Anda di halaman 1dari 16

BAB II

DASAR TEORI

A. Prinsip Gizi Seimbang Bagi Balita


Setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk mencegah
kebosanan dan diberi susu, serealia (seperti bubur beras, roti), daging, sup,
sayuran dan buah-buahan. Makanan padat yang diberikan tidak perlu di blender
lagi melainkan yang kasar supaya anak yang sudah mempunyai gigi dapat belajar
mengunyah.
Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukan
pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi
setiap kilogram berat badannya. Anak balita justru merupakan kelompok umur
yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Bila mengalami gizi buruk
balita maka perkembangan otaknya pun kurang dan itu akan berpengaruh kepada
kehidupannya di usia sekolah dan pra sekolah.
Melaksanakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan
balita yang bertujuan sebagai berikut:
a. Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan, memelihara
kesehatan dan memulihkannya jika sakit, melaksanakan berbagai jenis
aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotorik.
b. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan
menetukan makanan yang diperlukan.
Adapun prinsip gizi seimbang bagi balita adalah:
1. Air
Bayi yang menyusu pada ibunya masukkan air rata-rata:
Trimester Kebutuhan (ml/kg BB/hari)
I 175-200
II 150-175
III 130-140
IV 120-140

2. Energi
Menurut FAO/WHO 1971

Umur Kebutuhan Energi (Kal/kg BB/hari)


3 bulan 120
3-5 bulan 115
6-8 bulan 110
9-11 bulan 105
Diatas 1 tahun 112
1-3 tahun 101
4-6 tahun 91

3. Protein

Umur Kebutuhan Protein (g/kg BB/hari)


6-11 bulan 3,5-2,0
1-3 tahun 2,5-2,0
4-6 Tahun 3,0

4. Lemak
Pada masa bayi dan balita lemak masih dianggap tidak perlu dalam
jumlah banyak kecuali asam lemak essensial (asam lenoleat dan
arakidonat). Lemak yang mengandung asam lemak essensial bila
kurang dari 0,1 % akan mengakibatkan gangguan seperti kulit bersisik,
rambut mudah rontok dan hambatan pertumbuhan. Maka dianjurkan
sekurang-kurangnya 1% kalori yang berasal dari asam lenoleat.
5. Karbohidrat
Rekuiremen karbohidrat belum diketahui dengan pasti. Bayi yang
menyusu pada ibunya mendapat 40 % kalori dari laktosa. Pada usia
yang tua kalori dan hidrat arang bertambah jika bayi telah diberikan
makanan lain terutama yang mengandung banyak tepung misalnya
bubur susu dan nasi tim.
6. Vitamin dan mineral

Ca Fe Vit A Vit B1 Vit Vit B6 Vit C Vit D


B12
6-11 0,6 gr 8 gr 1200 0,4 0,5 mg 6 mg 25 mg 400
bln mg mg unit
1-3 th 0,5 gr 8 gr 1500 0,5 0,7 mg 8 mg 30 mg
mg mg
4-6 th 0,5 gr 10 gr 1800 0,6 0,9 mg 9 mg 40 g
mg mg

B. Cara Pengelolaan Makanan Balita


Bayi setelah lahir sebaiknya diberikan ASI, namun seiring dengan tumbuh
kembang diperlukan makanan pendamping ASI.
Tabel 1. Definisi Pemberian Makanan Bayi
Pemberian ASI Eksklusif Bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau
(Exclusive breastfeeding) minuman lain termasuk air putih, kecuali obat,
vitamin dan mineral dan ASI yang diperas.

Pemberian ASI Predominan Selain mendapat ASI, bayi juga diberi sedikit air
(Predominant breastfeeding) minum, atau minuman cair lain, misal air teh.

Pemberian ASI Penuh Bayi mendapat salah satu ASI eksklusifatau ASI


(Full breastfeeding) predominan

Pemberian Susu Botol Cara pemberian makan bayi dengan susu apa
(Bottle feeding) saja, termasuk juga ASI diperas dengan botol.

Pemberian ASI Parsial Sebagian menyusui dan sebagian lagi susu


(Artificial feeding) buatan/ formula atau sereal atau makanan lain.

