:5.000
g) Konsep Peraturan Daerah Tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kota
Sungai Apit

3) Dijelaskan pula keterkaitan antara suatu keluaran dengan keluaran lain.

13. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Pengguna Anggaran Fasilitas ruang Kantor di Dinas Tata
Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Siak

14. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi Peralatan alat ukur (Theodolite).

15. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


1) Secara periodik, Konsultan Perencana diwajibkan untuk senantiasa melakukan konsultansi ke Dinas
Tata Ruang dan Cipta Karya, atau kepada Pimpinan Pelaksana yang telah ditunjuk oleh Kepala Dinas
Tata Ruang dan Cipta Karya mengenai hal-hal yang menyangkut pelaksanaan tugas
2) Tahapan konsultansi dan target penyusunan laporan hendaknya sudah diterangkan dalam program
kerja yang disusun oleh Konsultan Perencana
3) Perencana berkewajiban melaporkan perkembangan pekerjaan perencanaan secara periodik selama
masa pelaksanaan perencanaan termasuk ekspose laporan pendahuluan, antara dan Akhir dengan
dinas terkait dan Pelaksana Kegiatan.
4) Untuk penentuan jadwal ekspose kegiatan ditentukan kemudian hari selama proses kegiatan berjalan.
5) Selama proses kegiatan survey dilapangan dan lain sebagainya, Konsultan Perencana harus
senantiasa melakukan konsultansi dan koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya.

16. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.
17. Personil
Posisi Kualifikasi Jumlah Orang Bulan4)
Tenaga Ahli :
1 Team Leader S2- Planologi 6
2 Perencana Wilayah S2- Arsitektur 6
3 Infrastruktur dan Transportasi S1- T. Sipil 6
4 Hukum S1- Hukum 6
5 Geodesi dan GIS S1- T. Geodesi 6
6 Kependudukan/ Demografi S1- Geografi 6
7 Ekonomi Wilayah S1- Ekonomi Pembangunan 6
Tenaga Pendukung :
1 Surveyor D3/SMU/K sederajat 6
2 Tenaga CAD D3/SMU/K sederajat 6
3 Administrasi D3/SMU/K sederajat 6

18. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


1) Konsultan Perencana yang bertugas membantu Panitia Lelang harus menjelaskan cara-cara
pelaksanaan pembangunan menurut rencananya serta menjawab pertanyaan-pertanyaan pemborong
sejelas mungkin.
2) Konsultan Perencana wajib ikut menyaksikan pembukaan surat penawaran.
3) Konsultan Perencana wajib bertugas menyusun RAB dan berita acara sesuai dengan Bertita Acara
Pelaksanaan Pekerjaan.

Laporan
19. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat:
a) Latar Belakang
b) Maksud dan Tujuan
c) Ruang Lingkup Kegiatan
d) Sistematika Laporan
e) Metodologi Pelaksanaan Kegiatan
f) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh
g) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
h) Jadwal kegiatan penyedia jasa.
i) Struktur Organisasi Pelaksanaan Kegiatan beserta lingkup tugas dan wewenang masing – masing
Tenaga Ahli
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 (tiga puluh) hari kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak
10 (sepuluh) buku laporan.
4) Khusus untuk Metode Evaluasi Pagu Anggaran jumlah orang bulan tidak boleh dicantumkan.

20. Laporan Antara Laporan Antara (fakta dan analisa) memuat:


a) Pendahuluan
b) Kebijakan Pembangunan Daerah
c) Fakta Aktual Kabupaten Siak
d) Fakta Aktual Wilayah Kota Sungai Apit
e) Analisis Kebijakan Pembangunan Daerah
f) Analisis Pengembangan Wilayah Kota Sungai Apit
g) Potensi, Permasalahan dan Kendala
h) Konsep Dasar Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Apit
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 120 (seratus dua puluh) hari kerja sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.

