Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di susun oleh :
P27220017 044
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada
pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara
mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
b. Psikologis
c. Social
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
E. Rentang respon
Adatif maladaptif
Isolasi sosial
J. Diagnosa keperawatan
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
K. Fokus Intervensi
1. Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat
diri.
a. Tujuan Umum: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya
untuk memperhatikan kebersihan diri.
b. Tujuan Khusus:
TUK I : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda
percaya pada perawat: Wajah cerah, tersenyum, Mau berkenalan,
Ada kontak mata, Menerima kehadiran perawat dan Bersedia
menceritakan perasaannya.
Intervensi:
1. Berikan salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Kriteria evaluasi: Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada
waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan
untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat
meningkatkan cara merawat diri.
Intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda
bersih.
3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri.
7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi
2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut,
gunting kuku jika panjang.
TUK III : klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan
perawat.
Kriteria evaluasi: Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri
seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih,
mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.
Intervensi:
1. Motivasi klien untuk mandi.
2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
TUK IV : klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara
mandiri.
Kriteria evaluasi: Setelah satu minggu klien dapat melakukan
perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran,
seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih
dan rapi.
Intervensi: Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara
teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti
baju dan pakai sandal.
TUK V : klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara
mandiri.
Kriteria evaluasi: Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi: Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan
kebersihan diri.
TUK VI : klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan
kebersihan diri.
Kriteria evaluasi: Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang
berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana
untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga
membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi:
1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien
menjaga kebersihan diri.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah
dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan
kemajuan yang telah dialami di RS.
3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap
dalam menjaga kebersihan diri klien.
5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri.
6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri.
7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA