Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PROSEDUR TINDAKAN SONDE

OLEH :
ANGGI PUTRI ANGGRAENI
2008006

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA
SEMARANG
2020
ANALISIS PROSEDUR TINDAKAN

Pelaksanaan : Selasa, 5 Januari 2021

Link : https://youtu.be/_4jJlekgn7I

1. Diagnosa Medis : Stroke

2. Data Fokus, Diagnosa Keperawatan

Hasil Pengkajian :

Ds : klien mengatakan susah menelan

Do : klien lemas, dan pucat

Diagnosa Keperawatan : Defisit Nutrisi berkaitan dengan

ketidakmampuan menelan makanan (D.0019)

3. Dasar Pemikiran

Alasan dilakukan tindakan keperawatan :

a. Memberikan nutrisi pada klien tidak sadar dan klien mengalami

kesulitan menerlan

b. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada klien tidak sadar.

Kegawatan apabila tidak segera dilakukan tindakan keperawatan :

Klien tidak mendapatkan nutrisi, lambung menjadi kosong.

4. Tindakan yang dilakukan :


Nasogatrict tube adalah melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga
hidung ke lambung (gaster).
Persiapan alat:
Baki berisi:
a. NGT no.14 atau 16
b. Jelly
c. Tongue spatel
d. Sepasang sarung tangan
e. Senter
f. Spuit/alat suntik ukuran 50-100cc
g. Plester
h. Stetoskop
i. Handuk
j. Tissue
k. Bengkok

Prosedur pelaksanaan:
Tahap pra interaksi:
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar)
d. Menyiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien
Tahap orientasi:
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan klien
Tahap Kerja:
a. Mendekatkan alat ke samping klien
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
c. Mencuci tangan
d. Memposisikan klien pada posisi high flower (meningkatkan
kemampuan klien untuk menelan)
e. Memasang handuk pada dada klien, meletakkan tissue wajah dalam
jangkauan klien
f. Memasang sarung tangan
g. Mengukur panjang tube yang akan dimasukkan dengan
menggunakan
h. Berikan tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan
menggunakan plester
i. Memberikan jelly pada NGT sepanjang 10-20cm
j. Mengngatkan klien bahwa selang akan segera dimasukkan dan
instrusikan klien untuk mengatur posisi kepala ekstensi, masukkan
selang melalui lubang hidung yang telah ditentukan
k. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika
merasakan agak tertahan, putarlah selang dan jangan dipaksakan
untuk dimasukkan
l. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring, setelah
melewati nasofaring (3-4cm) anjurkan klien untuk menekuk leher
dan menelan
m. Tidak memaksakan selang masuk. Bila ada hambatan atau klien
tersedak, sianosis, maka hentikan mendorong selang. Periksa posisi
selang di belakang tenggorok dengan menggunakan spatel lidah
dan senter
n. Periksa letak selang dengan:
 Memasang spuit pada ujung GT, memasang bagian
diafragma stetoskop pada perut di kuadran kiri atas klien
(gaster), kemudian suntikan 10-20cc udara bersamaan
dengan auskultasi abdomen.
 Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung.
 Memasukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam
mangkuk yang berisi air, jika ada gelembung udara berarti
masuk ke paru-paru, bila tidak berarti masuk pada lambung
o. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai
kering
p. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekanan pada hidung
q. Mengevaluasi klien setelah terpasang NGT
r. Merapikan alat-alat
s. Mencuci tangan
t. Mendokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan

Tahap Terminasi

a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan

b. Merapikan pasien dan lingkungan

c. Mengajak pasien berdoa dan berserah kepada Allah

d. Berpamitan dengan pasien

e. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula

f. Mencuci tangan

g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

5. Bahaya dan Pencegahan

Bahaya yang mungkin terjadi apabila dilakukan tindakan pada pasien :

Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama proses

pemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara

lain dan pencegahannya:


l. Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat penempatan
posisi pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini
dapat dicegah dengan memposisikan pasien pada posisi fowler serta
melakukan tahapan prosedur pemasangan NGT dengan berurutan,
serta yang paling penting adalah konfirmasi letak pipa. Penanganan
awal bila muncul tanda-tanda distres nafas adalah segera menarik
keluar NGT.
m. Malposisi NGT
Jangan melakukan pemasangan NGT misalnya malposisi NGT pada
pasien trauma maksilofasial yang dicurigai mengalami fraktur
cribiformis plate
n. Epitaksis masif dapat menyebabka gangguan pada jalan nafas
sehingga memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini
dapat dikurangi dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang
tepat yaitu dengan menelusuri dasar hidung menuju ke arah telinga
saat mendorong masuk NGT untuk mengurangi terjaidnya turbinasi
dan nyeri serta epistaksis.
o. Pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien
muntah. Ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik,
bila perlu lakukan intubasi bila saluran napas tidak lapang terutama
pada pasien tidak sadar.
p. Hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran napas karena
penempatan NGT yang kurang tepat

6. Hasil yang di dapat

S : klien tidak dapat menelan

O : klien lemas dan pucat

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
a. Pemberian nutrisi melalui NGT

b. Observasi selang NGT

c. Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi.

7. Daftar Pustaka

Agha, R & Muhammed RSS. 2011. Pneumothorax After


Nasogatric Tube Insertion. Journal of the Royal Society of Medicine Short
Reports: 2: 28
Lippincot Williams & Wilkins. Nasogatric Tube Insertion and
Removal: ursing Procedur Fourth ed.1. Wolter Kluwer Company

Anda mungkin juga menyukai