Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH I


(PENGUKURAN SIPAT DATAR)

DI SUSUN OLEH:

NAMA LENGKAP : YOSTA S.P LOMI


NIM : 1923715962
SEMESTER/KELAS : II / B
TANGGAL PRAKTIKUM : 8-9 SEPTEMBER

PRODI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI KUPANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah-Nya
lah saya dapat menyelesaikan praktikum ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Ilmu Ukur Tanah yang telah membimbing dan mencurahkan ilmu kepada kami, sehingga
saya dapat menyelesaikan praktikum ini, walaupun dalam proses praktikum, saya dan
kelompok mengalami beberapa kesulitan.

Saya sadar dalam praktikum masih banyak kekurangan, baik dalam penyajian, materi
maupun dalam perhitungan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari beberapa pihak
sangat saya harapkan. Semua itu demi hasil yang lebih baik kedepannya.

Saya berharap, mudah mudahan praktikum dan laporan praktikum ini bias bermanfaat
bagi kita semua.

Kupang, 16 September 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari bentuk topografi
permukaan bumi beserta obyek diatasnya untuk pekerjaan konstruksi. Ilmu ini memiliki
maksud yang pertama yaitu maksud ilmiah yakni menentukan permukaan bumi, dan yang
kedua maksud praktis membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian kecil
permukaan bumi. Dalam pembuatan peta atau pemetaan, dapat dicapai dengan melakukan
pengukuran pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan.’

Pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan tanah merupakan bagian
yang penting dalam Ilmu Ukur Tanah. Beda tinggi ini biasa ditentukan dengan berbagai
macam sipat datar. Sipat Datar ( Levelling) adalah suatu alat untuk mengukur dalam
menentukan beda tinggi dan sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Metode Sipat
dasar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan
menggunakan rambu ukur.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, adalah :

 Mengetahui metode yang digunakan untuk penentuan beda tinggi antara titik-titik
dengan kondisi lapangan.
 Mampu menentukan titik-titik yang dapat memberikan gambaran profil dari
tempat yang diukur.
 Mahasiswa dapat melakukan pengukuran beda tinggi atau ketinggian dari semua
titik-titik yang telah ditentukan dengan sifat ukur datar dengan benar.
 Dapat mengetahui cara penulisan data dari lapangan ke formulir data ukur.
 Mahasiswa mampu mengolah data hasil pengukuran dan mengetahui cara
pembuatan sketsa lapangan ke atas kertas.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek

 Kegiatan dari praktikum sipat datar ini dilakukan pada :

Hari / Tanggal : 8-9 September 2020


Jam : 09.00 Wita - Selesai
Lokasi : Kawasan Depan Gedung Politeknik Negeri Kupang

 Sketsa Lokasi
BAB II

ISI

2.1 Dasar Teori

Pengukuran sipat datar adalah pengukuran untuk menentyukan beda tinggi antara dua
titik atau lebih. Pengukuran sipat datar ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data
sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.

Hasil-hasil dari pengukuran sipat dasar diantaranya digunakan untuk perencanaan jalan,
jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi
tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran saluran
yang sudah ada, dan lain lain.

Prinsip cara kerja dari alat ukur sipat datar adalah membuat garis sumbu teropong
horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.

Dalam menggunakan alatr ukur waterpass, harus dipenuhi syarat syarat berikut :

 Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo


 Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I
 Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu I.

2.2 Alat Yang Digunakan Saat Praktikum


1. Pesawat Sipat Datar (waterpass)

Pesawat sipat datar (waterpass) adalah alat ukur menyipat datar


digunakan untuk mengukur elevasi atau ketinggian tanah dengan
teropong yang dilengkapi dengan nivo dan sumbu mekanis tegak,
sehingga teropong dapat berputar kearah horizontal. Alat ini tergolong
alat penyipat datar kaki tiga atau Tripod Level, karena bila digunakan
alat ini harus dipasang di atas kaki tiga atau statif.Cara mengukurnya
dengan melihat benang stadia pada pembidikan pesawat sipat datar
terhadap rambu ukur.

Gambar 2.1 Waterpass
(Sumber: Totalstation, 2016)

Keterangan gambar:
1. Penggerak halus diafragma, berfungsi untuk memperjelas benang silang mendatar tegak lurus
sumbu I.
2. Visir berfungsi untuk membantu mengarahkan teropong ke arahyang dituju.
3. Pengatur fokus, memperjelas bayangan objek yang dituju.
4. Nivo, berfungsi membuat sumbu I vertikal
5. Lingkaran mendatar, penggerak horizontal, berfungsi untuk menggerakkan teropong ke kiri
atau ke kanan untuk mendapatkan posisi sudut secara halus sesuai yang diinginkan.
6. Plat dasar sebagai dudukan pesawat waterpass.
7. Sekrup pengatur datar, untuk mengatur instrument agar vertikal dengan cara memutarnya
naik turun.
8. Lensa objektif, untuk menangkap bayangan objek
9. Lensa okuler,sebagai tempat melihat bayangan.

2. Statif

Gambar 2.2 Kaki Tiga


Kaki tiga digunakan untuk menyangga alas waterpass dan menjaganya tetap
stabil selama pengamatan.Kaki tiga ini mempunyai dua baut yaitu baut pertama
digunakan untuk menentukan sambungan kaki dengan kepala sedangkan baut kedua
digunakan untuk penyetelan kekerasa penggerak engsel antar kaki tiga dengan
kepalanya.

3. Rambu ukur

Gambar 2.3 Rambu Ukur

Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu


mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah..
Rambu ukur didesain berupa garis garis yang tersusun setiap intervalnya
1 cm dan setiap 10 cm selalu diberi tanda untuk mempermudah
membaca.

4. Unting-unting

Unting unting atau sering juga disebut dengan bandul, adalah


salah satu alat tukang yang biasanya dipergunakan untuk mengukur
ketegakan suatu benda atau bidang. Alat ini cukup sederhana dimana
terbuat dari bahan besi dengan permukaan berwarna besi putih, kuningan
dan juga besi biasa, bentuknya biasanya berbentuk prisma dengan ujung
lainnya dibuatkan penempatan benang kait. Namun dapat juga dijumpai
dalam berbagai bentuk lainnya daimana salah satu ujung nya tetap dibuat
runcing.

Gambar2.4 unting-unting

5. Pita ukur

Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji
dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter
karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan
dalam bentuk gulungan atau rol.

Gambar 2.5 pita ukur


6. Meter roll

Berfungsi untuk mengukur jarak atau panjang.Meteran juga berguna


untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat dipakai
untuk membuat lingkaran.Pada ujung pita dilengkapi dengan pengait dan
diberi magnet agar lebih mudah ketika sedang melakukan pengukuran,
dan pita tidak lepas ketika mengukur.Meteran ini sering digunakan oleh
tukang bangunan atau pengukur lebar jalan. Ketelitian pengukuran
dengan rollmeter hingga 0,5 mm.

Gambar 2.6 Roll meter

Nama Alat Jumlah alat

Pesawat Sipat Datar

Statif

Rambu Ukur

Unting-Unting

Pita Ukur

Meter Roll

D. WAKTU PELAKSANAAN

 Waktu Praktikum :
 Hari Tanggal : 8-9 September 2020
 Waktu : 09:00 Wita – Selesai

E. TEMPAT

JALAN BARU DEPAN KAWASAN POLITEKNIK NEGERI KUPANG

F. SKETSA LOKASI

G. LANGKAH LANGKAH

 Langka kerja pengukuran membuat garis lurus di lapangan adalah sebagai


berikut :

1. Survei lokasi pengukuran terlebih dahulu serta tentukan titik – titik yang akan di ukur
dengan cara ukur bentangan tiap titik 25 meter dan beri tanda
menggunakan batu sebagai penanda tiap titik pengukuran.

2. Siapkan alat yang akan digunakan untuk pengukuran profil memanjang dan melintang.

3. Dirikan kaki statif dan pesawat sipat datar pada titik P1 dan atur pesawat pada
keadaan normal kemudian dirikan rambu di titik P2 dan baca bacaan
rambu Benang atas (BT), benang tenga (BT) dan benang bawah (BB)
serta ukur menggnakan meter tanggan tinggi alat yaitu dari dasar muka
tanah sampai pada tinggi pesawat.

