Anda di halaman 1dari 5

Nama: Andrey G.

Rohi

NIM: 2007020015

Prodi/Kelas: Psikologi/C

Tugas: Pendidikan Kewarganegaraan

DEMOKRASI
1. Bentuk-bentuk Demokrasi

Demokrasi terdiri dari bermacam-macam bentuk yang dikategorikan atas


berbagai sudut pandang. Salah satu sudut pandang dari pembagian demokrasi
adalah perhatian dan pengawasan terhadap interaksi yang terjadi antara satu
organisasi dengan organisasi lainnya dalam suatu pemerintahan negara, serta
keterkaitan antar organisasi tersebut antar satu sama lain. Adapun bentuk
demokrasi berdasarkan interaksi dan keterkaitan antar organisasi negara, yaitu
sebagai berikut :

 Bentuk Referendum (Pengawasan Langsung oleh Rakyat)

Sistem referendum ini ditandai dengan adanya pengawasan yang dilakukan


oleh rakyat terhadap tugas badan legislatif (lembaga perwakilan rakyat).
Pengawasan oleh rakyat tersebut dilakukan dalam bentuk referendum atau
pemungutan suara rakyat secara langsung tanpa campur tangan badan
legislatif.

1. Referendum Obligatoire (Referendum Wajib)

Referendum obligatoire dilakukan untuk menentukan suatu peraturan atau


undang-undang yang baru. Suatu peraturan atau undang-undang yang baru
dapat diberlakukan hanya apabila telah mendapatkan persetujuan dari warga
negara/rakyat yakni melalui pemungutan suara langsung oleh rakyat tanpa
campur tangan badan legislatif.

2. Referendum Fakultatif (Referendum yang Tidak Wajib)


Referendum fakultatif dilakukan untuk menentukan keberlangsungan suatu
peraturan atau undang-undang. Referendum fakultatif dilaksanakan untuk
mengkaji dan menentukan tentang suatu peraturan atau undang-undang yang
sedang berlaku apakah bisa tetap digunakan/diberlakukan atau tidak. Atau
apakah perlu adanya suatu perbaikan (revisi) terhadap peraturan dan undang-
undang tersebut.
Sistem referendum memiliki kelebihan yakni rakyat berkuasa penuh atas
berlaku, adanya perbaikan ataupun pembatalan suatu peraturan dan undang-
undang. Adapun contoh negara yang menggunakan bentuk demokrasi sistem
referendum ini adalah Swiss.

 Bentuk Parlemen Kekuasaan

Sistem parlemen kekuasaan ditandai dengan tidak adanya hubungan antara


lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Sistem parlemen kekuasaan ini
melakukan pemisahan yang tegas antara kekuasaan eksekutif dengan legislatif.
Hal ini merujuk kepada paham atau ajaran yang dibawa oleh seorang
Montesquieu yang dikenal dengan ajaran Trias Politika.
Paham atau ajaran Trias Politika memisahkan kekuasaan dalam suatu negara
menjadi 3 bagian, yakni :

1. kekuasaan eksekutif : bertugas menjalankan undang-undang


2. kekuasaan legislatif : bertugas membuat undang-undang
3. kekuasaan yudikatif : bertugas mengadili (hukum)

Lembaga eksekutif dipimpin oleh seorang presiden yang merupakan kepala


negara dan pemerintahan, dan dibantu oleh beberapa orang menteri.
Kekuasaan dan tugas/fungsi menteri ini terbagi menjadi beberapa departemen
pemerintahan. Para menteri ini dipilih dan dilantik oleh presiden, oleh karena
itu para menteri ini hanya bertanggung jawab dan menjalan tugas yang telah
diberikan oleh presiden. Sistem parlemen kekuasaan ini juga sering disebut
sebagai sistem presidensial.
Kelebihan sistem parlemen kekuasaan ini yakni pemerintahan yang stabil, hal
ini karena para menteri yang membantu presiden dalam menjalankan
pemerintahan tidak dapat dibubarkan atau diberhentikan oleh badan
perwakilan rakyat ataupun lembaga lain. Masa jabatan mereka ditentukan oleh
presiden dan dapat diberhentikan hanya oleh presiden.
Sedangkan kelemahan sistem parlemen kekuasaan ini yaitu dapat memicu
adanya pemusatan kekuasaan yang berlebihan di tangan seorang presiden serta
kurang atau terbatasnya partisipasi rakyat dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan pemerintahan. Adapun contoh negara yang menjalankan
sistem parlemen kekuasaan yakni Amerika Serikat.

 Bentuk Parlementer

Sistem parlementer ditandai dengan eratnya hubungan antara lembaga


eksekutif dan lembaga legislatif. Dalam sistem parlementer tugas dan
kekuasaan eksekutif diberikan kepada suatu lembaga atau kabinet yang
kemudian disebut dengan dewan menteri. Para menteri yang tergabung dalam
dewan menteri ini bertanggung jawab terhadap parlemen (lembaga perwakilan
rakyat). Hal ini berarti para menteri ini harus mempertanggung jawabkan
semua hasil kerja dan kebijakan pemerintahan yang mereka buat kepada
parlemen, baik secara perorangan ataupun secara bersama-sama (departemen
masing-masing).
Dalam mempertanggung jawabkan tugas dan kebijakan yang mereka buat
pada parlemen, para menteri selalu dihadapkan pada dua kemungkinan, yakni
diterima dan ditolak. Jika tugas dan kebijakan pemerintahan yang dibuat oleh
menteri yang bersangkutan diterima oleh parlemen, maka menteri tersebut
dapat terus melanjutkan masa tugasnya serta kebijakan yang telah ia buat.
Sementara, jika tugas dan kebijakan tersebut ditolak oleh parlemen, maka hal
itu dapat mengancam keberlangsungan jabatannya sebagai seorang menteri.
Ketika parlemen menolak tugas dan kebijakan yang dibuat oleh seorang
menteri, maka parlemen akan membuat sebuah keputusan yang menyatakan
bahwa parlemen tidak setuju dengan kebijakan yang dibuat oleh menteri yang
bersangkutan, keputusan ini dikenal dengan istilah “mosi tidak percaya”.
Dengan dikeluarkannya keputusan “mosi tidak percaya”, maka menteri yang
bersangkutan harus mengajukan pengunduran diri dan melepas jabatannya
sebagai seorang menteri. Peristiwa ini disebut dengan istilah krisis kabinet.

Kelebihan sistem parlementer ini yaitu adanya partisipasi besar dari rakyat
dalam melakukan pengawasan dan penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak stabilnya kedudukan dan kekuasaan lembaga
eksekutif karena adanya ancaman dapat diberhentikan secara mendadak oleh
lembaga perwakilan rakyat karena masalah penolakan kebijakan oleh
parlemen, serta menyebabkan terjadinya krisis kabinet. Dampak lebih lanjut
dari terjadinya krisis kabinet ini adalah program-program pemerintahan tidak
dapat berjalan secara maksimal dan efektif.
2. Macam-macam Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen yang bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam
mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:

1. Presidensial
Negara republik menganut sistem ini. Sistem yang memilih kekuasaan
eksekutif lewat pemilihan umum. Pada sistem ini rakyatlah yang memilih
siapa presidennya. Nantinya presiden akan menjalankan perannya sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Memiliki kewenangan memilih
dan mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan. Presiden juga mendapatkan
jaminan konstitusi sehubungan kewenangannya dalam bidang legislatif.
Negara Indonesia menganut sistem ini.

2. Parlementer

Di sistem ini parlemennya memegang peranan yang sangat penting. Perdana


menteri dipilih dan diangkat oleh parlementer. Demikian pula sebaliknya
parlemen bisa memberhentikannya dengan cara memberikan statement “mosi
tidak percaya”. Di dalam sistem parlemen dimungkinkan ada perdana menteri
dan presiden namun di sini presiden hanya bertindak selaku kepala negara.
Negara Jepang, Malaysia, Belanda adalah negara-negara yang memegang
sistem ini.

3. Semipresidensial

Merupakan gabungan dari sistem Presidensial dan Parlementer. Karena


presidennya dipilih oekh rakyat menjadikannya memiliki kekuasaan yang luas
dan kuat. Bersama-sama dengan perdana menteri presiden menjalankan
kekuasaannya. Yang menganut sistem ini adalah negara Perancis.

4. Komunis

Dalam sistem komunis semua sistem pemerintahan dikendalikan penuh oleh


partai komunis. Partai komunis ini bertindak anti kapitalis. Kekuasaan akan
berlangsung secara penuh, tidak mengakui kepemilikan akumulasi modal pada
individu.
5. Demokrasi liberal

Kebebasan individu sangat ditonjolkan dalam sistem ini. Demokrasi liberal


disebut juga dengan demokrasi konstitusional. Individu akan dilindungi hak-
haknya oleh undang-undang atau konstitusi. Apapun keputusan yang diambil
oleh pemerintah jangan sampai melanggar kebebasan individu. Amerika
Serikat dan negara-negara persemakmuran menjalankan sistem ini.

6. Liberal

Liberal di sini maksudnya bebas. Kebebasan dalam segala hal, persamaan hak-
hak dan berpolitik. Sistem liberal sangat menentang keras adanya pembatasan
yang dilakukan oleh pemerintah dan agama.

Anda mungkin juga menyukai