Pemberian Makanan Memberikan bayi makanan lain disamping ASI


Pendamping ASI (MPASI) ketika waktunya tepat yaitu mulai 6 bulan.
tepat waktu (Timely
complementary feeding)

Tabel 2. Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi


Mulai menyusui Dalam waktu 30-60 menit setelah melahirkan.

Menyusui eksklusif Umur 0-6 bulan pertama.

Makanan pendamping ASI Mulai diberikan pada umur antara 4-6 bulan
(MPASI) (umur yang tepat bervariasi, atau bila
menunjukkan kesiapan neurologis dan
neuromuskuler).

Berikan MP ASI Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6
bulan.

Teruskan pemberian ASI Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih.

Tabel 3. Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi

Umur Macam makanan Pemberian selama 24 jam

1-2 minggu ASI Sesuka bayi


3 mg s/d 3 bulan Formula adaptasi 6-7 kali 90 ml
3 bulan ASI atau Sesuka bayi
4-5 bulan Formula adaptasi 6 kali 100-150 ml
6 bulan ASI atau Sesuka bayi
7-12 bulan Formula adaptasi 5 kali 180 ml
Jus buah 1-2 kali 50-75 ml
ASI atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 4 kali 180 ml
Bubur susu 1 x 40-50 g bubuk
Jus buah 1 kali 50-100 ml
ASI atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 3 kali 180-200 ml
Bubur susu 2 x 40-50 g bubuk
Jus buah 1 kali 50-100 ml
ASI atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 2 kali 200-250 ml
Bubur susu 2x 40- 50 g bubuk
Nasi tim 1 x 40-50 g bubuk
Jus buah
1.2 kali 50-100 ml

Sumber: Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, 2000

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan


Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan untuk bayi dan
anak dapat berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan anak
mampu makan sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan
ibu. Ibu yang tegang, cemas, mudah marah merupakan suatu
kecenderungan untuk menimbulkan kesulitan makan pada anak.
2. Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin mempunyai tujuan menunjang
proses metabolisme yang normal, untuk pertumbuhan, menciptakan
hubungan lekat ibu dan anak, mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia,
hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan azotemia.
3. Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur
keperluan akan makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri
akan kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
4. Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis
makanan dan toleransi daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
11. Gaya hidup orang tua
12. Kemiskinan
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan
1. Pengaruh ibu : Kurangnya   pengetahuan   ibu    dan keterampilan yang
mempengaruhi gizi di bidang    memasak, konsumsi anak, keragaman
bahan makanan.
2. Prasangka buruk : Anggapan   terhadap  jenis  makanan  tertentu yang bisa
mempengaruhi gizi, misalnya anggapan terhadap anak kecil yang suka
makan ikan bisa menyebabkan cacingan.
3. Pantangan : Pantangan terhadap makanan  tertentu yang telah menjadi
kebiasaan yang mempengaruhi gizi, misal pantangan terhadap anak yang
suka makan daging yang biasanya yang terjadi di daerah pedesaan.
4. Kesukaan yang berlebihan : Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu
jenis makanan tertentu yang mengakibatkan tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan. Misal kesukaan yang berlebihan terhadap
coklat.
5. Jarak kelahiran yang terlalu cepat : Jarak   antara   dua    kelahiran   yang
terlalu   rapat   yaitu   kurang   dari   1 tahun.
6. Social ekonomi : Tingkat  penghasilan   keluarga  yang mempengaruhi
status gizi kurang pada balita yang dihubungkan dengan jumlah anggota
keluarga.
7. Penyakit pada anak : Penyakit   yang   diderita   pada  anak yang
menyebabkan terganggunya status gizi balita.
Sylva, Lestari (2015). Dalam penelitianya Ia menyatakan bahwa ada pengaruh
tentang pendapatan kepala keluarga dengan  asupan makan dan status gizi pada balita.
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait.
Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor
makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab
langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi
seimbang. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang terkait
dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan. 
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu
beragam, sesuai kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI
eksklusif. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare dan penyakit pernapasan
akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya
imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan
hidup terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup
sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak
merokok , sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga,
khususnya pangan untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI),
dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait
pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga,
dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses
informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana,
dimana bayi dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah
gizi. Masalah gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur
di bawah dua tahun (baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari
ibunya, dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum
bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan
makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya
ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya
pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan
baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus
mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan
perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan
dengan cara bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau
ibu tidak dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor.
Apabila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu
formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.

D. Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Setiap manusia yang hidup mengalami proses tumbuh kembang. Istilah
tumbuh kembang pada manusia menunjukkan proses sel telur (ovum) yang
telah dibuahi sampai mencapai status dewasa (Santoso, 2009).
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2008).
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi sel, organ maupun individu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh), sehingga pertumbuhan dapat
dikatakan bersifat kuantitatif (Supariasa, 2005).
b. Perkembangan (development) ialah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam sruktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang
teratur dan dapat dieamalkan sebagai hasil proses pematangan. Ada
pula yang mendefinisikan bahwa perkembangan adalah penampilan
kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf
pusat, khususnya di otak. Jadi, perkembangan bersifat kualitatif yang
pengukurannya jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan.
Mengukur perkembangan tidak dapat dengan menggunakan
antropometri, tetapi seperti telah disebutkan diatas bahwa pada anak
yang sehat perkembangan searah (parallel) dengan pertumbuhan
(Supariasa, 2005).
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang
berkelanjutan, teratur dan saling berkait, perkembangan terjadi secara
simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi
kematangan susunan saraf pusat dan organ yang sipengaruhinya, antara lain
meliputi perkembangan sistem neuromuskular bicara, emosi dan sosial.
Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh (Moersintowarti, 2002).
Menurut dr. Soedjatmiko, 2007 pada masa anak usia 0-2 tahun otak
seorang anak akan berkembang dengan sangat pesat yang nantinya akan
mempengaruhi kecerdasan anak tersebut. Perkembangan kecerdasan,
kreativitas dan perilaku akan tergantung dari kualitas fungsi otak. Agar
perkembangan otak dapat berjalan secara optimal diperlukan asupan nutrisi
yang berkualitas.
Awal kehamilan merupakan titik nol perhatian terhadap anak, terutama
dalam menjaga keterjaminan asupan gizi yang baik secara optimal, hingga
setidaknya 1000 hari berikutnya. Pada dasarnya, di 1000 hari awal kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara cepat. Rentang
1000 hari awal kehidupan yang harus menjadi perhatian ini bukan tanpa
alasan. Selama ini dipahami bahwa pertumbuhan anak yang berlangsung
secara cepat terjadi pada masa-masa awal, yaitu tahun pertama dan kedua usia
anak
2. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Moersintowarti,
(2002) tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan
dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun
terdapat beberapa variasi akan tetapi setiap anak melewati suatu pola
tertentu yang merupakan tahap – tahap pertumbuhan dan perkembangan
sebagai berikut:
a. Masa Pranatal /masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini
dibagi menjadi dua periode, yaitu:
1) Masa embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme,
terjadi diferensiasi yang berlansung cepat, terbentuk sistem organ
dalam tubuh. Masa Fetal ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran.
Masa ini terdiri dari dua periode:
a) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan trimester kedua
kehidupan intra uterin, terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk
dan mulai berfungsi.
b) Masa fetus lanjut, pada trimester akhir pertumbuhan berlangsung
pesat dan adanya perkembangan fungsi – fungsi. Pada masa ini
terjadi transfer Immonoglobulin G (Ig G) dari darah ibu melalui
plasenta. Akumulasi asam lemak essensial seri Omega 3 (Docosa
Hexamic Acid), Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
b. Masa Postnatal /masa setelah lahir terdiri dari beberapa periode:
1) Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan
terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsinya organ –
organ tubuh lainnya. Masa bayi, dibagi menjadi dua bagian: a) Masa
bayi dini (1-12 bulan), pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara kontinyu terutama meningkatnya
fungsi system saraf.
2) Masa bayi akhir (1 – 2 tahun), kecepatan pertumbuhan mulai menurun
dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi
ekskresi.
3) Masa Prasekolah (2 – 6 tahun): pada masa ini pertumbuhan
berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas
jasmani yang bertambah.
4) Masa Sekolah / masa Prapubertas (wanita: 6 – 10 tahun, Laki – laki: 8
– 12 tahun): pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan
prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang
bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama.
5) Masa Adolesensi / masa remaja (wanita: 10 – 18 tahun, Laki – laki: 12
– 20 tahun): anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa
asolesensi disbanding anak laki – laki. Masa ini merupakan transisi
dari periode anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi percepatan
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang
disebut Adolescent Growth Sput. pada masa ini juga terjadi
pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin san timbulnya
tanda – tanda kelamin sekunder.
Anak pada usia prasekolah memunyai ciri khusus, yaitu mangalami masa
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pertumbuhan jasmani yang terjadi