4. Setelah selesai bacaan memanjang P2 putar alat ke kiri sebesar 90 derajat untuk baca
bacaan melintang P1 ke L1 baca bacaan BA, BT, BB Kemudian putar
pesawat sebesar 180 derajat dari titik L1 dan ukur di titik R1 baca
bacaan BA, BT, BB setelah selesai baca bacaan rambu pada titik P1
pindakaan alat pada titik P2. Janga lupa untuk catat pada tabel
perhitungan
5. Dirikan pesawat pada titik P2 dan atur ke keadanan normal kemudian ukur tinggi
pesawa kemudian catat pada tabel perhitungan, setelah selesai ukur
tinggi alat baca bacaan rambu di titik P1 sebagai bacaan belakang P2 ke
P1 dan putar searah jarum jam sebesar 180 derajat dan baca bacaan P3
muka sebagai bacaan P3 muka dan catat pada tabel pengukuran.

6. Setelah selesai bacaan memanjang P3 putar alat ke kiri sebesar 90 derajat untuk baca
bacaan melintang P2 ke L1 baca bacaan BA, BT, BB Kemudian putar
pesawat sebesar 180 derajat dari titik L1 dan ukur di titik R1 baca
bacaan BA, BT, BB setelah selesai baca bacaan rambu pada titik P1
pindakaan alat pada titik P3. Janga lupa untuk catat pada tabel
perhitungan

7. Untuk langka selanjutnya di lakukan dengan cara yang sama pada poin ke 5 dan 6,
apabila alat tidak bisa menjangkau pada titik berikutnya lakukan dengan
cara mendirikan rambu pada titik bantu sebagai titik patok pada
pengukuan di titik berikutnya.

 PENGUKURAN

1. Koreksi bacaan rambu :

 BA = (2 X BT) – BB
 BT = (BA + BB) / 2
 BB = (2 X BT) - BA

2. Jarak optis :

Jarak = (BA - BB) X 100

3. Beda tinggi :

Beda Tinggi = T.A - BT

4. Beda tinggi rata-rata :

Beda tinggi rata-rata = (Beda tinggi 1 + Beda tinggi 2) / 2


5. Jarak optis rata-rata :

Jarak optis rata-rata = (Jarak optis 1 + Jarak optis 2) / 2

6.Tinggi titik :

Tinggi titik awal + beda tinggi rata-rata P2

Untuk Titik P2 = tinggi titik P2 + beda tinggi rata-rata P3.


H. PERHITUNGAN

Pergi Beda
Tinggi Tempat Jarak Tinggi
Pembacaan Rambu Tinggi Keterangan
Pesawa Pesawa Target (m) Titik
Belakang Muka (m)
t (m) t
BA BT BB BA BT BB
62
25 1.320 1.195 1.070 25 0.205 62.205
1.400 0
L1 2.022 1.994 1.966 5.6 -0.594 61.406 Melintang Kiri
R1 1.365 1.342 1.318 4.7 0.059 62.059 Melintang Kanan
0 1.850 1.725 1.600 25 -0.337 61.868
50 1.680 1.555 1.430 25 -0.167 62.038
1.388 25
L1 2.000 1.975 1.950 5 -0.587 61.618 Melintang Kiri
R1 1.545 1.520 1.495 5 -0.132 62.073 Melintang Kanan
25 1.500 1.380 1.260 24 0.040 62.078
75 1.505 1.380 1.255 25 0.040 62.078
1.420 50
L1 1.972 1.952 1.932 4 -0.532 61.506 Melintang Kiri
R1 1.655 1.635 1.615 4 -0.215 61.823 Melintang Kanan
50 1.685 1.565 1.445 24 -0.115 61.963
TB1 1.500 1.465 1.430 7 -0.015 62.063
1.450 75
L1 1.580 1.560 1.540 4 -0.110 61.968 Melintang Kiri
R1 1.362 1.342 1.322 4 0.108 62.186 Melintang Kanan
75 1.445 1.410 1.375 7 -0.010 62.053
1.400 TB1
TB2 2.255 2.205 2.155 10 -0.805 61.258
TB1 0.630 0.580 0.530 10 0.720 61.978
1.300 TB2
100 2.218 2.178 2.138 8 -0.878 60.380
TB2 0.500 0.460 0.420 8 0.810 61.190
1.270 100 L1 0.918 0.896 0.873 4.5 0.375 60.755 Melintang Kiri
R1 1.120 1.105 1.090 3 0.165 60.545 Melintang Kanan

Anda mungkin juga menyukai