PENDAHULUAN
1
2.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istilah dan tata istilah.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan istilah.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud aspek semantik.
4. Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam aspek semantik
peristilahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bawah ini akan dibahas mengenai proses pembentukan istilah,
berdasarkan enam poin penting.
2.2 Proses Pembentukan Istilah
1. Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya cendikiaan ilmuwan (scientist) dan pandit (scholar) telah
dan akan terus menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya
dituangkan dalam perangkat peristilahan. Konsep ilmiah yang sudah
dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya
mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep
ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan, dan
dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan
istilah bahasa asing. Di samping itu, ada kemungkinan bahwa
kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru
sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.
2. Bahan Baku Istilah Indonesia
Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang
lengkap dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan,
atau rekacipta yang baru. Bahasa Inggris yang kini dianggap bahasa
Internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan
dari bahasa Yunani, Latin dan lain-lain, yang jumlahnya tiga perlima
dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia
diambil dari tiga golongan bahasa yang penting yaitu (1) bahasa
Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu (2) bahasa
Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3)
bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.
4
3. Pemantapan Istilah Nusantara
Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan
pandit Indonesia, seperti Bhineka Tunggal Ika, batik, banjar, sawer,
gunungan, dan pamor, telah lama diterima secara luas sehingga dapat
dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.
4. Pemadanan Istilah
Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu
ke salah satu bahasa serumpun, dilakukan lewat penerjemahan,
penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi
keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris
yang pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan
oleh para ahli dalam bidangnya.
5
d. Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural,
penerjemahannya ditanggalkan pada istilah Indonesia. Contoh,
master of ceremonies dalam bahasa Indonesia berarti ‘pengatur
acara’.
Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan
menciptakan istilah baru. Istilah factoring, misalnya, sulit
diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata
bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anja dan piutang yang
menggambarkan pengalihan hak menagih utang. Lalu, direka istilah
anjak piutang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula
pemadanan catering menjadi jasa boga dan invention menjadi
rekacipta diperoleh lewat perekaan.
Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia
dilakukan berdasarkan hal-hal berikut:
a. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa
asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik mengingat
keperluan masa depan.
b. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks
asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
c. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan
dengan terjemahan Indonesianya.
d. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan
antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak
sinonimnya.
e. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak
mengandung konotasi buruk.
5. Perekaciptaan Istilah
Kegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman yang bergerak di
baris terdepan ilmu, teknologi, dan seni dapat mencetuskan konsep
yang belum ada selama ini. Istilah baru untuk mengungkapkan
konsep itu dapat direkacipta sesuai dengan lingkungan dan corak
6
bidang kegiatannya. Misalnya, rekacipta istilah fondasi cakar ayam,
tebang pilih, plasma inti rakyat telah masuk dalam khazanah
peristilahan.
6. Pembakuan dan Kodifikasi Istilah
Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan,
penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi yang
mengusahakan keteraturan bentuk sesuai kaidah dan adat pemakaian
bahasa. Kodifikasi itu tercapai dengan tersusunnya sistem ejaan, buku
tata bahasa, dan kamus yang merekam dan menetapkan bentuk
bakunya.
7
2. Lehrer ; 1974 : 1 Semantik adalah studi tengtang makna. Bagi Lehrer
semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut
menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat
dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
3. Abdul Chaer semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti,
yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi,
gramatikal dan semantik).
Pengertian aspek semantik itu sendiri adalah ilmu yang
mempelajari tentang makna.
8
asing yang benar-benar sama diterjemahkan dengan satu istilah
Indonesia, sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya
diterjemahkan dengan istilah yang berlainan, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh, kata average yang bersinonim dengan kata ‘rata-rata’,
kata tenaga yang mempunyai makna ‘kekuatan untuk menggerakkan
sesuatu’ dipersempit maknanya untuk dijadikan istilah baru sebagai
padanan istilah energi dan kata daya menjadi padanan istilah power,
dan lain-lain.
3. Istilah Homonim
Istilah homonim berupa dua istilah atau lebih, yang sama ejaan dan
lafalnya, tetapi maknanya berbeda karena asalnya berlainan misalnya
bias yang berarti ‘bisa ular’ dengan bias yang berarti ‘dapat’. Istilah
homonim dapat dibedakan menjadi homograf dan homofon. Istilah
homograf ialah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya.
Contoh kata kata apel yang berarti ‘buah’ dengan apel yang berarti
‘upacara’. Sedangkan homofon ialah istilah yang sama lafalnya, tetapi
berbeda ejaannya. Contoh kata ‘bank’ dengan kata ‘bang’, kata
‘sanksi’ dengan kata ‘sangsi’ dan kata ‘massa’ dengan ‘masa’.
4. Istilah Polisem
Istilah polisem ialah bentuk yang memiliki makna ganda yang
bertalian. Contoh, kata datuk yang berarti ‘nenek laki-laki, gelar
kehormatan, penghulu adat, jin atau penunggu’. Bentuk asing yang
sifatnya polisemi diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya.
5. Istilah Hiponim
Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum dalam
hiponim, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih
luas. Sebagai contoh, kata mawar, melati, cempaka, misalnya, masing-
masing disebut hiponim terhadap kata bunga yang menjadi hiponim
atau superordinatnya.
9
6. Istilah Taksonim
Istilah taksonim ialah hiponim dalam sistem klasifikasi konsep
bawahan dan konsep atasan yang bertingkat-tingkat. Kumpulan
taksonim membangun taksonim sebagaimana takson membangun
taksonomi. Misalnya hubungan makhluk dengan bakteri, hewan,
tumbuhan.
7. Istilah Meronim
Istilah meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya
merupakan bagian dari wujud lain yang menyeluruh. Istilah yang
menyeluruh itu disebut holonim. Misalnya kata tubuh mupi makna
kata bagian makna keseluruhan yang mencakupi makna kata
bagiannya yaitu tangan, kaki, kepala, leher, dada, lengan, dan tungkai.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa istilah dibentuk
melalui enam poin penting, yaitu :
1. Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
2. Bahan Baku Istilah Indonesia
3. Pemantapan Istilah Nusantara
4. Pemadanan Istilah
5. Perekaciptaan Istilah
6. Pembakuan dan Kodifikasi Istilah
Pengistilahan dalam aspek semantik dibedakan atas tujuh bagian
yaitu: pemberian makna baru, istilah sinonim, istilah homonim, istilah
polisemi, istilah hiponim, istilah taksonom, istilah meronim.
3.2 Saran
Setiap warga negara Indonesia seharusnya lebih memperdalam
pemahaman mengenai istilah-istilah dalam bahasa Indonesia dan proses
pembentukkannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12