21. Konsep Laporan Akhir, laporan Akhir dan Laporan Teknis/Khusus Laporan Akhir memuat:
a) Pendahluan
b) Dasar – dasar Pertimbangan Penyusunan RDTR Kota Sungai Apit
c) Konsep Dasar Penyusunan RDTR Wilayah Kota Sungai Apit
d) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Wilayah Kota Sungai Apit
e) Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Sungai Apit
f) Strategi Pelaksanaan Rencana
g) Konsep Peraturan Daerah Tentang RDTR dan Peraturan Zonasi
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 180 (seratus delapan puluh) hari kerja sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan beserta cakram padat (compact disc) sebanyak 3 (tiga)
keeping dan Teknis/khusus sebanyak 10 (sepuluh) buku.

Hal-Hal Lain
22. Produksi dalam Negeri
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi
dalam negeri.
23. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan
Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut: Merupakan pemahaman atas layanan
jasa menyangkut ketepatan diagnosa masalah, langkah pemecahan yang diusulkan, konsistensi
metodologi dengan rencana kerja, program kerja, jadual pekerjaan dan jadual penugasan.
1) Tahap Survei dan Penyumpulan Data
Metodologi yang digunakan dalam tahapan ini disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan,
apakah itu data primer atau sekunder. Metode pengumpulan data diatur untuk mendapatkan sebanyak-
banyaknya informasi yang dibutuhkan untuk penyusunan RDTR Kota Sungai Apit.
2) Tahap Analisis.
Analisis dilakukan terhadap seluruh data dan informasi yang didapat, yang disesuaikan dengan tujuan
kegiatan/pekerjaan sehingga tiap tahapan analisis akan bermuara pada hasil akhir yang sesuai dengan
tujuan kegiatan. Metodologi yang akan digunakan, digambarkan dalam suatu alur pikir perencanaan
yang memperlihatkan tahap analisis beserta keterkaitan tiap-tiap tahapan tersebut. Alur pikir sebaiknya
sederhana agar tidak menyulitkan dalam memahami dan melaksanakannya. Sedangkan metode
analisis yang digunakan hendaknya merupakan metode yang benar-benar diperhitungkan.
Analisis yang dibutuhkan dalam perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kota Sungai Apit antara lain:
a. Identifikasi permasalahan dalam pembangunan dan perwujudan ruang:
 Analisis yang berdasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan perkotaan
yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk
pengembangannya.
 Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah rumah
kumuh, urban heritage, kota tepi air dan sebagainya.
b. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan; Perkiraan kebutuhan pelaksanaan
pembangunan didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor/ kegiatan potensian, daya
dukung lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai. Perkiraan kebutuhan
tersebut mencakup:
 Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan
 Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan
 Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan
 Perkitaan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan:
 Kebutuhan ekstensifikasi
 Kebutuhan intensifikasi
 Perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan
 Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan
c. Tahapan perumusan/ penetapan rencana tata ruang
Perumusan/ penetapan rencana adalah suatu tahap yang harus benar – benar disikapi dengan
cermat dan hati – hati. Mengingat bahwa rencana tata ruang akan menjadi dasar bagi pelaksanaan
program – program pembangunan, proses ini harus melibaykan semua stake holder yang ada di
dalam kabupaten siak sebagai wilayah studi. Perumusan dan penetapan RDTR Wilayah kota
mencakup:
 Perumusan RTRW kecamatan, yang dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan yang telah
diperoleh dari hasil analisis
 Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang
 Penetapan RTR untuk mengoperasilonalisasikan RDTR perlu adanya suatu upaya penetapan
rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Bupati dalam hal Rencana Detail Tata
Ruang Kota Sungai Apit sebagai penjabaran RTRW Kabupaten siak

KUASA PENGGUNA ANGGARAN


BIDANG TATA RUANG
DINAS TATA RUANG DAN CIPTA KARYA
KABUPATEN SIAK
Ir. ICHWANUL IHSAN
NIP. 19640110 199402 1 003

Anda mungkin juga menyukai