Disusun Oleh:
Aprilita S Rewi
NIM : P07120119008
2.A
KASUS
NS. Anna [25 tahun] lulus pendidikan S1 keperawatan langsung bekerja di RSKD provinsi
maluku. Tahun pertama NS Anna bekerja ditempatkan di ruang rawat inap sub aku t wanita
sebagai perawat pelaksana. Tahun kedua, NS Anna menduduki posisi sebagai ketua TIM di
ruangan yang sama, kemudian pada tahun ketiga, ia menjadi kepala ruangan di ruangan
tersebut , RSKD promal merupakan rumah sakit khusus dengan kapasitas 83 TT, jumlah
perawat 55 dengan latar belakang SPK sebanyak 15%’. D3 sebanyak 65%, dan Ners sebanyak
20% BOR Saat ini 44%.
Sejak NS. Anna menjabat sebagai KARU, Ia sering mengalami pengalaman yang kurang
menyenankan seperti: banyak komentar-komentar yang menganggapnya mas i terlalu
mudah, belum memiliki banyak pengalaman , belum senior , belum mengetahui seluk beluk
RSKD Promal dan ruangan sub akut wanita namun demikian , NS .Anna masi
memperoleh dukungan dari beberapa perawat lainya.
Metode yang apa yang anda gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut?
Pemimpin yang dikatakan mampu menerapkan manejemen konflik (a conflict-competent
leader) adalah pemimpin yang mampu memahami dinamika terjadinya suatu konflik,
memahami reaksi konflik, respon konstruktif, dan membangun suatu organisasi yang
mampu menangani konflik secara efektif (a conflict-competent organization) (Runde and
Flanagan, 2007). Menurut Rahim (2002) proses manajemen konflik meliputi proses dari
diagnosis, intervensi, dan evaluasi (feedback). Berdasarkan kasus di atas, berikut adalah
langkah-langkah yang dilakukan sebagai bentuk strategi penyelesaian konflik.
a. Diagnosis (Measurement dan analisis)
1. Identifikasi batasan konflik. Berdasarkan kasus di atas konflik yang terjadi
antara lain konflik interpersonal antar kelompok. Konflik interpersonal yang
terjadi adalah antara Perawat yang sebelumnya sudah pernah berkonflik dan
jarang menjalin komunikasi satu sama lain.
2. Identifikasi penyebab konflik Konflik dapat muncul karena ada kondisi yang
melatarbelakanginya (antecedent conditions). Konflik terjadi karna kurang adanya
komonikasi antara sebagian perawat dan pimpinan
3. Identifikasi strategi penyelesaian konflik Konflik dapat menjadi konstruktif atau
destruktif tergantung dari cara menyelesaikan atau memanajemen konflik.
Kondisi konstruktif dapat dirasakan ketika solusi yang diambil memuaskan dan
menguntungkan pihak-pihak yang mengalami konflik. strategi penyelesaian
konflik adalah berdasarkan suasana komunikasi.
b. Intervensi Strategi intervensi penanganan konflik yang dipakai dalam kasus di atas
adalah fasilitasi, mediasi, dan arbitrasi. Ketiga strategi itu melibatkan pihak ketiga
yang dalam hal ini adalah direktur keperawatan. Karna terima dan tidak terima semua
keputusan ada pada atasan tertinggi yaitu direktur rmah sakit PropMal.
c. Evaluasi hasil Membandingkan hasil yang didapatkan dengan indikator yang telah
direncanakan dalam intervensi. Hal yang perlu dievaluasi adalah apakah hasil
manajemen konflik mengarah pada proses yang konstruktif atau destruktif.
Manajemen konflik yang konstruktif bisa diidentifikasi dari adanya proses kreativitas
di dalamnya, penyelesaian masalah dilakukan secara bersama-sama, dimana konflik
dianggap sebagai suatu masalah yang berkualitas terhadap perkembangan individu
atau suatu organisasi yang harus ditemukan pemecahan masalah. Sedangkan konflik
bersifat destruktif bila berfokus hanya pada satu individu saja, menggunakan emosi
yang bersifat negatif, dan menurunkan fungsi suatu grup atau organisasi.
Dampak mitode yang digunakan terhadap penyelesaian masalah aspek positif dan negatif
a. Dampak positif setiap perawat saling menghagai dan menghormati terhadap
pimpinan
b. Dampak Negatif membatasi pasien dalam berinteraksi dandingin dan tidak bersahabat