pada seorang anak biasanya diikuti dengan perubahan atau perkembangan dalam
segi lain, seperti: berpikir, berbicara, berperasaan, bertingkah laku, dan lainnya.
Perkembangan yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur
dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, misalnya dari
duduk, berdiri, berjalan, kemudian berlari. Masa lima tahun pertama merupakan
masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan,
berpikir, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertigkah laku sosial dan lainnya
(Santoso, 2009).
Dengan demikian, mempelajari tumbuh kembang mempunyai tujuan umum
yaitu menjaga agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap-
tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial
sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang
berguna. Disamping itu juga, tujuan khususnya ialah mengetahui dan memahami
proses pertumbuhan dan perkembangan sejak konsepsi sampai dewasa agar kita
dapat mendeteksi kelainan proses pertumbuhan dan perkembangan dan segera
dapat mengatasi permasalahannya (Moersintowarti, 2002).
Menurut Santoso (2009), ada 2 faktor yang mempengaruhi proses tumbuh
kembang secara optimal pada anak, yaitu:
a. Faktor dalam (internal) Merupakan faktor – faktor yang ada dalam diri
anak itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh.
Termasuk disini:
1) Hal – hal yang diturunkan dari orang tua maupun generasi sebelumnya
yaitu warna rambut, bentuk tubuh.
2) Unsur berpikir dan kemampuan intelektual, yaitu kecepatan berpikir.
3) Keadaan kelenjar zat – zat dalam tubuh, yaitu kekurangan hormon yang
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
4) Emosi dan sifat – sifat (temperamen) tertentu, yaitu: pemalu, pemarah,
tertutup dan lainnya.
b. Faktor Luar (eksternal) Merupakan faktor – faktor yang ada di luar atau
berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan sosial serta
kebutuhan fisik anak, yaitu:
1) Keluarga Pengaruh keluarga adalah pada sikap dan kebiasaan keluarga
dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak,
hubungan antara saudara dan lainnya.
2) Gizi Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu
kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada
tingkatan kesehatan gizi lebih dan kesehatan gizi kurang. Akibat dari
kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi.
3) Budaya Faktor lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan dan
kebiasaan suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, misalnya: hal kebersihan, kesehatan dan
pendidikan.
4) Teman bermain dan sekolah Lingkungan sosial seperti teman sebaya,
tempat dan alat kelamin, kesempatan pendidikan yang diperoleh yaitu
bersekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

E. Menu Seimbang untuk Balita


Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan
variasi makanan. Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan
sebagai berikut :
1. Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari
sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
2.   Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan
asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu
yang disarankan adalah:
a. Pagi hari waktu sarapan.
b. Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
c. Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
d. Pukul 16.00 sebagai selingan
e. Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
f. Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
g. Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
3. Makanan Selingan Balita
4. Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur.
Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
5. Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan
sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan
perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu
hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
6. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah
diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai
makanan keluarga.
7. Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.
Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan
yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu
menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak
akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di
sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di
antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak
tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun,
pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena
akan mengganggu nafsu makannya.
8. Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti
arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout
ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1.      Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam
bahan makanan selingan.
2.      Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan
utamanya (pagi, siang dan malam).
3.      Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia
balita.

Budiyanto.2010. Dasar - Dasar llmu Gizi, UMM Press. Jakarta.


Depkes Rl (2010). SistemKesehatan.Jakarta

http://sinagacomelainur.blogspot.com/2014/03/makalah-gizi-seimbang-bagi-
balita.html

http://sintiamega.blogspot.com/p/prinsip-gizi-seimbang-bagi-balita.html

Anda mungkin juga menyukai